Anda di halaman 1dari 5

KULTUM #1 (Pacaran dan dampaknya)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wasshalaatu wassalamu


‘alaa asrafil anbiya iwal mursalin. Wa ‘alaa aalihi washahbihi ajma’in amma ba’du. Allahumma shalli ‘alaa
Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad. Rabbisy rahli shadri, wa yassirli amri, wahlul ‘uqdatan millisaani,
yafqahu qawli.
Para hadirin yang berbahagia, pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah
Swt. Karena dengan nikmat-Nya kita dapat berkumpul mengikuti kegiatan kultum ini dalam keadaan sehat
dan tanpa suatu halangan apapun. Shalawat serta salam marilah kita sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW. Karena beliaulah yang merupakan suri tauladan kita, dan yang membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini. Semoga kita semua termasuk sebagai umatnya yang
senantiasa setia kepadanya.
Baiklah para hadirin yang dirahmati Allah. Sebelumnya izinkan saya menyampaikan kultum singkat pada
hari ini, yang bertema tentang pacaran dan dampaknya. Seperti yang kita ketahui, pada zaman sekarang
banyak sekali remaja-remaja yang kita lihat berpacaran, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Yang
langsung misalnya jalan-jalan bersama ke tempat-tempat tertentu, kemudian yang tidak langsung misalnya
melalui chattingan Whatsapp atau di media social lainnya. Pada zaman ini marak sekali remaja yang seperti
itu, meskipun mereka beragama islam.
Perlu diketahui para hadirin sekalian, baik secara langsung ataupun tidak langsung yang namanya pacaran
sebelum nikah itu tetaplah haram. Setiap perbuatan yang ada di dalamnya tidaklah dibenarkan dan tidak ada
pahalanya. Setiap perbuatan yang ada di dalamnya hanya berisi dosa. Adapun remaja zaman sekarang yang
membuat-membuat istilah “pacaran islami”. Padahal dalam islam sama sekali tidak mengajarkan dan
membenarkan hal tersebut. Tidak ada yang namanya pacaran islami. Dalam islam, kita sudah diajarkan
untuk tidak mendekati zina, berdasarkan kutipan surah Al-Isra’ ayat 32 sebagai berikut:

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji, dan sebuah
jalan yang buruk”
Berdasarkan kutipan ayat diatas, sudah jelas bahwa haram bagi kita untuk mendekati zina. Disinilah dasar
mengapa pacaran diharamkan. Karena pacaran di luar nikah itu merupakan salah satu perbuatan yang
mendekati zina. Zina itu, mohon maaf, merupakan perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan
yang bukan mahram tanpa jalur pernikahan. Dan perlu digaris bawahi, bahwa ayat tersebut melarang kita
untuk “mendekati” zina. Mendekatinya saja dilarang, apalagi jika melakukannya. Maka sungguh itu
merupakan salah satu dosa yang sangat besar. Pelaku pezina yang statusnya bujangan, maka hukumannya
adalah di dera (cambuk) sebanyak 100 kali dan bagi yang sudah menikah maka hukumannya dirajam sampai
mati.
Disinilah dasar hukum mengapa pacaran di luar nikah itu haram dalam islam. Karena perbuatan tersebut
merupakan perbuatan yang mendekati zina. Darimana zinanya? Jenis zina pada pacaran disebut zina Al-
Lamam, yaitu perbuatan keji yang dilakukan oleh panca indera kita. Berdasarkan Hadits riwayat Muslim
Rasulullah SAW. Bersabda:
“Telah diterapkan bagi anak-anak Adam yang pasti terkena, kedua mata zinanya adalah melihat, kedua
telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berkata-kata, tangan zinanya adalah menyentuh,
kaki zinanya adalah berjalan, hati zinanya adalah keinginan (hasrat) dan yang membenarkan dan
mendustakannya adalah kemaluan.” (HR. Muslim)
Demikian penjelasan dari Rasulullah SAW. Tentang zina yang dilakukan oleh panca indera kita. Apabila
kita perhatikan, semua hal tersebut terdapat di dalam aktivitas pacaran. Dimana pelakunya memandang
“Crush” nya dengan nafsu atau perasaan senang. Kemudian dirinya yang “klepek-klepek” apabila
mendengar crushnya berbicara. Lalu tangannya yang saling berpegangan serta kakinya yang berjalan ke
tempat-tempat yang tidak baik. Kemudian hatinya yang memiliki nafsu terhadap pacarnya. Itu semua
merupakan perbuatan keji yang dilakukan oleh panca indera kita dan sudah termasuk perbuatan mendekati
zina. Oleh karena itu, pacaran di luar nikah tetaplah haram. Dan tidak ada istilah pacaran islami meskipun
pelakunya membuat aktivitasnya seislami mungkin. Sungguh perbuatan yang dilakukannya itu sia-sia dan
hanya saling menyumbang dosa.
Sesungguhnya cinta yang sejati itu bukan yang diungkapkan kepada crush-nya. Tetapi orang yang memiliki
cinta sejati, dia akan mendatangi rumah orang tua dari orang yang dicintainya bersama orang tuanya untuk
melamarnya dan segera menjalin hubungan yang halal. Yang demikian itu lebih baik baginya, dan
perbuatannya itu dinilai pahala di sisi Allah. Sedangkan pacaran, cinta yang mereka rasakan itu hanyalah
cinta palsu yang datangnya dari syaitan. Cinta yang hanya didasari nafsu dan hanya menyebabkan
kerusakan. Apanya yang disebut cinta apabila mereka hanya saling menyeret diri mereka dan keluarga
mereka ke neraka bersama-bersama? Sungguh itu adalah perbuatan yang benar-benar menyebabkan
kerusakan baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Para hadirin yang berbahagia. Oleh karena itu apabila kita mencintai seseorang, maka buktikanlah cinta itu
dengan cara segera menjalin hubungan yang halal dengannya dengan cara menikah. Karena obat untuk
mengalahkan nafsu satu-satunya hanyalah menikah. Namun apabila masih tidak mampu untuk menikah,
maka hendaklah berpuasa. Bisa puasa senin kamis, atau puasa Daud, atau puasa sunah lainnya. Dan
hendaklah kita menjaga panca indera kita dari perbuatan keji selama proses tersebut. Rasulullah SAW.
Bersabda:
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu ba’ah (bersenggama) maka menikahlah karena
hal itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan, barang siapa yang tidak mampu, hendaklah
berpuasa karena hal ini dapat menekan hawa nafsunya” (H.R Ahmad)
Demikian para hadirin sekalian kultum singkat pada hari ini tentang pacaran dan dampaknya. Semoga kita
semua dijaga oleh Allah SWT. Dari godaan syaitan dan dari berbagai perbuatan maksiat. Mudah-mudahan
kultum kali ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Nun wal qalami wamaa yasturun,
wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KULTUM #2: BERHIJRAH DI AKHIR ZAMAN


(Gunakan pembukaan seperti yang ada di kultum 1 yang bertulisan merah)
Baiklah para hadirin yang dirahmati Allah. Sebelumnya izinkan saya menyampaikan sebuah kultum singkat
pada hari ini, yang bertema tentang berhijrah di akhir zaman.
Para hadirin yang berbahagia, hijrah secara bahasa berarti meninggalkan, menjauhkan diri, atau berpindah
tempat. Secara istilah hijrah dapat dimaknai sebagai berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari
suatu tempat ke tempat yang lain dengan alasan tertentu, seperti untuk keselamatan atau kebaikan dan lain
sebagainya. Sedangkan pada zaman sekarang, istilah hijrah ini sangat popular di kalangan remaja. Istilah
hijrah ini diartikan sebagai langkah-langkah seseorang dalam mengubah dirinya menjadi lebih baik dengan
semangat keislaman. Artinya orang yang berhijrah berkeinginan dan memiliki motivasi untuk mencapai
prestasi secara spiritual, material, dan membuat diri sendiri menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Sayangnya pada zaman sekarang ini, tidak banyak pemuda-pemuda yang berkeinginan untuk melakukan itu.
Kebanyakan dari mereka memilih untuk mengikuti arus dunia dan tren-tren yang melenceng dari syari’at
islam. Bahkan kesempatan untuk bertemu dengan seorang pemuda yang berhijrah di zaman sekarang bisa
dibilang sangat langka sekali, saking kuatnya godaan di era modern ini. Oleh karena itu, berbangga dan
bersyukurlah apabila kita diberi hidayah berupa keinginan untuk berhijrah. Itu artinya kita termasuk salah
satu hamba yang dipilih Allah untuk menuju jalan kebaikan, ambil dan terimalah, dan nikmati prosesnya.
Para hadirin yang berbahagia. Hijrah ini kelihatannya terasa menyenangkan dan enak, karena kita
berkeinginan untuk berubah menjadi lebih baik dengan semangat keislaman. Akan tetapi, rupanya tidak
seindah itu, karena hijrah memiliki banyak sekali tantangan berat yang harus dilalui orang tersebut. Adapun
tantangan yang akan dihadapi orang yang berhijrah yang pertama adalah kemungkinan besar dia akan
merasa sendirian. Karena saking sedikitnya orang yang berhijrah zaman sekarang, maka orang yang baru
berhijrah pun kemungkinan besar akan memulai awal perjalanan hijrahnya dengan perasaan kesepian, karena
dia tidak memiliki teman yang sefrekuensi untuk berhijrah. Kemudian yang kedua adalah masalah
lingkungan. Seseorang yang berhijrah belum terjamin apakah dirinya akan tetap berhijrah atau tidak. Salah
satu factor besar yang mempengaruhi itu adalah lingkungan. Karena kita sebagai manusia cenderung
mengikuti apa2 yang ada disekitar kita. Sebagai orang yang berhijrah, maka dia harus berani untuk tidak
mengikuti perbuatan-perbuatan maksiat yang ada di lingkungannya. Inilah tantangan tersulit, apalagi
dibarengi dengan rasa kesepian, pengaruh lingkungan yang buruk juga akan melemahkan semangat orang
yang berhijrah tersebut, dengan alasan “takut ketinggalan tren” yang padahal itu hanyalah tipu daya setan
semata untuk melemahkan semangatnya.
Akan tetapi, tidak perlu takut dengan tantangan-tantangan seperti itu. Karena semakin dekat seorang hamba
kepada Allah maka Allah akan mengujinya terus menerus apakah niatnya benar-benar tulus berhijrah
semata-mata mendekatkan diri kepada Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka dia termasuk orang
yang beruntung.
Sebagaimana di surah
Al-Maidah ayat 35
Allah berfirman:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk
mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung.
Memang sudah sepatutnya kita berhijrah sejak dini. Karena itu memang sudah merupakan perintah Allah
kepada kita semua untuk menghadapi era modern yang penuh godaan ini. Dengan berhijrah, kita akan
semakin dekat dengan Allah dan terjauhi dari perbuatan maksiat yang pastinya banyak sekali di zaman
sekarang ini. Terkhususnya para remaja, yang benar-benar harus dibekali keimanan agar dia tidak tersesat di
dunia yang fana ini. Dan hendaknya kita berhijrah dengan niat karena Allah, untuk mendekatkan diri karena
Allah dan untuk membuat diri sendiri menjadi lebih baik. Jangan sampai niat hijrah kita hanya untuk
duniawi saja. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW. Dari hadits Bukhari dan Muslim:
Perbuatan-perbuatan itu hanyalah dengan niat dan bagi setiap orang hanyalah menurut apa yang diniatkan.
Karena itu, siapa yang hijrahnya itu kepada kerelaan Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya ialah kepada
Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya untuk memperoleh keduniaan atau wanita yang bakal
dikawininya, maka hijrahnya itu ialah kepada apa yang telah dihijrahi. (H.R Bukhari dan Muslim)
Para hadirin yang berbahagia. Jangan sampai diri kita menjadi takut untuk menuju jalan kebenaran. Dan
jangan sampai kita takut untuk menyampaikan kebenaran. Sampaikanlah kebenaran dengan lemah lembut
tanpa kekerasan dan pemaksaan. Apabila seseorang berhijrah di lingkungan yang kurang memadai, maka
janganlah jadikan orang-orang yang belum sadar itu sebagai musuh. Ingatkanlah mereka untuk kembali
kepada jalan yang benar, karena sesungguhnya semua orang beriman itu bersaudara dan hendaknya kita
semua saling mengingatkan secara perlahan. Jangan sampai kita sombong dengan status hijrah kita, karena
pada dasarnya kita juga masih dalam proses menuju kebaikan seperti mereka. Orang yang berhijrah karena
Allah, maka dia tidak akan merasa kesepian. Karena dia yakin bahwa Allah sangat menyayanginya dan
Allah selalu bersamanya sehingga dia tidak akan merasa kesepian. Dan juga, hijrah ini juga mengajarkan diri
kita betapa berharganya nilai seorang teman dunia akhirat. Hendaknya kita berhati-hati dalam bergaul.
Sebagai orang yang berhijrah, bergaullah dengan orang-orang yang sholeh dan sholehah. Karena mereka
dapat memberikan syafaat kepadamu di akhirat nanti. Kita harus menjauhi pergaulan yang buruk, agar tidak
terjerumus ke dalam kemaksiatan lagi.
Nikmatilah proses hijrah tersebut, perlahan kita buat diri kita semakin baik. Rasa kesepian itu hanya
sementara saja. Karena semakin dekat kita dengan Allah maka rasa kesepian itupun insya Allah akan segera
hilang. Dan mudah-mudahan kita semua diberi kemudahan dalam menuju kebaikan, dan semoga Allah
selalu memberikan rasa aman dan menjaga orang-orang yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya.
Demikian kultum singkat yang bisa saya sampaikan pada saat ini. Mudah-mudahan memberi manfaat bagi
kita semua, dan mohon maaf apabila ada salah kata atau kekurangan dari saya. Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.

KULTUM #3: PENTINGNYA IBADAH SHALAT


(Gunakan pembukaan seperti di kultum 1, yang bertulisan merah)
Baiklah teman-teman sekalian, sebelumnya izinkan saya menyampaikan kultum singkat mengenai
pentingnya ibadah shalat.
Para hadirin sekalian, shalat merupakan kewajiban bagi pemeluk agama islam dan merupakan rukun islam
yang kedua setelah syahadat. Rasulullah SAW. Bersabda:
“Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah
mendirikan agama; dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merubuhkan agama” (H.R
Baihaqi)

Ini diibaratkan seperti rumah yang bila tidak ada tiangnya, maka pasti akan roboh. Seperti itulah pentingnya
shalat. Shalat juga menjadi pembeda antara orang muslim dan orang kafir. Mengingat pentingnya ibadah
shalat, maka orang sakit pun diwajibkan untuk melaksanakan shalat. Apabila tidak bisa berdiri, maka bisa
dengan duduk, kalau tidak bisa juga maka berbaring, kalau tidak mampu maka bisa dengan isyarat sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Apabila seseorang tidak bisa berwudhu untuk shalat,
maka masih bisa tayamum. Begitu pentingnya ibadah shalat, bahkan orang sakitpun masih diwajibkan untuk
shalat. Sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan shalat.
Tentu saja, karena shalat ini merupakan kewajiban yang sangat ditegaskan dalam islam, maka pahala ketika
mengerjakannya pun sudah pasti sangat besar. Rasulullah SAW. Pernah bersabda:
“Sesungguhnya shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah shalat Isya dan
shalat shubuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan keduanya. Niscaya mereka akan mendatanginya
sekalipun dengan merangkak” (H.R Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadits tersebut sudah jelas sekali bahwa banyak sekali keutamaan-keutamaan yang ada pada
sholat. Apabila kita mengerjakannya dengan penuh khusyuk dan karena Allah, insya Allah kita akan
mendapatkan pahala yang besar beserta keutamaan-keutamaan lain yang ada pada dalamnya. Mengingat
pentingnya ibadah shalat, maka orang yang meninggalkannya tanpa udzur/alasan yang syar’I akan
mendapatkan dosa yang besar pula. Dan mereka akan dimasukkan ke dalam neraka saqar, sebagaimana
firman Allah di surah Al-Muddastsir ayat 42-43:
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam saqar (neraka)?” Mereka menjawab “Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat”
Perlu diperhatikan juga para hadirin, bukan hanya orang yang meninggalkan shalat saja yang mendapatkan
adzan. Tetapi, orang-orang yang lalai terhadap shalatnya pun juga akan celaka. Allah berfirman di surah al-
Ma’un ayat 4-5:
“Maka celakalah orang-orang yang shalat. Yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya”
Adapun yang dimaksud orang-orang yang lalai terhadap shalatnya adalah orang-orang yang menyia-nyiakan
shalatnya, apabila adzan telah berkumandang dia masih menunda-nunda untuk shalat sampai akhir waktu.
Dan apabila dia shalat dia tidak niat karena Allah, melainkan hanya untuk pamer agar dipandang sholeh oleh
orang lain. Naudzubillah, semoga kita semua dijauhi dari golongan-golongan tersebut.
Para hadirin yang dirahmati Allah. Mengerjakan shalat ini bukan hanya akan memberikan kita pahala yang
besar. Tetapi, juga mencegah diri kita dari perbuatan keji dan mungkar. Karena sederhananya shalat itu
sebagai bentuk taubat kita kepada Allah. Bila kita perhatikan bacaan shalat, maka banyak sekali kata-kata
yang memuji Allah dan banyak juga bentuk-bentuk permohonan kita yang kita sampaikan kepada Allah.
Oleh karena itu, shalat juga dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar. Sebagaiman firman Allah
di surah Al-Ankabut ayat 45
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar…”
Namun apabila seseorang sudah konsisten melaksanakan shalat tetapi tidak mencegahnya melakukan
perbuatan keji dan mungkar. Maka ada yang salah dengan shalatnya. Barangkali, dia shalat dengan tergesa-
gesa tanpa mentadabburi (memahami) bacaannya. Atau masih lalai dan terdapat banyak kekurangan dalam
shalatnya. Oleh karena itu, hendaknya kita menyempurnakan shalat kita. Dengan niat hanya karena Allah,
tumakninah, serta dengan khusyuk. Agar shalat kita dapat mencegah diri kita dari perbuatan keji dan
mungkar.
Demikian kultum singkat yang dapat saya sampaikan pada hari ini. Semoga dapat memberikan manfaat bagi
kita semua. Dan mohon maaf apabila ada salah kata dan kekurangan dari saya. Saya akhiri,
wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KULTUM #4: ?

Anda mungkin juga menyukai