Anda di halaman 1dari 16

Iman dengan makna tasdiq juga dinamakan akidah di mana rahsianya tidak diketahui sesiapa melainkan orang berkenaan

dan Allah swt. Namun demikian manusia mempunyai sifat-sifat lahiriah yang dapat dilihat melalui tingkah laku manusia sama ada melalui percakapan atau perbuatan. Inilah yang menjadi ukuran keimanan seseorang. Adapun segala yang tersirat di dalam hatinya terserah kepada Allah swt. Iman yang melahirkan penyerahan diri kepada Allah itu juga disebut sebagai Islam. Ini bermaksud seseorang yang beriman hendaklah menyerah diri kepada Allah swt dengan menerima segala hukum dan syariat yang diturunkan Ilahi. Penyerahan dan penerimaan ini berlaku dengan dua perkara iaitu (i) dengan kepercayaan dan pegangan hati yang dinamakan Iman (akidah) dan (ii) melalui sifat-sifat lahiriah iaitu melalui perkataan dan perbuatan (amalan) dinamakan Islam. Nabi Muhammad saw telah juga menunjukkan penggunaan kalimah Iman dalam pengertian amal sebagaimana sabdanya yang bermaksud : "Iman terbahagi lebih enam puluh bahagian, yang paling tinggi ialah mengucap kalimah "Lailahaillallah" dan yang paling rendah ialah membunag bendabenda yang boleh menyakitkan orang di jalan". (Riwayat Muslim) Oleh yang demikian jelas di sini Iman dan Islam mempunyai hubungan yang rapat dan tidak mungkin dipisahkan. Islam umpama pohon sementara Iman umpama akar sesepohon kayu. Kesuburan dan kekuatan akar pokok tersebut dapat dilihat dengan kesuburan pokok pada daun, ranting dan dahannya. Dalam menjelaskan tentang hubungan Iman dan Islam ini kita petik sebuah hadis sabda Nabi saw kepada rombongan Abdul Qias yang bermaksud: "Aku menyuruh kamu beriman kepada Allah swt yang Maha Esa. Apakah kamu mengerti apa dia yang dikatakan beriman kepada Allah swt yang Maha Esa ". Iaitu penyaksian bahawa tiada tuhan yang disembah melainkan Allah swt yang Maha Esa, tiada sekutu baginya, mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat dan menunaikan satu perlima daripada harta rampasan perang". (Muttafaqun "alaih) Hadis di atas menjelaskan betapa adanya hubungan yang erat di antara iman dan Islam di mana Islam itu menjadi salah satu daripada perinsip Iman dan Iman pula dilahirkan melalui Islam secara amali, dengan iqrar syahadah dan melaksanakan hukum syariat dalam segala amalan. Sekiranya berlaku iqrar syahadah dan menunaikan fardhu sedangkan hatinya tidak yakin atau tidak percaya serta ragu-ragu terhadap hukum hakam Allah swt maka seseorang itu dihukum tidak beriman walaupun masih dinamakan Islam sebagaimana yang berlaku kepada sesetengah orang-orang Badwi di zaman Rasulullah saw.

1. Mukadimah:

Rukun Iman artinya kepercayaan dalam diri. Iman artinya membenarkan Allah dan membenarkan Nabi Muhammad s.a.w , malaikat-malaikat, kitab kitab, hari kiamat dan juga qadha dan qadharNya. Ia merangkumi semua aspek kepercayaan dan kenyakinan adalah mumin dan muminah. Kenyakinan itu adalah penting untuk menanamkan dalam jiwa, bukan sahaja dalam jiwa tapi juga dalam mengenali marifatullah. Bukan senang, untuk kita menjadi mukminin sejati, seperti adanya sabda Allah. Kenali dirimu kemudian kenali Allah. Ini membawa kita dalam berfikiran lebih mendalam untuk mendekati Allah dan percaya setiap apa yang disampaikan oleh Rasulullaah s.a.w adalah benar. Allah kulli hal. Wallahualam.

Iman dan Islam tidak dapat dipisah, termasuk juga ehsan. Ini menjelaskan banyak perkara yang menjadikan kita berpegang teguh pada ajaran Islam. Islam ertinya tunduk dan patuh untuk menuruti segala yang disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w dan setiap orang Islam haruslah patuh dengan apa yang dikerjakan dan mengakui Tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah pesuruhnya. Bagi orang yang ingkar kebenaran agama Islam adalah termasuk orang yang kufur. Kufur bererti mengingkari kebenaran agama Islam dan tidak mengaku kebenaran Allah dan segala ajaran Rasulullaah s.a.w.

A. Pengertian Iman Kepada Allah SWT Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu. Iman menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan. Hal ini sesuai Hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi : ( ) Artinya : Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.(HR Thabrani) Dari penjelasan Hadits di atas dapat disimpulkan bahwa iman kepada Allah SWT membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang mengaku beriman kepada Allah SWT hanya dalam hati, lisan, hati dan lisan atau anggota badan saja, maka orang tersebut belum bisa dikatakan orang yang beriman. Iman kepada Allah merupakan suatu keyakinan yang sangat mendasar. Tanpa adanya iman kepada Allah SWT, seorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti beriman kepada malaikat, kitabkitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat. Firman Allah SWT : )( Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab Allah yang diturunkan

sebelumnya, Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,Rasulrasul-Nya, dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS.An Nisa : 136) B. Sifat-Sifat Allah SWT Allah SWT adalah zat Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas seluruh alam beserta isinya. Allah SWT memiliki sifat wajib, mustahil dan jaiz sebagai sifat kesempurnaan bagi-Nya. Sebagai muslim yang beriman, wajib mengetahui sifat-sifat tersebut. Sifat wajib, artinya sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh Allah SWT . sifat wajib Allah berjumlah 13. Sifat mustahil, artinya sifat-sifat yang tidak mungkin ada pada pada Allah SWT. Sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib. Jumlahnyapun sama dengan jumlah sifat wajib bagi Allah SWT. Sifat jaiz, artinya sifat yang mungkin bagi Allah SWT untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Artinya Allah berbuat sesuatu tidak ada yang menyuruh dan tidak ada yang melarang. Sifat jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu Filu kulli mumkinin au tarkuhu.

No 1. 2. 3. 4.

Sifat wajib dan mustahil bagi Allah SWt adalah sebagai berikut. Sifat Wajib Wujud Qidam Baqa Mukhalafatu lilhawadisi Qiyamuhu binafsihi Artinya Ada Terdahulu Kekal Berbeda dengan baru (mahluk) Berdiri dengan zat-Nya sendiri Sifat Mustahil Adam Hudus Fana Mumasalatu lil hawadisi Ihtiyajuhu lighairihi Artinya Tidak ada Baru Rusak Sama dengan mahluk-Nya Membutuhkan pertolongan orang lain Berbilang Lemah Terpaksa Bodoh Mati Tuli

5.

6. 7. 8. 9. 10. 11.

Wahdaniyat Qudrat Iradat Ilmu Hayat Sama

Esa Kuasa Berkehendak Mengetahui Hidup Mendengar

Taadud Ajzu Karahah Jahlun Mautun Summu

12. 13.

Basar Kalam

Melihat Berfirman

Umyum Bukmum

Buta Bisu

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Adapun sifat wajib yang menunjukkan makna Maha adalah sebagai berkut. Sifat Maknawiyah Qadiran Muridan Aliman Hayyan Samian Basiran Mutakaliman Artinya Maha Kuasa Maha Berkehendak Maha Mengetahui Maha Hidup Maha Mendengar Maha Melihat Maha Berfirman Sifat Mustahil Ajzun Mukrahan Jahilun Mayyitun Ashamma Ama Abkama Artinya Yang Maha Lemah Yang maha terpaksa Yang maha bodoh Yang mati Yang maha tuli Yang maha buta Yang maha bisu

C. Dalil Naqli dan Aqli tentang Sifat-Sifat Allah SWT. 1. Wujud

Wujud berarti ada. Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada dengan zat-Nya sendiri. Adapun sifat mustahil-Nya adalah adam yang berarti tidak ada. Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia itu sendiri yang bisa menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta isinya. Jika kita perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal? Siapakah Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu? Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita. Selain melihat alam semesta, kita juga dapat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti manusia dengan segala perlengkapan hidupnya di dunia ini. Tentu kita bisa berfikir bahwa semua yang ada pasti ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa ( Allah SWT). Terkait dengan hal ini Allah SWT berfirman : () () )( Artinya : Dan dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur. Da Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakkan kamudi bumi ini dan kepada-Nyalah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkn dan mematikan

dan Dialah yang mengatur pertukaran malam da siang. Maka apakah kamu tidak berfikir?(QS.Al Muminun :78-80) 2. Qidam

Qidam berarti terdahulu. Allah SWT mempunyai sifat terdahulu karena tidak ada yang mendahului. Sifat mustahil-Nya adalah Hudus yang artinya baru. Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan sesuatu yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk melainkan Khalik (Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat qidam. Firman Allah SWT : )( Artinya: Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin*1452+; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.(QS.Al-Hadiid:3) Adanya Allah itu pasti lebih awal daripada mahluk ciptaan-Nya. Seandainya keberadaan Allah didahului oleh mahluk-Nya, maka semua ciptaan Allah ini akan hancur berantakan. Hal ini tentu mustahil bagi Allah karena Allah Maha pencipta, tidak mungkin ciptaannya lebih dahulu daripada yang menciptakan. 3. Baqa

Baqa berarti kekal. Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau penghabisan. Sifat mustahilnya adalah fana artinya rusak atau binasa. Semua mahluk yang ada di alam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada akhirnya. Manusia betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan menjadi tua dan mati. Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur maka lama kelamaan akan layu dan mati. Sungguh betapa hina dan lemahnya kita berbangga diri di hadapan Allah SWT. Betapa tidak patutnya kita berbangga diri dengan kehebatan yang kita miliki karena segala kehebatan itu hanyalah bersifat sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang bersifat kekal. Firman Allah SWT : )( () Artinya : Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (QS.Ar Rahman :26-27) 4. Mukhalafatu lil Hawadisi

Mukhalafatu lil Hawadisi berarti berbeda dengan semua yang baru (mahluk). Sifat mustahilnya adalah mumasalatu lil hawadisi artinya serupa dengan semua yang baru(mahluk). Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang dibuat orang lain. Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan sepatu yang dibuatnya,

bahkan robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak akan sama dengan manusia yang membuatnya. Firman Allah SWT : )( Artinya :......... Tidak sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(QS Asyura: 11) Senada dengan ayat tersebut Allah SWT juga berfirman dalam ayat yang lain yang berbunyi : )( Artinya : ..........Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia(Allah). (QS Al Ikhlas :4) Dari dua ayat di atas dapat diambil pelajaran bahwa yang dimaksud dengan tidak setara itu adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya. 5. Qiyamuhu Binafsihi

Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan atau menciptakan. Contohnya, Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun. Sifat mustahilnya adalah ihtiyaju lighairihi, artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan antara satu dan yang lainnya karena mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha Pencipta. Firman Allah SWT : )( Artinya : Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. (QS Ali Imran:2) Sadarlah ternyata kita ini mahluk yang sangat lemah karena tidak mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Akan tetapi, sebagai manusia kita juga harus memiliki sifat mandiri supaa tidak bergantung pada orang lain.

6.

Wahdaniyah

Wahdaniyah berarti esa atau tunggal. Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuata-Nya.

Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan seterusnya. Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong. Esa perbuatan-Nya berarti Allah SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendakNya sendiri tanpa ada yang menyuruh dan melarang. Sifat mustahil-Nya adalah taadud artinya berbilang atau lebih dari satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti terjadi saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi demikian pasti alam semesta tidak akan terwujud. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini : )( () () () Artinya :Katakanlah (Muhammad ). Dialah Tuhan Yang Maha Esa . Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada_Nya segala sesuatu . dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (QS Al Ikhlas :1-4) Meyakini ke-Esa-an Allah SWT merupakan hal yang paling prinsip. Seseorang dianggap muslim atau tidak , bergantung pada pengakuan tentang ke-Esa-an Allah SWT. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara bersaksi terhadap Allah SWT, yaiut dengan membaca syahadat tauhid yang berbunyi : Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah. 7. Qudrat

Qudrat berarti kuasa. Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi. Contohnya, kekuasaan Presiden RI, dibatasi oleh undang-undang dan batas kekuasaannya hanya untuk negara Indonesia. Sifat mustahilnya adalah ajzu, artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah berkehendak melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang dapat menghalangin-Nya. Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat (kuasa) dan mustahil bersifat ajzu (lemah). Firman Allah SWT : )( Artinya : Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. (QS.Al Baqarah:20) Sungguh idak patut manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki karena sebesar apapun Allah SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah yang hidup di muka bumi harus berkarya, berkreasi, dan berinovasi.

8.

Iradat

Iradat berarti berkehendak. Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapa pun Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi, begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi. Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan, tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas. Adapun sifat mustahilnya adalah karahah, artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah (terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib bersifat kesempurnaan. Dengan demikian, Allah SWT. Wajib bersifat iradah(berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa). Untuk menguatkan keyakinan kita, Allah SWT berfirman : )( Artinya : Sesungguhnya perintah-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:Jadilahmaka terjadilah. (QS. Yasin : 82) Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita yang bertujuan membangun hari esok yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini hanya bersifat sementara. Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan tujuan mengharap rida Allah SWT. 9. Ilmu

Ilmu berarti mengetahui. Sifat mustahilnya adalah Jahlun yang artinya bodoh. Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib. Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula. Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?. Firman Allah SWT : )( Artinya :.....Allah SWT mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al Hujurat:16). Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba ilmu. Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu yang belum kita ketahui.

10. Hayat Hayat berarti hidup. Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan zatNya sendiri karena Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya. Sifat mustahilnya adalah mautun yang artinya mati. Contohnya, manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan, minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun tidak. Firman Allah SWT : )( Artinya:Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. (QS Al Baqarah: 255)

Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu, hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi dicatat Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggungjawabkan. 11. Sama Sama berarti mendengar . Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia. Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk Nya karena tidak terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu. Sifat mustahilnya adalah summun artinya tuli (tidak mendengar). Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak mendengar pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya. Selain itu penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak dihiraukan-Nya. Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifatsama mustahil bersifat summun . Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al Maidah berikut. )( Artinya :Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS Al Maidah :76) Sebagai seorang muslim seharusnya kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan berbicara dengan bahasa yang santun dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah SWT pasti mendengar segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun di dalam hati. 12. Basar

Basar berarti melihat. Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding (tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT. Sifat mustahil-Nya adalah umyun, artinya buta. Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam semesta ini tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya. Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita selalu berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT. Oleh karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus mempertanggung jawabkannya kelak di akhirat. 13. Kalam Kalam berarti berfirman atau berbicara. Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh manusia. Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Sifat mustahi-Nya adalah bukmun, artinya bisu. Allah SWT mustahil bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para utusan-Nya bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk perintah maupun larangan. Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi. Firman Allah SWT dalam surah An Nisa : 164. )( artinya :.......Dan Allah berkata kepada Musa dengan satu perkataan yang jelas.(QS AnNisa :164) Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan kalimatkalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka segeralah membaca istighfar. Apabila kita menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan hamdalah. Selain itu, kita juga harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah lembut dan sopan santun dengan sesama manusia. D. Hikmah Beriman Kepada Allah SWT Meyakini kepada Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan memberikan banyak hikmah diantaranya : 1. 2. 3. 4. Meyakini kebesaran Allah SWT Meningkatkan rasa syukur Selalu menjalankan perinyah-Nya. Selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya.

5.

Tidak takut menghadapi kematian

Penjelasan Rukun Iman (2): Iman kepada Malaikat Allah


POSTED BY MARAMIS SETIAWAN APRIL 25, 2008 11 KOMENTAR

Malaikat adalah makhluk yang hidup di alam ghaib dan senantiasa beribadah kepada Allah Subhanahu wa taala. Malaikat sama sekali tidak memiliki keistimewaan rububiyah dan uluhiyah sedikit pun. Diciptakan dari cahaya dan diberikan kekuatan untuk mentaati dan melaksanakan perintah dengan sempurna. Rasulullah Shallahualaihi wa sallam pernah bersabda,

Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, dan adam Alaihissalam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian.i Allah Subhanahu wa taala berfirman, Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.ii Beriman kepada malaikat mengandung empat unsur: 1. Mengimani wujud mereka, bahwa mereka benar-benar ada bukan hanya khayalan, halusinasi, imajinasi, tokoh fiksi, atau dongeng belaka. Dan mereka jumlahnya sangat banyak, dan tidak ada yang bisa menghitungnya kecuali Allah. Seperti dalam kisah miraj-nya Nabi Muhammad Shallahualaihi wa sallam, bahwa ketika itu Nabi Shallahualaihi wa sallam diangkat ke Baitul Mamur di langit, tempat para malaikat shalat setiap hari, jumlah mereka tidak kurang dari 70.000 malaikat. Setiap selesai shalat mereka keluar dan tidak kembali lagi.iii 2. Mengimani nama-nama malaikat yang kita kenali, misalnya Jibril, Mikail, Israfil, Mautiv. Adapun yang tidak diketahui namanya, kita mengimani keberadaan mereka secara global. Dan penamaan ini harus sesuai dengan dalil dari al-Quran dan Hadist Rasulullah Shallahualaihi wa sallamyang shahih. 3. Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita kenali, misalnya: Memiliki sayap, ada yang dua, tiga atau empat. Dan juga khususnya Malaikat Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat oleh Nabi Shallahualaihi wa sallamyang mempunyai 600 sayap yang menutupi seluruh ufuk semesta alam. v Allah berfirman, Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.vi

Malaikat bisa menjelma menjadi seorang laki-laki, seperti saat diutus oleh Allah kepada Maryam, Nabi Ibrahim, Nabi Luth. Juga saat diutusnya Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Shallahualaihi wa sallam ketika beliau berkumpul dengan para sahabat dalam satu mejelis untuk mengajarkan agama kepada para sahabat Nabi Shallahualaihi wa sallam. vii Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita ketahui, seperti membaca tasbih dan beribadah kepada Allah Azza wa Jalla siang dan malam tanpa merasa lelah. viii Sebagian mereka ada yang memiliki tugas khusus. Sebagai contoh, Malaikat Jibril bertugas untuk menyampaikan wahyu Allah kepada para Nabi dan Rasul. Dan ini bukanlah satu-satunya tugas Malaikat Jibril, sehingga ada anggapan bahwa telah selesai tugas Malaikat Jibril dan nganggur setelah selesainya wahyu yang disampaikan kepada rasul terakhir Nabi Muhammad Shallahualaihi wa sallam. Padahal selain tugas utama tersebut Malaikat Jibril juga mempunyai tugas lain, seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah Shallahualaihi wa sallam: Jika Allah mencintai seorang hamba-Nya, maka dipanggillah Jibril, Sesungguhnya Aku telah mencintai fulan, maka cintailah dia! Lalu Jibril mencintainya, kemudian Jibril menyeru penghuni langit, sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia! Lalu seluruh penghuni langit mencintainya, kemudian djadikan dirinya dapat di terima di muka bumi.ix Malaikat Mikail yang diserahi tugas menurunkan hujan dan meunmbuhkan tumbuh-tumbuhan. Malaikat Isrofil yang diserahi tugas meniup sangkakala tatkala terjadi peristiwa hari kiamat dan manusia dibangkitkan dari alam kubur. Malaikat Maut yang diserahi tugas untuk mencabut nyawa seseorang.x Malaikat Ridwan dan Malik yang diserahi tugas menjaga Surga dan Neraka. Malaikat yang ditugaskan meniupkan ruh pada janin dalam rahim, yaitu ketika janin telah mencapai usia 4 bulan di dalam rahim, maka Allah Azza wa Jalla mengutus malaikat untuk menuliskan rizki, ajal, amal, celaka, dan bahagianya, lalu meniupkan ruh padanya.xi Para malaikat (dg sifat Rokib dan Atid) yang diserahi menjaga dan menulis semua perbuatan manusia. Setiap orang yang dijaga oleh dua malaikat, yang satu pada sisi kanan dan yang satunya lagi pada sisi kiri. Allah Azza wa Jalla berfirman: (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.xii Para Malaikat Mungkar dan Nakir yang diserahi tugas menanyai mayit, yaitu apabila mayit telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka akan datanglah dua malaikat yang bertanya kepadanya tentang Rabb-nya, agamanya dan Nabinya. Malaikat yang mencatat amal orang yang hadir paling awal saat shalat Jumat. Rasulullah Shallahualaihi wa sallam bersabda:

Tatkala hari jumat tiba, malaikat berada di setiap pintu masjid mencatat amal orang yang hadir paling awal, lalu yang datang kemudian, jika imam naik ke mimbar di tutuplah buku catatan tersebut. Lalu mereka masuk mendengarkan nasihar (dzikir).xiii Buah Iman Kepada Malaikat Allah Beriman kepada Malaikat membuahkan pengaruh yang mulia diantaranya: Mengetahui dengan benar keagungan, kebesaran, kekuasaan malaikat, dan kebesaran makhluk menjadi bukti atas kebesaran Penciptanya.

Bersyukur kepada Allah atas perhatianNya yang diberikan kepada anak Adam dengan menugaskan beberapa malaikat yang menjaga, mencatat amal mereka dan tugas-tugas lainnya dalam kemaslahatan hidup manusia.

Kecintaan kita kepada para malaikat atas tugas-tugas yang mereka tunaikan dalam rangka mengabdi dan taat kepada Allah. -

Referensi: al-Fauzan, Shalih. Prinsip-Prinsip Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah. Pustaka Ishlahul Ummah: Jakarta al-Utsaimin, Muhhamad bin Shalih,. 2006.Ulasan Tuntas Tentang Tiga Prinsip Pokok. Darul Haq: Jakarta an-Nawawi, al-Imam. 2006. Syarah Arbain Nawawi. Darul Haq: Jakarta e-book file chm, almanhaj versi 38 Yazid bin Abdul Qodir Jawwas. 2006. Syarah Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah. Pustaka Imam Syafii: Jakarta Footnote i Riwayat Ahmad (VI/153) dan Muslim (no. 2996 (60)). ii QS. Al-Anbiya 19-20 iii Diriwayatkan oleh al-Bukhari, kitab Awal Mula Penciptaan, bab Penyebutan Malaikat, dan muslim, Kitabul Iman, bab Peristiwa Isra rasulullah J dan kewajban sholat. iv Demikianlah nama Malaikat pencabut nyawa yang shahih dalam Al-Quran dan hadist. Adapun penamaan dengan Izroil sebagaimana populer dalam masyarakat, maka ini hanyalah israiliyyat yang tidak ada dalilnya. (Lihat Ahkamul Janaiz hal 199 oleh Al-Albani dan Mujam Al-Manahi lafzhiyyah hal. 238 oleh Syaikh Bakr Abu Zaid.) v Diriwayatkan oleh al-Bukhari, kitab Awal Mula Penciptaan, 3232-3233 vi QS. Faathir: 1 vii Lihat dalam Hadist Arbain an-Nawawi hadist ke-2 viii Lihat QS. Al-Anbiya: 19-20, Ash-Shaaffat: 165-166, al-Mumin: 7, dan asy-Syuura: 5 ix Diriwayatkan oleh al-Bukhari, kitab Awal Mula Penciptaan, bab Penyebutan Malaikat, dan Muslim, kitab Kebaikan dan Hubungan Shilaturahmi, bab Jika Allah mencintai Hamba, maka Dia menjadikan makhlukNya Turut Mencintainya. x Yang Allah kehendaki untuk tercabut nyawanya. xi Riwayat al-Bukhari (no. 3208,3332,6594) dan Muslim (no. 2643), dari Sahabat Abdullah bin Masud t

xii QS. Qaaf: 17-18 xiii Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitabul Jumuah, bab Mendengarkan khutbah, dan Muslim, Kitabul Jumuah, bab Keutamaan Datang Dahulu Pada Hari Jumat.

Iman Kepada Al-Qur'an

Kali ini saya akan memposting tentang masalah iman khususnya Iman kepada Kitab Suci Al-Qur'an. Alasan kenapa saya mengangkat topik ini karena pada waktu saya sedang melakukan perjalanan ke suatu daerah saya sempat beristirahat. tidak jauh dari tempat peristirahatan itu ada sebuah pesantren dan disana sedang di adakan pengajian, sambil istirahat sayapun mendengarkan isi pengajian tersebut dari pengeras suara. dan kebetulan yang di bahas dalam pengajian tersebut adalah Iman Kepada Kitab Suci Al-Qur'an. Saya pun mendapatkan sedikit ilmu yang mudah2an bisa bermanfaat bagi pengunjung blog ini. Langsung aja deh ke pokok utama. Mulai aja yah. he he Menurut Bahasa iman artinya Percaya, Sedangkan menurut arti sebenarnya iman adalah mempercayai dengan sepenuh hati akan apa yang kita imani tanpa ada keraguan sedikitpun di dalamnya. Jadi arti dari Iman Kepada Kitab Suci Al-Qur'an adalah kita harus mempercayai akan kebenaran semua ayat-ayat yang ada dalam Kitab Suci Al-Qur'an tanpa ada keraguan terhadap kandungan ayat tersebut, meskipun hanya satu ayat. Maka dari itu apabila kita masih ragu terhadap kandungan ayat-ayat Al-Qur'an meskipun hanya satu ayat saja, maka dipastikan iman kita belum sempurna atau masih di katakan belum sah. Kalau iman kita belum sah betul maka, secara otomatis segala amaliah kita baik itu duniawi maupun ukhrawi akan sia-sia belaka. suerem juga yah. Fenomena yang terjadi sekarang adalah, terkadang ada tutur kata dari kita yang mencerminkan adanya keraguan terhadapa Ayat Suci Al-Qur'an baik itu secara sadar ataupun secara tidak sadar. dan fenomena ini sudah sangat sering terjadi. Terdapat 2 masalah yang sering terjadi dengan ucapan kita yang secara tidak sadar itu merupakan suatu cerminan ada rasa ragu-ragu dalam iman kita terhadap Ayat AlQur'an : Tentang 1. Masalah Pembagian Harta Warisan ( Harta Peninggalan Orang Tua)

Dalam Al-Qur'an sudah diterangkan serta di jelaskan tentang masalah pembagian harta warisan ini. kalau kita cermati secara kasat mata bahwa dalam pembagian harta warisan menurut Al-Qur'an ada yang mendapatkan bagian lebih banyak dan ada juga yang mendapatkan sedikit.Namun demikian kita harus benar-benar meyakini bahwa ayat yang menjelaskan masalah pembagian harta warisan ini memang benar untuk keadilan si ahli waris tersebut bukan karena tidak di bagi rata itu menjadi tidak adil. jangan sampai kita berucap bahwa "Kalo Hukum di Islam tentang masalah waris itu memang tidak adil. masa ada yang mendapatkan banyak dan ada yang mendapatkan sedikit, lebih baik di bagi rata saja biar adil" nah perkataan ini lah yang mencerminkan adanya keragu-raguan terhadap ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang masalah Pembagian Harta Warisan. jadi bagaimana kalo misalkan di bagi rata? ya boleh saja tapi gunakan dulu pembagian menurut aya Al-Qur'an tadi kalo sudah beres. yang mendapatkan lebih bisa di kasih ke yang mendapatkan sedikit tapi dengan alasan hibah (hadiah). Mudah2an bisa ngerti. Maaf kalo ngejelasinnya kurang jelas namanya juga belajar.

2. Masalah Poligami

Begitu pula dengan masalah poligami, jadi ga tega ngejelasinnya, tapi ini justru fenomena yang sering terjadi.khususnya bagi kaum hawa. tapi ga apa2lah yang penting saya sudah menyampaikannya. Ok dilanjut lagi. Di dalam Al-Qur'an pun sudah ada Ayat yang menjelaskan serta membolehkan kepada pria untuk berpoligami (Beristrikan Lebih dari Satu) he he. jadi alangkah bijaknya jika kita khususnya para kaum hawa tidak meragukan akan ayat tersebut. Jangan sampai berucap : "Ah pokonya saya tidak setuju dengan poligami titik ga pake koma pokonya". Saya teringat ketika waktu pertama Aa Gym berpoligami maka ada sekelompok yang menamakan dirinya dari komunitas muslimah berdemo di bunderan HI jakarta menentang keras dengan yang namanya poligami. waduh celaka tuh. itu sama aja dengan mendemo Ayat Al-Qur'an tadi. celaka sebelas dua belas nieh. Fatal deh pokonya. ihhhh suerem. Jadi bagaimana nieh akan masalah ini? Ya untuk solusinya jangan sampai keluar kata2 semisal contoh diatas walau bagaimanapun poligami itu sudah di atur di dalam Ayat Al-Qur'an. Kalo menolak kepada orangnya yang berpoligami lalu tidak bisa adil itu sih saya juga setuju. karena tawaran dari Allah bagi orang yang berpoligami terus ga bisa adil adalah neraka. Jadi kita menolak itu bukan pada Poligami nya tapi pada orang yang berpoligami terus ga bisa berbuat adil.

Aduh cape juga nulis nieh. he he. jadi kesimpulannya adalah jangan sampai keluar ucapan dari lisan kita kata-kata diatas. kayak sepele sih tapi memang sangat fatal akibatnya. Ya meskipun saya tau untuk masalah poligami ga ada wanita yang benar2 rela untuk dipoligami pasti hati kecilnya menjerit2. tapi mau gimana lagi tetep keimanan kita jangan sampai tergoyah. ya sekedar memberikan tip's agar tidak di poligami yaitu : jangan cemberut terus di depan suami, berdandan yang cantik di depan suami. pokonya jangan sampai suami dibikin ga betah di rumah deh. he he kaya yang udah ngalamin aja yah. tapi kalo semua jurus di atas masih tetep di poligami berarti udah Takdir Illahi ^_^. Akhir kata mudah-mudahan kita bisa lebih

bisa meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt. Amien. Dicukupkan sekian penjelasannya, maaf kalo ada yang salah. Wallahu A'lam ^_^

Anda mungkin juga menyukai