Anda di halaman 1dari 11

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Rabu, 19 Oktober 2022, pukul 06.30


Thema : IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sub Thema : Ummat Muhammad Masuk Surga

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-bapak dan
ibu-ibu serta saudara-saudara sekalian, alhamdulillah kita dipertemukan kembali, mari
kita membahas yang berkaitan dengan Nabi Muhammad S.A.W karena masih dalam
bulan dilahirkannya Nabi Muhammad S.A.W, tema yang kita bahas adalah “Ummat
Muhammad Masuk Surga”. Artinya Nabi Muhammad sendiri menjamin bahwa
ummatnya akan masuk Surga, dan alhamdulillah kita beruntung telah diberi kesempatan
oleh Allah hidup dimasa setelah diutusnya Nabi Muhammad S.A.W. Beliau adalah satu-
satunya Nabi yang diutus oleh Allah untuk membimbing dan memberi pengarahan untuk
seluruh ummat manusia di seluruh dunia sampai akhir zaman. Kita bayangkan jika kita
diberi kesempatan hidup di zaman sebelum Nabi Muhammad, para Nabi itu diutus
hanya untuk para kaumnya, kalau kita kebetulan tinggal di daerah yang tidak
mempunyai Nabi dan tidak kedatangan Nabi maka kita hidup dalam kegelapan, tidak
ada yang membimbing. Nabi Muhammad S.A.W dibekali dengan Al Qur’an, satu
satunya kitab Allah yang dijamin akan otentik (murni/asli) sampai akhir zaman, yang
mudah dihafal dan mengandung pelajaran yang kandungannya tetap relevan sebagai
pedoman untuk menjamin kehidupan yang baik sampai akhir zaman. Apapaun
perkembangan yang terjadi di dunia ini baik perkembangan sosial, ekonomi dan
teknologi dan ilmu pengetahuan maka Al Qur’an masih tetap relevan. Kemudian Nabi
Muhammad S.A.W menjamin bahwa kita ummatnya akan masuk dan tinggal di Surga
jika kita mau mengikuti ajaran-ajaran beliau. Suatu saat Rasulullah S.A.W bersabda sbb:
Rasulullah saw bersabda: “Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.”
Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, siapa yang enggan?” Beliau menjawab: “Siapa yang
taat kepadaku akan masuk surga dan siapa yang membangkang kepadaku berarti ia
enggan.” {HR Bukhari dari Abu Hurairah}.

Rasulullah membimbing dan mengajak bersama-sama ummatnya menuju satu tujuan


yang baik, yang menyenangkan dan yang membahagiakan dengan cara yang sangat
comprehensive, jadi ditinjau dari segi manapun efektif. Ini dibuktikan bahwa hanya
dalam periode 23 tahun Rasulullah S.A.W sudah bisa mengubah gaya hidup dan
mengubah sikap mental dan mengubah semangat keimanan. Dari hadits tersebut
kuncinya adalah asal kita mau dibimbing oleh Rasulullah S.A.W maka kita akan masuk
Surga, tentu saja bimbingan beliau adalah ke arah yang baik untuk kita.
Karena Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang menyampaikan pesan-pesan dan
bimbingan dari Allah kepada ummat manusia, maka siapapun diantara ummatnya yang
taat kepada Nabi Muhammad sama dengan taat kepada Allah. Jadi ketaatan seseorang
kepada Nabi Muhammad itu identik atau sama dengan ketaatan kepada Allah s.w.t. ini
juga suatu jaminan bahwa apapun yang disampaikan oleh Rasulullah itu pasti benar, dan
berarti Rasulullah itu sebagai manusia itu betul-betul menjaga diri supaya perilakunya itu
sesuai dengan ajaran Allah sehingga Allah menyamakan bahwa ketaatan kepada Nabi
Muhammad sama dengan taat kepada Allah, berkaitan dengan hal ini Allah Berfirman
dalam surat Al Nisaa (4) ayat 80:

“Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah”.

Sehubungan dengan hal itu Allah menjanjikan siapapun yang taat kepada Allah dan
RasulNya akan diizinkan masuk ke Surganya, Firman Allah di surat An Nisaa (4) ayat 13:
“Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam
surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya. Itulah
keberuntungan yang besar”.

Jadi taat kepada Allah dan RasulNya itu satu paket, jadi tidak bisa kita menggunakan Al
Qur’an tanpa memakai hadits karena hadits itu sabda Nabi atau percontohan dari Nabi
yang merupakan implementasi dari ajaran Allah, lalu sebaliknya siapapun yang
membangkang atau tidak taat kepada Nabi Muhammad S.A.W dia akan masuk Neraka,
Allah Berfirman dalam surat An Nisaa (4) ayat 14:

“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-
ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di
dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”.

Untuk menjadi orang yang taat kepada Nabi Muhammad tidaklah mudah karena kita
sering kali cenderung mengikuti keinginan kita sendiri, keinginan itu kata lainnya adalah
hawa nafsu maka sulit bagi kita untuk mengikuti orang lain termasuk mengikuti Nabi
Muhammad S.A.W apalagi kalau kita mulai dari kecil tidak diperkenalkan mengenai Nabi
Muhammad S.A.W karakternya dan ajarannya maka mereka akan menganggap bahwa
ajaran Nabi Muhammad itu aneh, tetapi kalau dari kecil kita diperkenalkan maka ajaran
Islam itulah yang masuk akal. Jika hawa nafsu atau keinginan diri itu mendominasi
seseorang maka dia akan melupakan atau mengabaikan anjuran Nabi Muhammad S.A.W,
jadi hambatan utama untuk mentaati Allah dan RasulNya adalah keinginan kita sendiri.
Kalau kita taat itu artinya mengikuti keinginan Allah dan keinginan RasulNya, tetapi
kalau kita mengikuti keinginan sendiri bisa saja kadang-kadang bersamaan dengan
keinginan Allah, tetapi bisa malah bertentangan dan bahkan bisa melampaui batas yang
diijinkan oleh Allah. Allah Berfirman dalam surat Al Qashash (28) ayat 50:
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan
tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun”.

Jadi itu berarti kalau kita mempunyai keinginan dan kita ingin menuruti keinginan itu kita
harus merujuk kepada bimbingan Allah apakah keinginan ini sejalan dengan bimbingan
Allah atau bertentangan, kalau tidak bertentangan maka kita harus tahu juga bagaimana
cara melaksanakan itu dengan baik. Karena itu kita perlu menentukan sikap dan langkah,
sikap itu pola pikir sedangkan langkah itu perilaku, yang memudahkan kita untuk
mentaati anjuran Rasulullah S.A.W dengan sukarela. Pola pikir dan langkah yang kita
ambil misalnya:
1. Kita jadikan Nabi Muhammad S.A.W sebagai teladan atau idola yang kita tiru pola
pikir dan perilakunya. Kenyataannya jarang orang yang menjadikan Nabi
Muhammad S.A.W sebagai idola karena kebanyakan orang tidak mengenal Nabi
Muhammad S.A.W. Kebanyakan orang menjadikan idola misalnya dalam business itu
tokoh tertentu yang businessnya sukses, sedangkan dalam kehidupan sehari hari
banyak yang mengidolakan penyanyi atau tokoh populer lainnya, jarang sekali yang
memilih Nabi Muhammad S.A.W sebagai idola. Kalau kita menjadikan Nabi
Muhammad S.A.W sebagai idola, maka ketika kita makan kita inget bagaimana cara
Nabi Muhammad itu makan, adabnya bagaimana kemudian apa yang dianjurkan dan
apa yang dilarang dsb. Allah Berfirman dalam surat Al Ahzab (33) ayat 21:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah”.

Jadi kita coba jadikan Rasulullah S.A.W tersebut sebagai teladan dan kita melakukan
apapun merujuk kepada Nabi Muhammad S.A.W dan meniru Nabi Muhammad
S.A.W karena itu kita mesti lebih banyak mempelajari bagaimana Nabi Muhammad
hidup dan bagaimana beliau mengatasi masalah, bagaimana beliau bergaul dengan
istri dan bagaimana beliau berkomunikasi dengan orang lain itu semua kita pelajari
supaya kita punya rujukan. Terutama kita pelajari Nabi Muhammad S.A.W dalam hal
kepeduliannya dan empatinya kepada orang lain yang tentunya dimulai dari pola
pikir. Kepedulian nabi kepada orang lain tersebut membuat beliau selalu siap untuk
menolong dan melayani orang lain. Nabi Muhammad itu kan pemimpin, maka
ketika beliau menyampaikan wahyu berarti beliau berperan sebagai guru, ketika
beliau memimpin perang berarti beliau berperan sebagai komandan, ketikau beliau
sholat menjadi imam, jadi Nabi Muhammad itu pemimpin dalam segala aspek, tetapi
karena empatinya kepada orang lain beliau selalu siap untuk menolong orang lain,
beliau selalu siap melakukan apapun untuk memberi keringanan kepada orang lain
tentu yang baik-baik, itu kita bangun rasa empati kepada orang lain. Pada zaman kita
sekarang ini tentu tidak seperti zaman dahulu sehingga kita sering terpengaruh oleh
situasi, misalnya makin tinggi jabatan seseorang makin banyak dia menuntut untuk
dilayani, buktinya ajudannya makin banyak atau pembantunya makin banyak berarti
dia mengharapkan dilayani. Kalau Rasulullah S.A.W tidak punya pembantu bahkan
Rasulullah S.A.W menurut Ibu Aisyah juga membantu pekerjaan-pekerjaan rumah,
memasak, mencuci tempat makan, mencuci bajunya sendiri semua itu dilakukan
Rasulullah S.A.W. Rasulullah S.A.W Digambarkan oleh Allah di surat At Taubah (9)
ayat 128:

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”.

Jadi kalau ada ummatnya yang menderita Rasulullah ikut merasakannya, ini karena
empati, jadi semangatnya itu adalah semangat kasih sayang maka kalau menasehati
orang itu bukan dengan membentak tetapi dengan bahasa yang halus dan tutur kata
yang baik.
2. Kita tanamkan di hati kita rasa cinta kepada Nabi Muhammad, dengan cinta yang
lebih besar dari pada cinta kepada diri sendiri, hal ini digambarkan oleh Allah dalam
surat Al Taubah (9) ayat 120:

“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang
berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak
patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul”.

Disini digambarkannya perang, kalau perang itu secara naluri berat melakukannya
karena perang itu mengandung resiko mati dengan terbunuh, setiap orang tidak ingin
cepat terbunuh atau cepat mati, ingin tetap hidup, jadi keinginan diri kita itu tetap
hidup, tetapi kalau Rasulullah S.A.W menganjurkan perang, maka anjuran Rasulullah
itu harus diletakkan diatas keinginannya sendiri, apalagi perang yang diperintahkan
oleh Rasulullah S.A.W itu bukan perang agressive tetapi karena Madinah akan
diserang oleh orang kafir Mekkah, maka Rasulullah menganjurkan penduduk
Madinah untuk membela diri siap siap untuk perang, jadi ukurannya cinta kepada
Rasulullah lebih tinggi dari pada cinta kepada diri sendiri itu adalah rela mati,
mempertahankan diri itu penting seperti kita dijajah oleh belanda kita harus
mempertahankan diri, demikian juga ketika sudah merdeka kemudian mau dijajah
lagi, kita juga bangkit untuk perang meskipun korbannya banyak karena cinta kita
kepada tanah air, dan kebetulan waktu itu pejuangnya mayoritas Islam jadi mereka
berprinsip berjuang untuk tanah air adalah berjuang di jalan Allah.
3. Kita mengakui bahwa Nabi Muhammad S.A.W itu mempunyai hak lebih besar dalam
mengatur kehidupan kita. Kita ini ingin hidup dengan cara-cara tertentu dan
kebanyakan kita caranya hidup semau kita sendiri, kalau kita ingin taat kepada Nabi
maka kita tentukan bahwa Nabi Muhammad lebih berhak mengatur hidup kita dari
pada kita sendiri, itu adalah implementasi dari mencintai Rasulullah S.A.W, tetapi
lebih dari itu ini adalah implementasi dari keimanan. Karena Rasulullah itu adalah
kepanjangan tangan dari Allah maka kalau Rasulullah mengatur kehidupan kita itu
sama dengan Allah mengatur kehidupan kita melalui Nabi Muhammad S.A.W.
dengan demikian kita merasa rela diatur oleh Nabi Muhammad, gambaran secara
umum Allah Berfirman dalam surat Al Ahzab (33) ayat 6:

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri
dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka”.

Jadi pada zaman para sahabat, kalau mereka sedang mengerjakan apapun jika tiba-
tiba dipanggil oleh Nabi Muhammad maka mereka tinggalkan pekerjaannya dan
langsung datang menghadap Nabi, kalau zaman kita sekarang misalnya seorang
pemuda ingin menikahi wanita dia tertarik karena kecantikannya padahal dia non
Muslim, sedangkan Nabi Muhammad menganjurkannya bahwa menikahi seseorang
berdasarkan agama yang sama (Islam) itu lebih penting dibandingkan kecantikan, dan
Allah juga Berfirman bahwa wanita muslimah meskipun dia budak itu lebih baik
daripada wanita yang musyrik, keinginan sendiri pemuda tersebut karena sudah
terlanjur jatuh cinta ingin menikahi wanita cantik tersebut, maka jika pemuda tersebut
mengikuti Allah dan RasulNya maka dia akan menolak menikahi wanita non Muslim
tadi walaupun dia sudah jatuh cinta, ini berarti Rasulullah berhak mengatur diri kita
daripada kita mengatur diri kita.
4. Kita lebih mengutamakan pilihan Allah dan Rasulnya daripada pilihan kita sendiri.
Jadi kalau ada pilihan dari Allah dan Rasulnya maka kita harus memilih yang
dianjurkan oleh Allah dan Rasulnya. Contoh kasusnya kebetulan tentang pernikahan
tetapi kalimatnya ini sifatnya umum maka ini bisa di aplikasikan kedalam hal hal lain
yang sifatnya umum. Allah Berfirman dalam surat Al Ahzab (33) ayat 36:

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, lalu dia
memilih pilihannya sendiri tentang urusan mereka”.

Kasusnya ketika itu Nabi Muhammad S.A.W mempunyai anak angkat Zaid bin
Haritsah yang mantan budak, beliau ingin menikahkan Zaid dengan wanita yang
keturunan terpandang atau bangsawan yaitu Zainab yang masih saudara dengan Nabi
Muhammad S.A.W jadi keturunan Quraish, lalu Rasulullah S.A.W melamar kepada
Zainab untuk Zaid, tetapi Zainab menolak, kalau dinikahi Nabi Muhammad S.A.W
dia mau tetapi kalau untuk Zaid dia tidak mau, kemudian turunlah ayat diatas (Al
Ahzab ayat 36). Kalau contoh dalam kondisi sekarang misalnya dalam pekerjaan ada
penghasilan yang halal dan ada yang haram, yang halal jumlahnya sedikit sedangkan
yang haram jumlahnya banyak, tentu selera kita memilih yang banyak, tetapi yang
banyak itu haram maka kita hars melihat keputusan Allah, kalau keputusan Allah
melarang mengambil yang haram maka kita memilih yang halal walaupun sedikit.
Contoh lain, ketika dikumandangkan adzan, adzan itu menunjukkan agar kita
bergegas menuju sholat, jadi begitu ada adzan itu berarti keputusan Allah atau
perintah Allah agar kita sholat jadi pada saat itu apapun yang kita kerjakan harus
berhenti dan mengutamakan keinginan Allah untuk segera melaksanakan sholat dari
pada keinginan kita sendiri misalnya sedang berbelanja atau aktivitas lain. Allah
Berfirman dalam surat Al Jumu’ah (62) ayat 9:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada
hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.

5. Kita selalu menggunakan ajaran Nabi Muhammad S.A.W sebagai rujukan setiap kita
mengambil keputusan. Karena kita setiap hari selalu mengambil keputusan untuk
melangkah memulai suatu tindakan atau aktivitas untuk mengejar target atau cita-cita,
begitu juga ketika menghadapi suatu masalah dan bagaimana cara mengatasinya,
maka ketika kita membutuhkan pertimbangan untuk mengambil keputusan kita mesti
melihat rujukan dari Allah dan RasulNya dan tidak boleh bertentangan dengan
Keputusan Allah dan RasulNya. Allah Berfirman dalam surat Al Nisaa (4) ayat 65:

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.

Jadi dalam ayat tersebut disebutkan suatu masyarakat belum dapat dikatakan beriman
jika tidak mengikuti saran Nabi Muhammad S.A.W. jika kita bandingkan dengan bani
Israil ketika ada seseorang yang mati terbunuh dan tidak ketahuan siapa yang
membunuh, maka mereka mencoba meminta kepada Nabi Musa untuk memohon
kepada Allah dan memberi tahu siapa yang membunuh, lalu Nabi Musa memohon
kepada Allah kemudian dapat wahyu bahwa Allah menganjurkan bani Israil untuk
menyembelih sapi, tetapi bani Israil kemudian berargumentasi tentang jenis sapinya
dan ngeyel, yang intinya mereka tidak percaya kepada Nabinya dan tidak mau
menuruti perintah Allah, ini indikasi bahwa mereka tidak beriman, kita sebaiknya
tidak seperti itu, turuti saja apa kata Allah dan RasulNya.
6. Jika kita suatu saat telah melakukan kegiatan yang menyimpang, kemudian kita
ditegur atau dinasehati oleh seseorang siapapun dia yang mengutip ajaran Nabi
Muhammad maka kita dengan sukarela meninggalkan penyimpangan tersebut dan
mengikuti arahan yang sesuai dengan ajaran Nabi. Allah berfirman dalam surat An
Nur (24) ayat 51:

“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil untuk mengikuti


Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghakimi (mengadili) di antara mereka ialah
mestinya mereka ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung”.

7. Kita memperbanyak bacaan sholawat untuk Nabi Muhammad S.A.W, sholawat itu
do’a kita memohon agar Allah Merahmati Nabi Muhammad. Kita makin banyak
mengucapkan sholawat itu makin mudah menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi
Muhammad S.A.W, disamping memperoleh pahala yang besar juga kelak di akherat
kalau misalnya kita ini banyak dosa sehingga mungkin kita bisa masuk Surga tetapi
harus ke neraka dulu, maka jika kita banyak membaca sholawat bisa mendapat
syafaat dari Rasulullah S.A.W dan tidak jadi masuk neraka. Allah menganjurkan kita
banyak-banyak membaca syafaat dalam surat Al Ahzab (33) ayat 56:

“Sesungguhnya Allah Merahmati Nabi Muhammad dan malaikat-malaikat-Nya


memohon agar Allah Merahmati Nabi Muhammad. Hai orang-orang yang beriman,
bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.

Kalau kita berhasil mengikuti dan mentaati Nabi Muhammad, maka in syaa Allah kita
akan memperoleh keuntungan yang besar, antara lain kita selalu terbimbing dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari, baik ketika kita berusaha mengatasi masalah maupun
pada saat kita mengejar cita-cita. Allah Berfirman dalam surat Al A’raf (7) ayat 158:

“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman
kepada Allah, dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya
kamu mendapat petunjuk."

Keuntungan lain adalah kita akan memperoleh kemenangan dan keberuntungan, Allah
Berfirman dalam surat Al A’raf (7) ayat 157:

“Maka orang-orang yang beriman kepadanya (Nabi Muhammad), memuliakannya,


menolongnya dan mengikuti kitab (Al Qur'an) yang diturunkan kepadanya, mereka
itulah orang-orang yang beruntung (menang)”.

Keuntungan lainnya adalah in syaa Allah kita dicintai Allah dan diampuni oleh Allah.
Allah Berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 31:

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi Muhammad),
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu."

Kita ini kan banyak berbuat dosa baik sengaja maupun tidak sengaja, maka kita sebaiknya
lebih fokus dan konsisten mengikuti ajaran Nabi Muhammad dan mencintai Nabi
Muhammad agar dosa-dosa kita diampuni dan kita bisa masuk Surga.

RINGKASANNYA :

 Semua ummat Nabi Muhammad masuk surga kecuali yang menolak.


 Taat kepada Nabi sama denga taat kepada Allah.
 Agar kita mudah mentaati Nabi: Meneladani Nabi, mencintainya, rela diatur
olehnya, mengutamakan pilihannya, menganggapnya sebagai rujukan, dan
memperbanyak shalawat.
 Keuntungan taat kepada Nabi: Dibimbing, dicintai dan diampuni Allah.
Semoga Allah memberi kita kemudahan dalam mengikuti ajaran Nabi Muhammad
SAW..............Aamiiin.
~Semoga bermanfaat, mari kita implementasikan di kehidupan kita~

Anda mungkin juga menyukai