Anda di halaman 1dari 9

5 Kiat Menghadapi Persoalan Hidup Kiat

Pertama
SIAP PADA BERBAGAI KEMUNGKINAN
Alhamdulillahirobbil aalamin. Allohumma shollialaa Muhammad wa alaa alihi wa
ashaabihi ajmain.
Semoga Alloh Swt. senantiasa membimbing kita sehingga kita memiliki qolbun saliim, hati
yang bening, hati yang bersih, hati yang lapang. Karena ternyata keselamatan hidup di dunia
dan di akhirat tidaklah ditentukan oleh banyaknya uang, harta atau anak, melainkan
ditentukan oleh qalbun salim.
Alloh Swt. berfirman, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali
orang-orang yang menghadap Alloh dengan hati yang bersih. (QS. Asy Syuaro [26] : 8889)
Saudaraku, dalam menjalani hidup ini yang perlu kita waspadai bukanlah peristiwa atau
kejadian yang akan, sedang atau telah terjadi menimpa diri kita. Yang perlu kita waspadai
adalah sikap kita manakala menghadapi setiap peristiwa tersebut.
Karena dalam hidup ini, peristiwa yang terjadi tidak akan selalu cocok dengan keinginan kita.
Niscaya kita akan menemui berbagai peristiwa yang menyenangkan kita, dan ada pula yang
tidak menyenangkan.
Salah satu kunci agar kita bisa menghadapi persoalan hidup adalah siap menghadapi yang
cocok dan siap menghadapi yang tidak cocok dengan keinginan kita. Sedia payung sebelum
hujan, artinya siap jikalau turun hujan dan siap jikalau tidak turun hujan. Tentu itu akan
membuat orang yang membawa payung lebih tenang daripada orang yang tidak membawa
payung. Sedia dongkrak dan ban serep, itu lebih tenang daripada tidak membawa keduanya.
Kenapa harus siap? Karena hidup ini mustahil selalu sesuai dengan keinginan kita. Kalau
setiap keinginan kita terkabul, tentulah hidup ini akan kacau balau. Mengapa harus siap
menghadapi segala kemungkinan? Karena yang kita inginkan belum tentu yang terbaik
menurut Allah Swt. untuk kita.
Allah Swt. berfirman, Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan
boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Alloh mengetahui
sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al Baqoroh [2] : 216)
Oleh karena itu, wilayah kemampuan kita itu ada tiga. Kesatu, pandai-pandailah meluruskan
niat. Kedua, sempurnakan ikhtiar sesuai dengan kemampuan pikiran dan hati kita. Ketiga,
pasrahkan hasilnya kepada Alloh Swt. Itu saja.
Bagi yang sedang mencari jodoh, maka luruskanlah niat lillaahitaala. Niatkan menikah
sebagai jalan untuk ibadah, agar kita semakin mendekatkan diri kepada Alloh Swt.
Kemudian, lanjutkan dengan ikhtiar menjemput jodoh. Ikhtiar pun perlu dilakukan dengan

baik dan benar. Karena, jika ingin mencari permata, maka carilah di kotak permata. Jika,
Allah Swt. sudah mentakdirkan, maka jodoh pasti datang. Jika sudah demikian, maka yang
perlu kita lakukan selanjutnya adalah bersikap ridho.
Apapun yang sudah terjadi adalah takdir Alloh. Jika sudah takdir, maka sikap terbaik kita
adalah ridho. Alloh Swt. memberi kita hidung yang melengkung ke dalam dan bulat, tidak
seperti bintang-bintang film di televisi, maka ridha saja. Tidak perlu mengharapkan punya
hidung seperti orang lain. Karena Alloh Swt. pasti memberi kepada kita secara proporsional.
Boleh jadi kita mengoperasi plastik hidung, namun hasilnya ternyata tidak cocok, dan malah
timbul efek samping yang merugikan kita.
Tak pelu repot-repot ingin lebih dari kenyataan. Jika usia kita sudah menua, maka nikmatilah
masa-masa tua. Jangan takut menjadi tua. Karena begitulah siklus hidup manusia. Ridho saja
dengan siklus hidup dan episode tua yang kita lakoni.
Mari kita petik pelajaran dari seorang tukang parkir. Dia senantiasa siap dengan kedatangan
setiap kendaraan yang hendak parkir di tempatnya. Demikian pula jikalau setiap pemilik
kendaraan itu mengambil kembali kendaraannya dan pergi, ia akan selalu siap. Mengapa
demikian? Karena sejak awal ia sudah memiliki pandangan bahwa semua kendaraan itu
hanyalah titipan yang pasti akan diambil kembali oleh pemiliknya. Sedangkan ia hanya
bertugas menjaga amanah yang mereka titipkan kepadanya.
Demikianlah kita dalam hidup ini. Kiat untuk menghadapi persoalan hidup yang pertama
adalah memiliki kesiapan terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi di dalam hidup kita.
Jika kita memiliki kesiapan ini, maka kita akan ringan menghadapi setiap peristiwa. Bahkan
peristiwa seberat dan sepahit apapun.
Saudaraku, ketenangan yang hadir di dalam hati kita dalam menjalani hidup ini tiada lain
adalah karena kekuasaan Alloh Swt. Hanya Alloh yang kuasa menghadirkan rasa tenang di
dalam hati kita. Dan, rasa tenang itu datang jikalau kita bersungguh-sungguh mengingat Allah
dalam setiap helaan nafas dan langkah kita. Wallohu alam bishowab.[]
5 Kiat Menghadapi Persoalan Hidup Kiat Kedua

RIDHO PADA APA YANG TERJADI


Semoga Alloh Swt. Yang Maha Menatap setiap tindak-tanduk kita, setiap bisikan hati kita,
memberikan kita hidayah sehingga kita selalu ada di dalam jalan yang Alloh ridhai. Segala
pujian hanyalah milik Alloh Swt. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada
kekasih Alloh, suri teladan, nabi Muhammad Saw.
Sahabatku, kiat kedua agar kita mampu menghadapi persoalan hidup adalah ridho pada apa
yang terjadi. Ridho terhadap apa yang akhirnya terjadi, atau ridho pada hasil yang akhirnya
kita terima setelah usaha yang kita lakukan.
Mengapa kita harus ridho? Karena jika kita tidak ridho pun, kejadian yang sudah terjadi tetap
terjadi, hasil yang sudah kita terima tetap kita terima. Contoh sederhananya, kita sedang
berjalan tiba-tiba sebuah bola mengenai kening kita cukup keras. Sikap terbaik menghadapi
kenyataan seperti ini adalah bersikap ridho, karena toh bola sudah mengenai kening kita. Jika

ada rasa sakit, maka biarkan saja sejenak rasa sakit yang sebentar itu. Tidak perlu menggerutu
atau mengutuk keadaan. Lebih baik beristighfar.
Rosulullah Saw. bersabda, Akan merasakan kelezatan iman, orang yang ridho kepada Alloh
sebagai Robb-nya dan Islam sebagai agamanya, serta (nabi) Muhammad sebagai rosulnya.
(HR. Muslim)
Sebagaimana isi hadits ini, bersikap ridho akan mendatangkan rasa tentram di dalam batin
kita. Karena sebenarnya penderitaan yang kita rasakan di saat kita menggerutu dan mengutuk
kejadian itu bukanlah disebabkan peristiwanya, melainkan disebabkan sikap kita sendiri yang
tidak ridho pada peristiwa tersebut.
Contoh lainnya yang seringkali terjadi di tengah kita adalah mengejek atau mencibir keadaan
diri sendiri. Ada orang yang mengejek dirinya sendiri hanya karena hidungnya tidak
mancung, atau kulitnya gelap, atau posturnya pendek, atau terlahir dari keluarga yang tidak
kaya raya.
Orang-orang seperti ini akhirnya merasakan penderitaan. Penderitaan mereka bukan
disebabkan oleh kenyataan, melainkan disebabkan oleh sikap mereka sendiri terhadap
kenyataan. Maka, tidak heran jika orang seperti ini mengalami stress. Seperti seorang wanita
yang sudah melewati usia 30 tahun, kemudian ia pontang-panting menghindari gejala
penuaan dengan cara operasi plastik. Biaya yang mahal dikejarnya, sedangkan keriput di
wajah tetap saja muncul. Dia pun stress.
Sikap seperti ini adalah sikap yang tidak ridha menghadapi kenyataan, sehingga ia bersikap
secara berlebihan. Ia tidak ridho menghadapi kenyataan bahwa muda dan tua adalah
sunnatulloh yang akan dialami manusia.
Saudaraku, ridho bukanlah pasrah begitu saja. Ridho adalah keterampilan kita untuk realistis
menerima kenyataan. Hati menerima, pikiran dan fisik berikhtiar memperbaiki diri sehingga
bisa menemui kenyataan yang lebih baik lagi. Jika sakit gigi, bersikaplah ridho dengan
menerima bahwa itu ujian dari Alloh, sembari kaki melangkah ke dokter gigi sebagai bentuk
ikhtiar mengobati dan merawat gigi karena itu adalah titipan Alloh Swt. Karena boleh jadi
sakit gigi adalah karena kelalaian kita merawat titipan Alloh tersebut.
Oleh karena itu, peristiwa apapun yang terjadi di dalam hidup kita, marilah kita hadapi
dengan ridho : terima dengan lapang dada, tanpa berkeluh kesah dan yakini bahwa segala
yang terjadi ada dalam kekuasaan Alloh Swt. Tidak ada kejadian apapun yang luput dari
pengetahuan dan kekuasaan-Nya. Sekalipun peristiwa tersebut tidak sesuai dengan harapan
kita, bahkan cenderung pahit untuk diterima. Ridha adalah sikap terbaik agar ujian tersebut
berbuah berkah bagi kita.
Alloh Swt. berfirman, Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum
kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan (dengan

berbagai macam cobaan) sehingga berkatalah Rosul dan orang-orang yang beriman
bersamanya, Bilakah datangnya pertolongan Alloh? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan
Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqoroh [2] : 214)
Bersikap ridho itu seperti apabila kita menanak nasi ternyata tanpa disadari air yang kita
tuangkan terlalu banyak sehingga beras yang rencananya akan kita buat sebagai nasi malah
menjadi bubur. Menyikapi kenyataan ini sikap yang baik tentu bukan menggerutu atau
marah-marah, melainkan bersikaplah ridha sembari mencari daun seledri, kacang kedelai dan
suwiran daging ayam. Ditambahi kecap dan krupuk. Maka, bubur pun kini menjadi bubur
ayam spesial.
Ridha akan membuat hidup kita lebih nyaman dan lapang. Bukankah kita ingin agar Allah
Swt. ridho kepada kita? Jalannya adalah bersikap ridha pada apapun keputusan-Nya.
Rasululloh Saw. bersabda, Barangsiapa yang ridho (pada ketentuan Alloh), maka Alloh
akan ridho kepadanya. (HR. Tirmidzi).[]
5 Kiat Menghadapi Persoalan Hidup Kiat Ketiga

JANGAN MEMPERSULIT DIRI


Alhamdulillahirobbil aalamin. Alloohumma shollialaa Muhammad wa alaa alihi wa
ashaabihi ajmain.
Semoga Alloh Swt. mengkaruniakan kepada kita kebeningan hati yang senantiasa haus untuk
berdzikir mengingat-Nya. Hanya orang yang bening hatinya yang peka menangkap setiap
nasehat kebaikan. Hanya orang yang bening hatinya yang akan terjaga setiap sikap dan tutur
katanya. Karena sesungguhnya kebaikan seseorang bergantung pada keadaan hatinya.
Sesungguhnya kehidupan dunia adalah siklus persoalan. Ketika kita selesai menghadapi satu
persoalan, maka kita akan berjumpa dengan persoalan baru. Bahkan tidak jarang kita bertemu
dengan banyak persoalan pada waktu yang bersamaan.
Saudaraku, disadari atau tidak, kita kerap mendramatisir sebuah persoalan. Sehingga
persoalan yang sebenarnya sederhana jadi nampak luar biasa besar. Persoalan yang
sebenarnya tidak begitu pahit, namun seolah menjadi akhir hidup disebabkan dramatisasi diri
kita sendiri. Belum saja kita mendiagnosa sebuah persoalan, kita sudah lebih dahulu
mengasihani diri sehingga persoalan tersebut nampak rumit.
Sebagai contoh, ada seseorang yang sakit pinggang dan belum sempat memeriksakannya ke
dokter. Kemudian, dia ceritakan hal itu pada temannya. Dia menduga-duga bahwa dia sedang
terkena gangguan ginjal. Maka, makin besarlah kekhawatirannya pada biaya pengobatan
yang mahal, cuci darah, dan gangguan kesehatan yang berkepanjangan. Ia stress dan tersiksa
oleh pikirannya sendiri. Padahal ia sama sekali tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi
pada pinggangnya.

Maka dari itu, penting bagi kita untuk terlatih selalu mengendalikan diri setiap kali menemui
sebuah persoalan. Janganlah larut dalam jebakan-jebakan sikap yang justru mempersulit diri
sendiri. Latihlah diri kita agar bisa merespon setiap persoalan dengan tenang, pikiran jernih,
dan hati yang lapang. Karena sebenarnya setiap persoalan yang menimpa manusia itu sudah
terukur oleh Alloh Swt. Tak ada persoalan yang ukurannya di luar kemampuan kita untuk
memikulnya.
Hal ini sesuai dengan janji Allah Swt. di dalam Al Quran, Alloh tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya.. (QS. Al Baqoroh [2] : 286).
Alloh Swt. Maha Mengetahui siapa sebenarnya diri kita. Dan, Maha Suci Alloh dari segala
perbuatah dholim terhadap makhluk-Nya. Setiap persoalan yang menimpa kita sesungguhnya
sudah terukur untuk bisa kita hadapi. Adapun yang membuat kita merasa berat saat
menghadapinya tiada lain adalah disebabkan kurangnya ilmu dan kurangnya iman dalam diri
kita. Sehingga langkah-langkah kita dalam menghadapinya tidak sesuai dengan petunjuk
Alloh Swt.
Tidak ada yang aneh dalam kehidupan dunia ini. Polanya masih sama saja. Seperti pergantian
siang dan malam, terus-menerus begitu silih berganti. Kadang dipuji, kadang dicaci. Ada
gembira, ada sedih. Datang senang, lalu datang susah. Disukai, dibenci. Sehat, sakit. Lapang
dan sempit. Terus menerus silih berganti. Tidak ada yang aneh, kecuali yang aneh adalah
jikalau kita masih saja tidak memahami hakikat hidup di dunia ini.
Marilah kita terus melatih diri untuk siap sedia bersikap tenang di setiap keadaan. Terutama
ketika persoalan hidup datang melanda. Jangan kita mempersulit diri dengan mendramatisir
persoalan, melupakan nikmat yang terus Alloh Swt. berikan, dan mengandai-andakan yang
tidak ada.
Semoga kita tergolong sebagai hamba Alloh Swt. yang tangguh menghadapi persoalan hidup.
Sehingga setiap persoalan yang datang bisa menjadi ladang amal shaleh bagi kita. Aamiin
yaa Robbal aalamiin.[]
5 Kiat Menghadapi Persoalan Hidup Kiat Keempat

EVALUASI DIRI
Segala puji hanya milik Alloh Swt. Tak ada yang Maha Mengetahui isi hati kita selain Alloh.
Tak ada yang kuasa memberikan rezeki kepada kita selain Alloh. Tak ada yang mampu
menghidupkan dan mematikan selain Alloh. Hanya kepada Alloh kita menyembah dan
memohon pertolongan.
Shawalat dan salam semoga selalu terlimpah kepada kekasih Alloh Swt., nabi Muhammad
Saw. Manusia mulia yang sangat mencintai kita meski belum pernah berjumpa. Semoga
Alloh mengumpulkan kita bersamanya di hari kiamat nanti.

Kiat menghadapi persoalan hidup yang selanjutnya adalah rajin mengevaluasi diri. Kita harus
memiliki keterampilan mengevaluasi diri sendiri. Karena hidup di dunia ini bagaikan kita
berteriak di pegunungan. Suara kita akan menggema dan sampai kembali kepada kita.
Demikianlah hidup ini. Apa yang kita ucapkan, apa yang kita lakukan, akan kembali kepada
kita. Sehalus apapun perkataan, sekecil apapun perbuatan, niscaya akan kembali kepada kita,
baik berupa kebaikan maupun keburukan.
Alloh Swt. berfirman, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarroh (biji
atom), niscaya dia akan menerima (balasan)nya. Dan, barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya ia akan menerima (balasan)nya. (QS. Al Zalzalah
[99] : 7-8).
Ketika suatu persoalan menimpa kita, maka langkah segera yang perlu kita lakukan adalah
bersikap ridho dan tafakur atas apa yang menimpa kita itu. Pada saat inilah kita lakukan
pemeriksaan ke dalam diri kita, dosa apa yang telah kita lakukan, kemaksiatan apa yang
sudah kita perbuat sampai-sampai persoalan itu menimpa kita.
Sambutlah persoalan yang datang itu dengan respon terbaik yang bisa kita lakukan sebagai
seorang muslim. Misalnya dengan cara berdiam diri sejenak sembari merenungi yang sedang
terjadi, lalu disusul dengan berdzikir menyebutkan asma Alloh Swt. Renungi apa yang telah
kita lakukan sebelumnya.
Ketika kaki kita tersandung, janganlah melontarkan sumpah serapah atau ucapan-ucapan
kotor, karena selain sia-sia malah akan mendatangkan dosa. Responlah dengan ucapan
kalimat tauhid seperti, Innalillahi wa inna ilaihi roojiun! Ini tentu lebih utama dan
berpahala. Juga niscaya akan memudahkan kita untuk lebih peka dalam mengingat kembali
dosa apa yang pernah dilakukan dengan kaki kita. Boleh jadi kaki ini pernah kita langkahkan
ke tempat maksiat, atau malas kita langkahkan ke masjid untuk shalat berjamaah di awal
waktu.
Saudaraku, tiada suatu kejadianpun di dunia ini kecuali ada dalam pengetahuan Alloh Swt.
dan niscaya selalu ada hikmah di baliknya. Jikalau kita kehilangan dompet padahal terdapat
uang di dalamnya, segera kembalikan peristiwa itu kepada Alloh Swt. diiringi memeriksa
dosa apakah yang sudah kita lakukan. Boleh jadi itu adalah cara Alloh mengingatkan kita
karena sudah sekian lamanya kita melupakan sedekah. Atau karena sudah demikian sering
kita membelanjakan harta untuk urusan yang mubazir dan sia-sia. Padahal rezeki yang kita
miliki tiada lain adalah titipan Alloh Swt.
Ketika melihat anak-anak kita nakal dan sulit dinasehati, segeralah periksa diri kita.
Sudahkah kita sebagai orangtua memberikan contoh keteladanan bagi mereka. Ataukah kita
hanya sebatas pandai memarahi mereka saja.
Umar bin Khaththab r.a pernah mengatakan, Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab
(pada hari kiamat), dan timbanglah (amal) diri kalian sebelum kalian ditimbang (pada hari

kiamat), maka sesungguhnya hisab itu akan ringan bagi kalian jika kalian menghisabnya
hari ini (di dunia).
Saudaraku, marilah kita respon setiap peristiwa dan persoalan yang terjadi dengan evaluasi
diri. Sehingga setiap kejadian tersebut bisa kita sikapi dengan sikap terbaik yang Alloh sukai.
Mengevaluasi diri juga akan bermanfaat untuk langkah kita ke depan agar lebih efektif,
selamat dan bernilai ibadah di hadapan Allah Swt.[]
5 Kiat Menghadapi Persoalan Hidup Kiat Kelima

JADIKAN ALLOH SAJA SEBAGAI PENOLONG


Alhamdulillah. Tak ada yang patut disembah selain Alloh Swt. Sungguh Alloh Maha
Mengetaui daun yang jatuh di tengah hutan belantara yang tak pernah terjamah tangan
manusia. Hanya Alloh yang kuasa memberi petunjuk dan pertolongan. Sholawat dan salam
semoga selalu terlimpah kepada nabi junjungan alam, nabi Muhammad Saw.
Saudaraku, Alloh Swt. berfirman, ..Hasbunallohu wa nimal wakill.. (cukuplah Alloh
sebagai penolong kami, dan Alloh adalah sebaik-baik tempat bersandar..) (QS. Ali Imron
[3] : 173)
Petikan ayat ini merupakan doa yang diucapkan oleh nabi Ibrohim a.s kepada Alloh Swt.
manakala beliau berhadapan dengan raja Namrud, seorang raja yang sangat zholim. Ketika
itu Namrud hendak menghukum nabi Ibrohim a.s dengan cara dibakar dalam api yang besar
dan berkobar. Siksaan itu dijatuhkan karena nabi Ibrohim a.s mendakwahkan tauhiid kepada
umat manusia, khususnya rakyat Babilonia dan para penguasanya.
Sesaat sebelum dihempaskan ke dalam kobaran api yang sangat panas, nabi Ibrohim a.s
memanjatkan doa ..Hasbunallohu wa nimal wakill.. (cukuplah Alloh sebagai penolong
kami, dan Alloh adalah sebaik-baik tempat bersandar..). Maka, seketika itu pula, atas
kehendak Alloh Swt., api itu menjadi terasa dingin saja bagi nabi Ibrohim a.s.
Alloh Swt. berfirman, Wahai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrohim. (QS. Al Anbiyaa [21] : 69)
Kisah nabi Ibrohim a.s ini menjadi pelajaran bagi kita bahwasanya hanyalah Alloh Swt.
tempat kita bersandar dan memohon pertolongan. Kisah ini juga memberikan pelajaran
kepada kita untuk benar-benar yakin kepada Alloh Swt. Sehingga setiap amal perbuatan yang
kita lakukan, setiap kebaikan yang kita berikan, hanyalah atas dasar mengharap ridho Alloh
Swt. Bukan atas dasar mengharap penghargaan dan penilaian manusia.
Nabi Ibrohim a.s telah berupaya sekiat tenaga memberikan petunjuk ke jalan kebenaran
kepada kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk berpikir menggunakan akal sehat agar
berhenti menyembah berhala yang tak pernah bisa berbuat apa-apa apalagi menolong mereka.

Setelah upaya itu beliau lakukan, maka langkah selanjutnya adalah beliau berpasrah diri
kepada Alloh Swt.
Sahabatku, setelah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang
akan terjadi, bersikap ridho atas apa yang terjadi, tidak mempersulit diri, dan mengevaluasi
diri atas peristiwa yang kita alami, maka sikap selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah
memperkuat hati untuk semakin yakin bahwa tiada yang kuasa memberikan pertolongan
selain Alloh Swt.
Kita akan sengsara jikalau meyakini bahwa pertolongan akan kita dapatkan dari makhluk.
Kesengsaraan juga akan kita rasakan jika takut terhadap makhluk. Takut mereka tidak
memberi, takut mereka tidak membantu. Jikalau kita berpengharapan kepada makhluk, maka
siap-siaplah untuk kecewa karena sesungguhnya makhluk tak memiliki apa-apa. Namun,
jikalau kita bergantung kepada Alloh Swt., niscaya Alloh akan menurunkan pertolongan dari
jalan yang tak pernah kita duga.
Alloh Swt. berfirman, ..Barangsiapa bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar. Dan, memberinya rezeki dari arah yang tidak disangkasangka. Dan, barangsiapa yang bertawakal kepada Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkan
(keperluan)nya. (QS. Ath Tholaq [65] : 2-3)
Saudaraku, kehidupan di dunia memang selalu terdapat suka dan duka, sedih dan gembira.
Begitu seterusnya silih berganti. Apa yang menjadi masalah bukanlah perputaran siklus
tersebut, melainkan cara kita menghadapi atau mensikapinya.
Jika kita bisa menyikapinya dengan cara terbaik, maka persoalan yang sedang kita hadapi
akan menjadi ladang amal sholeh yang bisa mengangkat derajat kemuliaan dan menjadi jalan
kebahagiaan. Cukuplah Alloh Swt. sebagai penolong dan pelindung kita.[]
Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung Jakarta.

Usaha Agar Hati Bersih

Posted by: AndySyauqi in AaGym


Usaha Agar Hati Bersih
Sahabatku sekalian ingat wasiat dari Nabi Sholallohu alaihi wasallam tentang 7 perkara
untuk membersihkan hati :
1. Jangan Buruk sangka sesama orang beriman
2. Jangan memata-matai, tutup untuk serba ingin tahu
3. Jangan mengorek-orek aib orang lain
4. jangan saling berlomba tentang duniawi, bukan itu yang harus kita perlombakan wasyaariu

5. Jangan saling mendengki


6. Jangan saling membenci
7. Jangan saling bermusuhan
Silahkan periksa hati masing-masing Sehebat apapun amal yang kita perbuat, bila hati
busuk akan menjadi hijab yang akan menjadikan hidup tidak bahagia dan tidak Mulia.

Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )


Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai