Anda di halaman 1dari 11

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Rabu, 3 Agustus 2022, pukul 06.30


Thema : IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sub Thema : Bimbingan Allah untuk Segala Aktivitas Kita.

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Robbana zidna
„ilma warzukna fahma. Allohumma arinal haqqo haqqon warzuqnat tibaa'ah, wa arinal
bathila bathilan warzuqnaj tinaabah. Bapak-bapak dan ibu-ibu serta saudara-saudara
sekalian mari kita pelajari tentang Bimbingan Allah untuk segala aktivitas yang kita
lakukan. Kita berharap agar bimbingan Allah selalu bersama kita saat kita melakukan
aktivitas apapun. Setiap hari kita selalu melakukan aktivitas, baik untuk menyelesaikan
masalah atau untuk mengejar cita-cita, tentu kita berharap semua masalah bisa teratasi
dan semuai cita-cita bisa tercapai tanpa menimbulkan masalah baru, hal ini bisa tercapai
in syaa Allah jika tujuan kita benar, cara atau metode yang kita gunakan benar, sarana
yang kita gunakan juga benar dan kita tidak mencampuri kebenaran dengan kebathilan,
untuk itu kita sungguh membutuhkan bimbingan Allah dari waktu ke waktu karena kita
seringkali dihadapi dengan ketidaktahuan atau lack of knowlege bahasa arabnya “jahl”
atau kebodohan. Kita sering kali ketika akan melakukan sesuatu kita kurang pengetahuan
tentang itu karena problem kita setiap hari silih berganti, dan kadang-kadang kita juga
dihinggapi keluhan, sehingga semua hal tersebut menyebabkan kita sering melakukan
kesalahan. Kadang-kdang kita juga didominasi dengan hawa nafsu kita sendiri, misalnya
buru-buru, marah, kesal, dendam, dengki, kalau kita didominasi hawa nafsu semacam itu
kita sering kali meleset dalam menargetkan cita-cita, atau kita menimbulkan masalah baru
ketika kita berusaha menyelesaikan masalah. Contoh awal dari sejarah kemanusiaan
yaitu Nabi Adam sendiri itu melakukan pelanggaran karena lupa. Jadi didalam diri kita
ini banyak kelemahan-kelemahan yang mengakibatkan kita mudah melakukan kesalahan.
Nabi Adam pernah dijanjikan oleh Allah akan tetap di Surga asal tidak makan bagian dari
pepohonan yang ditunjuk oleh Allah itu tetapi ketika Nabi Adam lupa ketika dibujuk
oleh syaiton untuk memakan bagian dari buah yang dilarang Allah (syaiton memberi
nama pohon khuldi=pohon abadi) syaiton membujuk kalau Nabi Adam makan buah itu
maka Nabi Adam akan abadi, Nabi Adam lupa pesa Allah lalu mengikuti ajakan syaiton,
Allah Berfirman dalam surat Thaha (20) ayat 115:

“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan
perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat”.

Sekaligus ini pelajaran bagi kita karena kita mempunyai kelemahan yaitu suka lupa, maka
cara mengatasinya adalah mempunyai kemauan yang kuat sehingga dapat memperkecil
kemungkinan lupa. Dominasi hawa nafsu juga bisa meyebabkan penyimpangan perilaku,
contohnya anaknya Nabi Adam sendiri (Kabil) juga melakukan kesalahan gara-gara
dominasi hawa nafsu yang ada pada dirinya dan dia tidak mampu mengatasi hawa nafsu
itu sehingga dia membunuh adiknya sendiri. Allah Berfirman dalam surat Al Maidah (5)
ayat 30:

“Maka hawa nafsu Kabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya,


sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi”.

Jadi kita mesti waspada agar bisa mengolah hawa nafsu, hawa nafsu penting karena kita
kalau tidak ada hawa nafsu tidak bisa hidup tetapi harus dikendalikan dan tidak boleh
mendominasi hidup kita, jadi akal kita harus diatas hawa nafsu. Lupa itu juga penting
karena kalau kita tidak pernah lupa maka kita akan mempunyai rasa dendam terus,
misalnya suami istri menjadi tidak pernah rukun karena kalau punya kesalahan maka
dendamnya terus-terusan. Allah mengingatkan bahwa manusia bisa tersesat jika tunduk
kepada hawa nafsunya dan tidak mengikuti bimbingan dari Allah. Allah Berfirman dalam
surat Al Qashash (28) ayat 50:
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan
tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesung- guhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim”.

Biasanya orang yang dzalim itu yang tidak mampu mengatasi hawa nafsunya sendiri.
Kita juga dianjurkan agar sering-sering mohon bimbingan dari Allah minimum 17 kali
dalam satu hari yaitu dalam setiap sholat kita wajib membaca surat Al Fatihah dan di
dalamnya pada surat Al Fatihah (1) ayat 6 terdapat permohonan:

“Tunjukilah (bimbinglah) kami ke jalan yang lurus”.

Bimbingan Allah itu bisa berupa directive (pengarahan) bisa juga dalam bentuk rasa
kecocokan didalam hati, yang kita mohonkan kepada Allah itu dua-duanya. Contohnya
ketika kita membaca dan mempelajari Al Qur‟an kita juga sambil mengharap agar Allah
memberi kita pengarahan sehingga begitu kita mendapat informasi dari Allah melalui Al
Qur‟an tersebut kemudian kita merasa cocok dan bersedia akan melaksanakan, itu
merupakan bimbingan yang langsung dari Allah ke hati kita yang disebut at taufiq.
Bimbingan Allah sebenarnya sudah disediakan dari jaman Nabi Adam sampai sekarang.
Pada waktu Allah memerintahkan Nabi Adam dan Siti Hawa keluar dari surga, Allah
berjanji akan segera mengirimkan bimbingan kepada Nabi Adam dan anak cucunya dari
generasi ke generasi. Allah Berfirman dalam surat Al Baqarah (2) ayat 38:
“Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-
Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

Dalam ayat tersebut yang dimaksud semua adalah Nabi Adam dan Siti Hawa serta iblis.
Sedangkan kekhawatiran dan kesedihan menggambarkan kebahagiaan, karena berapapun
banyaknya harta yang kita miliki kalau masih ada rasa takut dan sedih maka itu bukan
bahagia. Cara menghindari sedih yaitu hindari mencintai yang bisa hilang karena sedih
itu timbul karena kehilangan yang dia cintai baik berupa barang atau kedudukan atau
orang, cintailah yang tidak bisa hilang yaitu Allah. Cara menghindari takut adalah jangan
melakukan apa-apa yang dilarang Allah, karena semua perbuatan yang dilarang Allah
pasti mengakibatkan ketakutan. Contohnya bohong, bohong itu dilarang Allah, maka
begitu seseorang berbohong maka dia akan merasa takut perbuatannya ketahuan, tentu
tingkat ketakutannya tergantung dari masalah yang dia bohongkan.
Seiring dengan perkembangan pola pikir dan budaya manusia, Allah membuat
bimbingannya itu makin hari makin lengkap dan makin sempurna, sehingga bimbingan
itu bisa mencakup segala permasalahan dalam hidup. Bimbingan Allah yang paling
mutakhir adalah Al Qur‟an yang dicanangkan uuntuk seluruh ummat manusia baik yang
beriman maupun yang tidak beriman, jadi Al Qur‟an itu pedoman atau petunjuk untuk
semua manusia, muslim maupun non muslim namun yang non muslim tidak mau
mengikuti walaupun juga dibuat untuk mereka. Allah Berfirman dalam surat Al Baqarah
(2) ayat 185:

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”.

Dalam ayat tersebut disampaikan bahwa Al Qur‟an adalah petunjuk bagi manusia,
artinya seluruh manusia, tapi sayang tidak semua orang bersedia menggunakan Al Qur‟an
sebagai bimbingan, hanya orang yang bertakwa antara lain yang rendah hati, yang mau
membuka hatinya, yang mau mengakui kebodohannya di hadapan Allah dan yang mau
peduli dan empaty terhadap nasib orang lain. Allah Berfirman yang berkaitan dengan
hal itu dalam surat Al Baqarah (2) ayat 2:

“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa”.

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa diantara manusia yang bisa mendapatkan
keuntungan dari Al Qur‟an adalah orang-orang yang bertakwa. Orang bertakwa yang
bisa mendapatkan manfaat tentunya dengan kriteria-kriteria tertentu, karena bertakwa
itu tidak hanya sholat dan puasa saja tetapi termasuk perilaku. Penjelasan orang
bertakwa diuraikan oleh Allah dalam Firman Nya di surat Al Baqarah (2) ayat 3-5:

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan
sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada
(Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah
diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat. Merekalah yang
mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

Orang-orang yang bertakwa bisa mendapatkan manfaat karena mereka itu sudah menata
hatinya untuk rendah hati, dan orang-orang yang tidak bertakwa itu sering kali merasa
dirinya lebih, bahkan kadang-kadang menganggap Al Qur‟an itu kuno karena diturunkan
14 abad yang lalu, padahal Al Qur‟an itu kapanpun selalu relevan, orang-orang semacam
ini tidak akan bisa mendapatkan hidayah. Orang-orang yang tidak bertakwa termasuk
orang-orang yang mengaku beragama Islam tetapi tidak memenuhi kriteria bertakwa
tidak bisa mengambil manfaat dari ajaran Al Qur‟an walaupun ajarannya bagus untuk
mereka. Allah Berfirman dalam surat Al Israa (17) ayat 82:

“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
lalim selain kerugian”.

Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Al Qur‟an adalah obat bagi hati orang-orang
yang beriman dan juga Al Qur‟an menebarkan kasih sayang, kalau manusia di dunia ini
dalam hidupnya menjalankan Al Qur‟an maka in syaa Allah hidupnya damai sehingga
kemana-mana enak. Orang yang tidak bertakwa itu mendzalimi diri sendiri seperti
diutarakan dalam akhir ayat diatas. Kalau kita menggunakan Al Qur‟an sebagai
bimbingan, maka setiap saat kita melakukan aktivitas dalam rangka mengatasi masalah
atau dalam rangka mengejar cita-cita kita mesti menggunakan Al Qur‟an sebagai rujukan
utama. Jadi kalau ada problem maka cara mengatasi masalahnya menggunakan rujukan
utama dari Al Qur‟an baru kemudian nanti mencari cara-cara teknisnya. Jadi Al Qur‟an
dipegang dulu kemudian secara teknis boleh mengembangkan ilmu-ilmu yang lain tetapi
tetap mengacu kepada Al Qur‟an. Jadi ajaran Al Qur‟an kita gunakan sebagai pedoman
kebijakan dan pedoman untuk langkah-langkah strategis, setelah itu baru kita
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menentukan langkah-langkah
teknis dan detail. Misalnya, ketika kita menjual barang atau jasa, kita pegang erat-erat
pedoman Al Qur‟an bahwa kita tidak boleh mengurangi hak pembeli. Hak pembeli itu
bisa dikurangi dengan berbagai cara misalnya timbangan beratnya, jumlahnya, atau
kualitasnya, dll. Allah Berfirman dalam kaitan dengan hal tersebut yaitu pada surat Asy
Syu‟araa (26) ayat 181-183:
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan;
dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia
pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan”.

Dalam ayat tersebut dibicarakan mengenai business tetapi diakhiri dengan kata larangan
membuat kerusakan, jadi ini berarti bahwa kerusakan itu bukan hanya kerusakan
lingkungan tetapi justru yang lebih berat itu adalah kerusakan dibidang tatanan hidup,
karena perdagangan itu merupakan salah satu tatanan hidup bermasyarakat maka jika
sistem perdagangan itu dirusak maka kehidupan ini menjadi rusak. Dengan pedoman
ayat ini kita mesti menghindari korupsi, menghindari mark up, menghindari bantuan
untuk orang miskin, mengambil pungutan-pungutan dll. Dalam hal mengambil hak
orang lain yang rawan dan sering tidak dianggap serius adalah harta waris bagi anak
yatim, sering kali kakak yang paling tua mengambil hak adiknya yang masih kecil yang
waktu itu umurnya belum cukup untuk mengambil harta warisan, bahkan kadang-kadang
ibu kandung sendiri yang mengambil harta anaknya yang yatim dengan cara tidak segera
membagi warisan setelah bapaknya anak ini meninggal dunia. Allah Berfirman dalam
surat An Nisaa (4) ayat 10:

“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara lalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka)”.

Ketika kita ingin memperoleh rizki yang banyak, kita juga mesti berpedoman dengan
bimbingan Allah dalam Al Qur‟an, kita mengetahui bahwa bahan makanan kita
bersumber dari tanaman dan binatang dan hanya Allah saja yang bisa menumbuhkan
tanaman dan memberi kehidupan dan membesarkan binatang, artinya selain Allah tidak
ada yang bisa memproduksi bahan makanan untuk kita, oleh karena itu ketika kita
menginginkan rizki, kita mintanya hanya kepada Allah saja, bukan kepada fihak lain
siapapun juga. Peringatan dari Nabi Ibrahim yang dikutip di Al Qur‟an pada surat Al
„Ankabut (29) ayat 17:

“Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki
kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah
kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kamu akan dikembalikan”.

Jadi kalau minta rizki, mintalah kepada Allah bukan kepada partai atau king maker atau
boss sehingga tunduk patuh sampai kadang-kadang lupa sholat, kadang-kdanag terpaksa
harus mencuri, korupsi, dsb. kalau kita minta rizki kepada Allah maka Allah
menunjukkan caranya dalam Al Qur‟an, Allah akan membimbing kita agar kita bertakwa
lalu Allah memberi rizki yang banyak. Allah Berfirman di surat At Thalaq (65) ayat 2-3:

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar (solusi). Dan memberinya rezeki dari arah dan jumlah yang tiada disangka-
sangkanya”.

Hubungannya sangat erat antara ketakwaan dan banyaknya rizki, karena ketakwaan itu
meliputi kejujuran, memenuhi janji, memenuhi takaran sesuai dengan kesepakatan,
tolong menolong, bertutur kata yang baik, selalu adil, rendah hati dan selalu berusaha
berbuat yang terbaik kriteria ketakwaan seperti ini disukai orang dan dicari oleh pembeli,
yang dicari oleh partner business, dicari oleh investor, dsb, maka dampaknya dia banyak
relasinya dan businessnya menjadi jauh lebih baik dan menjadi besar maka rizkinya
mengalir terus. Kejujuran misalnya, sekarang ini merupakan fenomena langka karena itu
kalau seseorang berbusiness dengan jujur, maka dia berpotensi menjadi kaya. Allah
Berfirman dalam surat Al Ahzab (33) ayat 70-71:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu
(perilakumu akan wajar) dan mengampuni bagimu dosa-dosamu”.

Orang-orang yang bertakwa juga pasti berusaha menepati janji, suatu karakter yang
dibutuhkan untuk kepastian menyusun jadwal kegiatan business. Allah Berfirman dalam
surat An Nahl (16) ayat 91:

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudah meneguhkannya”.

Dalam ayat tersebut disebutkan perjanjian dengan Allah, maknanya adalah ketika kita
berjanji dengan seseorang atau dengan partner business hakekatnya kita juga berjanji
kepada Allah, jadi kalau kita mengingkari janji dengan partner business kita otomatis kita
mengingkari janji dengan Allah, kalau kita menepati berarti kita menepati janji dengan
Allah. Orang-orang bertakawa ketika berbusiness berangkat dengan semangat
menolong, oleh karena itu dia cenderung memberi kemudahan kepada pembeli dan
partner businessnya, jadi berangkatnya lebih condong menolong daripada mencari profit.
Allah Berfirman dalam surat Al Maidah (5) ayat 2:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”.

Jadi kalau niatnya untuk menolong orang dalam berbusiness maka selain mendapatkan
profit juga mendapatkan pahala. Orang-orang yang bertakwa itu cenderung bertutur
kata yang baik, sikap seperti ini juga disukai oleh orang-orang dilingkungan business.
Allah Berfirman dalam surat Al Isra‟ (17) ayat 53:

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan


yang terbaik (benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara
mereka”.

Setan itu selalu mengintai kita, kalau ada seseorang bicaranya melenceng sedikit atau
tergelincir sedikit langsung setan itu masuk dan memanas-manasi supaya terjadi
pertikaian. Jadi kita jaga jangan sampai terjadi perselisihan dan pertikaian kita pilih kata-
kata yang baik dalam beraktivitas. Orang bertakwa juga cenderung rendah hati tidak
sombong. Allah Berfirman dalam surat Al Hijr (15) ayat 88:

“….dan berendah hatilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”.

Orang yang rendah hati akan disukai oleh partner business dan orang yang lainnya.
Kalau kita ingin hidup baik tenteram aman dan bahagia, kita selalu memohon bimbingan
Allah dengan selalu mengacu kepada Firman-firmanNya di Al Qur‟an yang dijelaskan
oleh RasulNya Muhammad S.A.W. Al Qur‟an menjamin akan membebaskan kita dari
kehidupan yang serba gelap menuju ke kehidupan yang serba terang. Allah Berfirman
dalam surat Al Hadid (57) ayat 9:

“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al Qur'an) supaya
Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu”.

Jadi kita setiap kali melakukan kegiatan harus selalu mencari bimbingan dari Allah, dan
bimbingan itu sudah disediakan berupa Al Qur‟an. Karena sudah disediakan maka
apapun yang kita lakukan mesti merujuk ke Al Qur‟an, setelah itu baru kita belajar secara
teknis dan detail. Misalnya seperti ilmu psychology atau ilmu jiwa itu harusnya
kiterapkan setelah mengambil dari Al Qur‟an dahulu, kemudian kita terapkan dari
psychologi, begitu juga kalau kita mau membangun rumah kita ambil pedoman dari Al
Qur‟an dahulu, kemudian uaraiannya kita ambil dari arsitektur atau teknik sipil, dsb.

RINGKASANNYA :
 Kita membutuhkan bimbingan Allah dalam segala aktivitas, agar tidak dihinggapi
kebodohan atau dominasi hawa nafsu.
 Allah membimbing kita dengan Al Quran, maka kita selalu merujuk kepadanya
saat beraktifitas.
 Misalnya, ketika berbisnis, kita praktekkan bimbingan dalam Al Quran, yakni
kejujuran, menepati janji, memenuhi takaran, tolong-menolong, bertutur kata
yang baik, selalu adil, rendah hati dan selalu berusaha berbuat yang terbaik.

Semoga Allah selalu membimbing kita dalam melakukan segala aktivitas .............Aamiiin.

~Semoga bermanfaat, dan mari kita implementasikan dalam kehidupan kita~

Anda mungkin juga menyukai