Anda di halaman 1dari 12

A.

Syukur dan Syakur

Syukur ialah mensyukuri segala nikmat yang Tuhan berikan kepada kita, seperti
kesehatan, rezeki, jabatan, keturunan, dan keluarga yang sakinah. Sedangkan syakur
ialah mensyukuri segala sesuatu yang datang dari Tuhan, termasuk musibah,
penderitaan, dan kekecewaan. Bersykur terhadap berbagai nikmat Tuhan (syukur)
adalah sesuatu yang biasa. Akan tetapi mensyukuri penderitaan, musibah, dan
kekecewaan (syakur) itu luar biasa. Syukur banyak dilakukan orang tetapi syakur
amat langka dilakukan orang. Sebagaimana dikatakan dalam ayat: Wa qalil min
‘ibadiy al-syakur (Hanya sedikit sekali di antara hambaku yang mampu mencapai
tingkat syakur). Bersyukur dalam arti syukr banyak dipahami secara keliru. Banyak
orang menyangka bersyukur ialah mengucapkan tahmid (al-hamdulillah) tetapi
sesungguhnya itu bukan syukur melainkan hanya tahmid, memuji-muji Tuhan.
Bersykur ialah memberikan sebagian nikmat Tuhan kepada hamba-Nya yang
membutuhkannya. Misalnya gaji kita dinaikkan atau kita memperoleh keuntungan
usaha dagang, maka cara mensyukurinya kita harus mengeluarkan zakat, infaq, dan
shadaqah kepada orang-orang yang layak menerimanya atau sebagaimana ditunjuk
oleh Syara’.
Bersyukur dalam arti syakur berarti bersabar menerima cobaan Tuhan dan tidak
pernah salah paham terhadap Tuhan. Misalnya seseorang diuji dengan fitnah,
didhalimi, disangka-sangka buruk, direndahkan, dijauhi lingkungan, dirampas haknya,
belum mendapatkan keturunan, tidak perlu mengutuk diri sendiri atau menyalahkan
orang lain, bahkan menyalahkan Tuhan, melainkan harus bersabar, tabah dan kuat
menjalani cobaan hidup dan yakin ada hikmah dibalik musibah, Tuhan bersama
dengan orang-orang yang sabar, tidak boleh pasrah sebelum berusaha secara
maksimum sebatas kemampuan kita. Cobaan hidup akan mengangkat derajat seorang
manusia. Kalau sudah dilakukan berbagai upaya, ikhtiar, tapi tetap tidak ada hasil
positif, maka bersahabatlah dengannya, bertawakal. Bersahabat dengan musibah
menurut para ahli anastesia (ahli rasa nyeri) dapat menurunkan kadar rasa sakit,
kecewa itu sendiri. Yakinkan pada dirinya bahwa musibah ini pasti bentuk lain dari
rasa cinta Tuhan terhadap diri kita. Nabi SAW bersabda: “Tidak ditimpa sebuah
penyakit, penderitaan, kekecewaan, sampai kepada duri menusuk kaki, melainkan itu
semua sebagai pencuci dosa masa lampau.” Tanda-tanda jika Tuhan mencintai
hamba-Nya ia menurunkan siksaan lebih awal di dunia supaya di akhirat nanti lunas,
tidak lagi disiksa atau mengurangi siksaan kerasnya di neraka.

Kalau selama ini kita bersyukur dalam arti syukur, maka kita sudah berada setingkat
lebih baik daripada orang yang tidak pernah bersyukur sama sekali atau hanya
bertahmid. Namun kita masih perlu berjuang bagaimana kita sampai ke tingkat lebih
tinggi lagi, yaitu syukur dalam arti syakur. Untuk mencapai derajat syakur kita perlu
meningkatkan kesadaran spiritual kita dengan meningkatkan kesabaran dan
pengendalian diri. Kualitas syakur tidak bisa dicapai tanpa berusaha untuk lebih
mendekatkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Syakur tidak datang dengan
sendirinya melainkan melalui proses perjuangan batin (mujahadah).
B. Kisah Teladan Nabi Ayub

Nabi Ayyub (atau Ayub) as adalah salah satu dari 25 nabi yang wajib kita yakini,
beliau hidup di tahun 1540-1420 SM, diangkat menjadi nabi pada tahun 1500 SM.
Nabi Ayyub as berdakwah untuk bani Israel dan kaum Amoria (Aramin) di negeri
Syam. Nabi Ayyub as adalah putra Ish bin Ishaq bin Ibrahim, jadi beliau adalah
keturunan nabi Ibrahim as, masih sepupu nabi Yusuf as dan keponakan nabi Yakub
as. Nabi Ayyub as dikenal sebagai sosok paling sabar di muka bumi ini, hal ini sesuai
dengan firman Allah SWT yang memuji hambanya tersebut. Banyak orang yang
mengibaratkan kesabaran dengan sosok nabi Ayyub as. Tidak banyak kisah masa
muda nabi Ayyub as, kebanyakan menceritakan masa dimana beliau menjadi nabi
yang sukses, kaya raya, memiliki banyak anak, dan dihormati oleh kaumnya. Pada
suatu ketika malaikat memuji nabi Ayyub as, hal ini didengar oleh iblis yang
kemudian meminta izin kepada Allah SWT untuk menggoda nabi Ayyub as. Allah
SWT mengizinkan setan menggoda hambanya tersebut dengan berbagai hal.
Cobaan nabi Ayyub AS
Diantara cobaan yang diterima nabi Ayyub as karena kedengkian iblis
diantaranya adalah ketika harta nabi Ayyub as habis, kemudian beliau menjadi miskin
namun tetap bersabar. Ketika anak-anak nabi Ayyub as meninggal, beliau juga tetap
bersabar. Ketika datang penyakit yang menyerang tubuhnya, beliau tetap bersabar, hal
ini membuat setan putus asa dan malu. Namun mereka tak henti-hentinya menggoda
hamba Allah. Ketika nabi Ayyub as tidak bisa digoda setan, kemudian setan berbalik
dengan menggoda istri nabi Ayyub as. Kala itu istrinya mengeluhkan dengan
kesulitan dan cobaan yang mereka alami itu, hal itu membuat nabi Ayyub as marah
dan bersumpah akan memukul istrinya 100 kali ketika sudah sembuh kelak. Namun
Nabi Ayyub berpesan kepada Allah agar lidahnua tidak di berikan penyakit agar dia
masih tetap berdoa dan berszikir kepadanya.
Hikmah dan Teladan Yang Terkandung dari Kisah Nabi Ayyub
1. Nabi Ayyub A.S. adalah hamba Allah yang sangat penyabar, sehingga ujian apa
saja yang menimpa dirinya diterima dengan sabar.
2. Penyakit Nabi Ayyub adalah bukan penyakit menular, tetapi penyakit kulit,
sehingga rupa Nabi Ayyub kelihatan telah tua. Nabi Ayyub tidak pernah
mengeluh diwaktu sakitnya. Ibadah kepada Allah tidak pernah tertinggal dan lalai,
semua dikerjakan menurut kemampuannya.
3. Kesabaran dan kesalehan hendaklah menjadi contoh bagi umat manusia.
C. Larangan Untuk Berpacaran
Islam merupakan agama yang rahmatan lil’alamin. Didalamnya terkandung petunjuk
yang mengantarkan manusia pada jalan kebenaran juga larangan – larangan dari Allah
Subhanahu Wata’ala sebagai ujian untuk manusia sebagai makhluk yang ditunjuk
oleh Allah menjadi kholifah atau pemimpin dimuka bumi ini serta dikaruniai akal
pikiran yang mampu membedakan antara yang haq dengan yang batil. Adanya
peringatan serta larangan dari Allah ini untuk mengatur kehidupan manusia agar
kehidupan ini berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah sehingga
keberkahan dari langit akan turun dan dari bumi pun akan keluar untuk memfasilitasi
kebutuhan hidup manusia. Akan tetapi jika peringatan dari Allah disepelekan dan
larangan dilanggar maka tunggu saja kemurkaan Allah pasti datang sebagaimana
kaum – kaum terdahulu yang dibinasakan oleh Allah karena durhaka kepada Allah
dengan melanggar larangan – larangannya.
Dampak buruk pacaran
Berbicara tentang pacaran, ini satu hal yang fenomenal dan topik yang hangat untuk
selalu diperbincangkan apalagi disandingkan dengan kata “islami”. Dewasa ini
pacaran dianggap menjadi suatu hal yang wajar dan lumrah bagi kalangan remaja
muda mudi generasi sekarang ini. Remaja baik putra maupun putri yang belum
pacaran maka dianggap tidak gaul dan tidak laku. Bahkan sekarang ini tidak sedikit
orang tua yang membolehkan putra – putrinya untuk berpacaran. Padahal usia mereka
masih sangat labil, segala hal negative yang tidak diinginkan sangat berpotensi terjadi
klimaksnya adalah pada hamil diluar nikah, na’udzubillah mindzalik. Tentu saja hal
tersebut tidak diinginkan oleh orang tua manapun di dunia ini. Tapi sayangnya
sekarang pacaran dianggap hal yang wajar, sebenarnya apa yang terjadi..? mari kita
telusuri dari kaca mata islam tentang pacaran itu sendiri.
Pengertian pacaran
Tentu saja kata pacaran ini sangat familiar di telinga kita dan sering didefinisikan
sebagai jalinan hubungan antar laki – laki dan perempuan dalam mencari kecocokan
diantara keduanya dalam mencari pasangan hidup. Akan tetapi faktanya jalinan
hubungan ini sering kebablasan karena tidak memperhatikan bagaimana syariat islam
mengatur hubungan antara laki – laki dan perempuan yang sudah baligh. Tentu saja
tidak, islam tidak melarang pacaran bagi yang dilakukan dua insan yang sudah
menikah. Bagi yang belum menikah maka bersabarlah. Karena banyak hal yang
bersentuhan dengan larangan Allah segala aktifitas pacaran ini bagi dua insan yang
sedang dilanda cinta monyet ini. Jadi apa saja larangan tersebut sehingga dalam islam
pacaran yang dilakukan oleh dua insan yang belum menikah ini dilarang, berikut
adalah larangan pacaran dalam islam :
1. Pacaran adalah benih – benih awal perbuatan zina.
Allah menegaskan dalam surat al isra’ ayat yang ke 32, bahwasanya kita dilarang
untuk tidak dekat – dekat dengan segala bentuk perbuatan zina sekecil apapun dan
Allah vonis itu adalah perbuatan yang keji serta seburuk – buruk jalan.
Terjemahan Quran Surat Al Isra : 32
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji dan
suatu jalan yang buruk.”
Dan pacaran ini segala aktifitasnya mendekati perbuatan zina. Mulai dari zina mata,
zina hati, zina lisan sampai klimaknya adalah zina perbuatan (fisik) dari hanya
bersentuhan sampai kepada yang lebih dari itu na’udzubillah mindzalik.
Rasulullah SAW bersabda: “Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari
zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya
lidah adalah mengucapkan/berbicara (dengan syahwat), zinanya hati adalah
mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat), maka farji (kemaluan)
yang membenarkan atau mendustakannya.” (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)
Maka dengan pacaran inilah benih awal perzinaan dilakukan oleh dua insan yang
sedang terkena virus merah jambu.
2. Berduaan manjadi hal yang wajar dalam pacaran.
Ini adalah satu larangan yang sering dilakukan oleh muda mudi penikmat pacaran.
Padahal Allah Subahanahu wata’ala dan Rosulullah SAW sudah jelas melarang hal
tersebut, bahkan secara tegas Allah sudah memperingatkan kepada kita semua hanya
untuk sekedar memandang saja Allah suruh kita untuk menjaga dan menahan
pandangan kita kepada lawan jenis apalagi sampai berduaan. Disini Allah perintahkan
kepada kita dalam Quran surat An Nur ayat yang ke 30 :
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan
pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci
bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”
Dan tentang berduaan ini Rosulullah SAW pun sudah melarangnya dengan tegas
dalam sabda beliau : “jangan sekali – kali salah seorang diantara kalian berkhalwat
dengan wanita kecuali dengan mahram.” (Mutafaqun’alaih dari ibnu abbas)
Juga sabda beliau baginda Rosulullah SAW : “barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir maka jangan sekali kali dia berkahlwat dengan  seorang wanita tanpa
disertai mahramnya, karena setan menyertai keduanya.” (HR. Ahmad)
3. Suara wanita adalah aurat.
Oleh karena itu wanita harus menjaga suaranya agar tidak menimbulkan syahwat
kepada lawan jenisnya. Justru didalam pacaran para wanita ini malah sering
memancing – mancing lawan jenisnya dengan suara yang lembut entah itu untuk
merayu atau bercanda, tentu saja perbuatan itu memicu syahwat lawan jenisnya. Hal
tersebut dilarang dalam agama. Bahkan Allah sudah melarang istri – istri nabi untuk
menjaga suaranya agar tidak menimbulkan syahwat bagi lawan jenis yang
mendengarnya. Tentu saja larangan Allah ini tidak hanya berlaku untuk istri – istri
nabi saja tapi untuk seluruh kaum hawa yang ada di bumi ini karena istri – istri nabi
ini adalah contoh figure seorang muslimah bagi kaum hawa.
Allah sampaikan larangan tersebut dalam Quran Surat Al Ahzab ayat yang ke 32 :
“…Maka janganlah kalian (istri – istri nabi) berbicara dengan suara yang lembut,
sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah
perkataan yang baik.”
4. Memandang wanita dengan nafsu dilarang.
Dalam pacaran saling berpandangan menjadi hal yang wajar dan sering dilakukan
bahkan setiap pasangan berhias penampilan semaximal mungkin agar lawan jenisnya
terpesona dengan penampilannya. Hal tersebut mengundang syahwat dan tentu saja
dilarang oleh agama. Mari kita perhatikan sabda Rosulullah SAW berikut :
Dari Jarir bin Abdullah ra : “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang
memandang (lawan jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu
beliau memerintahkan aku mengalihkan (menundukan) pandanganku.” (HR. Imam
Muslim).
5. Sentuhan dengan lawan jenis dilarang.
Dari mata turun ke hati, dari hati terungkapkan dalam lisan, dari lisan mulailah
bercumbu rayu. Awalnya berduaan hanya sentuhan tangan saja berani berpelukan
sampai berciuman dan yang lebih dari itu, na’audzubillah mindzalik. Semoga kita dan
keluarga kita serta anak – anak kita dijauhkan dari perbuatan zina.
Mari kita perhatikan pesan Rasulullah SAW dalam hadistnya berikut :
Rasulullah SAW bersabda : “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan kjaurm
besi, itu lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya (Hadist
hasan, thabrani dalam mu’jam kabir).
Aisyah ra berkata : “Tidak, Demi Allah,  tidak pernah sama sekali tangan Rasulullah
SAW menyentuh wanita (selain mahramnya), melainkan beliau membaiat mereka
dengan ucapan (tanpa jabat tangan).” HR. Muslim.

D. Pentingnya Niat Dalam Kehidupan


Niat adalah segala sesuatu yang ingin kita kerjakan. Dan tempat niat itu sendiri
ada dalam hati, tentu nya terdapat campur kerja dari otak untuk berfikir. Niat berasal
dari bahasa arab "niyyah". Dalam agama islam niat sangatlah penting untuk
menentukan catatan amal dan perbuatan kita di dunia. Karena umat islam yang
beriman pasti akan mempercayai bahwa segala amal dan perbuatan akan di catat dan
akan di pertanggung jawabkan di akhirat. Maka sebagai umat yang beragama islam
harusnya kita meniatkan segala perbuatan kita kepada Allah SWT agar perbuatan kita
yang telah dikerjakan tidak sia-sia. Seperti yang telah di jelaskan dalam hadist yang di
riwayatkan oleh Bukhari -- Muslim, yang artinya :

"sesungguhnya segala amalan-amalan itu tergantung pada niat. Dan setiap setiap
manusia akan memperoleh sesuai dengan apa yang dia niatkan. Maka siapa yang
berhijrah karena Allah SWT dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena mengejar urusan dunia atau karena
wanita yang ingin di nikahinya. Maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan hijrah
kepadanya." Hadist riwayat Bukhari-Muslim.

Dari hadist diatas dapat kita tarik sebuah hikmah bahwa segala sesuatu perbuatan
yang tidak di niatkan karena Allah SWT maka akan sia-sia. Maka kita sebagai umat
islam harus benar-benar menjaga hati kita, agar kita tidak salah dalam berniat.
Janganlah kita mempunyai niat yang tidak karena Allah SWT, seperti kita memakai
baju yang baru dan bagus, maka kita niatkan untuk mensyukuri nikmat yang telah
diberikan oleh Allah SWT kepada kita, janganlah mempunyai niat untuk pamer agar
mendapat pujian dari orang lain. Maka dari itu kita sebagai umat islam yang taat
kepada perintah Allah harus mengerjakan sessatu dengan niatan kepadanya saja dan
mengharapkan balasan darinya saja, hal ini di maksudkan agar mendapat keberkahan
dalam hidup di dunia dan akhirat.

E. Pentingnya Menuntut Ilmu (Belajar)


Nabi Saw bersabda kepada Abu Dzar Al Ghifari

َ ُ‫ك ِم ْن أَ ْن ت‬
‫صلِّ َى ِمائَةَ َر ْك َع ٍة‬ ِ ‫ألَ ْن تَ ْغ ُد َو فَتَ َعلَّ َم آيَةً ِم ْن ِكتَا‬
َ َ‫ب هَّللا ِ َخ ْي ٌر ل‬

Bahwa sesungguhnya engkau pergi untuk mempelajari suatu ayat dari kitab Allah
adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus raka’at. (HR. Ibnu
Majah)

Imam Al-Ghazali juga memandang bahwa belajar atau menuntut ilmu adalah sangat
penting serta menilai sebagai kegiatan yang terpuji. Untuk menerangkan keutamaan
belajar tersebut Imam Al-Ghazali mengutip beberapa ayat Al-Qur’an, hadits Nabi
serta atsar. Di antara ayat , hadits dan atsar yang dikutip tersebut, yaitu :

Allah berfirman:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya. (QS. At-Taubah: 122)

 Nabi saw. bersabda: “Barang siapa menjalin suatu jalan untuk menuntut ilmu,
maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke surga.” (HR. Muslim)
 Nabi saw. bersabda pula: “Sesungguhnya malaikat itu membentangkan
sayapnya kepada penuntut ilmu tanda rela dengan usahanya itu” (HR. Ahmad,
Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Shafwan bin Assal)
 Nabi saw. bersabda: “Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi
mempelajari suatu bab dari ilmu adalah lebih baik baginya dari dunia dan
isinya” (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Abdul-Birri dari Al-Hasan Al-Bashari)
 Abu Darda’ra. berkata: “Lebih suka saya mempelajari satu masalah daripada
beribadah satu malam.”
 Dan ditambahnya pula: “Orang yang berilmu dan menuntut ilmu berserikat
pada kebajikan dan manusia lain adalah bodoh tidak ada kebajikan
kepadanya.”
 Atha’ berkata: “Majelis ilmu pengetahuan itu, menutupkan tujuh puluh majelis
yang sia-sia.”
 Imam Asy-Syafi’i berkata: “Menuntut ilmu itu adalah lebih utama daripada
berbuat ibadah sunnah.”
 Abu Darda’ berkata: “Barang siapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu
bukan jihad, maka adalah dia orang yang kurang pikiran dan akal.”

Belajar atau menuntut ilmu mempunyai peranan penting dalam kehidupan.


Dengan menuntut ilmu orang menjadi pandai, ia akan mengetahui terhadap segala
sesuatu yang dipelajarinya. Tanpa menuntut ilmu orang tidak akan mengetahui
sesuatu apapun. Di samping belajar dapat untuk menambah ilmu pengetahuan
baik teori maupun praktik, belajar juga dinilai sebagai ibadah kepada Allah. Orang
yang belajar sungguh-sungguh disertai niat ikhlas ia akan memperoleh pahala
yang banyak. Belajar juga dinilai sebagai perbuatan yang dapat mendatangkan
ampunan dari Allah SWT. Orang yang belajar dengan niat ikhlas kepada Allah
diampuni dosanya.

F. Radikalisme dalam Bidang Politik dan Agama

Secara teoritis, radikalisme tidak identik dengan kekerasan, termasuk


penbandingannya dengan kelompok agama tertentu. Fenomena radikalisme agama
bukanlah fenomena yang lahir saat ini saja. Radikalisme agama telah lahir sejak abad
16-19 M. Radikalisme merupakan sebuah respon atas dinamika politik, ekonomi, dan
agama. Adanya marginalisasi politik umat Islam oleh Barat (AS) menyurutkan
penerapan syariat Islam dalam praktek bernegara. Kondisi ini menjadikan umat Islam
sadar, dan berupaya untuk mengembalikan daulah politik umat Islam.
Kasus Palestina, yang menjadi bulan-bulan Israel, merupakan sebuah contoh kasus
bagaimana potret perjuangan rakyat Palestina di tengah diamnya Barat. Bahkan
perlawanan rakyat Palestina yang begitu gigih melawan kesewenang-wenangan Israel
inilah, justru dilabeli Barat sebagai gerakan radikal. Dalam konteks ini, radikalisme
lebih bernuansa radikalisme politik guna menunjukkan eksistensi politik rakyat
Palestina.
Namun yang agak menarik, telah terjadi pergeseran pembahasan dari radikalisme
politik menjadi radikalisme agama. Artinya, tidak mungkin muncul radikalisme
politik tanpa adanya faktor yang mempengaruhinya. Radikalisme politik disinyalir
karena adanya  inflitrasi ajaran Wahabi. Ketika Wahabi ditemukan sebagai
inspirator radikalisme politik itu, maka Wahabi kemudian dijadikan sebagai kambing
hitam sekaligus sebagai otak dari radikalisme agama.
Namun, stigma yang menyesatkan terhadap gerakan yang dicap Wahabi ini, bukan
membuat gerakan dakwah Islam ini semakin surut, tetapi justru semakin memberikan
amunisi dan spirit tersebarnya dakwah Islam ini. Sementara masyarakat yang semakin
terdidik ini mulai selektif dan kritis terhadap aliran dan pemikiran yang menyimpang
dari Islam. Dukungan media terhadap Islam sinkretis, Islam liberal, Islam
tradisionalis, dan Syiah justru semakin menguatkan eksistensi dakwah Islam ini.
Artinya, ketika dakwah kepada Islam murni ini ditekan secara vertikal, maka dia akan
menyebar secara horisontal dan menjamur.
MAKALAH PAI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Agama Islam

Oleh :
Muhammad Surya Adi Baihaqi

XII IPS 4

SMA NEGERI 1 CILEGON


TAHUN AJARAN 2018/2019
MAKALAH PAI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Agama Islam

Oleh :
Syahda Yaqiq Nurmiladiah

XII IPS 4

SMA NEGERI 1 CILEGON


TAHUN AJARAN 2018/2019
MAKALAH PAI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran Agama Islam

Oleh :
Muhammad Sheva

XII IPS 3

SMA NEGERI 1 CILEGON


TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai