Anda di halaman 1dari 9

MEMILIKI DAYA JUANG YANG TINGGI

MEMILIKI DAYA JUANG YANG TINGGI.

Keberhasilan sangat ditentukan oleh daya juang. Daya juang adalah dorongan kekuatan atau tenaga dari
dalam diri kita sendiri sehingga kita bisa melakukan suatu kegiatan. Ada beberapa faktor yang mejadi
penentu daya juang yang tinggi antara lain; 1. Memiliki iman dan pengharapan yang kuat. 2. Memiliki
entusiasme yang tinggi. 3. Pantang menyerah. 4. Percaya diri yang kuat. 5.Pekerja keras. 6. Tekun dan
Ulet.

A. Memiliki Iman dan Pengharapan yang kuat.

Iman dan Pengharapan kepada Tuhan, Allah Pencipta alam semesta adalah sumber kekuatan, sumber
berkat, sumber hidup, kehidupan dan penghidupan dari di dunia ini. Tanpa Tuhan, manusia tidak dapat
berbuat apa-apa. Untuk bernapas saja, yang merupakan salah satu sumber kehidupan, adalah bukti
bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa Pencipta. Belum lagi keruwetan dalam sistem kerja di dalam
tubuh yang menunjang kehidupan, kesemuanya bersumber dari Sang Pencipta. Terlalu rumit dan ruwet
sistem kerja dalam tubuh kita, sementara kita tidak bisa berbuat apa-apa, selain hanya berharap pada
kasih setia dari Pencipta alam semesta ini. Kesemuanya telah disiapkan oleh pencipta untuk kita. Yang
diperlukan oleh pencipta dari manusia hanyalah Iman dan pengharapan kepada-Nya.

Iman menurut Alqur’an dan Assunnah: Allah berfirman [QS. Al Baqarah : 177] :

َ ‫ن ْالبِرَ لَي‬
َ‫ْس‬ َْ َ ‫ل ُو ُجو َه ُك َْم ت ُ َولُّوا أ‬ َِ ‫ب ْال َم ْش ِر‬
ََ َ‫ق قِب‬ َِ ‫ن ْالبِرَ َولَكِنَ َو ْال َم ْغ ِر‬ َ ِ‫ب َو ْال َم ََلئِ َك َِة ْاْلَخِ َِر َو ْاليَ ْو َِم ب‬
َْ ‫اّللِ آ َ َمنََ َم‬ َِ ‫(… َوالنبِيِينََ َو ْال ِكت َا‬177)“
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan ke barat,tetapi kebajikan itu ialah
(kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…”

َ َ‫( بِ ْالب‬50). “Sungguh


َ ُ‫( بِقَ َدرَ َخلَ ْقنَاَه‬49) ‫ص َِر َكلَ ْمحَ َواحِ َدةَ ِإّلَ أ َ ْم ُرنَا َو َما‬
Allah berfiman [QS Al Qomar : 49-50] : ‫ش ْيءَ ُكلَ ِإنا‬
kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. “Dan perintah kami hanyalah (dengan) satu
perkataan seperti kejapan mata.”

Rasulullah bersabda (ketika ditanya oleh Jibril tentang permasalahan Iman) : ‫و مَلئكته و باهلل تؤمن أن اإليمان‬
‫ “ مسلم رواه …شره و خيره باالقدر تؤمن و اْلخر اليوم و رسله و كتبه‬Iman itu adalah beriman kepada Allah, malaikat-
malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir, dan beriman kepada taqdir Allah yang baik
maupun yang buruk. [HR. Muslim] http://dzikra.com/iman-kepada-allah/

Definisi Iman berdasarkan hadist: “merupakan tambatan hati yang diucapkan dan dilakukan merupakan
satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati, ucapan dan perbuatan sama dalam satu
keyakinan, maka orang - orang beriman adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan
segala tindakanya sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang
yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali
bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan
dengan anggota." Aisyah r.a. berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan
dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: "Pengakuan
dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-
rukun (anggota-anggota)."

Jadi,dapat di simpukan,seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna
apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka
orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, unsur unsur keimanan
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.”

http://abd-holikulanwarislamic.blogspot.com/2014/05/pengertian-iman-dalam-agama-
islam.html#.VVTDjfmUcQs.

Menurut Rasul Paulus, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibrani 11:1). Sedangkan Rasul Yakobus mengatakan, “Demikian juga
halnya dengan Iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah
mati.” (Yakobus 2:17).

Faith is defined as belief, confidence or trust in a person, object, religion, idea or view despite the
absence of proof. Iman didefinisikan sebagai kepercayaan, keyakinan atau kepercayaan kepada
seseorang, suatu objek, agama, ide atau pandangan meskipun tanpa adanya bukti.
http://en.wikipedia.org/wiki/Faith.

Hanya dengan Imanlah kita bisa terhubung dengan sumber kekuatan itu. Dengan Iman maka apa yang
kita inginkan dalam hidup kita pasti akan terwujud. Kalau keinginan itu tidak terwujud, tentu Tuhan
mempunyai rencana lain dalam hidup kita. Segala sesuatu di Alam semesta ini diatur dan dikendalikan
oleh Dia. Manusia sesungguhnya hanyalah pelaksana. Oleh karena itu, kepasrahan, ketulusan,
keikhlasan dan penurutan tanpa pamri, sesungguhnya mendasari iman kita kepada Tuhan.

Dengan memahami prinsip yang demikian, maka kehidupan kita akan berjalan dengan mudah, tanpa
ada beban batin atau ketegangan pikiran sampai harus menimbulkan kekecewaan atau stress. Dengan
dasar iman yang benar, maka kita akan bisa menerima segala sesuatu yang berlaku dalam kehidupan
kita di dunia ini.

Namun yang harus kita ketahui dan harus kita yakini bahwa Tuhan sudah memberikan sarana bagi kita
untuk terhubung dengan Dia, yang medasari doa dan perbuatan kita, yaitu Iman. Hanya dengan imanlah
kita dapat terhubung dengan sumber kekuatan, sumber hidup, kehidupan dan penghidupan.

Dengan Iman, Nabi Ibrahim dengan ikhlas menyerahkan putranya sebagai korban persembahan kepada
Allah, ketika Allah menguji imannya. Dengan Imannya yang begitu kuat, sehingga Allah meberikan gelar
yang luar biasa yaitu bapak orang yang percaya.
Pengharapan berasal dari kata harap. Harap dalam kamus bahasa Indonesia berarti ; mohon, minta,
berkeinginan supaya sesuatu terjadi. Pengharapan adalah keinginan supaya menjadi kenyataan.

Pengharapan sesungguhnya timbul dari Iman. Dengan iman maka kita memperoleh pengharapan.
Dengan Iman, maka kita menyakini bahwa apa yang kita inginkan akan menjadi kenyataan. Atau dapat
dikatakan bahwa dengan Iman, maka kita berpengharpan.

Oleh karena itu, Iman dan Pengharapan adalah dasar dari keyakinan bahwa apa yang kita inginkan,
selama itu berkenan bagi Tuhan Yang adalah sumber segala berkat, maka pasti akan terwujud. Bagi
Tuhan tidak ada yang mustahil.

Dengan memiliki Iman dan Pengharapan kepada Allah, Yang adalah sumber dari kekuatan dan berkat,
maka hidup, kehidupan dan penghidupan kita akan selalu berada dalam pemiharaan-Nya.

B. Memiliki entusiasme yang tinggi.

Antusiame dalam kamus bahasa Indonesia mengandung arti : kegairahan, gelora semangat, minat besar
terhadap sesuatu.

Entusiame adalah mesin pendorong dalah hidup kita, yang menghasilkan tenaga yang luar biasa berupa
semangat pantang menyerah, gairah yang luar biasa, percaya diri sehingga kita bisa bergerak, maju dan
berkembang.

Entusiasme adalah sarana manusia untuk menggapai apa yang menjadi keinginan, cita-cita, angan-angan
hati, atau kehendak yang muncul dalam kesadarannya. Dengan entusiame, setiap insan manusia bisa
mengaktifkan seluruh kekuatan dalam dirinya. Seluruh fungsi dalam tubuh akan bekerja secara aktif dan
lancar, sehingga sistem pernapasan, sistem peredaran darah, sistem metabolisme, dan sistem saraf
bekerja dengan aktif, sejalan dan seirama, mendorong emosi, mengarahkan pikiran dan pergerakan otot
melakukan aktivitas dalam upaya memenuhi kebutuhan.

Seberapa besar tingkat entusiasme yang ada dalam diri masing-masing indivudi akan menentukan
tingkat keberhasilan dalam menjalankan suatu aktifitas atau kegiatan. Karena melalui entusiamelah
sehingga seseorang bisa bergairah, bersemangat, dan tumbuh keyakinan pada dirinya, yang akhirnya
akan menumbuhkan kreativitas, inovativitas dan proaktivitas. Dengan adanya semangat, gairah yang
tinggi dipadukan dengan kreativitas, inovativitas dan proaktifitas, sehingga setiap upaya dapat dilakukan
dengan efektif dan efisien. Itulah yang menjadi kunci keberhasilan dalam melaksanakan suatu tugas atau
kegiatan.

C. Memiliki semangat pantang menyerah.

Semangat pantang menyerah merupakan produk dari entusiasme. Seseorang yang memiliki semangat
pantang menyerah, tidak akan perna putus asa dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan apa saja.
Mereka akan selalu menjari jalan atau cara agar apa yang mereka sedang kerjakan dapat berhasil atau
sukses dengan baik.

Semangat pantang menyerah akan menjadikan seseorang tidak merasa lelah. Dengan susah payah
menggerakan segala tenaga dan pikiran serta kesabaran, untuk menyelesaikan suatu tugas, atau
tanggung jawab yang dipercayakan padanya.

Semangat pantang menyerah didorong oleh rasa entusiame yang timbul dari niat, dan keinginan yang
luhur dan kuat, sehingga membangkitkan gelora semangat dan gairah yang kuat. Semangat pantang
menyerah merupakan ekspresi dari tekat yang kuat dan luhur untuk mencapai suatu tujuan dalam
rangka memenuhi hasrat, angan-angan, keinginan, kehendak, cita-cita yang timbul dalam hati sanubari
yang tervisualisasi dalam imajinasi yang kemudian dirancang dan dirangkai dalam pikiran setiap individu.

Seseorang yang memiliki semangat pantang menyerah memiliki kecenderungan ; Akan selalu berusaha
berkerja keras. Memiliki optimisme tinggi. Selalu dengan tekun melaksankan tugas. Memiliki kesabaran
atau ketabahan yang tinggi. Selalu kreatif, inovatif dan proaktif menjalankan tugas.

D. Memiliki rasa percaya diri yang kuat.

Rasa percaya diri terbentuk dari sebuah keyakinan yang kuat karena adanya suatu prinsip, asas,
kepercayaan yang menjadi pedoman dalam hidupnya. Selain itu tentu dengan memiliki pengetahuan
dan pengalaman akan sesuatu, lebih menambah keyakinan seseorang, itulah yang menimbulkan
kepercayaan diri yang kuat.

Mereka yang hidupnya tidak memiki pandangan hidup yang jelas, tidak memiliki kepercayaan yang kuat,
hidup tanpa pendirian, munafik, pembohong, hidup penuh dengan pelanggaran atau kesalahan,
biasanya tidak memiliki kepercyaan diri yang kuat. Kecenderunga mereka adalah labil, lemah, penakut
dan tidak cakap dalam berhungan dengan orang lain.

Oleh karena itu, agar kita bisa memiliki rasa percaya diri yang kuat, yang paling penting adalah; 1. Harus
memiliki dasar kepercayaan kepada Tuhan, Allah sebagai sumber kekuatan yang didasari oleh Iman dan
Pengharapan yang kuat dalam diri kita. 2. Harus memiliki prinsip hidup yang benar dan kuat. 3. Memiliki
niat yang baik dalam hidup. 4. Menjaga integritas diri. 5. Membangun hubungan yang baik dengan
semua orang. 6. Menguasai bidang pekerjaan yang diminati, dengan memiliki pengetahun, pengalaman
dan keahlian yang memadai. 6. Membangun karir sesuai dengan passion yang ada pada diri kita. 7.
Selalu mengembangkan kepribadian yang baik dan berusaha menjalani kehidupan dengan baik. 8. Dalam
menanggapi segala sesuatu hendaknya ditanggapi dengan pikiran yang positif.

E. Mejadi seorang pekerja keras.


Menjadi pekerja keras adalah salah satu kunci keberhasilan. Seseorang dengan mental pekerja keras,
tidak akan pernah kesusahan dalam hidupnya. Karena lumbung-lumbung makanan tidak akan pernah
kosong bagi mereka. Pekerja keras, memiliki semangat, gairah yang tinggi. Ada ketulusan, ada
kesungguhan, serta ditunjang dengan semangat dan gariah yang membara, sehingga dalam situasi dan
keadaan apapun mereka selalu dengan giat melanjalankan pekerjaan, kegiatan atau bahkan tugas yang
diberikan kepada mereka.

Kerja keras adalah salah satu produk dari entusiasme yang dilahirkan oleh passion dalam diri yang
dimiliki oleh masing-masing individu. Oleh karena itu, mengenal passion adalah kunci utamanya. Bekerja
seirama dengan passion akan membangkitkan antusiasme atau gairah, semangat, dan dan percaya diri,
yang pada gilirannya membuahkan kerja keras dan semangat pantang menyerah.

Masyarakat Singapura, Jepang dan Korea sangat terkenal karena kerja keras mereka. Hasil kerja keras
mereka telah membawa mereka menjadi Negara yang maju. Dengan kerja keras, jepang mampu bangkit
dari keterpurukannya setelah kalah dalam perang dunia kedua. Dengan kerja kerasnya, kemajuan
ekonomi Singapura, jauh melejit, bahkan meninggalkan Negara yang tadinya disegani seperti Amerika
Serikat bahkan Inggeris sebagai Negara yang pernah menjajahnya saja jauh tertinggal di belakang.
Dengan kerja keras, Korea bangkit sebagai salah satu Negara maju di asia. Penguasaan mereka dalam
tekhlonologi bekembang begitu pesat, mengangkat perekonomian mereka dengan begitu cepat. . Itulah
sebabnya bekerja keras adalah suatu keharusan bagi siapa saja yang ingin berhasil, ingin sukses dalam
mencapai tujuan hidupnya.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan ketika IMF melangsir urutan Negara maju berdasarkan PDB
dengan menggunakan perhitungan Purchasing Power Parity (Keseimbangan Kemampuan Belanja) per
kapita, berdasarkan data tahun 2010, Singapura menempati urutan ke 3, Jepang urutan ke 24, Korea
urutan ke 35, Amerika Urutan ke 7, Inggeris urutan ke 21, Malaysia urutan ke 54, sedangkan Indonesia
menempati urutan ke 77, Philipina urutan ke 125.

Daftar ini telah menunjukan bahwa ada hubungan antara budaya kerja keras dengan kesejahteraan
masyarakat pada suatu Negara. Indonesia dan Philipine masih termasuk memiliki etos kerja yang masih
jauh lebih rendah dibaning dengan Singapura, Jepang, Korea dan Malaysia. Singapura adalah Negara
dengan etos kerja tertinggi, karena terlihat dari PDB perkapita mereka yang begitu tinggi dibanding
dengan Negara manapun. Singapura hanya kala dari Negara Bosnia yang menempati urutan no 1 dan
Luxemberg berada pada urutan ke 2. Masyarakat Singapura termuata adalah pekerja paling keras di
Asia, bahkan meninggalkan Amerikat dan Inggeris sebagai Negara yang Super Power.

Dari fakta yang ada telah menunjukan bahwa kerja keras sangat perpengaruh pada penghasilan
seseorang. Oleh karena itu adalah penting untuk kita memiliki semangat kerja keras dalam hidup kita
agar kita bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar, sehingga bisa lebih memenuhi kebutuhan
hidup kita.

Rahasianya adalah; 1. Hidup takut akan Tuhan. 2. Memiliki Iman dan Pengharapan yang tinggi. 3.
Mengikuti Passion dalam berkarya. 4. Memiliki antusiasme yang tinggi. 5. Memiliki semangat pantang
menyerah. 6. Memiliki Percaya diri yang tinggi. 7. Memiliki mental Pekerja keras.
F. Menjadi pekerja yang tekun dan ulet.

Selain bekerja keras, kita juga dituntut untuk bekerja tekun dan ulet dalam menjalankan suatu
pekerjaan, kegiatan atau tugas. Sikap mental tekun dan ulet dimiki oleh mereka yang sukses dalam
hidup mereka. Karena selain kerja keras, dalam menjalankan suatu tugas, kegiatan atau pekerjaan maka
diperlukan juga ketekunan dan keuletan.

Firman Allah swt: ُ‫ن ُم َع ِق َباتَ لَ َه‬ َْ ِ‫ْن م‬ َْ ِ‫ظونَ َه ُ خ َْل ِف َِه َوم‬
َِ ‫ن َي َد ْي َِه َبي‬ ُ َ‫ن َيحْ ف‬
َْ ِ‫ّللاَ أ َ ْم َِر م‬ َ ‫ّللاُ أ َ َرا ََد َو ِإ َذا ِبأ َ ْنفُ ِس ِه َْم َما يُغَ ِي ُروا َحتى ِب َق ْومَ َما يُغَ ِي َُر ّل‬
ِ َ‫ّللاَ ِإن‬ َ
ُ ‫ن لَ ُه َْم َو َما لَ َهُ َم َردَ فََل‬
َ‫سو ًءا ِبقَ ْوم‬ َْ ِ‫ن دُونِ َِه م‬ َْ ِ‫( َوالَ م‬١١) Yang artinya:“ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” Q.S. (Ar-Ra’du[13]:
11).

Bekerja keras, tekun dan ulet sudah menjadi kodrat manusia agar bisa survive dari kesulitan hidup. Tidak
ada jalan lain untuk kita bisa memperoleh nafkah selain bekerja keras, bekerja denga tekun dan ulet.
Tanpa kerja keras, tekun dan ulet maka tidak mungkin kita memperoleh apa yang kita butuhkan.
Sementara keinginan selalu muncul dari dalam diri manusia. Untuk memenuhi keinginan, yang
kemudian meningkat menjadi kebutuhan, diperlukan usaha kerja keras serta ketekunan dan keuletan.
Tanpa itu maka kita akan terjerumus kedalam jurang penderitaan.

Mereka yang bernasib miskin, atau mengalami kesulitan ekonomi adalah mereka yang malas, tidak mau
bersusah payah mengeluarkan tenaga mereka. Mereka terlena dalam kemalasan mereka, sehingga lupa
mengambil tanggun jawab untuk menafkai dirinya sendiri. Mereka akan sulit keluar dari lembah
ketergantungan. Hidupnya hanyalah menjadi benalu, yang siap mengisap hasil keringat orang lain,
hidupnya hanyalah menjadi beban bagi orang lain.

Secara fisik dan usia terlihat mereka sudah dewasa, namun secara mental mereka adalah bayi yang tak
berdaya, yang hanya menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya seumur hidupnya.

Tidak jalan lain untuk kita bisa keluar dari lembah kemiskinan, lembah kemalaratan, selain kita harus
bangkit, bekerja keras, tekun dan ulet. Hanya itulah cara yang sudah dikodratkan oleh Pencipta kepada
kita agar kita boleh memperoleh rejeki dalam hidup ini.

Tak hanya sebagai pengajar mata pelajaran saja, namun guru mampu berperan sebagai fasilitator yang
membantu anak didik mencapai target pembelajaran. Guru juga harus mampu bertindak sebagai
penjaga gawang yang membantu anak didik menyaring berbagai pengaruh negatif yang berdampak
tidak baik bagi perkembangannya. Seorang guru juga mampu berperan sebagai penghubung anak didik
dengan berbagai sumber-sumber belajar yang tidak hanya ada di dalam kelas atau sekolah. Dan sebagai
katalisator, guru juga mampu menggali dan mengoptimalkan potensi setiap anak didik. Saat ini, melalui
revisi Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2008 menjadi PP Nomor 19 Tahun 2017, Kemendikbud
mendorong perubahan paradigma para guru agar mampu melaksanakan perannya sebagai pendidik
profesional yang tidak hanya mampu mencerdaskan anak didik, namun juga membentuk karakter positif
mereka agar menjadi generasi emas Indonesia dengan kecakapan abad ke-21. Berdasarkan pasal 15 PP
Nomor 19 Tahun 2017, pemenuhan beban kerja guru dapat diperoleh dari ekuivalensi beban kerja tugas
tambahan. Kegiatan lain di luar kelas yang berkaitan dengan pembelajaran juga dapat dikonversi ke jam
tatap muka. ''Guru tidak perlu lagi cari-cari jam tambahan mengajar di luar sekolahnya untuk memenuhi
beban kerja mengajar. Dia harus bertanggungjawab terhadap perkembangan siswanya.'' kata
Mendikbud. (*)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daya juang berarti kemampuan mempertahankan atau
mencapai sesuatu yg dilakukan dengan gigih.

Banyak hal yang berubah dengan kemajuan jaman. Berawal dari kehidupan yang serba sulit menjadi
serba mudah. Berawal dari kepenatan menjadi kenyamanan. Berawal dari keterbatasan menjadi
ketersediaan yang melimpah. Segalanya dapat diakses dengan cepat dan mudah. Perubahan peradaban
ini menjadikan semuanya tampak sangat indah, menyenangkan dan memuaskan. Kita menyaksikan
hampir disemua lini, perubahan demi perubahan terjadi.

Tidak terkecuali, berubahnya culture masyarakat yang mempengaruhi kebiasaan dalam pola pikir dan
gaya hidupnya. Lebih khusus lagi, perubahan mental, terlihat sangat jelas pada generasi muda yang lahir
di jaman digital seperti saat ini. Kehidupan serba ada, serba cepat, serba instan mendorong mereka
menjadi pengagum dan penikmat fasilitas, yang berakibat tidak optimalnya fungsi otak dan mental.
Generasi muda menjadi sasaran empuk perkembangan jaman, mereka menjadi obyek tehnologi, bahkan
tidak jarang menjadi budak tehnologi. Sehingga tidak mengherankan, bermunculan penyakit-penyakit
mental seperti; malas berusaha, mudah putus asa, tidak bertanggung jawab, tidak disiplin, bangga
dengan fasilitas mewah, tidak mampu menyelesaikan masalah, menyerah dengan keadaan dsb.
Akibatnya potensi intelektual yang mereka bawa sejak lahir menjadi mandul, IQ tinggi tidak menjamin
mereka untuk dapat struggle dalam kehidupan. Mereka memiliki banyak teman, pandai bersosialisasi,
tapi lari dari kenyataan ketika berhadapan dengan masalah. Narkoba, miras, bunuh diri menjadi solusi
pilihan.
Untuk itu generasi muda harus meningkatkan imunitasnya sehingga memiliki kekebalan terhadap
problem-problem kehidupan yang melingkupinya. Dengan pendidikan ketrampilan problem solving, maka
mereka akan menjadi survive ditengah kompleksitas jaman.

Adversity Quotient = Daya Juang


Dalam dunia psikologi kita mengenal istilah IQ, EQ, SQ. Selama beberapa tahun, ketiga kecerdasan ini
menjadi primadona yang selalu diperbincangkan, dibahas dalam seminar dan pelatihan. Mengapa
demikian, karena ketiga hal ini diyakini sebagai jaminan kunci kesuksesan setiap individu.
Namun, dalam perkembangannya ketiga kecerdasan tersebut dipandang tidak cukup untuk menjadikan
individu sukses tanpa memiliki Adversity Quetiont (AQ). AQ adalah kecerdasan yang diperlukan oleh
setiap individu untuk mengatasi masalah atau kesulitan agar berhasil dalam kehidupan ini.
Berdasarkan penelitian Stoltz, tidak semua orang yang otaknya encer (IQ diatas rata-rata) memiliki daya
juang yang tinggi, demikian pula tidak ada jaminan orang yang friendly mampu menghadapi masalah-
masalah yang menghadang. Setiap individu memiliki kemampuan mengatasi masalah yang berbeda-
beda. Perumpamaannya seperti orang yang mendaki gunung. Stoltz membedakannya menjadi 3 tipe :
1. Tipe Qiutters (mereka yang berhenti dan menyerah)

Adalah orang yang bila sedang mendaki gunung, akan memilih berada ditempat yang paling bawah.
Kemampuan mendakinya hanya cukup sampai di kaki gunung.
Orang tipe ini biasamya berusaha menjauh dari permasalahan, rasa takut dan kuatir lebih kuat dari rasa
keinginan bertindak (action). Saat melihat atau menghadapi kesulitan, ia akan memilih mundur, dan tidak
berani menghadapi permasalahan.

2. Tipe Campers (mereka yang berkemah)


Adalah orang yang belum mencapai puncak gunung tapi sudah merasa puas dengan hasil yang telah
dicapainya saat ini. Ia tak mau mendaki lebih tinggi karena risiko yang terlalu besar. Pendaki tipe ini pada
umumnya lebih menyiapkan diri untuk jalan aman kembali turun dari pada memikirkan bagaimana
strategi naik ke puncang gunung.
Biasanya cepat puas atau selalu merasa cukup berada di posisi tengah. Cenderung mengabaikan
kemungkinan, peluang atau kesempatan baru yang bisa didapat, bila melangkah lebih tinggi dan lebih
jauh.

3. Tipe Climbers ( mereka pendaki gunung sejati)


Adalah anak yang mempunyai tujuan, punya impian, punya target atau sasaran, atau paling tidak sudah
punya sesuatu yang ingin diwujudkan. Dan, untuk merealisasikan ide itu, mereka memiliki kemauan dan
mampu mengusahakannya dengan ulet, tekun dan gigih.
Pendakiَtipeَiniَmemilikiَrasaَinginَtahuَatauَrasaَ“Penasaran”َyangَbesar.َ“Wah,َpasti
seruَnih!”َdemikianَkira-kira mindset dalam benak mereka. Mereka memiliki rasa percaya diri yang besar,
keberanianَmenghadapiَsesuatuَyangَbaruَsertaَdisiplinَyangَtinggi.َ“Akuَharusَselesaikanَapaَyangَ
telahَakuَmulai”َdemikianَtekadَdalamَdiriَmereka.
Dari ketiga tipe maka tipe climbers inilah yang tergolong memiliki AQ yang baik.
Tingkatkan Daya Juang
Kecerdasan mengatasi masalah bukan sesuatu yang diperoleh dengan instan. Bukan juga bawaan sejak
lahir melainkan sesuatu yang dapat dilatih, dibentuk atau diciptakan. Untuk menumbuhkannya diperlukan
suatu proses yang tidak singkat, dengan melalui pengajaran dan latihan yang melibatkan segenap
potensi yang kita miliki. Dengan optimalisasi potensi belajarnya (otak dan alat indra) serta stimulasi yang
tepat terhadap gaya belajarnya (Visual, Auditori, Kinestetik) , anak akan memiliki pengalaman-
pengalaman yang berharga dalam hidupnya. Banyaknya pengalaman itulah yang akan menjadikan anak
memiliki ketangguhan dalam mengatasi masalah.

Beberapa cara yang dapat dipakai untuk menumbuhkan daya juang :


Dongeng
Mendongeng adalah metode yang luar biasa dampaknya, karena isi dongeng akan tersimpan dengan
baik dalam otak anak, apalagi ketika disampaikan dengan semangat dan ekspresif. Dalam dongeng
tersimpan pesan akhlak, nilai-nilai moral dan pesan mental pada setiap tokohnya.
Bermain lompat tali
Umumnya dimainkan oleh anak-anak perempuan. Selain melatih kelenturan fisik, juga melatih diri untuk
tetap TENANG saat menghapi tekanan. Karena biasanya pihak yang mendapat giliran memutar karet
akan mempercepat putarannya, jika pihak pelompat karet bisa terus mengatasi tingkat tantangan yang
diberikan. Misal: batas dengkul, batas paha, batas pinggang, batas pundak, batas kepala dan batas
kepalaَplusَsatuَjengkalَtanganَatauَdisebutَbatasَ“MERDEKA!!!”
Permainan Kelereng
Dengan beberapa kombinasi tantangan atau tingkat kesulitan tertentu, membuat anak-anak harus
meningkatkan kemampuannya, kalau tidak akan kalah. Nah, saat kalahpun ini adalah latihan yang baik
untuk anak-anak dalam mengatasi rasa kalah. Memilih menyerah atau malahan makin giat berlatih?
Olah Raga
Adalah pilihan terbaik untuk melatih ketangguhan anak-anak, karena ada saat-saat mereka harus
melawan rasa sakit dan ini sangat penting serta menjadi kekuatan mereka di masa depan, sehingga
mereka akan memiliki toleransi yang tinggi terhadap rasa sakit yang mungkin saja semakin meningkat
dengan tantangan yang lebih berat.

Anda mungkin juga menyukai