Anda di halaman 1dari 8

Indahnya Tawakal

Artikel 1
Imam Malik bin Dinar berkata, "Suatu malam, ketika saya tidur, tiba-tiba ada yang datang kepada
saya dalam mimpi, seraya berkata, 'Kini, bangunlah, dan pergilah ke Masjid Bashrah, di sana bakal
kau temui seorang pemuda yang tengah dililit kelaparan yang sangat, dan berilah ia makanan'."

"Saya pun bangun dan mengambil makanan ringan, lalu berangkat ke masjid, dan kulihat di sana
seorang pemuda yang tengah berzikir kepada Allah. Lantas, makanan dan minuman itu pun
kusodorkan kepadanya, seraya aku berujar, 'Kalau engkau membutuhkan aku, aku tinggal di tempat
ini'."

Namun, pemuda itu segera menukas, "Bagaimana mungkin aku membutuhkan engkau, lalu
melupakan Zat Yang mengutusmu datang menemuiku di tempat ini!" Kemudian, pemuda itu pun
membacakan ayat: "(Yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku.
Dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku." ( QS asy- Syu'ara: 78-79).

Narasi ini mengajarkan bahwa menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah dengan tawakal yang
sebenar-benarnya, ternyata menjadikan hidup ini begitu ringan sekali, sekalipun tumpukan masalah
dan beban hidup yang dihadapi menggunung.

Beragam problem hidup jelas bukan hanya monopoli kaum modern, tetapi orang-orang dulu kala pun
ditimpa hal yang sama, dan mereka piawai menyikapinya dengan tawakal, setelah berikhtiar dan
beramal maksimal.

Selain menyajikan panorama kehidupan yang indah, tawakal juga membuahkan banyak hal. Pertama,
ia merupakan penegasan dari keimanan yang benar. Banyak ayat Alquran yang memerintahkan sang
Muslim agar bertawakal kepada Allah.

Kedua, menghadirkan ketenangan dan kedamaian dalam relung jiwa seseorang sehingga menjalani
hidup ini dengan ringan, santai, dan tanpa beban. Sebab, ia siap menerima apa pun yang Allah
persembahkan untuk dirinya, baik yang menyenangkannya maupun yang menyebalkannya.
Tangga spiritual inilah yang dicapai oleh Umar bin Khattab, seperti tersembul dari ucapannya: "Ketika
pagi, aku tak peduli berada dalam kondisi apa pun, entah dalam keadaan yang kusenangi atau yang
tak kusukai, karena aku tak tahu letak kebaikan, apakah dalam kondisi yang kusenangi atau yang
kubenci."

Ketiga, Allah Ta'ala mewujudkan maksud, keinginan, dan segenap kebutuhan hamba-Nya sebagai
balasan dari totalitas tawakalnya kepada Dia. Sabda Nabi SAW, "Jika kamu sekalian tawakal kepada
Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kamu
sekalian sebagaimana Allah memberi rezeki kepada burung; pergi pagi dalam keadaan lapar, dan
sorenya pulang dalam keadaan perut kenyang." (HR Tirmidzi).

Keempat, membuahkan manfaat, baik menyangkut dunia maupun akhirat, juga menolak
kemudharatan. Kelima, menjadikan hati kuat, berani menerjang musuh dan orang-orang zalim, serta
sama sekali tak takut pada manusia. Keenam, sabar dalam menghadapi kesulitan dan musibah, serta
merasa nyaman dengan takdir Allah.

Memang tak mudah menggapai tawakal ini, yang merupakan buah dari tauhid dan keimanan yang
menghunjam dalam diri sang Muslim. Jahil terhadap Allah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, ditengarai
sebagai kendala yang menghadangnya. Juga, jiwa yang terpedaya dan sombong, bersandar kepada
makhluk suatu hal yang berlawanan dengan makna tawakal yang hakiki, dan cinta terhadap dunia.

Artikel 2
ndahnya tawakal kepada Allah

By halawatul iman|Aug. 16th, 2017

Send to Kindle

dalam kehidupan seharian kita, banyak perkara dan urusan yang bakal kita lalui dan telah kita lalui..

yang pastinya semuanya diluar kemampuan kita untuk menduga apakah yang akan berlaku...

disinilah letaknya pengharapan kita sebagai seorang hamba yang kerdil,


tidak mempunyai sebarang kuasa untuk menentukan serta menyusun sesuatu keadaan...

disini jugalah letaknya konsep tawakal kepada Allah swt,

zat yang Maha Mnegetahui dan Mengatur setiap sesuatu...

Menurut pendapat Imam Ghazali r.a ;

tawakal membawa erti bahawa kita menyerahkan diri kepada Allah sewaktu menghadapai
kesusahan atau ketika menghadapi waktu yang sukar dan genting dalam hidup ini . Pada ketika ini,
hati perlu di teguhkan seteguh teguhnya sehingga ia mencapai satu titik ketenangan dan
ketenteraman di dalam jiwa"

menyerah diri kepada Allah di saat2 kesusahan, dimana kita meletakkan keyakinan kita hanyalah
kepda Allah semata-mata..bukanlah kepada sesuatu yang lain..

Ibnu Rajab Rahimahullah dalam Jamiul Ulum wal Hikam berkata :

Tawakal adalah penyandaran hati pada Allah untuk meraih berbagai kemaslahatan dan
menghilangkan bahaya dalam urusan dunia mahupun akhirat, menyerahkan semua urusan
kepadaNya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahawa tidak ada yang memberi, menghalangi,
mendatangkan bahaya dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata.

indahnya kehidupan seseorang itu bila dia sandarkan setiap permasalahan dan setiap sesuatu
perkara, hanyalah kepada Allah swt..bukanlah meletakkan pengharapan kepada Zat yang lain.

Kata Dr yusof Qardawi yang mengatakan bahawa tawakal adalah ibadah hati. Pabila kita ada
keyakinan dalam hati (penyerahan mutalk kepada Allah), kita akan berusaha.Usaha adalah menuju
hasil yang baik.Jadi jika kita benar benar yakin, keputusan samada baik atau beruk adalah hak
Allah.Usaha kita itu tidak bertentangan dengan tawakal kepad Allah SWT.

marilah kita beriman dengan firman Allah dalam surah at-talaq,ayat 3:


yang bermaksud : Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, nescaya Allah akan mencukupkan
(keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusaNya. Sungguh, Allah telah mengadakan
ketentuan bg setiap sesuatu.

Kata Imam Abu Qassim al-Qusyairi r.a :

Ketahuilah sesungguhnya tawakal itu terletak di dalam hati. maka gerakn lahiriah adalah sesuatu
yang tidak bertentangan dengan tawakal yang ada di dalam hati setelah seseorang meyakini bahawa
rezeki itu datangnya dari Allah. jika terdapat kesulitan, maka hal itu adalah kerana takdir- Nya. Dan
jika terdapat kemudahan maka hal itu kerana kemudahan dari-Nya.

***

sama-sama kita tingkatkan rasa tawakal kita kepda Allah swt..terutama diri saya sendiri dalam meniti
hari untuk menerima kehadiran 'orang baru'.rasa tidak sabar, memang tidak dinafikan, moga Allah
permudahkan semuanya..

buat teman-teman semua,mohon doa untuk saya yer..

moga kehidupan kita sentiasa dirahmati, dibantu dan dipermudahkan oleh Allah swt...siapalah kita
tanpa petunjuk dan hidayah darinya...

Artikel 3
Sering kita mendengar kata tawakal yang diartikan sebagai bentuk penyerahan diri kita kepada Allah
atas segala yang terjadi dalam kehidupan kita.




"
Katakanlah: sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah
Swt bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Alllah Swt orang-orang yang beriman
harus bertawakal.(QS. At-Taubah: 51)

Seorang yang beriman hendaknya menyerahkan dan tunduk sepenuhnya kemudian mengembalikan
semua yang tidak jelas baginya dan tidak ia ketahui maknanya atau tidak ia ketahui bagaimana
hakikat sesungguhnya, maka hendaklah ia kembalikan kepada Yang Maha Mengetahuinya yaitu
Allah.

Itulah sebabnya Nabi Muhammad saw apabila bertanya kepada para sahabatnya tentang sebagian
masalah yang tidak mereka ketahui, mereka menjawab,

Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.

Dari Abi Tamim al-Jaisyaniyyi, dia berkata aku mendengar Umar ra.,berkata, aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda, Seandainya sesungguhnya kalian tawakal kepada Allah dengan sebenar
benarnya tawakal, niscaya Allah memberi rejeki kepada kalian seperti Allah memberi rejeki kepada
burung dimana pagipagi ia lapar tapi sore hari dalam keadaan kenyang. (Rowahu Ibnu Majah K.
Zuhdi)

Selanjutnya sesungguhnya tawakal juga berkaitan dengan kesabaran, sebagaimana firman Allah,

(Yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal. (QS an-Nahl 42).

Dengan sabar ini ada beberapa hal pula yang harus dan bisa dilakukan dalam rangka mengiringi
kepasrahan. Pertama melakukan ikhtiar yang disertai kepasrahan. Dalam hal ini contohnya seperti
orang yang meninggalkan motornya dalam keadaan sudah dikunci, hal ini menunjukkan adanya
ikhtiar seseorang yang menyertai ketawakalan. Tidak dibenarkan jika motor ditinggal begitu saja
tanpa ikhtiar menguncinya terlebih dahulu dengan dalih pasrah. Itu praktik yang tidak tepat. Kedua,
dengan sabar dan tawakal manusia akan memiliki ketenangan untuk menerima apa yang tidak bisa
diubah (takdir Allah). Artinya segala sesuatu yang telah diupayakan semaksimal mungkin namun
hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan atau berada di luar kuasa manusia. Contoh sepeda
sudah dikunci tapi hilang juga. Atau terjadinya gunung meletus. Siapa bisa mencegahnya? Dengan
memiliki ketawakalan kepada Allah maka secara tidak langsung kita diarahkan menjadi pribadi yang
bijaksana. Kebijaksanaan ini menuntun orang untuk terus berusaha, melupakan kegagalan dan
menikmati hidup. Menyerahkan semuanya kepada Allah akan membuat hidup tenang dan rilek,
seperti air mengalir. Dan kita akan menerima apapun yang dihadiahkan oleh Allah atas kehidupan
kita.<p> </p>Tawakal memang hendaknya disertai ikhtiar dan doa baik di awal, di tengah, maupun di
akhir amalan kita. Sehingga pada saat ikhtiar pun juga disertai dengan kepasrahan dan ketundukkan
kita kepada Allah atas apa yang akan terjadi. Jangan lupa, doa yang kita lantunkan pada Allah juga
tidak dilakukan di akhir ikhtiar kita saja, namun ketiga hal tersebut harus berkesinambungan antara
ikhtiar, doa, dan tawakal. Jika ketiganya sudah diterapkan dengan baik maka insyaAllah kita akan
mendapatkan hasil yang terbaik dan diridhoi oleh Allah Ta'ala.
Jadi tawakal bagi seorang muslim adalah amalan dan harapan, disertai dengan ketenangan hati dan
ketentraman jiwa, serta keyakinan yang kuat bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan apa
yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala
orang yang berbuat baik.

Karena seorang muslim meyakini adanya ketentuan-ketentuan Allah di alam semesta ini, dia pun
kemudian mempersiapkan amalan-amalan dan mengerahkan segala kemampuan untuk mencapai
tujuannya. Ia juga tidak meyakini bahwa hanya usahanya yang menyebabkan ia mencapai tujuannya.
Akan tetapi ia menyadari bahwa usahanya itu adalah sesuatu yang wajib dari Allah. Dalam hal ini, ia
harus mentaati-Nya sebagaimana dia mentaati Allah dalam hal lainnya dalam segala perintah dan
larangan-Nya.

Adapun kesuksesan yang akan ia raih, ia pasrahkan semuanya kepada Allah. Karena Allah Dzat Yang
Mahakuasa atas itu semua, bukan selain-Nya. Sesungguhnya, apa yang Dia kehendaki pasti terjadi,
sedangkan apa yang tidak Dia kehendaki pasti tidak akan terjadi.

Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan
pertolongan Allah.

Rasulullah saw bersabda tentang tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa dihisab:

Mereka itulah orang-orang yang tidak meminta untuk di ruqyah, tidak mengobati luka dengan besi
yang dipanaskan, tidak meramal, dan hanya kepada Rabb-nya mereka senantiasa bertawakal. (HR
Muslim dan Ahmad)

Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal
kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu. (At-Talaq: 3)

Artikel 4
Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat,

Rupanya dia menutup kekurangannya tanpa perlu berkeluh kesah.

Aku melihat hidup teman-temanku tak ada duka dan kepedihan,

Rupanya dia pandai menutup dukanya dengan bersyukur dan ridha dg yg ada.

Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian,


Rupanya dia begitu menikmati badai hujan dlm kehidupannya.

Aku melihat hidup sahabatku begitu sempurna,

Rupanya dia berbahagia dengan apa yang dia miliki.

Aku melihat hidup tetanggaku sangat beruntung,

Ternyata dia selalu tunduk pada Allah untuk bergantung.

Setiap hari aku belajar memahami dan mengamati kehidupan orang yang aku temui.. Ternyata aku
yang kurang mensyukuri nikmat Allah..

Bahwa di satu sudut dunia lain masih ada yang belum beruntung memiliki apa yang ku punya saat ini

Dan satu hal yang aku ketahui, bahwa Allah tak pernah mengurangkan ketetapan-Nya.

Hanya akulah yang masih saja mengkufuri nikmat suratan takdir-Nya

Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain.

Mungkin aku tak tahu dimana rezekiku. Tapi rezekiku tahu dimana diriku berada.

Allah menjamin rezekiku, sejak aku dalam kandungan ibuku.

Amatlah keliru bila bertawakkal ttg rezeki dimaknai dari hasil bekerja.

Karena bekerja adalah ibadah, sedang rezeki itu urusan-Nya..

Melalaikan kebenaran dan gelisah dengan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda..

Manusia bekerja keras, demi mencari materi, yang mungkin esok akan ditinggal mati.
Mereka lupa bahwa hakikat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah
dinikmatinya.

Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, Allah menaruh sekehendak-Nya.

bunda Siti Hajar bolak-balik dari Safa ke Marwah, tapi air Zam-zam muncul dari kaki anaknya, Ismail.

Ikhtiar itu perbuatan. Rezeki itu kejutan

Dan yang tidak boleh dilupakan, setiap hakikat rezeki akan ditanya kelak, Dari mana dan digunakan
untuk apa

Karena rezeki hanyalah hak pakai, bukan hak milik

Halalnya dihisab dan haramnya diazab.

Maka, aku tidak boleh merasa iri pada rezeki orang lain.

Anda mungkin juga menyukai