Anda di halaman 1dari 4

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Pada kesempatan mulia kali ini, khatib tidak bosan-bosannya mengajak kepada seluruh
hadirin, wa bil khusus kepada diri khatib sendiri, untuk senantiasa meningkatkan
ketakwaan kepada Allah swt. Kita perlu menyadari bahwa takwa akan dapat membantu
kita keluar dari berbagai permasalahan yang dihadapi di dunia ini karena Allah swt
memang sudah menegaskan bahwa Ia akan memberi jalan keluar dari berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh orang yang bertakwa. Hal ini termaktub dalam Al-
Qur’an surat At-Thalaq ayat 2:

Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar
baginya”

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Permasalahan dalam kehidupan memang menjadi sebuah keniscayaan. Setiap dari kita
pasti memiliki masalah dalam hidup. Namun permasalahan yang kita hadapi ini bukanlah
untuk ditinggalkan alias lari dari masalah. Semua itu harus diselesaikan karena jika kita
meninggalkan masalah, maka siap-siaplah, kita akan menghadapi masalah baru yang
lebih besar. Kita harus optimis mampu menyelesaikan masalah, karena yang terpenting
bukanlah memikirkan masalah yang dihadapi, namun mencari solusi dari masalah
tersebut.

Dalam menyelesaikan masalah kehidupan, kita juga tidak boleh menyelesaikannya


dengan memunculkan masalah baru. Kita harus berikhtiar atau berusaha semaksimal
mungkin dengan cara yang terbaik, setelah itu kita bertawakal atau berserah diri
sepenuhnya kepada Allah swt. Kita perlu menyadari bahwa bukan hanya ikhtiar saja yang
akan menyelesaikan permasalahan, namun ada campur tangan pihak lain, yakni Allah
swt, yang berkehendak atas selesainya masalah kita. Oleh karena itu, tawakal (berserah
diri sepenuhnya) kepada Allah merupakan prilaku yang dicintai oleh Allah.

Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Imran, ayat 159:

Artinya: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Ikhtiar dan tawakal adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ibarat kita mengayuh
sampan atau perahu, ikhtiar seperti dayung di sebelah kanan dan tawakal seperti dayung
di sebelah kiri. Jika dayung dijalankan bersama dengan seimbang, maka kita akan bisa
mencapai tepi dengan cepat dan lancar. Lain halnya ketika hanya satu dayung saja yang
dikayuh, maka kita pun hanya akan berputar-putar di situ saja dan tidak bisa mencapai
tepian dengan baik.

Satu kesatuan antara ikhtiar dan tawakal juga bisa kita ambil hikmahnya dari sebuah
riwayat yang disebutkan dalam hadits Rasulullah saw. Suatu hari Rasulullah akan
mengerjakan shalat Ashar di Masjid Nabawi Madinah. Tiba-tiba datang seorang jamaah
dari luar kota menunggangi unta merah yang terkenal mahal pada zaman itu. Kemudian
orang itu melepaskan untanya begitu saja tanpa diikat terlebih dahulu dan memasuki
masjid untuk shalat berjamaah.

Mengetahui hal ini, Rasulullah bertanya kepada orang tersebut: “Fulan kenapa engkau
lepas untamu?” Orang itu menjawab, “Aku bertawakal kepada Allah. Kalau Allah takdirkan
untaku hilang, meskipun aku ikat, pasti hilang. Dan jika Allah takdirkan unta itu tidak
hilang, meskipun kami lepas ia tidak akan hilang”. Mendengar jawaban tersebut
Rasulullah bersabda: "Ikatlah tungganganmu dan pasrahkan kepada Allah" (HR Imam At-
Tirmidzi).

Dari kisah ini kita mengetahui bahwa tawakal saja tanpa ikhtiar juga tidak diperbolehkan
dalam agama. Semua aktivitas dalam memenuhi kebutuhan hidup yang kita perlukan
tidak hanya dengan tawakal. Sampai-sampai dalam sebuah kisah sahabat Umar bin
Khattab pernah mengusir seseorang yang kerjanya hanya berdoa saja di masjid saja.
Beliau mengingatkan orang tersebut dengan kalimat: “Tidak ada hujan uang dari langit.”
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Dari riwayat ini kita bisa menyimpulkan dengan kalimat sederhana: “ikhtiar penting,
tawakal juga penting.” Kedua-duanya menjadi peringatan kepada kita untuk tidak selalu
berpikir dan melihat segala sesuatu secara fisik kasat mata saja serta menghindari sikap
berserah diri saja tanpa ada usaha. Karena dalam kehidupan nyata, kita sering
mengalami usaha yang tidak selamanya sepadan dengan asa.

Ada misteri yang sering tak terjawab dari setiap tahap perjalanan hidup manusia.
Terkadang kita sudah berusaha sekuat tenaga, namun hasil yang didapat tidak sesuai
dengan target kita. Namun di sisi lain, kita berusaha ala kadarnya namun ternyata hasil
yang didapat melebihi target yang sudah dibuat dan membuat kita bahagia.

Dari yang semua yang telah ditakdirkan Allah dalam hidup ini, kita harus menegaskan
satu sifat yakni rela. Rasulullah bersabda:

Artinya, “Termasuk keberuntungan anak Adam adalah kerelaannya terhadap apa yang
telah Allah tetapkan baginya, dan termasuk kesengsaraan anak Adam adalah sikap benci
(tidak menerima) terhadap apa yang telah Allah tetapkan baginya.” (HR At-Tirmidzi).

Oleh karena itu, sebagai insan yang beriman, percaya kepada Allah swt, sudah
seharusnya kita terus memperkuat ikhtiar sekaligus meneguhkan tawakal, agar kita
senantiasa diberi keberkahan dalam kehidupan. Kita harus mampu mempertahankan
anugerah yang telah diberikan Allah kepada kita sekaligus berusaha untuk merubah hal
itu menjadi lebih baik lagi dalam upaya pengabdian kepada Allah. Allah SWT berfirman
dalam Surat Ar-Ra’d, ayat 11:

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan oleh


Allah swt untuk senantiasa melakukan ikhtiar-ikhtiar mulia sebagai upaya pengabdian
kita kepada-Nya. Dan semoga kita juga dianugerahi keteguhan iman dan takwa untuk
senantiasa bertawakal kepada Allah dan ridha pada semua takdir yang ditetapkan oleh-
Nya.
Khutbah II

Anda mungkin juga menyukai