Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MODEL F (QS. Al-Baqarah : 35-38 ; QS. Ta-Ha : 115 , 120, 122 ; QS. Al-A’raf : 23)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Konseling Spiritual”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hj. Elfi Mu’awanah, S.Pd., S.Ag., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Anisa’u Lailatul Badriyah (126306202054)


2. Devita Anindia Putri (126306202066)
3. Lutfia Kamilia (126306202080)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan hidayahnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Model F (QS. Al-Baqarah : 35-38 ; QS. Ta-Ha : 115,
120, 122 ; QS. Al-A’raf : 23)” dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Konseling Spiritual. Diharapkan dengan adanya penulisan
makalah ini mampu menambah pengetahuan dan wawasan kita dalam melakukan penelitian,
baik bagi penulis maupun pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Prof. Dr. Hj. Elfi Mu’awanah, S.Pd.,
S.Ag., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Konseling Spiritual. Selain itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 6 yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Tulungagung, 17 Maret 2023


Penulis

(Kelompok 6)
PENDAHULUAN

Pada dasarnya konselor atau pembimbing bertugas membantu klien mengubah tingkah
lakunya menuju ke arah yang lebih baik. Dalam mengubah tingkah laku tersebut diperlukan
pendekatan bimbingan dan konseling menggunakan ajaran agama. Dalam Islam, nilai agama
dijadikan sebuah patokan dalam proses konseling dan psikoterapi. Hal ini karena apa yang
dilakukan seorang konselor akan berorientasi pada Al-Qur’an dan hadis dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi klien. Pelaksanaan konseling bertujuan untuk menyadarkan
manusia tentang keberadaannya sebagai makhluk Allah dan membantunya untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam hidupnya, sehingga klien dapat mengambil
keputusan dan bertindak dengan berpedoman dengan ajaran Islam. Sekaligus membina
mentalnya agar ia tertuntun ke arah kehidupan yang sakinah dengan hati, perasaan yang tenang,
tentram demi mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Orientasi spiritual dalam konseling merupakan dasar dari prinsip terapi. Hubungan
terapi menyebar pada hubungan lain dan hubungan dengan transendental alam baka. Pendapat
ini menjelaskan bahwa kepercayaan kepada Tuhan terhadap takdir yang menimpa termasuk
satu kekuatan untuk sembuh dari masalah. Nilai bimbingan yang diterapkan dalam ajaran Al-
Qur’an dapat digunakan konselor untuk membantu menentukan pilihan perubahan tingkah laku
yang positif. Dalam konteks konseling, Al-Qur’an menyebutkan adanya pribadi bermasalah
yang dijelaskan pada QS. Al-Baqarah : 35-38, QS. Ta-ha : 115, 120, 122 dan QS. Al-A’raf : 23
yang menjelaskan bahwa manusia sering kali melanggar perintah Allah SWT dan termasuk
golongan orang-orang yang dzalim.

Dari ayat-ayat tersebut menceritakan perubahan tingkah laku yang tidak diinginkan
Tuhan (perilaku bermasalah). Oleh karena itu, konselor atau pembimbing dapat membantu
klien untuk mengubah perilakunya ke arah yang lebih positif.
PEMBAHASAN

A. QS. Al-Baqarah : 35-38

Artinya: Dan Kami berfirman: "Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam
surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada disana sesukamu.
(Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini,1 nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!"

Artinya: Lalu setan menggelincirkan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan
dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, "Turunlah
kalian! Sebagian kalian menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kalian ada tempat tinggal
dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan."

Artinya: Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun
menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

Artinya: Kami berfirman, "Turunlah kalian semua dari surga! Kemudian jika benar-benar
datang petunjuk-Ku kepada kalian, maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada
rasa takut bagi mereka dan mereka tidak bersedih hati."
B. QS. Ta-Ha : 115
Artinya: Dan sungguh telah Kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa, dan
Kami tidak dapati kemauan yang kuat padanya.

C. QS. Ta-Ha : 120

Artinya: Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya, dengan berkata, "Wahai
Adam! maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak
akan binasa?"

D. QS. Ta-Ha : 122

Artinya: Kemudian Tuhannya memilih dia,1 maka Dia menerima tobatnya dan
memberinya petunjuk.

E. QS. Al-A’raf : 23

Artinya: Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk
orang-orang yang rugi."
Isi Kandungan:

1. QS. Al-Baqarah : 35-38


Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi Adam dan Hawa untuk
tinggal di surga dan mereka diberi perintah untuk tidak mendekati pohon khuldi, apabila
melanggar mereka termasuk golongan orang-orang dzalim. Tapi yang terjadi mereka
melanggar larangan Allah karena dijerumuskan oleh setan akibatnya mereka diturunkan
dari surga dan hidup di bumi.
2. QS. Ta-Ha : 115, 120, 122
Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Adam lupa akan perintah Allah SWT dan beliau
terjerumus oleh bisikan setan untuk melanggar larangan Allah SWT.
3. QS. Al-A’raf : 23
Ayat ini menjelaskan kisah Adam dan Hawa yang dijerumuskan setan untuk melanggar
larangan Allah SWT, hingga akhirnya mereka mengakui kesalahan dan meminta ampun
kepada Allah SWT.
PENUTUP

Dari pemaparan materi di atas dapat disimpulkan bahwa, ayat-ayat Al-Qur’an tersebut
menjelaskan manusia/individu mudah lupa tentang perintah dan larangan Allah.
Manusia/individu tidak jauh dari lupa dan kesalahan. Sehingga pada ayat ini, mengingatkan
manusia/individu bahwa walaupun mudah lupa dan terjerumus godaan setan. Tetapi, jika
berinisiatif untuk memohon ampunan kepada Allah, maka Allah akan senatiasa
mengampuninya walaupun dengan proses yang harus dilalui.

Sebagai konselor, jika menghadapi klien yang memiliki perilaku maladaptive seperti
mudah lupa atau pikun. Maka konselor diharapkan mampu mendampingi klien untuk tetap
mengingat Allah dan meminimalisir perilaku-perilaku kurang tepat atau bahkan diulang-ulang.
Selain itu, individu yang mudah lupa akan sering teledor dalam meletakkan sesuatu, dengan
demikian konselor bisa memberikan tugas terhadap klien, untuk selalu memperhatikan dan
berusaha mengingat betul letak barang-barangnya. Lalu, konselor juga bisa dengan
memberikan tugas catatan jadwal kegiatan yang akan dilakukan oleh klien, agar klien tidak
mudah lupa.

Anda mungkin juga menyukai