Anda di halaman 1dari 11

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Ahad, 29 Januari 2023, pukul 05.30


Thema : MENGGAPAI HIDUP BAHAGIA BERSAMA AL-QUR’AN
Sub Thema : Tujuan Membimbing Perilakua.

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-bapak, Ibu-
ibu serta saudara saudara sekalian, alhamdulillah kita dipertemukan di forum yang baik
dimana kita sedang mempelajari hal-hal yang bisa meningkatkan iman kita kepada Allah,
hal-hal yang bisa kita terapkan di kehidupan ini dalam rangka mempraktekkan iman kita
kepada Allah. Dengan mempraktekkan ajaran Allah maka in syaa Allah, Allah akan
memberi kita keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akherat. Untuk pagi ini in
sya Allah mari kita membahas tentang “tujuan membimbing perilaku”, maksudnya
bahwa kita dalam hidup ini mesti merumuskan tujuan hidup yang jelas, karena orang
yang tidak merumuskan tujuan hidupnya dengan jelas, maka perilakunya tidak jelas
arahnya, kadang ke kiri dan kadang ke kanan, kadang ke utara dan kadang ke selatan,
kadang mendekatkan diri dari Allah dan kadang menjauhkan diri dari Allah, kadang-
kadang membangun dan kadang-kadang merobohkan. Tujuan hidup yang paling baik
adalah mencari Ridho Allah atau semua yang kita lakukan kita tujukan untuk
mengharapkan Allah senang kepada kita, atau kita menyenangkan Allah. Tujuan itu
kalau kita rumuskan dengan baik, maka in syaa Allah akan memberi pengarahan kepada
kita sendiri, jadi tujuan itu ada di benak kita, ada di pikiran kita, ada di hati kita
kemudian kita fokus kepadanya, maka ketika kita bertutur kata, ketika kita melakukan
aktivitas, bahkan ketika kita berfikirpun arahnya menuju ke tujuan tadi. Karena
pemikiran kita itu biasanya diwujudkan dalam aktivitas, dan akitivitas itu biasanya kita
sebut perilaku, maka dengan tujuan yang jelas semacam itu kita berharap bahwa semua
aktivitas yang kita lakukan, atau perilaku kita itu bisa kita tarik benang merah selalu
menuju ke tujuan yang sudah kita tetapkan tersebut. Tidak ada aktivitas yang tidak bisa
kita tarik benang merah menuju ke tujuan yaitu mencari ridho Allah. Pada pertemuan
yang lalu kita telah membahas tentang ikhlas yang artinya memurnikan pengabdian
hidup kita hanya untuk Allah saja, ikhlas yang ideal adalah kita melakukan segala
aktivitas karena kita merasa diperintah oleh Allah, maka ketika kita melakukan aktivitas
tadi arahnya dan tujuannya juga dalam rangka mencari Ridho Allah. Karena kita
mengharapkan Ridho Allah maka sarana yang kita gunakan harus menggunakan sarana
yang disediakan oleh Allah dan direstuinya, semua yang ada di dunia ini adalah sarana
bagi kita, namun dari sarana-sarana itu ada yang direstui dan ada yang tidak, yang
direstui adalah yang halal untuk kita sedangkan yang tidak halal tidak boleh kita
manfaatkan. Ketika kita melakukan aktivitas, maka aktivitas itu sendiri harus dilakukan
dengan cara-cara yang direstui oleh Allah, artinya Allah memerintahkan kita melakukan
itu menggunakan cara itu sedangkan yang tidak direstui adalah cara-cara yang tidak
diizinkan oleh Allah atau dilarang oleh Allah. Jadi ikhlas sangat penting dalam
menunjang kebahagiaan hidup kita baik di dunia maupun di akherat. Pada pertemuan
yang lalu kita sudah bahas bahwa ikhlas bisa menyingkirkan bimbang dan ragu karena
arahnya jelas dan hanya satu maka apapun yang kita lakukan arahnya hanya ke satu
arah jadi tidak bimbang dan ragu. Misalnya ada iming-iming sesuatu yang tidak searah
itu kita langsung saja menolak, karena kalau mempertimbangkan saja maka muncul
bimbang dan ragu dan bimbang dan ragu itu tidak nyaman di pikiran kita, apalagi kalau
dijalani maka nanti berakibat secara sosial, secara kejiwaan yang akhirnya memperburuk
kebahagiaan kita. Dengan demikian orang yang ikhlas yang hidupnya hanya untuk
Allah saja dia tidak akan mengalami konflik motivasi, tidak ada dorongan dua arah,
dorongannya hanya satu arah sehingga tidak ada kebimbangan di hati kita. Kalau kita
taat menjalankan sholat dan ibadah lain, itu berarti kita mendekat kepada Allah, tetapi
kalau seseorang itu korupsi maka dia menjauhi Allah. Jadi kalau ada orang yang malam
hari beribadah kepada Allah kemudian di siang hari korupsi maka dia kembali lagi
menjauh, orang semacam ini akan bimbang. Pagi ini kita akan membahas salah satu
unsur dari keikhlasan itu, yaitu bahwa seorang yang ikhlas ketika melakukan aktivitas
apapun tujuannya hanya satu, dalam rangka mencari ridho Allah, ini berarti bahwa
semua hal yang berkaitan dengan aktivitasnya termasuk tenaga, pikiran dan hartanya
semuanya diarahkan hanya untuk mencari ridho Allah, sehingga seolah-olah dia menjual
semua yang ada didirinya itu kepada Allah, nanti Allah akan membeli dengan
RidhoNya. Kalau Allah Ridho kepada kita, maka Allah akan merahmati kita, Allah akan
memudahkan urusan kita dan Allah akan menginginkan kita kelak tinggal di surgaNya.
Orang semacam itu digambarkan Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 207:

“Dan di antara manusia ada orang yang menjual (menukar) dirinya dalam rangka
mencari keridhaan Allah, sedangkan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-
Nya”.

Menjual dirinya maksudnya mengerahkan semua yang ada pada dirinya, badan jiwa
tenaga dan pikiran bahkan termasuk yang menempel pada dirianya yaitu harta, pangkat
jabatan dan kekuasaannya semua diarahan untuk mencari ridho Allah. Dalam ayat
tersebut juga dapat difahami bahwa kalau kita mau berbakti kepada Allah secara tulus
ikhlas maka Allah akan menyayangi kita. Jika kita berhasil memastikan tujuan dari
semua aktivitas dalam kehidupan kita ini hanya untuk mencari ridho Allah maka kita
akan diberi kemudahan oleh Allah dalam menempuh kehidupan. Hal ini bisa terjadi
karena tujuan tersebut akan membimbing kita dalam berperilaku sehari-hari sehingga
perilaku kita akan konsisten dengan tujuan tadi. Perilaku yang konsisten akan
membangun karakter sedangkan karakter erat hubungannya dengan nasib dalam
kehidupan. Kalau orang setiap hari berbuat jujur melakukan transaksi jujur, melakukan
business jujur, dia melakukan tindakan apapun jujur maka orang seperti ini artinya
konsisten dalam mencari ridho Allah atau komitmen dalam mengabdi kepada Allah
maka dia akan dijamin oleh Allah terbebas dari kesedihan dan ketakutan. Kesedihan
dan ketakutan ini adalah inti dari penyakit hati, inti dari sesuatu yang membuat jiwa kita
sengsara karena kita tidak suka takut dan sedih tetapi yang dimaksud takut dan sedih
disini adalah yang berlangsung lama, kalau ketakutan yang berlangsung sebentar itu
rahmat dari Allah begitu juga kesedihan yang berlangsung sebentar itu juga rahmat dari
Allah karena semua emosi yang ditanamkan pada diri kita oleh Allah bertujuan untuk
menjaga kelestarian hidup kita. Allah memberi kita rasa takut ketika kita merasa
terancam itu merupakan peringatan dini ( early warning system) bawa ada bahaya yang
mengancam, misalnya ada harimau didepan kita maka kita merasa takut, disini takut itu
penting supaya kita bisa mengambil langkah untuk menghindari bahaya itu. Sedih itu
juga penting kalau hanya sejenak karena sedih itu pemberitahuan oleh Allah agar kita
berhati-hati karena kita telah kehilangan sesuatu yang selama ini kita andalkan, tetapi
kalau takut dan sedih itu berlangsung lama maka itu penyakit. Allah menjamin kalau
kita konsisten berperilaku menuju kepada rdhonya Allah maka kita tidak akan menderita
takut dan sedih yang berlebihan, besarnya dan waktunya tidak berlebihan sehingga tidak
muncul fobia. Allah disini Menyebut hanya dua yaitu ketakutan dan kesedihan karena
perasaan yang lain adalah cabang dari itu, misalnya steress, galau, khawatir , cemas
semua itu adalah cabang dari ketakutan, sedangkan kecewa itu cabang dari kesedihan,
dipresi itu juga kesedihan tetapi yang sedih paling parah. Allah menjamin kalau perilaku
kita hanya mencari ridho Allah dan dijalankan dengan konsisten maka kita akan
terbebas dari semua emosi yang negativ-negativ tersebut, dan menjamin kita kelak
masuk Surga. Jaminan akan masuk Surga itu juga menghilangkan rasa takut dan sedih,
karena derita atau kesulitan apapun yang dialami seseorang sekarang akan dianggap
sebagai sementara nanti kalau dia meninggal dunia hidupnya menjadi lebih aman dan
lebih nyaman, sehingga bahaya dan derita yang dialami didunia menjadi terasa kecil.
Merasa kecil ini penting kaerna itu yang mempengaruhi perasaan, misalnya ada bahaya
kalau dia tidak merasa terancam maka dia tidak takut, sebaliknya tidak ada bahaya
tetapi kalau kita merasa terancam maka kita takut, misalnya orang yang tahun depan
pensiun kalau dia merasa bahwa nanti kalau pensiun penghasilannya turun drastis
bahkan malah hilang dan dia merasa khawatir tidak ada uang untuk beli makan
kebutuhan banyak, maka dia akan merasa terancam sehingga takut. Tetapi jika orang
yang menghadapi pensiun itu merasa tidak ada masalah tentang harta dan kebutuhan
yang lainnya bahkan dia menjadi bebas berkreasi dan mengatur dirinya sendiri maka dia
merasa bahwa pensiun itu menyenangkan maka dia tidak takut malah mengharapkan
cepat pensiun. Jadi kalau Allah menjanjikan masuk Surga maka kita mempunyai
harapan lebih baik sehingga tidak merasa sedih atau takut, misalnya kalau sedang sakit
tetapi tetap bersabar menerima dan tidak sedih maka itu dapat menggugurkan dosa,
yang digambarkan oleh Rasulullah S.A.W seperti daun-daun kering yang rontok dari
pohonnya. Allah Berfirman dalam surat Al Ahqaf (46) ayat 13:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian
mereka tetap istiqamah maka tidak ada rasa ketakutan dari mereka dan mereka tiada
(pula) merasa sedih. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;
sebagai imbalan atas apa yang telah mereka kerjakan”.

Dalam ayat tersebut dapat difahami bahwa pengakuan Allah sebagai Tuhannya
(beriman kepada Allah) harus konsisten antara ucapan dan hatinya serta perbuatannya
menurut dan tunduk serta patuh hanya kepada Allah. Sebagai contoh bahwa tujuan
membimbing perilaku kita bisa lihat dari salah satu sektor kehidupan yang kita jalani
sehari-hari, yaitu misalnya : Orang mencari harga diri dengan mengaku-ngaku hebat atau
menganggap orang lain rendah, dia akan menjadi sombong dan perilaku ini tidak
diridhoi Allah. Kalau ingin mencari harga diri maka kita mesti banyak menolong orang
lain nanti orang-orang akan membutuhkan kita sehingga akan merasa diri kita berharga,
inilah mencari harga diri dengan cara yang dianjurkan dan di ridhoi oleh Allah. Contoh
lainnya : dalam kondisi sehari hari kita butuh makan dan minum, sebelum makan dan
minum orang-orang yang ingin mencari ridho Allah akan memeriksa apakah bahan
makanan dan minuman itu halal dan baik, apakah cara memperolehnya dengan tidak
mengambil hak orang lain, apakah perlakuannya terhadap makanan itu memberi
penghargaan kepada pemberinya yaitu Allah, jika tidak demikian maka dia akan tersesat
yaitu mengikuti jalan yang dianjurkan oleh syetan. Allah Berfirman dalam surat Al
Baqarah (2) ayat 168:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu
adalah musuh yang nyata bagimu”.
Makanan yang haram itu bisa substansinya maupun caranya misal mengambil hak orang
lain, kalau mengambil hak orang lain menjadi dimusuhi orang lain, syetan itu menyukai
kerusakan dan permusuhan, syetan juga menganjurkan manusia mengkonsumsi makanan
dan minuman yang haram dan buruk. Minuman keras misalnya bisa dikatakan haram
karena zat nya atau substansinya itu membahayakan jiwa dan kesehatan raga manusia,
Allah memperingatkan bahwa di minuman keras itu ada bahaya, Allah Berfirman dalam
surat Al Maidah (5) ayat 90:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban


untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan”.

Minuman keras merusak kesehatan, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika
seseorang minum 1 sloki anggur ada sel-sel otak yang terbunuh, karena itu kalau terlalu
banyak minuman keras akibatnya kemampuan berfikirnya menurun baik kecepatan
berfikirnya dan juga cara berfikirnya yang melenceng sehingga tidak bisa mengontrol
emosinya. Jadi minuman keras juga merusak hubungan sosial, karena seseorang yang
sedang mabuk sering kali tidak bisa mengendalikan emosi dan lebih mudah terpicu
untuk marah dan permusuhan. Allah Berfirman dalam surat Al Maidah (5) ayat 91:

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di


antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sholat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”.

Para pencari ridho Allah itu tidak akan mau mengkonsumsi makanan yang dilarang
(haram) seperti minuman keras, bangkai, darah yang dialirkan kemudian ditampung dan
dimasak, hewan yang disembelih atas nama selain Allah dan daging babi, itu semuanya
dilarang secara substansi. Firman Allah dalam surat Al Maidah (5) ayat 3:

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala”.

Orang yang tidak beriman mereka tidak terikat dengan ajaran Allah mereka senang
memakan bangkai, seperti misalnya orang yang makan daging anjing itu seringkali
anjingnya tidak disembelih, tetapi dimasukkan dalam karung kemudian dipukuli sampai
mati supaya darahnya tidak mengalir keluar, kata mereka daging yang masih banyak
mengandung darah itu lebih enak, berarti mereka mengkonsumsi makanan yang tidak
direstui oleh Allah. Dalam hal cara memperolehnya, para pencari ridho Allah itu hanya
mau mengkonsumsi makanan yang cara memperolehnya direstui oleh Allah juga,
misalnya melalui perdagangan yang rela sama rela, kalau perdagangan itu ada unsur
tipuan berarti ada yang tidak rela maka itu berarti haram karena merampas hak orang
lain. Allah Berfirman dalam surat An Nisa’ (4) ayat 29:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang salah (menurut ukuran Allah), kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”.

Orang yang mencari ridho Allah itu juga tidak mau melakukan praktek dagang yang
merugikan pembeli dengan mengurangi timbangan barang maupun mengurangi kualitas
jasa, mengurangi kualitas ini sering terjadi di business konstruksi, dimana spesifikasi
barang diturunkan supaya mendapatkan banyak keuntungan, tetapi hal ini merugikan
atau mengambil hak orang lain. Allah melarang kita melakukan hal semacam ini dan
menyebut orang seperti itu dengan orang yang berlaku curang. Allah Berfirman dalam
surat Al Muthaffifin (83) ayat 1-3:

“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar
atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi /merugikan/mencelakakan”.

Mereka yang mencari ridho Allah juga menghindari cara business yang mengurangi hak
orang lain misalnya dengan cara sogok menyogok. Sogok menyogok ini adalah memberi
kepada pengambil keputusan supaya dia dimenangkan dalam suatu proyek meskipun
kualifikasi dia ini tidak masuk. Sogok menyogok bisa juga kepada king maker supaya dia
bisa menduduki jabatan tertentu, ketika dia nanti berhasil menduduki jabatan yang
diinginkan dan mendapat gajih atau rizki meskipun gajihnya halal tidak korupsi tetapi
kalau dia mendapatkan jabatan itu dengan cara sogok menyogok yang berarti
menyingkirkan hak orang lain dan diharamkan Allah maka gajih dan rizki yang dia
peroleh dari jabatan itu tergolong haram. Allah melarang kita berbuat itu dalam
FirmanNya di surat Al Baqarah (2) ayat 188:

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang batil (salah) dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada pengambil keputusan (atau king maker), supaya kamu dapat memakan
sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui”.

Orang yang mencari ridho Allah itu juga tidak mau merebut hak orang lain dengan cara
menguasai warisan yang menjadi jatah saudaranya sendiri, menguasai warisan biasanya
dilakukan oleh saudara tertua atau bahkan oleh seorang Ibu selagi adik-adiknya atau
anaknya masih kecil yang belum bisa mengelola harta sehingga warisan tidak segera
dibagi dengan berbagai macam alasan. Berkaitan dengan hal tersebut Allah Berfirman
dalam surat Al Fajr (89) ayat 17-19:

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu
tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka
dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil)”.

Orang yang mencari ridho Allah dalam mengkonsumsi makanan mereka memperhatikan
porsi dan proporsi makanan, proporsinya dijaga agar seimbang kandungannya yang
tidak membahayakan dirinya begitu juga dengan porsinya jangan terlalu berlebihan
karena bisa mendatangkan penyakit, karena dalam Islam kita tidak boleh menyakiti diri
sendiri dan orang lain. Allah Berfirman dalam surat Al A’raf (7) ayat 31:

“Dan makanlah dan minumlah; janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak


menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

Dalam pengelolaan makanan mereka juga menghindari adanya pengelolaan makanan


dan minuman yang menyebabkan pemborosan atau ketersia-siaan. Ini dimulai dari
panen tanaman makanan misalnya panen padi, diusahakan jangan banyak yang tersebar
kemana-mana dan tertinggal karena kalau banyak tertinggal menjadi mubazir. Begitu
juga ketika dipesta kawinan biasanya makanannya banyak dan banyak orang yang
mengambil berbagai makanan kemudian dimakan sedikit lalu di tinggal sehingga banyak
makanan terbuang sehingga terjadi pemborosan, ini digolongkan sebagai saudaranya
setan. Allah Berfirman dalam surat Al Isra’ (17) ayat 27:
“Sesungguhnya para pemboros adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya”.

Kalau makan juga harus bersih di piringnya jangan sampai ada makanan yang tertinggal.
Orang yang mencari ridho Allah itu ketika mempunyai makanan yang berlebih, mereka
bersedia berbagi kepada orang lain yang membutuhkannya, terutama orang miskin.
Mereka menyadari bahwa mereka bisa makan makanan itu karena adanya partisipasi
orang miskin yang menanam padi, yang mengangkut padi ke kota, yang menjual beras
di pasar, yang memasak sampai terhidang di meja. Jadi makanan yang kita makan itu
banyak andil orang miskin. Allah Berfirman dalam surat Al Insan (76) ayat 8-9:

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim
dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah
untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan
tidak pula (ucapan) terima kasih”.

Dengan demikian orang yang mempunyai tujuan hidup hanya mencari ridho Allah tidak
akan merugikan diri sendiri dan juga tidak akan merugikan orang lain, orang lain akan
merasa aman berhubungan dengan mereka, karena mereka menerapkan Islam dengan
baik sehingga mereka mempunyai banyak relasi yang mempunyai banyak manfaat
dalam pergaulan baik pergaulan business maupun pergaulan sosial (network) maka
mereka akan lebih mudah untuk berdagang. Rasulullah S.A.W bersabda:

Para sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama?" Rasulullah
SAW menjawab: "Orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya". {HR
Bukhari dari Abu Musa}
Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa orang Islam yang baik adalah orang yang tidak
menyakiti orang lain baik melalui tutur katanya maupun melalui tangannya. Kalau
tangan itu menyakiti fisik sedangkan kalau lisan itu menyakiti mentalnya, menyakiti
mental itu sering kali lebih sakit dari pada menyakiti fisik, karena kalau menyakiti fisik
itu sebentar saja bisa pulih sedangkan kalau menyakiti hati itu bisa berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun tidak bisa hilang sakitnya. Jadi mari kita menerapkan ikhlas
secara konsisten dibidang apapun bukan hanya masalah makan dan minum, tetapi bisa
diterapkan di hal-hal yang lainnya njuga harus demikian. Cara memperolehnya harus
dengan baik, kemudian substansinya harus baik, sarana yang dipakai harus baik dan
tujuannya juga harus baik.

RINGKASANNYA :

 Tujuan hidup yang jelas – ridha Allah – membuat semua aktivitas dalam
kehidupan terbimbing ke arah target yang diharapkan.
 Perilaku orang-orang yang memburu ridha Allah pasti konsisten dan tidak
menyimpang.
 Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, misalnya, mereka memilih yang halal
dan baik saja.
 Para pencari ridha Allah tidak akan merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Semoga Allah selalu membimbing kita dalam menempuh jalan yang lurus dan
menghindarkan kita dari jalan yang sesat dan yang Dia murkai.....Aamiiin.

~Semoga bermanfaat, dan mari kita implementasikan dalam kehidupan kita~

Anda mungkin juga menyukai