Anda di halaman 1dari 3

Alhamdulillaahi robbil 'aalamiin, wabihi nasta'inu 'alaa umuriddunya waddiin.

Wassholatu wassalamu

Kultum kali ini akan membahas tentang akhlak terhadap diri sendiri.

Kita awali dengan pernyataan tentang kita setuju bahwa hidup itu dituntut untuk beribadah dan
mengurusi urusan dunia,

Terdapat sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Ibnu Umar
radiallahu ‘anhu berbunyi sebagai berikut:

Artinya: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk
akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.”

Nah maka dari itu tidak dipungkiri kita akan menemui suatu kesulitan yang disitu adalah bentuk cinta
kasih Allah SWT karena masih memperhatikan kita, melihat kita berkembang dan menemui derajat yang
lebih tinggi dari cobaan cobaan yang kita lewati, toh cobaannya pasti disesuaikan dengan kita kan.
Oleh karena itu kita sebagai manusia, hamba yang taat, wajar jika kita bersusah payah dan juga
memberikan yang terbaik untuk hidupnya, untuk nasibnya, untuk hasil yang berasal dari cobaan cobaan
yang diberikan oleh Allah SWT

Manusia mempunyai kewajiban kepada dirinya sendiri yang harus ditunaikan untuk memenuhi haknya.
Kewajiban ini bukan semata-mata untuk mementingkan dirinya sendiri atau menzalimi dirinya sendiri.

Melainkan untu memenuhi hak hak dari setiap unsur yang ada di hidupnya baik itu jasmani atau rohani.

Jadi, yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya
baik itu jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita , dan jangan pernah
memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.

Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak
bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita
rusak, ataupun bersifat psikis. Misalkan fomo terus memaksa diri untuk di titik tertinggi, hustler culture,
ingin sukses cepet tapi dengan cara cara yang menyakiti diri sendiri, dan lain sebagainya. Hal itu semua
dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari.

perbuatan yang dapat merusak diri sendiri adalah mengikuti kehendak nafsu. “…
Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah.” (QS. Shaad/38: 26).
terkadang kita tidak bisa memaksakan sesuatu sesuai dengan kehendak kita, sebaik apapun
rencana yang kita buat, setinggi apapun khayalan yang kita ingat, bukanlah menjadi alasan
bahwa sesuatu itu bisa menjadi kenyataan.

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, karena hasil akhir dari semua urusan di dunia ini
sudah ditetapkan oleh Allah. Jika sesuatu ditakdirkan untuk menjauh darimu, maka ia tak
akan pernah mendatangimu. Namun jika ia ditakdirkan bersamamu, maka kau tak akan bisa
lari darinya." - Umar bin Khattab.

Semua akan baik-baik saja jika kita bergantung pada-Nya. Kita tak pernah tahu hal-hal baik
apa yang nantinya menghampiri hidup kita. Kita tak pernah bisa mengerahkan usaha
dengan gigihnya, jika tidak melibatkan kepada-Nya.

Semua terserah kita. Jika kita ingin tetap menjalani kehidupan sebagaimana mestinya,
berarti sudah sepatutnya kita melatih diri untuk lebih mengenal Allah. Tak hanya sekadar
mengenal-Nya. Namun bagaimana agar kita selalu mendekatkan kepada-Nya di saat
keadaan yang kacau.

Atau jika kita masih memilih untuk apa-apa harus sesuai kehendak diri, berarti kita sudah
siap jika nantinya tak berbeda. Jangan salahkan Tuhan yang Maha Cinta. Jangan salahkan
kenyataan dan keadaan itu. Ingatlah yang terjadi adalah bentuk kesalahan diri kita sendiri.
Itu saja yang bisa saya sampaikan pada kultum kali ini, semoga kita tetap bisa menjalani
hidup secara stabil dan dapat mengusahakan yang ada di diri kita semaksimal mungkin
bukan berusaha mengejar sesuatu yang bukan kehendak kita

Nah itu saja yang berbicara belum tentu lebih baik dari pada yang mendengarkan, dan yang
baik baik dari saya itu dari Allah, dan yang jelek itu dari saya sendiri, sekian Waallahu Muafik
ila Aqwamitthoriq, waassalamm.

Anda mungkin juga menyukai