Anda di halaman 1dari 10

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Rabu, 19 Januari 2022, pukul 06.30


Thema : IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sub Thema : Islam yang Moderat, Islam yang Ideal.

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal


mursalin, sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-
bapak dan ibu-ibu serta saudara-saudara sekalian alhamdulillah kita masih diberi
kesempatan yang sangat berharga, kita manfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan
ketakwaan kita, dan memahami keimanan kita lebih baik sehingga kita makin kuat
keimanan kita dan kita tingkatkan komitmen kita untuk selalu melaksanakan ajaran-
ajaran Allah. Pagi ini insya Allah kita membahas tentang “Islam moderat adalah Islam
yang ideal”. Belakangan ini Islam disebut dengan bermacam-macam label, sering kali
pelabelan itu dilatarbelakangi oleh kepentingan politik sehingga mengakibatkan
kontroversi karena didalam politik itu ada pro dan kontra, ada kawan dan lawan dan
ada usaha memenangkan kelompok tertentu dengan mengalahkan kelompok lain, pada
kajian ini kita coba tanggalkan kepentingan politik tidak ada kawan dan lawan tetapi
yang ada semua kawan. Kita hanya akan membahas prinsip-prinsip yang tercantum
dalam suatu istilah yang didasari pada keimanan. Yang dimaksud dengan Islam adalah
agama yang mengajarkan pemeluknya untuk tunduk patuh kepada Allah dengan
menganjurkan kita untuk lebih mementingkan kemauan Allah dari pada kemauan diri
sendiri, orang yang menjalankan itu disebut Muslim. Agama ini bersumber dari Allah
sendiri yang disampaikan kepada ummat manusia mulai dari Nabi Adam sampai dengan
Nabi Muhammad dan pengikutnya. Sedangkan yang dimaksud dengan moderat adalah
tengah-tengah antara dua ekstrim, menurut kamus bahasa inggris salah satunya arti
moderat adalah ambil posisi ditengah yang dalam bahasa Arabnya tawassu’, dari kata
wassatun artinya ditengah antara dua ujung, jadi yang dimaksud Islam moderat adalah
Islam yang di tengah-tengah antara dua ekstrim, jadi dalam pembicaraan selanjutnya
yang dimaksud moderat adalah yang ditengah antar dua ujung, dan kita terapkan dalam
berbagai bidang. Misalnya begini, kalau tengah-tengah antara ekstrim bertuhan banyak
dan ekstrim tidak bertuhan, maka kita ambil di tengah yaitu Tuhan itu hanya satu, ini
yang dimaksd moderat. Kalau kita berjalan berada di tengah, tidak dikiri dan tidak di
kanan, tidak ke kiri dan tidak ke kanan, yang tengah ini yang lurus, maka Islam itu sirotol
mustaqim itu yang namanya moderat. Moderat itu juga tengah-tengah antara ekstrim
rajin dan ekstrim malas, artinya kita bekerja sesuai dengan kapasitas kita. Kalau kapasitas
kita 100 kita jangan melakukan 80 atau 50, jangan juga kita melakukan 150 nanti jebol,
jadi moderat itu sesuai dengan kemampuan kita. Misalnya kita dalam hidup mempunyai
tugas yaitu menjaga kesehatan kita sendiri, tugas memberi kasih sayang kepada istri, tugas
memberi bimbingan dan juga nafkah kepada anak-anak, menjalankan tugas kenegaraan
atau mungkin diberi amanah memegang suatu jabatan, dsb, moderat itu ada di tengah-
tengah sehingga kita bisa melaksanakan semua tugas itu, yaitu menjaga kesehatan,
memberi kasih sayang kepada istri, membimbing anak dan tugas negara juga bisa
dilaksanakan jadi semua terpenuhi dan posisinya di tengah. Kalau ambil contoh yang
sering kita lihat misalnya olahraga badminton, pemainnya setelah mukul ke depan atau
ke belakang atau ke kiri, kanan selalu kembali ke tengah karena di tengah adalah posisi
yang dekat dengan mana-mana, jadi orang Islam itu posisinya ditengah supaya bisa
merangkul semuanya. Islam Moderat adalah mengambil posisi di tengah-tengah antara
dua ekstrim, misalnya:
• tengah-tengah antara ekstrim bertuhan banyak dan ekstrim tidak bertuhan;
• tengah-tengah antara condong ke keri dan condong ke kanan;
• tengah-tengah antara ekstrim rajin dan ekstrim malas;
• tengah-tengah untuk menjaga kesimbangan dalam melaksanakan berbagai tugas.
Allah menghendaki kita menjadi ummat yang moderat yang mengambil posisi ditengah-
tengah atau istilahnya tawassu’. Allah Berfirman dalam surat Al Baqarah (2) ayat 143:

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang ditengah
(moderat) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”.
Dalam hal bertuhan, moderat berarti mengambil jalan tengah antara orang yang
mengingkari adanya Tuhan (atheis) dan yang menganggap ada Tuhan banyak, muslim
yang moderat adalah yang menganggap Tuhan hanya satu Maha Esa, Tuhan yang satu
dengan mudah mengatur semua ciptaanNya, kalau Tuhan banyak sulit mengatur, kalau
ada yang menganggap tidak ada Tuhan, mustahil karena dunia ini berjalan teratur, angin
berjalan teratur yang kita bisa mempelajarinya bagaimana perjalanan angin yaitu dari
tekanan atmosfir yang tinggi menuju tekanan atmosfir yang rendah, itu bisa kita pelajari
dan dimana-mana berjalan seperti itu, tidak mungkin tidak ada yang mengatur. Kalau
yang menciptakan itu banyak karena jika Tuhan yang satu menginginkan angin ke utara
Tuhan lainnya menginginkan angin ke selatan, gak akan jalan, kalau Tuhan yang satu
menginkan hujan dan Tuhan yang lain tidak mau maka tidak jalan, kalaupun ternyata
terjadi hujan maka ada satu Tuhan yang kalah, jadi gak mungkin ada Tuhan itu kalah
karena itu logikanya Tuhan itu hanya satu. Tuhan Yang satu itu dengan mudah mengatur
ciptaanNya termasuk alam raya ini dan dia tidak memiliki pesaing dalam hal
melaksanakan kekuasaanNya. Nabi Yusuf mengatakan kepada teman sejawatnya dalam
penjara yang dikisahkan dalam Al Qur’an surat Yusuf (12) ayat 39:

“Wahai dua temanku se penjara, apakah Tuhan yang mengatur banyak yang berselisih
satu dengan yang lain itu lebih baik atau satu Tuhan yang mengatur dan dia memaksa”

Tuhan itu hanya satu dan memaksa, hukum alam itu dipaksa oleh Allah, karena alam ini
yang membuat Allah maka hukum alam itu yang membuat juga Allah sendiri, maka kalau
Allah menentukan grafitasi maka benda-benda yang ada di bumi selama berada di
atmosfir dia pasti akan cenderung jatuh ke bumi, itu dipaksa. Sebaliknya orang yang
tidak mengakui adanya Tuhan akan menyesal karena apapun yang dia perbuat tidak
akan ada yang mengakuinya sebagai perbuatan baik yang berpahala, karena yang
memberi pahala itu Allah sedangkan dia tidak mengakui keberadaan Allah maka dia akan
menyesal tidak mendapatkan apa-apa dari yang dia lakukan. Allah Berfirman dalam
surat Ibrahim (14) ayat 18:
“Orang-orang yang kafir (mengingkari) kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah
seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang.
Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan
(di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”.

Sedangkan orang yang menganggap adanya banyak Tuhan akan mengalami kebingungan
karena mereka harus memenuhi atau melaksanakan kemauan Tuhan yang banyak, karena
Tuhan harus diataati maka kalau Tuhannya banyak dan seleranya berbeda-beda maka dia
akan bingung. Ini bisa diibaratkan seperti seorang direktur yang kebingungan untuk
menjalankan kebijakan mengikuti selera yang berbeda-beda dari para pemilik
perusahaan, yang mana yang dituruti. Allah Memberikan contoh pada surat Az Zumar
(39) ayat 29:

“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh
beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang
menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya?
Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”.

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa banyak orang yang tidak mau berfikir tentang
ketidak wajaran keberadaan Tuhan banyak. Menganggap Tuhan lebih dari satu itu
termasuk berlebihan dalam beragama, moderat itu tidak boleh berlebihan dan tidak
boleh kurang kalau berlebihan itu menyimpang, Islam itulah yang moderat. Didalam Al
Qur’an sering disebut ahlul kitab, maksudnya adalah ummat-ummat sebelum Nabi
Muhammad sudah menerima kitab dari Allah yaitu kitab Taurat dan Injil, kalau kitab
Zabur itu hanya pelengkap saja. Dalam ayat berikut ini Allah memberi peringatan
kepada para ahlul kitab seperti Firman Allah dalam surat An Nisaa (4) ayat 171:
“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah
kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra
Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu)
tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan
Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi
adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara”.

Dalam ayat ini yang dimaksud roh dari Allah itu bukan berarti bagian dari Allah, ini yang
sering orang salah faham, melainkan roh yang dibuat/diciptakan oleh Allah dan ditiupkan
ke Nabi Isa, padahal Allah tidak hanya meniupkan roh hanya kepada Nabi isa saja tetapi
juga kepada semua Nabi termasuk Nabi Adam dan kepada semua manusia. Kalau logika
di ayat tersebut di interpretasikan sebagai Tuhan, maka semua manusia adalah Tuhan,
tidak masuk akal. Berlebihan dalam beragama sering kali disebabkan oleh orang-orang
yang tidak mau berfikir jernih dan hanya mengikuti selera orang-orang terdahulu yang
hanya berdasarkan selera karena mereka tidak berilmu, tetapi salahnya orang yang tidak
berilmu tersebut diangkat derajatnya dan dikatakan sebagai leluhur pada hal mereka
tidak mengikuti bimbingan yang benar. Allah Berfirman di surat Al Maidah (5) ayat 77:

“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan
cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-
orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah
menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus."
Jadi orang yang terdahulu itu sudah sesat, mungkin juga ada kepentingan politik yang
disuruh mengakui bahwa Tuhan itu banyak, kemudian orang di generasi berikutnya tidak
mengetahui kepentingan politik mereka. Moderat dalam beragama termasuk mengambil
sikap tengah-tengah antara condong ke kiri dan condong ke kanan, ini berarti mengikuti
jalan yang lurus tidak boleh belok kekiri dan tidak boleh belok ke kanan, ini sesuai
dengan Firman Allah dalam surat Al Fatihah (1) ayat 6-7:

“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat”.

Belok kekiri itu dimurkai Allah dan belok kekanan itu sesat, jadi lurus saja. Rasulullah
s.a.w memberikan gambaran dengan membuat coretan di tanah seperti hadits berikut:

“Rasulullah SAW menggaris sebuah garis untuk kami, kemudian beliau bersabda: “Ini
adalah jalan Allah”, kemudian beliau menggaris garis-garis di kanannya dan di kirinya,
kemudian beliau bersabda: “Ini adalah jalan-jalan (lain), pada setiap jalan dari jalan-jalan
tersebut ada setan yang mengajak (manusia) kepadanya”, kemudian beliau membaca
(ayat yang artinya): “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-
jalan itu mencerai beraikan kalian dari jalan-Nya.” (Al An’am 6:153) {HR Ahmad, Ibnu
Hibban dan Darimi, Nasai dan Ibnu Majah dari Abdullah bin Mas’ud}.

Ini berarti bahwa menghadiri acara ritual agama lain bukan termasuk ke moderatan, itu
salah faham. Jadi kalau kita beragama Islam disuruh untuk mengikuti acara ritual
keagamaan agama lain, itu sama dengan diajak belok ke kiri atau ke kanan, itu
menyimpang dan bukan moderat. Mangkanya jangan salah faham kalau ada orang lain
yang mengatakan mederat itu antara agama Islam dengan agama lain ambil jalan tengah,
itu pemahaman yang salah karena itu penyimpangan, bukan moderat. Kalau disebut
Islam moderat maka istilah itu yang salah, karena salah menempatkan istilah moderat,
jangan sampai kita mengorbankan keimanan kita. Termasuk moderat dalam beragama
adalah mengambil tengah-tengah antara terlalu rajin dan terlalu malas, sikap yang pas
ditengah-tengah adalah kita menjalankan sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Kita tidak boleh memaksa diri dalam menjalankan perintah Allah dan tidak boleh
bermalas-malasan tetapi yang pas sesuai dengan kapasitas kita, itulah moderat atau di
tengah. Misalnya kalau kita menjalankan perintah sholat dan kita sedang sakit dan tidak
mampu berdiri, maka kita tidak boleh memaksakan diri untuk berdiri, sholat sambil
duduk saja, tetapi sebaliknya kalau kita mampu berdiri jangan mejalankan sholat dengan
duduk karena itu namanya malas. Suatu contoh kejadian di bulan Ramadhan di
Masjidnya Rasulullah s.a.w seperti dikisahkan dalam hadits sbb:

“Pada suatu hari Nabi SAW masuk (ke masjid), kemudian Beliau mendapati tali yang
diikatkan dua tiang. Kemudian Beliau bertanya: "Apa ini?" Orang-orang menjawab: "Tali
ini milik Zainab, bila dia shalat dengan berdiri lalu merasa letih, dia berpegangan tali
tersebut." Maka Nabi SAW bersabda: "Jangan ia lakukan sedemikian itu. Hendaklah
seseorang dari kalian tekun dalam ibadah shalatnya dan apabila dia merasa letih,
shalatlah sambil duduk." {HR Bukhari dan Muslim dari anas bin Malik}.

Zainab ini adalah salah satu istri Rasulullah s.a.w. yang ingin shalat malam dengan rakaat
yang banyak tetapi capek, maka Rasulullah memerintahkan untuk shalat sambil duduk
saja, jadi tidak boleh berlebih-lebihan. Sebaliknya kalau melaksanakan ibadah yang
kurang dari seharusnya juga di larang, hal demikian itu termasuk kemalasan dan
kemalasan itu salah satu indikasi kemunafikan. Allah Berfirman dalam surat An Nisaa (4)
ayat 142:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah
kecuali sedikit sekali”.

Contoh lain misalnya sedekah, dalam hal bersedekah kalau kemampuan kita berzakat itu
misalnya sebesar 1 juta perbulan maka jangan mengurangi itu dan juga jangan memaksa
diri untuk mengeluarkan lebih, dengan azas moderat kita membayar zakat dan sedekah
sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita. Allah Berfirman dalam surat Al Israa (17)
ayat 29:

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”.

Tangan terbelenggu pada lehermu maksudnya ini kiasan untuk orang yang kikir/pelit,
mengulurkan juga kata kiasan artinya memberi tetapi berlebihan. Bersedekah dengan
jumlah yang kurang dari yang seharusnya itu termasuk kikir dan dilarang, begitu juga
berlebihan juga tidak boleh. Allah Berfirman dalam surat Al Israa (17) ayat 26-27:

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.

Termasuk moderat dalam Islam adalah keseimbangan dalam menjalankan tugas untuk
memenuhi hak dari berbagai fihak. Misalnya kita punya tugas untuk diri sendiri, untuk
istri untuk anak untuk orang tua dan untuk Allah, kewajiban itu harus dilaksanakan
semuanya secara seimbang. Berikut ini perkataan sahabat yang disetujui Rasulullah s.a.w
sehingga bisa kita pergunakan. Latar belakangnya begini, ketika Rasullah pindah ke
Madinah Rasulullah berusaha mempersaudarakan antara orang-orang yang hijrah dan
orang penduduk setempat, mereka dianggap sebagai saudara yang saling menolong,
tetapi ada orang yang datang ke Madinah tetapi bukan dari Mekkah, yaitu Salman
Alfarizi yang datang dari persia dalam rangka mencari agama yang benar kemudian
masuk Islam. Salman ini dipersaudarakan dengan Abu Dardak, suatu saat Salaman
berkunjung ke rumah Abu Dardak kemudian ditemui istrinya karena suaminya sedang
bepergian. Kemudian Salman bertanya tentang suaminya dan jawab oleh istrinya bahwa
suaminya baik sekali dimana setiap hari puasa, setiap hari baca Al Qur’an dan khatam,
setiap malam dia sholat. Tetapi Salman melihat istrinya pakaiannya lusuh nampak tidak
terurus seolah-olah seperti wanita yang tidak ada gunanya, Salman menyimpulkan bahwa
Abu Dardah beragama secara berlebihan dan melalikan istrinya sampai tidak terurus
begitu juga ketika memberi makan Salman Abu Darda sedang puasa, malam hari Abu
Darda shalat terus tanpa menghiraukan kesehatan dirinya, maka Salman menasehati sbb:

“Lalu Salman berkata kepada Abu Darda': "Sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak
atasmu, dan jiwamu mempunyai hak atasmu, dan isterimu mempunyai hak atasmu, maka
berilah setiap hak kepada orang yang berhak". Kemudian Abu Darda' menemui Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam lalu ia menceritakan hal itu. Maka Beliau bersabda: "Salman
benar." {HR Tirmidzi dari Abi Juhaifah}.

Jadi yang termasuk moderat adalah kita melaksanakan semua tugas kita, jangan ada yang
kita lalaikan, misalnya saking asyiknya bekerja mencari penghasilan, lupa istri atau lupa
anak, begitu juga saking sayangnya sama anak tiap hari ngurusi anak sampai lupa kerja,
ini juga tidak benar, atau saking sibuknya business sampai lupa sholat ini juga tidak benar
karena Allah punya hak untuk disembah, jadi selalu ditengah tetapi semua yang
membutuhkan dapat dijangkau atau dipenuhi.

RINGKASANNYA :
 Allah menghendaki ummat Islam bersikap moderat, mengambil posisi di tengah-
tengah antara dua ekstrim.
 Muslim moderat meyakini Tuhan Satu – tengah-tengah antara atheism dan syirik.
 Muslim moderat mengikuti jalan lurus, tidak ada kecondongan ke agama lain.
 Muslim moderat tidak malas dan tidak berlebihan dalam ibadah.
 Muslim moderat bersedekah sesuai dengan kemampuan dan kapasitas.
 Muslim moderat menjaga keseimbangan antara berbagai tugas.
Semoga Allah selalu membimbing kita dalam melaksanakan pengabdian kepada-Nya
sesuai dengan kapasitas kita masing-masing..........Aamiiin.
~Semoga bermanfaat, dan mari kita implementasikan dalam kehidupan kita~

Anda mungkin juga menyukai