Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN TAUSIAH OLEH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Tanggal 11 April 2021. Pukul 05.30


Thema : MENGGAPAI HIDUP BAHAGIA BERSAMA AL-QUR’AN.
Topik : NIKMATNYA MENGESAKAN ALLAH

Alhamdulillahi robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-bapak dan
Ibu ibu insya Allah pagi ini kita membahas mengenai “Nikmatnya meng Esa kan Allah”.
Kita diharapkan meng Esa kan Allah sebagai mana kita membaca syahadat:

‫س ْـو ُل اللاـ ِه‬


ُ ‫أَ ْشهـدُ أن َل ِإلـه ِإ اَل اللاـهُ و أ ْشهـدُ أ ان ُمحـ امدًا ر‬

“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah selain Allah dan saya bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah”.

Ini berarti kita meng Esa kan Allah dan kita memberi kesaksian, kalua memberikan
kesaksian itu ya tidak hanya mengucapkan saja di lisan kita, tetapi kita juga
menerapkannya di dalam pola piker dan perilaku kita. Jadi Ketika kita sudah
mengucapkan syahadat berarti kita sudah menyaksikan tidak ada Tuhan yang layak
disembah kecuali Allah. Caranya adalah dengan melihat bukti-bukti bahwa ada benda-
benda di alam ray aini yang banyak sekali dan bervariasi pasti ada yang membuatnya.
Dan benda-benda itu beroperasi atau bergerak menggunakan system yang baku, karena
itu tidak mungkin kalua tidak ada yang mengatur. Oleh karena itu kita mengakui pasti
ada yang mengatur dan pengaturan itu begitu harmonis, sehingga tidak masuk akal kalau
yang mengatur lebih dari satu, karena kemungkinannya akan bertabrakan atau bersaing
antara pengatur satu dengan yang lain, karena itu tidak mungkin alam ray aini
dikendalikan lebih dari satu Tuhan. Kalua kita lihat mekanisme dan prosedur serta cara-
cara beroperasinya alam raya ini agak sulit secara langsung kita lihat, membutuhkan ilmu
dan pengetahuan yang dalam. Yang lebih mudah adalah melihat ke diri kita sendiri.
Bahwa kita pada ummumnya mempunyai mata yang bisa melihat dan setiap orang
mempunya system cara melihat yang serupa, kalua sistemnya tidak sama tentu seseorang
tidak bisa jadi dokter mata karena mekanismenya berbeda-beda. Karena mekanisme
kerja mata semua orang di bagian belahan bumi manapun sama, berarti yang membuat
pasti sama yaitu Allah. Jadi Ketika kita membaca syahadat kita telah menyaksikan bahwa
hanya Allah lah yang mampu membuat itu semua, sehingga kita mesti yakin pada diri
sendiri bahwa tidak ada yang layak disembah selain Allah. Kalua kita bisa konsisten
dengan ini maka kita akan merasakan nikmatnya. Jadi syahadat ini kita pegang sebagai
komitmen seumur hidup bahwa kita dalam hidup ini akan tunduk patuh hanya kepada
satu fihak saja, yaitu Allah. Prinsipnya kita hanya taat kepada Allah kalua kita taat
kepada orangtua, pimpinan dan sebagainya, maka ketaatan kit aitu kita ukur apakah
mereka menganjurkan kita berperilaku sejalan denga napa yang dikehendaki Allah atau
tidak. Karena kita sudah punya garis lurus bahwa yang kita taati hanya Allah. Bila orang
memerintah kita segaris dengan itu kita taati, sebaliknya jika perintahnya tidak segaris
dengan itu, misalnya menyimpang atau bahkan bertentangan maka kita tidak taati, ini
artinya bahwa kita hanya taat kepada satu saja, yaitu Allah. Kalua ada fihak-fihak lain
apakah karena kekuasaan formal atau bahkan yang diperintahkan Allah sendiri kepada
kita harus taat kepada orang tua, apa yang boleh diperintahkan oleh orangtua atau
siapapun itu harus yang bersesuaian dengan ajaran Allah. Jika kita bisa menjaga secara
konsisten bahwa kita selama hidup ini tunduk hanya kepada Allah saja, maka in sya Allah
kita termasuk orang yang memurnikan atau mengikhlaskan pengabdian kita hanya
kepada Allah. Mengikhlaskan dan memurnikan pengabdian hanya kepada Allah itu lah
yang diperintahkan oleh Allah seperti Firman Nya dalam surat Al Bayyinah (98) ayat 5:

‫صَلة ويُؤْ تُوا‬ ‫وما أ ُ ِم ُروا ِإ اَل ِلي ْعبُدُوا ا‬


ِ ‫َّللا ُم ْخ ِل‬
‫صين لهُ الدِين ُحنفاء ويُ ِقي ُموا ال ا‬
‫ِين ْالق ِيم ِة‬
ُ ‫الزكاة وذ ِلك د‬ ‫ا‬

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat
dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.
Menyembah dalam terjemahan di ayat tersebut bukan menyembah secara sempit hanya
secara formal dan ritual saja, tetapi berarti mengabdi kepada Allah yang berarti apapun
yang kita lakukan hanya dalam rangka mengabdi kepada Allah. Komitmen ini sesuai
dengan syahadat kita tadi, dan sebenarnya sesuai juga denga napa yang kita baca setiap
hari yitu dalam surat Al Fatihah (1) ayat 5:

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan”

Jadi ini komitmen yang kita keluarkan sebagai hasil dari pengakuan kita Ketika kita
mengucapkan syahadat. Kalua kita sudah berikrar begitu, maka kita harus punya
komitmen mono loyalitas, loyal hanya kepada satu fihak saja. Taat hanya kepada satu
fihak secara konsisten akan menghasilkan kenyamanan dan ketenangan atau ketentraman
dalam kehidupan. Ketentraman bisa kita peroleh bila kita terbebas dari kesedihan dan
ketakutan, ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al Ahqaf (46) ayat 13:

‫ِإ ان الاذِين قالُوا ربُّنا ا‬


ٌ ‫َّللاُ ث ُ ام اسْتقا ُموا فَل خ ْو‬
‫ف عل ْي ِه ْم وَل ُه ْم ي ْحزنُون‬

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap
istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita”.

Tidak takut dan tidak sedih itu bukan berarti tidak normal, atau tidak punya perasaan,
perasaan tetap ada bahkan sensitive, namun karena perilakunya konsisten dengan
pengakuan tadi, maka perilakunya itu tidak menghasilkan ketakutan. Ada perilaku yang
menghasilkan ketakutan, misalnya kalua orang mencuri, korupsi itu pasti ketakutan, takut
ketangkap, takut dipenjara dan takut nanti masuk neraka. Orang yang mengatakan
Tuhan kami Allah dan konsisten, maka orang tersebut tidak akan mencuri, jadi tidak
perlu takut. Kita juga tidak membenci orang yang berpotensi membangkitkan
permusuhan yang menghasilkan ketakutan karena takut dibalas, sehingga merasa
terancam. Meng Esa kan Allah itu sesuai dengan kapasitas kita sendiri, karena kapasitas
kita itu hanya bisa mencintai dan takut hanya kepada satu pihak, karena kita punya hati
hanya stau, maka kita akan merasa tenang kalua tujuan hidup kita itu hanya terarah
kepada satu, dan kita tidak punya kepentingan-kepentingan yang lain, kepentingan kita
itu hanya satu. Kalua kita punya kepentingan dua, kalua keduanya bertabrakan kita akan
gelisah. Kalua keduanya itu menyesuaikan diri mengikuti keinginan kita untuk mencari
ridha Allah, maka kita akan nyaman dan tenang. Jadi pada dasarnya karena hati kita itu
hanya satu maka kita akan merasa tenang jika seluruh kegiatan kita terarah hanya pada
satu tujuan saja. Kita akan merasa terganggu bila ada konflik atau tabrakan antara satu
kepentingan dengan kepentingan yang lain, karena hati kita hanya satu, seperti Firman
Allah dalam surat Al Ahzab (33) ayat 4:

‫َّللاُ ِلر ُج ٍل ِمن ق ْلبي ِْن فِي ج ْوفِ ِه‬


‫اما جعل ا‬
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya”.

Kita bisa membandingkan ketentraman jika kita loyal kepada satu fihak saja dengan loyal
litas kepada dua fihak maka kita akan merasakan kegelisahan dan kegalauan. Loyalitas
bisa terjadi sebagai hasil dari dorongan luar (eksternal). Misalnya seseorang loyal kepada
perusahaan karena bekerja disitu dan dengan dorongan memperoleh gaji dari
perusahaan tersebut. Gaji tersebut kita pakai untuk makan kita dengan keluarga, kalua
kita tidak mendapatkan penghasilan dari perusahaan itu maka saya khawatir saya tidak
bisa makan dan keluarga saya tidak bisa makan dan tidak bisa memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Maka kecenderungan kita akan tunduk kepada pimpinan perusahaan itu,
ketundukan itu disebabkan oleh faktor luar. Hal ini tidak hanya terjadi pada buruh,
tetapi juga terjadi pada direktur utama yang diangkat oleh perusahaan, direktur utama
tersebut harus loyal kepada pemilik saham. Loyalitas bisa muncul juga dari dorongan
dari dalam, misalnya seorang peneliti yang ingin memperoleh kepuasan dari pembuktian
kebenaran dari ide-idenya. Ketika dia melakukan penelitian kemudian dia memperoleh
hasil bahwa ternyata idenya benar, maka dia akan merasa puas, rasa puas ini akan
mendorong dia untuk melakukan penelitian lagi, jadi kepuasan itu dapat mendorong
seseorang untuk loyal kepada pekerjaan itu. Tidak usah diperintah oleh orang lainpun
dia akan lakukan, bahkan tanpa dibiayaipun dia akan rela mengeluarkan biaya sendiri,
karena dorongannya dari dalam. Dalam hal ini kita bandingkan kenyamanan seorang
direktur utama yang bekerja untuk perusahaan orang lain yang dimiliki oleh satu orang
saja dengan perusahaan yang dimiliki oleh beberapa orang pemilik saham yang seleranya
berbeda-beda. Jika pemilik perusahaan cuma satu maka pengarahannya juga cuma satu,
tetapi kalau pemiliknya banyak akan banyak pengarahan, bahkan bisa jadi pengarahan
yang satu bertabrakan dengan yang lain, maka direktur utama tersebut akan kesulitan.
Allah memberikan gambaran tentang hal serupa dalam surat Az Zumar (39) ayat 29:

‫سون ور ُجَلً سلما ً ِلر ُج ٍل ه ْل‬ ُ ‫شركاء ُمتشا ِك‬ ُ ‫َّللاُ مثَلً ار ُجَلً ِفي ِه‬
‫ضرب ا‬
ِ ‫ان مثَلً ْالح ْمدُ ِ ا‬
‫ّلِل ب ْل أ ْكث ُر ُه ْم َل ي ْعل ُمون‬ ِ ‫يسْت ِوي‬
“Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa
orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari
seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui”.

Contoh dalam ayat ini relevan sampai kapanpun karena Allah menyebutnya seorang laki-
laki bisa berarti seorang pekerja atau pegawai atau direktur utama. Kalau konteksnya
jaman itu bisa diartikan budak. Jadi contoh ini gampang dipahami, meskipun begitu
banyak yang tidak mengerti. Buktinya banyak orang yang menyembah Tuhan lebih dari
satu, misalnya ada Tuhan yang tukang membuat, ada Tuhan yang tukang merusak dan
ada Tuhan yang tukang merawat, ada juga orang yang menganggap Tuhan lebih dari
satu tapi tidak dalam bentuk menyembah ritual tetapi dalm bentuk ketaatan. Kalau
Tuhannya hanya satu maka pengabdian kita hanya kepada satu saja yaitu Allah. Indikasi
seseorang itu mengabdi adalah dia menurut, di jaman dahulu pun banyak orang yang
mengaku Tuhannya Allah, tetapi ketaatannya tidak hanya kepada Allah. Cotohnya
seorang Menteri dia kepengen shalat tarawih di Masjid, lalu di Masjid diumumkan jangan
mengaktifkan hp supaya bisa khusyuk, berani nggak Menteri ini mematikan hp nya..?
dengan mengabaikan panggilan sewaktu2 dari Presiden.? Kalau dia tidak berani berarti
dia ketaatannya tidak hanya kepada Allah tetapi juga ke fihak lain. Pada contoh ayat
diatas, Allah memberi contoh ketaatan seorang budak kepada pemilik yang hanya satu
dan pemilik yang lebih dari satu, karena pada saat itu masih berlaku perbudakan dan
belum ada perusahaan yang dikelola oleh orang lain, sekarang ini sudah tidak ada lagi
perbudakan namun berkembang pesat perusahaan yang dikelola oleh executive
professional. Benturan dua loyalitas juga bisa terjadi dari dalam diri sendiri, misalnya ada
seorang yang rajin setiap pagi melaksanakan shalat duha, dan berdoá kepada Allah agar
diberi rizki yang banyak (ini keinginan dari dalam), kemudian dia berangkat ke kantor
dan dikantor dia bertugas sebagai petugas yang membri ijin usaha kepada pengusaha
yang ingin memulai business, lalu dia minta pelicin untuk mengeluarkan ijinnya tersebut
meskipun pengusaha tersebut sudah memenuhi semua persyaratan. Jadi benturan dari
orang tersebut adalah, di pagi hari dia shalat meminta kepada Allah, namun di siang hari
dia minta kepada manusia dengan cara yang tidak diijinkan oleh Allah, hal ini sangat
bertentangan walaupun keinginannya sama2 duit tetapi yang pagi dengan cara direstui
Allah dan siangnya dengan cara yang di larang Allah, kondisi seperti ini pasti hatinya
gelisah. Contoh-contoh serupa banyak misalnya korupsi, markup pembelian, pemerasan,
dsb. Orang-orang semacam ini pasti hatinya tidak tenteram karena ada benturan
didalam hatinya, ketika dia shalat mendekatkan diri kepada Allah kemudian ketika dia
berperilaku seperti diatas dia menjauhkan diri kepada Allah. Kejadian seperti itu
bagaikan seorang yang pagi hari membangun batu bata untuk membuat dinding rumah,
kemudian sore hari dirobohkan lagi. Hal tersebut juga dapat dikatagorikan mencampur
adukkan yang halal dan yang haram, karena sama-sama mencari duit tetapi mencampur
adukkan cara-cara yang benar sesuai dengan otoritasnya, kemudian dicampur dengan
cara-cara yang bertentangan, Allah menegur kepada masyarakat yang seperti itu seperti
digambarkan dalam surat Ali Imran (3) ayat 71:

‫اط ِل وت ْكت ُ ُمون ْالح اق وأنت ُ ْم ت ْعل ُمون‬


ِ ‫سون ْالح اق ِب ْالب‬
ُ ‫ب ِلم ت ْل ِب‬
ِ ‫يا أ ْهل ْال ِكتا‬
“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan
menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya?”

Yang dimaksud ahli kitab adalah ummat yang menerima kitab sebelum Al Qurán, itu
mereka suka melakukan pekerjaan yang mencampur adukkan antara yang halal dan yang
haram. Mereka suka berantem, tujuannya supaya dapat memperoleh rampasan perang
dari yang kalah. Menurut aturan saat itu jika ada peperangan, maka kekayaan yang
kalah boleh dirampas oleh yang menang, itu dihalalkan. Tetapi orang-orang ini suka
merekayasa supaya terjadi perkelahian dan jika terjadi perang mereka sudah siap-siap
dengan persenjataan dan kekuatan melebihi lawannya, sehingga menang dan dapat
rampasan perang. Cara-cara ini mencampuradukkan antara yang halal dan yang haram,
dan ternyata perang model begini ini sampai sekarang masih berlaku. Misalnya Amerika
ingin menyerbu Irak, maka dibuat issue2 yang memojokkan Irak sehingga seolah2 wajar
kalau Amerika menyerang Irak. Hal ini juga termasuk mencampur adukkan hal yang
halal dan haram. Orang yang cara hidupnya seperti itu tidak akan merasakan
ketentraman dan keamanan karena dia dihantui oleh rasa ketakutan dan setidaknya
dihantui oleh perasaan bersalah, diapun akan malu kalau perbuatannya itu diketahui,
atau diungkapkan kepada orang banyak kepada publik. Orang akan merasa aman jika
tidak mencampurkan kebenaran dengan kesalahan dalam hidupnya, jadi hidupnya itu
melakukan yang halal-halal saja yang haram tidak dilakukan, dan yang begini akan
merasa aman. Seperti digambarkan dalam surat Al An’am (6) ayat 82:

‫ظ ْل ٍم أ ُ ْولـ ِئك ل ُه ُم األ ْم ُن و ُهم ُّم ْهتدُون‬ ُ ‫الاذِين آمنُواْ ول ْم ي ْل ِب‬


ُ ‫سواْ ِإيمان ُهم ِب‬

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.”

Jadi kalau kita kepengen hidup kita Bahagia, kita jangan mencampur adukkan antara
yang benar dan yang salah, antara yang halal dan yang haram, supaya kita bisa hidup
Bahagia dunia akherat sesuai yang diajarkan Al Qurán. Dengan contoh diatas kita bisa
membuktikan bahwa meng Esa kan Allah yang dibuktikan dengan loyalitas tunggal, itu
akan menghasilkan ketenteraman dan kedamaian hidup, dan kita tidak bisa menjalani
cara hidup demikian kalau kita tidak memperoleh bimbingan dari Allah seperti contoh
yang dilakukan oleh Nabi Yusuf. Cara-cara menahan orang yang tidak bersalah itu sudah
ada sejak dahulu sampai sekarang dengan alasan yang dicari-cari seperti yang terjadi pada
Nabi Yusuf. Nabi Yusuf cerita kepada teman di penjara seperti di gambarkan dalam surat
Yusuf (12) ayat 38 -39:

‫واتاب ْعتُ ِملاة آبآئِـي ِإبْرا ِهيم و ِإسْحاق وي ْعقُوب ما كان لنا أن نُّ ْش ِرك بِاّلِلِ ِمن‬
‫اس َل‬ِ ‫اس ولـ ِك ان أ ْكثر النا‬
ِ ‫َّللا عليْنا وعلى النا‬
ِ ‫ض ِل‬ْ ‫ش ْيءٍ ذ ِلك ِمن ف‬
‫ي ْش ُك ُرون‬
“Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi
kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. Yang demikian itu adalah dari
karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya). tetapi kebanyakan manusia tidak
mensyukuri (Nya)”.

Jadi dalam surat tersebut diceritakan mono loyalitas, memurnikan loyalitas atau men Esa
kan Allah itu dalah karunia dari Allah yang diberikan kepada kita. Mudah-mudahan kit
aini termasuk orang yang bersedia loyal hanya kepada Allah, kalau kita bisa begitu berarti
kita mendapat karunia dari Allah. Karena banyak orang mengaku beriman, baca
syahadat, tetapi tidak bisa melaksanakan monoloyalitas kepada Allah. Alhamdulillah
kalau kita dapat tunduk dan patuh kepada Allah dan kita jaga jangan sampai tergelincir.
Allah berFirman dalam surat Yusuf (12) ayat 39:

ُ ‫احدُ ْالق اه‬


‫ار‬ ِ ‫اب ُّمتف ِرقُون خي ٌْر أ ِم َّللاُ ْالو‬
ٌ ‫ِج ِن أأ ْرب‬
ْ ‫احبي ِ الس‬
ِ ‫يا ص‬

“Hai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu
ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?”
Dalam surat diatas Nabi Yusuf melanjutkan kalimatnya kepada temannya di penjara.
Tentu jawabannya adalah lebih baik kita mempunyai Tuhan hanya satu saja dan itu
tergambar di surat Al Ikhlash (112) ayat 1-2:

ُ‫صمد‬
‫َّللاُ ال ا‬ ‫قُ ْل ُهو ا‬
‫َّللاُ أحدٌ ا‬
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu”.

Itu sejalan juga dengan yang kita baca di surat Al Fatihah (1) ayat 5:

‫ي‬ِّ‫إِّ ََّّي َك نَعب ُد وإِّ ََّّي َك نَستَع‬


ُ ْ ُْ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan”.

Ini adalah surat yang merupakan komitmen kita yang kita ucapkan minimum 17 kali
sehari dalam menjalankan shalat-sahalat wajib. Bandingkan dengan tantara yang
mengucapkan komitmen setia pada negara mungkin Cuma sekali dalam seminggu
diwaktu apel. Karena itu kita jangan main main dengan komitmen itu. Komitmen yang
kuat dengan pelaksanaannya yang konsisten akan menghasilkan bermacam macam
kekuatan, tidak takut kepada resiko bahkan resiko dibunuhpun tidak apa apa. Seperti
Nabi Yusuf dia ada dua pilihan, taat kpada Allah atau taat kepada wanita itu dengan
ancaman dipenjara oleh wanita itu. Tetapi Nabi Yusuf menjawabnya kepada Allah
bukan kepada wanita itu. Seperti yang tercantum di surat Yusuf (12) ayat 33:

‫ب‬ ‫َص‬
‫أ‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ك‬ ِّ
‫ِن‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ِّ
‫ر‬ ‫ص‬‫ت‬ َّ
‫ال‬ ِّ
‫إ‬‫و‬ ِّ ‫َل ِِّمَّا ي ْدعونَِِّن إِّلَي‬
‫ه‬ ِّ
‫إ‬ ‫ب‬ ‫َح‬‫أ‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ِّ ‫ب‬
‫الس‬ ِّ ‫ال ر‬
َّ َ َ
ُ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ُ َ َّ َ ُّ َ ُْ َ َ َ‫ق‬
‫ي‬ ِّ‫اهل‬ِّ ‫اْل‬
ْ ‫ن‬‫م‬ِّ ‫إِّلَي ِّه َّن وأَ ُكن‬
َ َ َ َ ْ
“Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka
kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan
cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang
bodoh."

Yang dimaksud bodoh, adalah sudah tahu dilarang tetapi tidak menolak.
Contoh lain bahwa komitmen yang kuat itu bisa membangkitkan keberanian, seperti
yang dialami oleh askhabul kahfi. Yaitu ada beberapa pemuda yang waktu itu tinggal
disuatu negeri, yang rajanya melarang orang-orang menyembah selain dia, karena
rajanya mengaku sebagai tuhan, jadi siapapun yang mengaku tuhan selain dia akan
dihukum atau akan dilempari batu sampai mati. Seperti dikisahkan dalam surat Al Kahf
(18) ayat 10-11:

‫نك َر ْْحَةً َوَهيِّ ْئ لَنَا ِّم ْن أ َْم ِّرََن‬ ِّ ‫إِّ ْذ أَوى الْ ِّفْت يةُ إِّ ََل الْ َك ْه‬
َ ‫ف فَ َقالُوا َربَّنَا آتِّنَا ِّمن لَّ ُد‬ َ َ
ً‫ي َع َددا‬ ِّ ِّ ِّ ‫ضرب نَا علَى آ َذ ِّاِنِّم ِِّف الْ َكه‬
َ ‫ف سن‬ ْ ْ َ ْ َ َ َ‫َر َشداً ف‬
“(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka
berdo'a: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah
bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)." Maka Kami tutup telinga mereka
beberapa tahun dalam gua itu”.

Jadi para pemuda tersebut diselamatkan oleh Allah didalam gua dan dibuat tidur selama
309 tahun.
Oaring yang berkomitmen kuat untuk berbakti kepada Allah juga berani menggunakan
hartanya untuk kegiatan yang disukai Allah. Mereka tidak keberatan untuk menafkahkan
hartanya untuk melaksanakan perintah Allah, misalnya diperintah untuk haji, walaupun
mahal karena itu perintah Allah maka dia laksanakan. Kalau komitmennya setengah-
setengah, sudah kaya raya tidak mau pergi haji, baru sadar ketika sudah tua menjelang
mati baru berangkat haji, sehingga ibadahnya kuang optimal. Orang yang punya
komitmen kuat berani membelanjakan hartanya, bahkan berani menggunakan tenaganya
untuk melaksanakan perintah Allah sebagaimana digambarkan dalam surat Al Hujurat
(49) ayat 15:
‫اه ُدوا ِِّب َْم َو ِّاِلِّ ْم‬ ِِّّ ِّ
َ ‫ين َآمنُوا ِِّب ََّّلل َوَر ُسوله ُُثَّ ََلْ يَ ْرََتبُوا َو َج‬ َ
ِّ َّ‫إََِّّّنَا الْمؤِّمنو َن ال‬
‫ذ‬ ُ ُْ
‫الص ِّادقُو َن‬َّ ‫ك ُه ُم‬ َ ْ ِّ
‫ئ‬ ‫ل‬
َ‫ُو‬ ‫أ‬ َِّّ ‫وأَن ُف ِّس ِّهم ِِّف سبِّ ِّيل‬
‫اَّلل‬ َ ْ َ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman)
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”.

Orang-rang yang meng Esakan Allah dan menerapkan prinsip tersebut dalam kehidupan
sehari-hari dijanjikan oleh Allah akan mengalami kehidupan yang baik di dunia dan
memperoleh balasan yang berlipat di sorga, seperti di Firmankan dalam surat Al nahl (16)
ayat 97:

ِّ ‫من ع ِّمل ص‬
ً‫اِلاً ِّمن ذَ َك ٍر أ َْو أُنثَى َوُه َو ُم ْؤِّم ٌن فَلَنُ ْحيِّيَ نَّهُ َحيَا ًة طَيِّبَة‬ َ َ َ َْ
ْ ‫َجَرُهم ِِّب‬
‫َح َس ِّن َما َكانُواْ يَ ْع َملُو َن‬ ُ ‫َولَنَ ْج ِّزيَن‬
ْ ‫َّه ْم أ‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan”.

RINGKASAN
 Syahadat berarti mengakui keesaan Allah.
 Mengesakan Allah menghasilkan ketenteraman.
 Kapasitas hati hanya satu loyalitas.
 Mana lebih enak, loyalitas kepada satu atau banyak fihak?
 Bisa mengesakan Allah hanya dengan karunia.
 Allah menjanjikan kehidupan baik di dunia-akhirat bagi yang taat.

Semoga Allah menguatkan komitmen kita taat hanya kepada-Nya saja.


Amin

Anda mungkin juga menyukai