Anda di halaman 1dari 19

Makalah Pendidikan Agama Islam

“ Nilai Ihsan kepada Alam dan Lingkungan”

Disusun Oleh:

1. Sindy Agustina (215310548)


2. Siti Azzahra (215310629)
3. Zatasya Gladis Delilah (215310264)

Prodi: Akuntansi
Kelas: Akt/ I/ A
Dosen Pengampu: Hidayat SHI., ME
Fakultas Ekonomi Bisnis
Universitas Islam Riau
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Nilai Ihsan kepada Alam dan
Lingkungan”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Hidayat
SHI., ME pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Nilai Ihsan kepada Alam dan Lingkungan bagi para pembaca
dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Hidayat SHI., ME selaku Dosen bidang studi
Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuaannya sehingga kami dapat menyelesaikan masalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 9 Desember 2021


Penulis,

Kelompok 12

xi
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………xi
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….......xii
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………….1
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………...1
Bab II Pembahasan………………………………………………………………………………2
2.1 Ihsan………………………………………………………………………………………2
A. Terminologi Ihsan…………………………………………………………………….2
B. Bentuk- Bentuk Ihsan………………………………………………………………...5
C. Fungsi Ihsan………………………………………………………………………......8

2.2 Ihsan Kepada Alam Semesta……………………………………………………………..9


 Hubungan Manusia dengan Alam………………………………………………..9
 Cara Melestarikan Alam Semesta……………………………………………….10
2.3 Ihsan Kepada Lingkungan………………………………………………………………12
 Pentingnya menjaga Alam Semesta dan Lingkungan Sekitar…………………..13
Bab III Penutup………………………………………………………………………………...15
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………...15
3.2 Saran…………………………………………………………………………………….15
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….16

xii
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah

Ihsan (berbuat baik) ialah tingkah laku seseorang demi melakukan perbuatan yang
baik dan mencegah diri dari perbuatan dosa. Seluruh tingkah laku yang menghadirkan
faedah dan meninggalkan kemudharatan ialah perbuatan yang Ihsan, Sebab itu, hadis
Nabi Saw. Mengatakan bahwa Ihsan bermuara pada ritual dan bertatap muka, di mana
ketika sang hamba berbakti diri pada-Nya, seakan-akan muwajahah dan hidup bersama
(ma’iyyah) dengan-Nya, sampai-sampai semua perilakunya menjadi baik dan bagus.
Ihsan yang merupakan aspek ketiga dari agama dikenal sebagai aspek rohani. Ihsan
merupakan suatu perbuatan yang sangat bermanfaat di dalam Islam, pentingnya Ihsan
didasarkan atas tiga hal, yaitu sesuai dengan fitrah manusia, diperintahkan dan dicintai
oleh Allah Swt. Ihsan merupakan fitrah, karena tabiat manusia cenderung kepada
kebaikan.
Alam ialah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah
melalui Al quran mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya.
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan
mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan
cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu,manusia mempunyai tugas dan
kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikannya dengan baik.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana
yang baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan
hidup, tanpa membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap manusia itu sendiri yang menciptanya.

1.2 Rumusan Masalah

2. Bagaimana ihsan secara garis besar?


3. Apa landasan untuk berperilaku ihsan kepada alam?
4. Mengapa kita harus berperilaku ihsan terhadap lingkungan sekitar?

1.3 Tujuan Penulisan

2. Untuk mengetahui ihsan secara garis besar


3. Agar dapat mengetahui dan mengerti dasar berperilaku ihsan kepada alam
4. Untuk dapat memahami alasan berperilaku ihsan terhadap lingkungan sekitar
1
Bab II
Pembahasan
2.1 IHSAN
a. Terminologi Ihsan
Kata Ihsan (berbuat baik) ialah kebalikan dari kata al isaa-ah (berbuat buruk), yaitu tingkah laku
seseorang demi melakukan perbuatan yang baik dan mencegah diri dari perbuatan dosa. Dia
menyumbangkan kebaikan terhadap hamba Allah yang lainnya baik dengan kekayaan,
kemuliaan, kepandaian, maupun jasmani.1
Ihsan berasal dari kata (hasuna) yang bermakna baik atau bagus. Seluruh tingkah laku yang
menghadirkan faedah dan meninggalkan kemudharatan ialah perbuatan yang Ihsan, akan tetapi
karena kapasitas Ihsan bagi manusia sangat mutlak dan temporal, bahwa ukuran Ihsan yang
sesungguhnya datang dari Allah Swt. Sebab itu, hadis Nabi Saw. Mengatakan bahwa Ihsan
bermuara pada ritual dan bertatap muka, di mana ketika sang hamba berbakti diri pada-Nya,
seakan-akan muwajahah dan hidup bersama (ma’iyyah) dengan-Nya, sampai-sampai semua
perilakunya menjadi baik dan bagus.2
Ihsan yang merupakan aspek ketiga dari agama dikenal sebagai aspek rohani. Aspek ini
dimaksudkan demi membangunkan manusia tatkala ia hendak menghubungkan bagian pertama
dan kedua, serta memperingatkan bahwa Allah senantiasa datang dan mengawasinya. Ia harus
memperhitungkan hal ini apabila berfikir dan melangkah. Ketika ia tidak dapat melihat Allah
sebab tidak ada seorang pun yang bisa melihat-Nya di kehidupan ini jika ia wajib terus
melindungi kesadaran dalam hatinya bahwa Allah ada dan selalu melihatnya. Ia perlu sadar
bahwa Allah melihat kapan saja dan sampai-sampai hal terkecil dari amalan dan keyakinan.
Sedemikian itu, ia akan mendapat keadaan sempurna, suatu keadaan apabila ia merasakan
kegembiraan rohani dan cahaya pengetahuan yang langsung dikasih Allah ke dalam hatinya.3
Ihsan merupakan suatu perbuatan yang sangat bermanfaat di dalam Islam, pentingnya Ihsan
didasarkan atas tiga hal, yaitu sesuai dengan fitrah manusia, diperintahkan dan dicintai oleh
Allah Swt. Ihsan merupakan fitrah, karena tabiat manusia cenderung kepada kebaikan. Seorang
manusia yang berbuat jahat menyadari bahwa kejahatan itu terkutuk bagi umat manusia dan
pelakunya dihina. Berbuat baik di dalam Al-Qur’an telah dikatakan ada 2 bentuk, yaitu informasi
dan perintah. Informasi yang dimaksud menggunakan kata ya’muru yang berarti memerintahkan,
dalam firman Allah surat An-Nahl ayat 90.

1
Munawwir, Ihsan, ( Yogyakarta : Buku Gambusan, 2018 ), h. 227.

2
Abdul Mujib, Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam, ( Jakarta : Rajawali Pers,2017 ), h. 285.

3
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan Antivirus Kebatilan dan Kezaliman, ( Jakarta : As-Sunna Foundation of America, 1998 ), h. 34.

2
َ‫۞ اِ َّن هّٰللا َ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َوااْل ِ حْ َسا ِن َواِ ْيت َۤاِئ ِذى ْالقُرْ ٰبى َويَ ْن ٰهى َع ِن ْالفَحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬
90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Sedangkan dalam bentuk perintah, Al-Qur’an menggunakan dua macam, yaitu verba perintah,
dalam firman Allah surat Al-Qasas ayat 77;
ُّ‫ض ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحب‬ ‫هّٰللا‬
ِ ْ‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َواَحْ ِس ْن َك َمٓا اَحْ َسنَ ُ اِلَ ْيكَ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َس||ا َد فِى ااْل َر‬ ِ َ‫س ن‬
َ َ‫ص ْيب‬ ‫وا ْبتَغ ف ْيمٓا ٰا ٰتى َ هّٰللا‬
َ ‫ك ُ ال َّدا َر ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬ َ ِ ِ َ
َ‫ْال ُم ْف ِس ِد ْين‬
77. Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,
tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Sehingga Ihsan yang diperintahkan oleh Allah dipandang wajib. Cinta Allah kepada orang yang
berbuat baik lebih banyak disebutkan oleh Al-Qur’an dari pada sifat-sifat lainnya. Makna
tersebut mengisyaratkan bahwa sifat yang paling dicintai Allah adalah orang-orang yang berbuat
baik.4Atas dasar ini, sebagian ulama menyatakan bahwa Ihsan merupakan tingkat yang lebih
tinggi yang diharapkan Al-Qur‟an untuk dicapai oleh manusia dalam aktivitasnya di dunia ini.
Perspekti Islam menjelaskan tingkah laku orang Islam, Iman berhubungan dengan agama dan
keyakinannya, dan Ihsan membentuk pada keadaan hati yang memutuskan apakah keIslaman dan
keImanan seorang itu akan membuahkan hasil di kehidupan ini dan kehidupan akhirat atau tidak.
Inilah yang dimaksudkan dalam hadis riwayat Bukhari: “Sesungguhnya di dalam tubuh terdapat
segumpal daging; apabila ia baik, baiklah seluruh tubuh dan apabila ia rusak, rusaklah seluruh
tubuh. Itulah hati.”
Dalam kamus, kata Ihsan mempunyai bentuk kata-kata yang memiliki berbeda makna,
diantaranya: “Menjadi atau tampak sempurna, indah, bagus”. (Hasuna) “(Berbuat
secara) sempurna”. (Ihsanan); “Ia melakukan suatu kebaikan yang besar”. (Ahsana);
“Kebaikan”. (Ihsan); “Hadiah” atau “balasan baik”. (Husna); “Sempurna, indah, bagus”.
(Hasan); “Sesuatu yang indah sempurna”.5 (Hisanun)

Imam al-Baghowi mengatakan : Ihsan “Berbuat Baik” yaitu dengan amal-amal dan akhlaq kalian
serta

4
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an, ( Bandung : Mizar, 1996 ), h. 242.
5
Syekh Muhammad Hisyam Kabbani, Tasawuf dan Ihsan Antivirus Kebatilan dan Kezaliman, ( Jakarta : As-Sunna Foundation of America, 1998 ), h. 31.

3
bantulah memenuhi kebutuhan orang fakir miskin, “karena sesungguhnya, Allah mencintai
orang-orang yang berbuat berbuat Ihsan.”6Menurut Syaikh Abdurrahman as Sa’di memaparkan
bahwa Ihsan meliputi 2 bagian. Pertama yaitu Ihsan dalam beribadah pada Allah pengertiannya
beribadah pada Allah seakan-akan memandang-Nya atau merasa dilihat oleh-Nya. Kedua yaitu
Ihsan dalam menjalankan hak sesama makhluk adalah dengan menjalankan hak-hak mereka.
Ihsan kepada makhluk ini meliputi 2, adalah yang wajib dan sunnah.
Pertama yang disebut wajib misalnya mengabdi pada orang tua dan bersikap adil dalam
bermasyarakat. Kedua yang disebut sunnah misalnya membagikan bantuan tenaga atau harta
yang melampaui batas kadar kewajiban seseorang. Salah satu bgisn Ihsan yang paling utama
yaitu berbuat baik terhadap orang yang berbuat jelek terhadap kita, baik dengan lisan atau
perilaku.7
Sedangkan menurut Syaikh Sholeh membagikan pengertian maka inti yang disebut dengan Ihsan
ialah memperbaiki amal. Batasan paling tidak seseorang bisa dibilang sudah melaksanakan Ihsan
di dalam beribadah terhadap Allah ialah ketika di dalam memperbaiki amalan niatnya ikhlas
yakni sematamata mengharap balasan-Nya dan sesuai dengan sunnah Nabi Saw. Inilah tingkatan
Ihsan yang harus yang wajib dijalankan oleh setiap orang islam yang akan membentuk
keislamannya menjadi sah8. Tentang hal tingkatan Ihsan yang mustahab (dianjurkan) di dalam
beribadah terhadap Allah mempunyai 2 bagian, antara lain :
 Pertama, tingkatan muroqobah. Yaitu seseorang yang beramal selalu sadar diawasi dan
diingat oleh Allah dalam setiap kegiatannya. Kedudukan muroqobah yakni ketika
seseorang tidak sanggup memperhatikan sifat-sifat Allah, dia percaya bahwa Allah
memandangnya. Kedudukan inilah yang dipunyai oleh kebanyakan orang. Ketika
seseorang melaksanakan shalat, dia sadar Allah mengingat apa yang dia kerjakan, lalu dia
memperbaiki shalatnya tersebut.
 Kedua, tingkatan musyahadah. Kedudukan ini makin tinggi dari yang pertama, yakni
seseorang selalu mengingat sifat-sifat Allah dan menggabungkan segala kegiatannya
dengan sifat-sifat tersebut. Pada kedudukan musyahadah ini seseorang beribadah
terhadap Allah, seolah-olah dia memandang-Nya.
Perlu ditegaskan bahwa yang dimaksudkan di sini bukanlah memandang dzat Allah, namun
memandang sifat- sifat-Nya, tidak seperti kepercayaan orang-orang sufi. Yang mereka anggap
dengan kedudukan musyahadah yaitu memandang dzat Allah. Ini tentu merupakan
larangan.9Yang dimaksud ialah mengingat sifat-sifat Allah, yaitu dengan mengingat pengaruh
sifat-sifat Allah bagi makhluk. Ketika seseorang hamba telah mempunyai ilmu dan kepercayaan

6
Munawwir, Ihsan, ( Yogyakarta : Buku Gambusan, 2018 ), h. 235.
7
Ibid, h. 228.

8
Ibid, h. 229.

9
Ibid, h. 230 .
4
yang erat kepada sifat-sifat Allah, dia akan mengembalikan seluruh tanda kekuasaan Allah pada
nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Dan inilah kedudukan tertinggi dalam tingkatan Ihsan.
Allah Swt berfirman dalam surat An-Nahl ayat 128;
‫اِ َّن هّٰللا َ َم َع الَّ ِذ ْينَ اتَّقَوْ ا وَّالَّ ِذ ْينَ هُ ْم ُّمحْ ِسنُوْ نَ ࣖ ۔‬
128. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat
kebaikan.

Dalam ayat lain Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 195;
َ‫َواَ ْنفِقُوْ ا فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ َواَل تُ ْلقُوْ ا بِا َ ْي ِد ْي ُك ْم اِلَى التَّ ْهلُ َك ِة ۛ َواَحْ ِسنُوْ ا ۛ اِ َّن هّٰللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬
195. Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) ke
dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik.

Syaikh As Sa’di menafsirkan surat diatas menerangkan bahwa Ihsan pada surat diatas semua
10

bentuk Ihsan. Hal ini karena tidak ada pemisah pada surat diatas. Kemudian termasuk di
dalamnya Ihsan dengan kekayaan, kemuliaan, bantuan, perbuatan memerintahkan yang baik dan
menghindari dari yang buruk, mendidik ilmu yang berfaedah, dan perbuaan Ihsan lain yang
diperintahkan oleh Allah. Termasuk di dalamnya juga adalah Ihsan dalam beribadah terhadap
Allah.
B. Bentuk-bentuk Ihsan
Seorang muslim tidak melihat sikap Ihsan hanya sebatas etika utama yang dapat memperbaiki
tingkah laku. Akan tetapi, ia memandangnya sebagai bentuk dari akidahnya dan bagian terbesar
dari keIslamannya.11Ada beberapa ungkapan-ungkapan dalam Al-Qur‟an yang
mengidentifikasikan bentuk perbuatan Ihsan.
1. Pertama Sabar
Sabar ialah menahan diri atas sesuatu yang tidak disukai dengan penuh keridhaan dan
kepasrahan. Seorang muslim menahan diri atas sesuatu yang tidak disukainya, seperti
dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah. Ia mewajibkan dirinya untuk beribadah dan
menahan dirinya dari bermaksiat kepada Allah. Ia tidak mengizinkan dirinya mendekati
kemaksitan tersebut, apalagi melakukannya kendati dirinya tertarik dan
menginginkannya.12
10
Munawwir, Ihsan, ( Yogyakarta : Buku Gambusan, 2018 ), h. 232.
11
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Pedoman Hidup Harian Seorang Muslim, ( Jakarta : Ummul Qura, 2014), h. 341.

5
12
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Pedoman Hidup Harian Seorang Muslim, ( Jakarta : Ummul Qura, 2014), h. 309.
Sabar dan tidak merasa gelisah merupakan bagian dari akhlak yang bias diperoleh dengan
latihan dan kesungguhan. Maka, hendaknya seorang muslim meminta kepada Allah Swt
agar memberinya kesabaran dengan mengingat perintah-Nya dan pahala yang dijanjikan-
Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 200 dan Al-Baqarah 45;

ࣖ َ‫صابِرُوْ ا َو َرابِطُوْ ۗا َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬


َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اصْ بِرُوْ ا َو‬

200. Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu
dan tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah agar
kamu beruntung.
َ‫صب ِْر َوالص َّٰلو ِة ۗ َواِنَّهَا لَ َكبِ ْي َرةٌ اِاَّل َعلَى ْال ٰخ ِش ِع ْي ۙن‬
َّ ‫َوا ْستَ ِع ْينُوْ ا بِال‬
45. Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,

2. Kedua Menunaikan Sholat


Sholat ialah ibadah yang teratur dari beberapa lisan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir, diselesaikan dengan salam, dan melengkapi beberapa syarat yang ditentukan.13

Firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 45;


َ‫ب َواَقِ ِم الص َّٰلو ۗةَ اِ َّن الص َّٰلوةَ تَ ْن ٰهى ع َِن ْالفَحْ َش ۤا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر هّٰللا ِ اَ ْكبَ ُر ۗ َوهّٰللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُوْ ن‬
ِ ‫ك ِمنَ ْال ِك ٰت‬
َ ‫اُ ْت ُل َمٓا اُوْ ِح َي اِلَ ْي‬
45. Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan
(ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.

3. Ketiga Menunaikan Zakat


Zakat menurut istilah agama Islam ialah tingkatan kekayaan yang tertentu, yang
dibagikan terhadap yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat. Ketetapan zakat
merupakan salah satu rukun Islam yang lima, fardu’ain atas masing-masing orang yang
memadai syarat-syaratnya.
Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 77;
‫هّٰللا‬
ِ ‫اس كَخَ ْش|يَ ِة‬ َ َّ‫ق ِّم ْنهُ ْم يَ ْخ َشوْ نَ الن‬ ٌ ‫ب َعلَ ْي ِه ُم ْالقِتَا ُل اِ َذا فَ ِر ْي‬ َ ِ‫اَلَ ْم ت ََر اِلَى الَّ ِذ ْينَ قِ ْي َل لَهُ ْم ُكفُّ ْٓوا اَ ْي ِديَ ُك ْم َواَقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َو ٰاتُوا ال َّز ٰكو ۚةَ فَلَ َّما ُكت‬
ۚ
‫ع ال| ُّد ْنيَا قَلِ ْي| ٌل َوااْل ٰ ِخ| َرةُ َخ ْي| ٌر لِّ َم ِن اتَّ ٰقىۗ َواَل‬ ٰٓ
ُ ‫ب قُ||لْ َمتَ||ا‬ ِ |َ‫اَوْ اَ َش َّد َخ ْشيَةً ۚ َوقَالُوْ ا َربَّنَا لِ َم َكتَبْتَ َعلَ ْينَ||ا ْالقِتَ||ا ۚ َل لَ||وْ ٓاَل اَ َّخرْ تَنَ||ٓا اِلى اَ َج| ٍل ق‬
ٍ ۗ ‫|ر ْي‬
ْ ُ‫ت‬
‫ظلَ ُموْ نَ فَتِ ْياًل‬

13
H. Sulaiman Rasjid, FIQIH ISLAM, ( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010 ), h. 53.

6
77. Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, ”Tahanlah tanganmu
(dari berperang), laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat!” Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-
tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah,
bahkan lebih takut (dari itu). Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang
kepada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?”
Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.”

Qs. At-Taubah ayat 103


‫ك َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
َ َ‫ص ٰلوت‬
َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬
103. Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
4. Keempat Keyakinan Kepada Hari Akhir
Seorang muslim mengimani bahwa kehidupan dunia ini memiliki masa akhir yang tidak
lagi hari setelahnya. Selanjutnya datanglah kehidupan yang kedua, detik-detik menuju
negeri akhirat. Kemudian, Allah membangkitkan kembali seluruh mahkluk dengan sekali
tiupan dan mengumpulkan mereka di padang Mahsyar guna menghisap mereka, lalu
memberikan ganjaran terhadap orang-orang yang berbuat kebaikan dengan kenikmatan
yang kekal disalam surge dan membagi ganjaran terhadap orang-orang yang berbuat dosa
dengan azab yang menghinakan di dalam akhirat.14
Firman Allah dalam surat Ar-Rahman ayat 26-27;
‫ك ُذو ْال َج ٰل ِل َوااْل ِ ْك َر ۚ ِام‬
َ ِّ‫ُكلُّ َم ْن َعلَ ْيهَا فَا ۖ ٍن َّويَب ْٰقى َوجْ هُ َرب‬
26. Semua yang ada di bumi itu akan binasa,
27. tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.

Qs. Al-Anbiya ayat 34-35

ِ ۗ ْ‫س َذ ۤا ِٕىقَةُ ْال َمو‬


َ‫ت َونَ ْبلُوْ ُك ْم بِال َّش ِّر َو ْال َخي ِْر فِ ْتنَةً ۗ َواِلَ ْينَا تُرْ َجعُوْ ن‬ َّ ‫ك ْال ُخ ْل ۗ َد اَفَ ۟ا ِٕى ْن ِّم‬
ٍ ‫ت فَهُ ُم ْال ٰخلِ ُدوْ نَ ُكلُّ نَ ْف‬ َ ِ‫َو َما َج َع ْلنَا لِبَ َش ٍر ِّم ْن قَ ْبل‬
34. Dan Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau
(Muhammad); maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?
35. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.

14
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Pedoman Hidup Harian Seorang Muslim, ( Jakarta : Ummul Qura, 2014), h. 85.

7
5. Kelima Jihad
Jihad yang bersifat khusus, yaitu berperang melawan orang-orang kafir dan orang-orang
yang memperangi orang Islam hukumnya fardhu kifayah. Jika sebagian sudah
mengerjakannya, maka kewajiban ini telah gugur bagi selainnya.15
Firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 122;
ْٓ |‫۞ َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا َك ۤافَّ ۗةً فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم طَ ۤا ِٕىفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْ ا فِى ال ِّدي ِْن َولِيُ ْن | ِذرُوْ ا قَ||وْ َمهُ ْم اِ َذا َر َج ُع‬
‫|وا اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم‬
ࣖ َ‫يَحْ َذرُوْ ن‬
122. Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam
pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.
6. Keenam Infaq
Menurut Juwaibir meriwayatkan dari adh-Dhahhak, ia mengatakan : “infaq adalah amal yang
dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan kemampuan dan kemudahan yang
mereka miliki, hingga turunlah ayat tentang kewajiban-kewajiban shadaqah, yakni tujuh ayat
dalam surat At-Taubah yang menerangkan tentang shadaqah, dan ini adalah ayat-ayat menasakh
(menghapuskan) hukum yang ada dan menetapkan hukum yang baru.”16
C. Fungsi Ihsan
Pemahaman mengenai fungsi Ihsan tidak terlepas dari tantangan yang dihadapi manusia.
Berdasarkan dari pengalaman diluar, manusia telah sanggup menguasai segala sesuatu yang ada
di dunia seperti bumi dan laut, akan tetapi sampai sekarang manusia belum bisa menunudukan
dirinya sendiri dan belum mengetahui dinamika apa yang ada dalam dirinya. Manusia diciptakan
oleh Allah Swt dalam dua macam, yaitu bisa dilihat dari segi ma’ruf dan mungkar merupakan
dua istilah yang dapat dipakai untuk menentukan suatu perbuatan yang dikerjakan
seseorang.17Inilah salah satu ciri individual manusia yang menbedakannya dari makluk-makluk
lainnya.
Kesimpulannya, bahwa manusia bisa menjadi ma’ruf dan tinggi derajatnya dihadapan Allah atau
sebaliknya, bisa akan menjadi buruk dan jatuh terperosok atas perbuatan yang tercela.
Fungsi Ihsan adalah sebagai berikut :
1. Pendorong, bahwa Ihsan terhadap Allah Swt, memotivasi manusia menghormati
hidupnya, beribadah dan beramal shaleh sebatas menambah keimanan dan ketaqwaan
seseorang.
15
Ibid, h. 655.

16
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, ( Bogor : Pustaka Ibnu Katsir, 2006), h. 123.

17
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2017 ), h. 87.

8
2. Penyalur, yakni bahwa Ihsan terhadap Allah Swt, yang sudah dipunyai manusia agar bisa
berkembang secara optimal dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
tuntunan agama Islam sebatas dirinya sadar dengan Allah Swt.
3. Pengendalian, dengan menggunakan Ihsan manusia bisa mengendalikan perbuatannya
ketika melakukan perbuatan sesuatu yang dilarang oleh Allah Swt.
4. Penyesuaian, manusia harus sadar dengan dirinya sebagai makluk ciptaan Allah Swt yang
tidak ada tenaga dan tidak ada kekuatan dibandingkan dengan Allah yang maha pencipta
dan maha kuasa. Dengan demikian, maka fungsi Ihsan disinilah agar manusia mengakui
bahwa Allah itu ada, Allah itu sebagai pencipta dan hendaklah manusia selalu ingat
kepada Allah Swt. karna dari sini manusia bisa merasakan hidup tenang dan tentram dari
segala perbuatan yang keji dan mungkar.

Ihsan Kepada Alam Semesta


Alam ialah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah melalui Al
quran mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta beserta isinya. Manusia sebagai
khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini.
Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh
karena itu,manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni
melestarikannya dengan baik.Ada kewajiban manusia untuk berakhlak kepada alam sekitarnya.
Ini didasarkan kepada hal-hal sebagi berikut :

1. Bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi.


2. Bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh al quran.
3. Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga pelestarian alam
yang bersifat umum dan yang khusus.
4. Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk mengambil manfaat yang
sebesar-besarnya dari alam, agar kehidupannya  menjadi makmur.
5. Manusia berkewajiban mewujudkan kemakmuran dan kebahagiaan   di muka
bumi. Manusia wajib bertanggung jawab terhadap kelestarian alam atau.

9
Pilar-Pilar Syariat ISLAM yang saling keterkaitan satu dengan lainnya dalam konteks
Lingkungan:
1. Tauhid (Peng-Esaan Tuhan)
Tuhan adalah “Dzat” atau “dimensi” yang non-empirik dan yang menciptakan sehingga
memungkinkan adanya dimensi lain termasuk alam semesta yang visual dan empirik. Dia
memberikan arti dan kehidupan pada setiap sesuatu. Dia serba meliputi (al-Muhith) dan tak
terhingga. Sedangkan segala sesuatu selain Dia (makhluq ciptaan-Nya) adalah serba diliputi dan
terhingga. Alam semesta adalah makhluq ciptaan Tuhan. Karena itu alam semesta ada dan
bekerja sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Penciptanya. Dengan demikian
di dalam setiap kejadian di alam ini berlaku hukum sebab-akibat yang “alamiah”.

Konsep inilah yang di dalam beberapa ayat Al-Qur’an dinyatakan bahwa setiap sesuatu ciptaan
Allah itu mempunyai “ukuran” (qadr), dan oleh karena itu bersifat relatif dan tergantung kepada
Allah. Jika sesuatu ciptaan Allah (termasuk manusia) itu melanggar hukum-hukum yang telah
ditetapkan baginya dan melampaui “ukuran” nya, maka alam semesta ini akan menjadi kacau
balau.

Setiap tindakan atau perilaku manusia (muslim) baik yang berhubungan dengan orang lain atau
makhluk lain atau lingkungan hidupnya harus dilandasi oleh pemahaman atas konsep Keesaan
dan Kekuasaan Tuhan serta penciptaan alam semesta sebagaimana telah disebutkan di atas.
Pernyataan ini mempunyai makna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan sekaligus sebagai
hamba Tuhan (‘abdul Allah) harus senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan-aturan atau
hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Dengan kata lain, tauhid merupakan
sumber etika pribadi dan kelompok (masyarakat), etika sosial, ekonomi, dan politik, termasuk
etika dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, pengembangan sains dan teknologi.

2. Amanah (Kepercayaan)
Sebagai pemimpin semua makhluk, manusia harus bisa menegakkan amanah dan keadilan di
tengah-tengah lingkungan alam dan sosialnya. Tindakan-tindakan manusia yang berakibat
terjadinya kerusakan di muka bumi sebagaimana di muka telah ditegaskan, merupakan
pelanggaran atau penginkaran terhadap amanah yang berarti juga merupakan perbuatan dosa
besar.

3. Kemashlahatan (Istishlah)
Al istishlah atau kemashlahatan (umum) merupakan salah satu pilar utama dalam syariah Islam
termasuk dalam pengelolaan lingkungan. Istishlah ini bahkan tidak hanya sepanjang umur dunia
akan tetapi sampai ke kehidupan akherat (Q.S. Al-A’raf: 56). Tujuan tertinggi dari perlindungan
alam dan ekosistem ini adalah kemaslahatan dan kesejahteraan (istishlah) universal (bagi seluruh
makhluk) baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Istishlah juga bisa bermakna
pemeliharaan terhadap alam termasuk kepada kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan di bumi.

Hubungan Manusia Dengan Alam


Dalam pandangan Islam, alam semesta termasuk bumi seisinya adalah ciptaan Tuhan dan
diciptakan dalam kesetimbangan, proporsional dan terukur atau mempunyai ukuran-ukuran, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Berbagai unsur dan elemen yang membentuk alam tersebut
diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam menjalankan kehidupannya di muka

10
bumi, sekaligus merupakan bukti Ke-Mahakuasaan dan KeMahabesaran Sang Pencipta dan Pemelihara
alam (Q.S. Taaha: 53-54).
Hubungan antara manusia dengan alam lingkungan hidupnya ini ditegaskan dalam beberapa ayat al-
Qur’an dan Hadist Nabi, yang intinya adalah sebagai berikut:

 Hubungan keimanan dan peribadatan. Alam semesta berfungsi sebagai sarana bagi
manusia untuk mengenal kebesaran dan kekuasaan Tuhan (beriman kepada Tuhan)
melalui alam semesta, karena alam semesta adalah tanda atau ayat-ayat Allah. Manusia
dilarang memperhamba alam dan dilarang menyembah kecuali hanya kepada Allah yang
Menciptakan alam.
 Hubungan pemanfaatan yang berkelanjutan. Alam dengan segala sumber dayanya
diciptakan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
 Hubungan pemeliharaan untuk semua makhluk. Manusia mempunyai kewajiban
untuk memelihara alam untuk keberlanjutan kehidupan, tidak hanya bagi manusia saja
akan tetapi bagi semua makhluk hidup yang lainnya.

Cara Melestarikan Alam Semesta


           Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya semata-mata untuk kepentingan alam, tetapi
jauh dari itu untuk memelihara, melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi
kebutuhannya sehingga kemakmuran, kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga.
Berakhlak dengan alam sekitarnya dapat dilakukan manusia dengan cara melestarikan alam
sekitarnya sebagai berikut :
1. melarang penebangan pohon-pohon secara liar.
2. melarang perburuan binatang secara liar.
3. melakukan reboisasi.
4. membuat cagar alam dan suaka margasatwa.
5. mengendalikan erosi.
6. menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai.
7. memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat.
8. memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya.

Memanfaatkan alam beserta isinya, karena Allah ciptakan alam dan isinya ini untuk manusia.
Allah berfirman:
}22{ ‫ًاوَأ ْنتُ ْمتَ ْعلَ ُمون‬
َ ‫اوال َّس َما َءبِنَا ًء َوَأ ْنزَ لَ ِمنَال َّس َما ِء َما ًءفََأ ْخ َر َجبِ ِه ِمنَالثَّ َم َراتِ ِر ْزقًالَ ُك ۖ ْمفَاَل تَجْ َعلُوالِلَّ ِهَأ ْندَاد‬ َ ْ‫يج َعلَلَ ُك ُماَأْلر‬
َ ‫ضفِ َرا ًش‬ َ ‫الَّ ِذ‬
Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-
buahan
sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,
padahal kamu mengetahui.(QS. Al Baqarah[2] : 22)
11
Dengan demikian, upaya manusia untuk bisa memahami alam dengan pengetahuan dan ilmu ini
pada hakekatnya merupakan upaya manusia untuk mengenal dan mamahami yang Menciptakan
dan Memelihara alam, agar bisa berhubungan dengan-Nya.

Ihsan Kepada Lingkungan


Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain dan
tentu hidup dalam sebuah lingkungan. Berbicara tentang lingkungan berarti tidak terlepas dari
perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Manusia memburuhkan kerukunan, kedamaian
salah satu langkah manusia agar hidup damai dalam sebuah lingkungan adalah dengan
menanamkan nilai-nilai akhlak dalam diri kita.
Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana yang
baik, serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan hidup, tanpa
membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia itu
sendiri yang menciptanya.
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah segala sesuatu yang disekitar manusia, baik
binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.18 Pada dasarnya akhlak yang
diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia terhadap alam. Kekhalifahan disini
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan agar setiap makhluk mencapai
tujuan pencipta-Nya.19
Melihat masa sekarang dimana terdapat berbagai macam musibah yang menimpa saudara-
saudara kita, itu semua tentunya tak lepas dari parangai manusia itu sendiri. Banyak orang
menganggap bahwa lingkungan hanya sebagai objek untuk mendapatkan sesuatu tanpa
memikirkan sebab akibat dan pelestariannya.Berbagai macam kasus tentang perusakan
lingkungan telah banyak terjadi di Indonesia diantaranya: Pembakaran hutan yang dilakukan
oleh masyarakat pedalaman Kalimantan. Walaupun hal ini dilakukan dalam rangka untuk
menjadikan sebagai lahan pertanian, tetapi hal ini terbukti tidak efektif karena penjalaran api
yang begitu cepat menyebabkan melebarnya lahan yang terbakar. Hal ini tentunya sangat
berakibat buruk tidak hanya bagi masyarakat setempat tetapi juga masyarakat dunia karena pulau
Kalimantan merupakan paru-paru dunia yang memproduksi banyak oksigen untuk kelangsungan
hidup manusia. Adapun contoh- contoh masalah kerusakan terhadap lingkungan adalah
sebagai berikut:
a. Belum lama ini kasus mengenai pabrik yang ada di Provinsi Riau yang membuang
limbahnya di sungai sehingga menyebabkan hilangnya mata pencaharian penduduk
dikarenakan ikan-ikan mati.
b. Kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur yang merupakan sebab dari kelalaian
P.T.Lapindo Brantas dalam menambang minyak bumi sehingga menyebabkan keluarnya
18
Abbudin Nata, Op.Cit. h. 129.

19
Ibid
12
lumpur panas dari dalam bumi dan belum jelas kapan akan berhenti. Hal ini tentunya
mengakibatkan penderitaan pada masyarakat karena mereka kehilangan lahan, rumah serta
mata pencahariannya.
c. Banjir bandang yang melanda Kota Masamba serta beberapa desa disekitarnya yang
mengakibatkan pasir yang menimbun rumah-rumah warga yang sampai sekarang masih
banyaak rumah yang rusak berat dan tidak dapat di huni. Banjir ini terjadi karena
pembalakan liar sehingga apabila hujan turun tidak ada resapan air .
Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan bahwa binatang melata dan
burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya --seperti ditulis Al-
Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh diperlakukan secara aniaya."

Pentingnya Menjaga Alam Semesta dan Lingkungan Sekitar


Rosulullah melalui hadis – hadis telah menanamkan nilai – nilai implementasi
pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup ini kepada kita semua, diantaranya
adalah:
1. Menjaga kebersihan lingkungan
Keimanan seseorang tidak hanya diukur dari banyaknya ritual di tempat ibadah. Tapi juga
menjaga dan membersihkan lingkungan merupakan hal yang sangat fundamental dalam
kesempurnaan iman seseorang. Tidak iman seseorang jika tidak peduli lingkungan. Demikian
tersebut telah beliau tegaskan dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Artinya: Dari Abu Malik al-Asy’ari berkata, Rosulullah bersabda: Kebersihan adalah
sebagian dari iman. Hadis tersebut menunjukkan bahwa kebersihan sebagai salah satu elemen
dari pemeliharaan lingkungan merupakan bagian dari iman. Apalagi dalam tinjauan qiyas
aulawi, menjaga lingkungan secara keseluruhan, sungguh benar – benar yang sangat terpuji
di hadapan Allah.

2. Memanfaatkan Tanah Tandus


Mengolah dan memanfaatkan tanah kosong untuk ditanami adalah salah satu bentuk
kesadaran manusia dalam memperlakukan bumi yang semakin tua dengan memanfaatkan
lahan yang tidak produktif, mengembalikan fungsi lahan dan menjadikan sebagai usaha
sekaligus berperan dalam upaya konservasi. Mengolah lahan yang semula tidak produktif
karena kondisi tanah yang berbatu dan tidak memungkinkan untuk ditanami.

Rosulullah memberikan motivasi dan betul – betul memperhatikan aspek ini, hal ini dapat kita lihat
dalam statement Beliau dalam sebuah hadis yang shohih. Artinya: Dari sa’id bin Zaid dari Nabi
bersabda:Barang siapa mengolah tanah yang mati ( gersang ) maka ia menjadi miliknya. (HR. Abu
Dawud dan Ahmad)
3. Penanaman pohon dan melakukan penghijauan
Penghijauan atau reboisasi merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat
bagi manusia di dunia dan juga membantu kemaslahatan manusia di akhirat.
13
Hal ini ditegaskan oleh Nabi dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim:
Rasulullah saw bersabda, ”Tidaklah seorang Muslim menanam pohon atau sebuah tanaman kemudian
dimakan oleh burung, manusia, atau binatang melainkan ia akan mendapat pahala sedekah”. (HR.
Bukhori Muslim)

4. Menjaga keseimbangan alam


Salah satu konsep Islam dalam masalah pemanfaatan alam adalah hadd al-Kifayah (standar kebutuhan
yang layak) yang menjelaskan pola konsumsi manusia yang tidak boleh melebihi satndar kebutuhan
yang layak. Dalam memanfaatkan sumberdaya alam, manusia tidak boleh melebihi standar kebutuhan
yang layak karena harus mempertimbangkan aspek keberlanjutan kehidupan, kelestarian alam, dan
keseimbangan ekosistem.

14
Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Ihsan adalah berperilaku baik, ihsan sendiri termasuk dalam salah satu aspek dari
agama yaitu asspek rohani. Yang mana artiannya, kita dianjurkan untuk melakukannya.
Banyak bentuk Ihsan di dalam kehidupan kita, diantara Ihsan kepada Alam Semesta dan
Ihsan kepada Lingkungan Sekitar.
Ihsan kepada Alam Semesta sendiri berarti bagaimana perilaku baik kita kepada alam.
Seperti menjaga alam dari kerusakan, merawat semua yang hidup di alam dan
melestarikannya. Sedangkan Ihsan kepada Lingkungan Sekitar adalah bagaimana sikap
baik kita kepada lingkungan sekitar kita, baik kepada keluarga,teman, tetangga, dsb.
Allah SWT. Sangat menganjurkan kepada kita untuk selalu berbuat baik kepada
apapun agar hidup kita diberkahi dan diberi ketenangan serta kenyamanan.

3.2 Saran
Dari makalah ini kami banyak belajar bahwa kedepannya setiap kita haruslah lebih
peduli terhadap lingkungan sekitar agar semua hal yang Allah SWT. Berikan kepada kita
tetap dapat kita gunakan hingga akhir hayat. Serta saran kami bahwa kita sebagai
generasi muda jangan hanya mengandalkan sesuatu yang ada untuk merawat alam
melainkan juga berinovasi untuk melestarikan alam.
Selain itu, kita juga harus tetap menjaga hubungan baik kepada sesame manusia. Dan
jangan lupakan tata krama yang ada, walaupun zaman sudah berubah menjadi lebih maju
tetapi sikap sopan santun dan baik serta peduli kepada orang lain tidak boleh kita
tinggalkan.

15
Daftar Pustaka

953-Article Text-3120-1-10-20210302 (2).pdf


Akhlak-Lingkungan (2).pdf
93393-ID-hadis-hadis-ekologi-dalam-konteks-perind.pdf
MARIAH%20ULFA.pdf
lingkungan dalam perspektif islam (1).pdf
Skripsi_Full (1).pdf

16

Anda mungkin juga menyukai