Anda di halaman 1dari 13

TAUSIAH OLEH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Ahad, tanggal 1 Agustus 2021. Pukul 05.30


Thema : MENGGAPAI HIDUP BAHAGIA BERSAMA AL-QUR‟AN.
Topik : Allah Maha Tinggi Kita Jangan Pernah Mencoba Bersaing
Allah adalah Tuhan Yang Maha Tinggi ( ), Lebih Tinggi ( )
Allah Maha Menundukkan ( )

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-bapak dan
Ibu- ibu alhamdulillah kita bertemu kembali, mudah-mudahan kita dibimbing oleh Allah
untuk memahami pesan-pesan Allah baik melalui Al Qur‟an maupun melalui utusannya
Nabi Muhammad s.a.w. Setelah kita di beri pemahaman yang benar, mudah-mudahan
Allah memberi kita semangat untuk melaksankana ajarannya dalam kehidupan kita
sehari-hari. Oleh karena itu kita kuatkan komitmen kita untuk selalu berpegang teguh
pada Firmnan Allah dan bimbingan Nabi Muhammad s.a.w. Kita berusaha untuk
mengenali Allah lebih lanjut dengan harapan kalau kita makin mengenali maka kita
makin mencintai Allah. Kalau kita sudah mencintai Allah mudah-mudahan muncul rasa
rindu kepada Nya, dan rasa rindu itu mendorong kita untuk selalu bertemu dengan Allah,
selalu ingin dekat dengan Allah, kalau kita dekat dengan Allah kita tidak ingin berbuat
sesuatu yang tidak disukai oleh Allah. Kita cenderung untuk melakukan apa-apa yang
disukai oleh Allah, untuk mengetahui apa yang disukai oleh Allah kita mempelajarinya
secara mudah dari apa yang dianjurkan dan diperintahkan oleh Allah. Semua yang
dianjurkan dan diperintahkan oleh Allah pasti disukai Allah dan apa yang dilarang pasti
itu tidak disukai Allah. Jadi kalau kita mau mengerjakan apa yang diperintahkan dan
meninggalkan apa yang dilarang Allah, maka in sya Allah kita Disukai oleh Allah atau
biasanya kita menyebutnya Diridhoi oleh Allah. Kalau Allah Meridhoi kita berarti Allah
suka dan puas dengan penampilan atau perilaku kita, berkaitan dengan hal tersebut
mari kita pelajari sifat-sfat Allah, yang biasa disebut Asmaul Husna. Allah adalah yang
paling Mulya maka apapun yang berkaitan dengan Allah pasti mulya. Firman Allah Al
Qur‟an Mulya, yang menerima wahyu Al Qur‟an dari Allah yaitu Rasulullah s.a.w juga
ikut Mulya, begitu pula Malaikat yang membawa wahyu dari Allah yaitu Malaikat Jibril
juga ikut Mulya. Dengan demikian kalau kita ingin ikut mulya, kita nempel saja kepada
Allah dan utusannya, yaitu dengan mempelajari wahyuNya (Al Qur‟an) maka in sya Allah
kita menjadi ikut Mulya. Khairukum man ta‟allamal Qur‟aana wa „allamahu

“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur‟an dan
mengajarkannya”. {HR Bukhari)

Jadi apapun yang kita bicarakan mesti rujukan kita ke Al Qur‟an, jadi orang yang
bacaannya Al Qur‟an beda dengan orang yang dipelajari itu misalnya komik, atau cerita
cerita fiksi, jadi sesuai dengan pepatah “you are what you read” jadi kamu kemulyaannya
sesuai dengan apa yang kamu baca. Jadi kalau yang kita pelajari dan kita baca Al Qur‟an
maka in sya Allah kita ikut mulya. Pagi ini kita membahas sifat Allah yang Maha Tinggi,
di dalam Al Qur‟an istilah Yang Maha Tinggi itu disebutkan dalam 3 kata yaitu :

Ketiganya berasal dari kata yang sama yaitu ‫„( ع‬ain), ‫( ل‬lam) dan ‫( و‬wawu) tetapi di
tulisannya tidak kelihatan wawu nya, yang artinya tinggi. Yang Maha tinggi adalah kata
sifatnya, Allah adalah Tuhan Yang Maha Tinggi ( ) tetapi dalah Al Qur‟an juga ada
istilah Al „Ala ( ) yang artinya Lebih Tinggi atau Paling Tinggi. Tentu untuk Allah
karena tidak ada pesaingnya artinya Paling Tinggi. Paling tinggi artinya bukan fisik,
karena kalau mengartikan fisik berarti Allah di tempat yang tinggi, hal ini mustahil karena
Allah tidak mengambil tempat karena tempat itu ciptaan Allah, jadi tidak mungkin Allah
Yang Maha Pencipta bergantung kepada yang diciptakan. Selain itu dalam Al Qur‟an
juga ada istilah yang berkaitan dengan ini yaitu Al Mutta‟aali (‫ل‬ ) artinya Yang
Mengalahkan, Yang tingginya itu Mengalahkan yang lain karena itu bisa juga berarti
menundukkan. Jadi Allah adalah Tuhan Yang Maha Tinggi ( ), Lebih Tinggi dari pada
apapun dan siapapun ( ) dan karena itu, Allah Maha Mengalahkan (‫ل‬ ), Yang
mampu Menundukkan siapapun. Allah Maha Tinggi ( ) karena Dialah satu satunya
Tuhan, Dia satu-satunya yang mampu mencipta apapun yang sudah ada yaitu alam raya
dan seluruh isinya termasuk berjuta-juta galaxy, bahkan termasuk alam yang kita tidak
mampu menjangkaunya atau tidak mampu menerobosnya karena alam itu mempunyai
dimensi ruang dan dimensi waktu yang berbeda dengan alam dunia kita ini. Alam yang
tidak terjangkau oleh indera kita karena perbedaan dimensi ruang dan waktu disebut Al
Ghaib yaitu termasuk Surga dan Neraka. Surga dan neraka sekarang sudah ada tetapi kita
tidak bisa kesana dan tidak bisa dilihat karena dimensi ruangnya beda, kita bisa masuk
kesana kalau jadwalnya dan periodenya sudah diijinkan dengan cara Allah membuka
pintu atau tabir untuk masuk kesana dan masuknya bareng-bareng kesana. Seluruh
manusia dari Nabi Adam sampai manusia terakhir di hari kiamat kemudian dibangkitkan
kembali kemudian dibukakan pintu alam akherat tersebut. Karena Allah adalah satu-
satunya yang bisa mencipta maka Allah adalah yang Maha Tinggi dan Maha Segalanya
sebagaimana yang Digambarkan Allah di ayat Kursi (Al Baqarah (2) ayat 255):

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa
izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka,
dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-
Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara
keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Dalam ayat ini lengkap sekali penjelasan tentang Allah dibandingkan dengan ayat-ayat
yang lain yang berkaitan dengan sifat Allah, misalnya dimulai dari nama Diri Allah,
kemudian menjelaskan Allah adalah Tuhan yang layak disembah dan layak ditaati, berarti
tidak ada yang layak kecuali Allah. Allah Maha hidup tentu berbeda dengan manusia
yang hidupnya ketika roh bergabung dengan badan yang suatu saat bisa pisah dan mati,
sedangkan Allah yang Membuat hidup tidak mungkin akan mati. Allah yang
menjalankan seluruh alam raya ini karena itu tidak mungkin Allah capek, mengantuk atau
tidur. Kursi dalam ayat ini adalah bahasa kiasan yang maksudnya adalah kekuasaan Allah
meliputi langit dan bumi. Tinggi dimaksud dalam ayat ini adalah semua Sifat Allah Maha
Tinggi lebih tinggi dari apapun, dan bukan hanya sifatNya tetapi juga TindakanNya atau
PekerjaanNya. Sedangkan Maha Besar disini diartikan Maha Agung.
Ketika Allah menciptakan alam raya dan seluruh isinya, Allah sekaligus mengatur cara
mereka masing-masing dalam mempertahankan keberadaannya dan mengatur
keharmonisan semua unit untuk kelestarian alam raya. Misalnya Allah menciptakan
pohon, itu sekaligus Allah menciptakan bagaimana pohon tersebut bisa bertahan hidup,
misalnya dia butuh air maka Allah menciptakan sistem bagaimana caranya supaya air bisa
datang ke pohon tersebut, kalaupun air tidak datang dalam bentuk hujan bisa juga
datang dalam bentuk kelembaban yang ada di udara, misalnya di tengah-tengah padang
pasir yang tidak pernah hujan tetapi ada beberapa pohon yang hidup karena
memperoleh air yang ada di kelembaban udara (moisture). Masing-masing unit makhluk
ciptaan Allah itu mempunyai peran dan tugas masing-masing yang berbeda-beda dan
perannya itu bisa peran mendukung dan bisa peran mengalahkan. Misalnya air
mendukung pohon untuk hidup, tetapi air juga bisa melawan pohon ketika banjir
bandang bisa menumbangkan pohon dan mati. Allah menciptakan air dan api, api bisa
menghilangkan air dalam kondisi dipanasi dan menjadi uap, bentuk airnya hilang
berubah menjadi bentuk gas tetapi airnya sudah tidak ada, tetapi air juga bisa
mengalahkan api dengan diguyurkan kepada api maka api mati. jadi ada peran
mendukung dan ada perang mengalahkan, kalau tidak ada mekanisme itu mungkin kita
tidak akan lestari. Kalau ada manusia yang tidak bisa saling mengalahkan yang lain juga
rusak dunia, karena kalau ada seseorang yang berbuat semena-mena tidak ada yang bisa
mengalahkan bisa makin menjadi-jadi kelakuannya jadi harus ada yang bisa mengalahkan
dia, jadi ada yang di tindas tetapi ada juga yang bisa mengalahkan dia yang menindas.
Karena itu, Allah, sebagai Pencipta dan Pengatur, pasti lebih Unggul atau Lebih Tinggi
derajat-Nya ( ) dari pada yang diciptakan dan diatur-Nya. Allah paling tinggi ( )
karena tidak ada pesaingNya seperti Firman Allaha dalam surat Al A‟la (87) ayat 1-4:
“Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan dan menyempurnakan
(penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar/ukuran (masing-masing) dan memberi
petunjuk, dan yang menumbuhkan rumput-rumputan.

Maksud sucikanlah dalam ayat tersebut adalah mensucikan dari semua sekutu dan
kekurangan. Penjelasan dari menyempurnakan adalah maksudnya sesuai dengan
kebutuhan karena kesempurnanya benda yang satu dengan yang lain berbeda,
sempurnanya manusia adalah kalau mempunyai organ tubuh lengkap dan pancaindera
lengkap dan berfungsi tentu berbeda dengan sempurnanya cacing yang hidup didalam
tanah sehingga tidak mungkin mempunyai mata seperti manusia, karena kalau
mempunyai mata akan kesulitan hidup karena tidak bisa masuk di dalam tanah. Jadi
tidak punya matanya cacing bukan berarti tidak sempurna, tetapi sangat sempurna
karena dia bisa menyesuaikan diri dimana dia hidup. Kadar dalam ayat tersebut adalah
ukuran, misalnya manusia diciptakan mempunyai dua tangan dengan ukuran yang sama,
letak mata dan telinga juga posisinya diukur dan besarnya juga diukur sehingga serasi dan
indah. Kodaro juga berarti takdir artinya Allah juga menentukan ketentuan dan
mekanisme yang ada pada masing-masing makhluk tadi. Dalam ayat tersebut disebutkan
Allah menumbuhkan rumput karena rumput itu vital bagi manusia karena rumput itu
makanan ternak dan ternak makanan manusia. Karena rumput itu dialokasikan oleh
Allah hanya untuk binatang, maka rumput dibuat keras dan rasanya untuk manusia tidak
enak tetapi lezat bagi binatang, sehingga manusia tidak memakannya karena itu semua
dijatahkan untuk binantang. Jadi begitu sempurnanya Allah mengatur alam raya ini, kita
jangan menyepelekan dengan binatang atau tumbuh2an, kita itu lemah dan kita akan
sakit atau tidak berdaya kalau sehari saja tidak makan tidak minum kita akan menjadi
lemah, artinya manusia itu hidupnya sangat bergantung dari benda-benda mati, tapi
begitu kok masih ada manusia yang suka sombong, padahal posisinya saja sangat rendah
dibanding tumbuh-tumbuhan, karena manusia butuh tumbuh-tumbuhan untuk makan
dan kalau dia membutuhkan maka posisinya lebih rendah dari yang dibutuhkan.
Agar alam raya bisa diatur dengan baik, maka seluruh isi alam raya dibuat oleh Allah
tunduk-patuh kepada aturan dan perintah-Nya. Dengan demikian, Allah adalah Yang
Maha Menundukkan (‫ل‬ ) atas segala sesuatu apapun, Maha mengungguli atas siapa
dan apapun. Tetapi Allah menundukkan itu dengan tujuan baik, contohnya binantang
yang dialokasikan untuk makanan atau konsumsi manusia dibuat oleh Allah jinak, tetapi
binatang yang tidak dialokasikan untuk konsumsi manusia dibuat buas atau sulit
diperoleh atau beracun. Jadi aturan Allah itu begitu indah begitu harmonis dan begitu
saling mendukung satu sama lainnya. Allah itu Maha Menundukkan Difirmankan dalam
surat Ar Ra‟d (13) ayat 8-9:

“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim
yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada
ukurannya. Yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nampak (syahadah); Yang
Maha Besar lagi Maha Tinggi dan Maha Mengalahkan”.

Dalam ayat ini kandungan rahim ada yang pas 9 bulan ada yang lebih dan ada yang
kurang, itu semua tidak bisa diatur hanya Allah yang mengatur. Kalau pun sekarang ini
bayi bisa dilihat dengan USG itu pun setelah periode tertentu dan kadang-kadang kabur.
Tetapi kalau Allah dari mulai penciptaan awal pertemuan chromosome dan sel telur
Allah sudah tahu ini nanti jadinya laki-laki atau perempuan karena Allah Yang
Menciptakan dan Yang Mengatur. Yang dimaksud ada ukurannya dalam ayat ini adalah
Allah sudah mengukur dengan presisi bagaimana bayi yang ada kepalanya dengan besar
tertentu dapat keluar dari rahim Ibu dengan selamat dan lancar.
Karena Allah Maha Tinggi dan Maha Unggul maka semua yang dikaitkan dengan Allah
ikut Tinggi dan ikut Unggul. Agama Allah, Kitab Allah, Ajaran Allah, Tentara Allah juga
ikut tinggi atau ikut unggul atas yang lain. Allah Berfirman dalam surat At Taubah (9)
ayat 40:
“Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah, sedangkan kalimat Allah
itulah yang tinggi”.

Jadi ajakan orang kafir itu rendah, tidak kekal keberadaannya dan tidak kekal
kebaikannya, tetapi Kalimat dari Allah yaitu Al Qur‟an itu tentu lebih tinggi dan lebih
unggul dibandingkan seruan dari mahlukNya. Berdasarkan dengan ayat-ayat tersebut
maka hanya Allah lah yang berhak mengaku keunggulan, baik keunggulan dalam
tindakan, keunggulan dalam sifat dan keunggulan dalam kemampuan maupun
keunggulan dalam kekuasaan. Orang yang mengaku dirinya unggul berarti dia secara
sadar maupun tidak sadar telah menantang bersaing dengan Allah. Karena Allah itu
maha tinggi, maha mengalahkan maka kita jangan pernah main-main untuk bersaing
dengan Allah untuk mengaku bahwa kita itu tinggi/unggul. Tentu kalau benar-benar ada
persaingan antara Allah dengan yang lain pasti akan hancur alam raya ini, dan pada
kenyataannya tidak mungkin Allah bisa disaingi, oleh karena itu sebagai pelajaran Allah
melarang siapapun yang coba menandingi Allah dan mengancam bahwa orang yang
demikian itu tidak akan mendapat kehidupan yang baik besok di akherat. Jadi orang
yang ingin keunggulan, atau ingin unggul dengan cara menyombongkan diri misalnya
dan atau dengan cara memperlakukan orang lain dengan semena-mena berarti
menganggap orang lain itu rendah, maka Allah akan membuat kehidupan mereka tidak
nyaman di akherat dan ada kemungkinan juga tidak nyaman di dunia. Kenyamanan
hidup di akherat itu hanya diperuntukkan orang yang mengimani Allah dan
merendahkan diri dihadapan Allah, serta tunduk patuh kepada Allah. Setelah Allah
bercerita tentang perilaku Qarun di surat Qashash, qarun kemudian dibenamkan di bumi,
kemudian Allah Berfirman dalam surat tersebut yaitu Al Qashash (28) ayat 83:
“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan
diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi
orang-orang yang bertakwa”.

Orang-orang yang menyombongkan diri di ayat ini contohnya adalah yang dilakukan
oleh qorun dan fir‟aun. Orang-orang yang berusaha mengungguli orang lain dengan
cara-cara dhalim semacam itu besok di akherat tidak akan mendapatkan tempat yang
baik. Orang-orang yang bertakwa in sya Allah di dunia maupun akherat hidupnya akan
baik. Tidak layak bagi manusia mengakui kemampuan untuk mengatur siapa yang boleh
hidup dan siapa yang boleh mati. Contohnya fir‟aun yang memerintahkan setiap bayi
laki-laki yang lahir harus dibunuh, ini berarti dia yang menentukan siapa yang boleh
hidup dan siapa yang boleh mati. Untuk level yang lebih rendah dari itu misalnya
menentukan siapa yang boleh bebas hidup dan siapa yang tidak boleh bebas, misalnya
dengan memasukkan orang dalam penjara dengan ketentuan semena-mena, maka dia
sama dengan sedang menantang Allah mengaku bahwa dia lah yang bisa mengatur
kehidupan ini. Contoh lain, mengaku lebih pintar dari siapapun apalagi dengan Allah,
atau mengaku mengerti apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, tidak mungkin
manusia itu mengetahui apa yang akan terjadi di masa datang. Allah Berfirman di awal
surat Al Qashash (28) ayat 4:

“Sesungguhnya Firaun sombong (merasa unggul) di muka bumi dan menjadikan


penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih
anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Dalam ayat ini disebutkan fir‟aun membuat kerusakan karena tatanan Allah itu harus ada
keseimbangan jadi harus ada lelaki dan ada perempuan karena mereka itu berpasang
pasangan, maka kalau ada yang dibunuh berarti terjadi ketidak seimbangan, jumlah
wanita lebih banyak dari jumlah pria dan ketidak seimbangan ini akan menghancurkan
kehidupan. Contoh lain jika ada suatu negara yang melarang membunuh jenis ikan
tertentu, maka spesies ikan itu menjadi lebih banyak dan mengganggu ekosistem, itu
semua sudah diatur oleh Allah jadi jangan menantang Allah bahwa seseorang bisa
mengatur segalanya. Fir‟aun memang sombong melampaui batas sehingga dia mengakui
dirinya sebagai tuhan yang paling tinggi, ini berarti dia menantang persaingan dengan
Allah. Allah Berfirman dalam surat An Nazi‟at (79) ayat 23-25:

“Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya.


(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi". Maka Allah mengazabnya dengan
azab di akhirat dan azab di dunia”.

Qorun juga mengakui dirinya memiliki kemampuan untuk memperoleh harta dengan
kemampuan ilmunya, maka kalau kita menerima rizki jangan pernah mengatakan bahwa
itu karena kehebatan kita karena ilmu kita, itu berarti sudah meniru qorun. Firman Allah
dalam surat Al Qashash (28) ayat 78:

“Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku".

Jadi kalau kita berbusiness kemudian menggunakan ilmu lalu sukses jangan pernah
mengakui bahwa kesuksesan itu karena ilmu kita itu berarti menyaingi Allah, karena
ilmunya sendiri itu juga datangnya dari Allah. Orang yang melihat qorun itu ada dua
macam pendapat, ada sekelompok yang mengatakan wah enak kalau kita kaya seperti
qorun, ada kelompok satu lagi yang berpendapat lebih baik pahala sorga yang dijanjikan
Allah dari pada sombong karena banyak harta. Kemudian ketika qorun disiksa oleh Allah
dengan dibenamkan di bumi maka orang yang tadinya kepingin seperti qorun menyesal
seperti diceritakan dalam surat Al Qashash (28) ayat 82:
“Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-
hamba-Nya dan menyempitkannya.”

Dalam lanjutan ayat tersebut sebetulnya ada penyesalah bagi orang yang tadinya
kepingin seperti korun, mereka mengatakan “untung Allah tidak menyertakan kita
tenggelam di bumi”.
Memang tidak seorangpun yang bisa mengerti apa yang akan terjadi di masa datang,
yang mengerti hanya Allah. Allah Berfirman dalam surat Al Kahf (18) ayat 23:

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan
mengerjakan itu besok pagi”.

Kita boleh mempunyai rencana tetapi besok kejadiannya bisa macam-macam, karena kita
melakukan sesuatu itu kan tergantung keadaan, kalau keadaannya berubah maka rencana
itu bisa berubah, dan keadaan itu tidak bisa kita kendalikan, bisa juga kita besok mati
sehingga tidak bisa melaksanakan rencana tersebut. Allah Berfirman dalam surat Luqman
(31) ayat 34:

“Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok”.

Karena itu kalau kita mempunyai rencana kita mengucapkan in sya Allah.
Yang termasuk menyaingi Allah adalah mengatur mana yang boleh dimakan dan yang
tidak boleh dimakan, jadi yang boleh menentukan ini halal dan itu haram hanya Allah.
Kalau ada orang yang menentukan halal dan haram tetapi tidak berdasarkan ketentuan
Allah, maka dia sudah menyaingi Allah. Para Ulama mengatakan orang yang
menghalalkan yang haram dan meng haramkan yang halal maka dia menjadi kafir.
Karena dia sudah menyaingi Allah dalam mengatur. Dan logikanya kalau Allah
mengatakan boleh kemudian ada orang yang mengatakan nggak boleh atau sebaliknya
berarti dia mengungguli Allah, dia bertindak seolah-olah mengalahkan Allah. Rasulullah
s.a.w bersabda :

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang minyak samin dan keju serta bulu
binatang, beliau menjawab: "Yang halal adalah apa yang dihalalkan Allah di dalam kitab-
Nya, dan yang haram adalah apa yang diharamkan Allah di dalam kitab-Nya, dan apa
yang Dia diamkan adalah sesuatu yang Dia maafkan." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Hakim dari Salman Al Farisi)

Orang yang membuat ketentuan halal-haram tanpa petunjuk dari Allah berarti dia
berusaha menyaingi Allah dalam wewenang, itulah sebabnya hukumnya kafir bagi orang
yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau mengharamkan apa yang dihalalkan
Allah. Allah Berfirman dalam sutat An Nahl (16) ayat 116:

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah
beruntung”.

Orang yang mengatur halal haram sama dengan mengaku dirinya tuhan dari situ kita bisa
memahami kenapa hukumnya kafir. Ada kejadian dimasa Rasulullah s.a.w yang
berkaitan dengan konteks ini yaitu ada seorang bernama Adiy bin Hatim kemudian
mendatangai Rasulullah s.a.w kemudian diceritakan seperti dalam hadits sebagai berikut:
Adiy bin Hatim berkata: “Aku mendatangi Rasulullah SAW dan di leherku ada salib dari
emas. Lalu beliau bertanya: „Apa in Adiy? Jauhkan dirimu dari berhala ini.‟ Dan aku
mendengar beliau membaca ayat di surat Baraah (Al Taubah) „Mereka menjadikan orang-
orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah,‟ Beliau bersabda:
„Memang mereka tidak menyembahnya (orang-orang alimnya dan rahib-rahib itu) tapi
ketika mereka menghalalkan sesuatu, mereka menganggapnya halal, dan ketika mereka
mengharamkan sesuatu, mereka menganggapnya haram.‟” (HR Tirmidzi dari Adiy bin
Hatim)

Jadi orang yang mengatur halal dan haram itu sama dengan mengaku tuhan. Berbeda
kalau di MUI yang memeberikan sertifikat halal itu mereka tidak membuat sendiri tetapi
ada acuannya didasarkan atas Al Qur‟an dan hadits.
Sebagai konsekwensi atas keunggulan Allah atas segala sesuatu yang lain yang sebenarnya
adalah mahluk ciptannya maka ketika kita berada di fihak Allah kepada orang yang
menentang Allah maka kita mesti merasa lebih unggul. Jadi maksudnya ketika kita
berusaha mengikuti aturan Allah kemudian ditantang atau dimusuhi oleh orang lain,
kalau kita mengikuti Allah sedangkan Allah itu Maha Unggul, maka kita harus meyakini
bahwa kita ini mahluk Allah yang lebih unggul, kalau kita diperangi jangan gentar karena
kita ini dibela oleh Allah. Contohnya ketika Nabi Musa menghadapi tukang sihir, Nabi
Musa takut karena tukang sihir itu melempar tali dan tongkatnya menjadi ular, tetapi
Allah menegur, “jangat takut kamu unggul karena kamu bersamaKu dan itu bukan sihir”
kisah ini dapat kita baca di surat Thaha (20) ayat 66-68:
“Berkata Musa: "Silakan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan
tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran
sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "Janganlah kamu
takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).

Jadi sebenarnya tongkat dan tali tukang sihir itu tidak berubah menjadi ular, cuma
pandangan mata orang dikacaukan sehingga seolah-olah melihat ular, jadi ini dibuat
halusinasi. Karena itu kita sebagai orang yang beriman berusaha mendekatkan diri
kepada Allah nempel kepada Allah kita jangan merasa hina dan tidak boleh sombong
tetapi tidak boleh merasa hina. Allah Berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 139:

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman”.

RINGKASNYA:
 Allah Maha Tinggi ( ), Lebih Tinggi ( ) dan Maha Menundukkan (‫ل‬ ).
 Semua yang berkaitan dengan Allah ikut tinggi.
 Siapapun tak boleh menyaingi Allah, misalnya dalam mengatur hidup-mati dan
halal-haram.
 Siapapun dan apapun yang berkaitan dengan Allah terangkat derajatnya.
 Tak boleh merasa hina atau putus-asa ketika kita betul-betul beriman kepada Allah
Semoga Allah mengizinkan kita selalu dekat dengan-Nya dan menjadi orang-orang yang
mulia karenanya, Aamiiin.

~Mudah-mudahan bermanfaat~

Anda mungkin juga menyukai