Anda di halaman 1dari 8

Nama : M.

Yogi Kafrawi
Kelas : 1 RPL
Jurusan : Rekayasa Perangkat Lunak
Pelajaran : Mulok

A. Indahnya Hidup Bersyukur

Bersyukur adalah mensykuri nikmat Allah, keadaan setiap orang pasti berbeda, kondisi
setiap orang juga pasti berbeda begitupun dengan sifat dan sikap setiap orang pasti berbeda-beda,
mulai dari yang mudah marah, mudah sedih atau selalu terbawa perasaan, mudah emosi dan
kadang tidak memikirkan perasaan orang lain jika berbicara, ada juga yang bawaannya kalem
dan lemah lembut hingga tipe seperti ini gampang bersyukur dalam keadaan apapun. Namun
kadang juga ada orang yang lihat dari tampangnya yang sangar dan kelihatannya jahat atau
malah nyeremin tapi hatinya dia justru baik pada orang lain dan lemah lembut jika dihadapkan
dengan segala kondisi, hingga bisa dikatakan orang seperti ini juga mudah bersyukur atas apa
yang sedang dialami dan  yang akan dihadapi dan tidak mudah menyerah pada keadaan, dan
kadang malah sering menyemangati orang lain yang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Hidup kita itu akan lebih indah dan bermakna jika kita selalu bersyukur dalam keadaan
dan kondisi apapun, jadi maksudnya disini jika misalnya kita hanya bisa dengan berjalan kaki ke
sekolah, kampus, atau kantor disini kita harus bersyukur dan menerima keadaan kita karena kita
masi diberikan kesehatan baik jasmani dan rohani, ataupun yang paling penting masih dapat
menjaga kesehatan mental, karena seperti yang kita tau di luar sana ada banyak orang yang
kesehatan mentalnya ataupun kesehatan fisiknya terganggu hingga buat apa kita yang masi diberi
bekal sehat oleh yang Maha Kuasa malah gampang sekali untuk tidak bersyukur dan malah
bilang insecure dengan kehidupan orang lain yang serba ada, mewah dan semuanya terlihat
sempurna di mata kita, tapi kita hanya tidak tau kebenarannya seperti apa karena bisa jadi di
balik kemewahan mereka ada cicilan dan hutang yang harus di bayar setiap bulannya, dan bisa
jadi juga keadaan latarbelakang keluarganya tidak sedang baik-baik saja hingga dia rela terlihat
baik-baik saja di depan orang lain agar yang kita lihat kemewahan dengan kehidupan yang serba
ada hingga kita bisa melihat dia selalu bahagia.

1
Bagaimanapun kondisi dan keadaan kita saat ini tetaplah bersyukur sebelum akhirnya
menyesal dikemudian hari, terkait dengan penyesalan dan rasa syukur juga ada koneksi tersendiri
seperti halnya di waktu kedua orang tua kita masi ada dan sehat tapi sering tidak kita pedulikan
dan kadang jarang di hargai usahanya oleh kita dan kita juga sering memaksa memenuhi
keinginan kita walaupun dengan keadaan apapun dan ini juga termasuk sifat yang kurang
bersyukur atas apa yang dia miliki, namun setelah salahsatunya pergi meninggalkan kita untuk
selamanya atau malah dua-dua nya na'udzubillah..... kita pun menyesali perbuatan kita selama
hidup mereka yang kurang berbakti dan kurang bersyukur, dan justru lebih kasihan lagi jika kita
masih tidak bersyukur bahwa di luar sana malah banyak anak-anak yang di buang dan di
telantarkan oleh orangtuanya dan kadang ada juga yang dari kecil orangtuanya sudah tiada
hingga dia harus di besarkan oleh orang lain. Masih kah tidak bersyukur.

Indahnya bersyukur itu disaat kita bisa menerima segala keadaan dan kondisi yang
sedang kita alami dengan selalu rendah hati dan hidup dengan apaadanya atau cukup, dan jangan
selalu memandang kehidupan orang lain yang kehidupannya justru jauh di atas kita dan kita
enggan memandang ke bawah dan bersyukur dengan apa yang kita miliki. Percayalah dengan
bersyukur hidup kita akan tenang dan damai dan jangan lupa untuk saling membantu antar
sesama manusia yang masih lebih membutuhkan dari pada kita, dan dari sini kita juga perlu
membuka mata lebar dan berdamai dengan keadaan hingga hidup kita manfaat bagi orang lain,
karena jika kita tidak dilandasi dengan bersyukur maka semua akan terasa rumit dan berantakan
hingga hanya pikiran-pikiran negatif yang akan menguasai kita. Tetaplah bersyukur-bersyukur
dan bersyukur karena dengan bersyukur rejeki kita juga akan semakin di permudah dan hidup
kita akan tenang dan damai.

B. Indahnya Hidup Qanaah

Islam mengajarkan sikap hidup qanaah. Yaitu merasa cukup, rida atas segala karunia dan
rezeki dari Allah. Menurut Buya Hamka, qanaah mengandung lima perkara. Pertama, menerima
dengan rela segala rezeki yang ada. Kedua, berusaha dan memohon tambahan yang pantas
kepada Allah. Ketiga, menerima dengan sabar semua ketentuan Allah. Keempat, bertawakal
kepada Allah. Kelima, tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

2
Qanaah melahirkan ketenangan dan kedamaian, karena merupakan harta yang tidak akan
hilang dan pura yang tiada pernah musnah. Pelaku qanaah tidak mungkin berpacu dengan
keinginan. Ketidakmampuan mengendalikan keinginan jelas menjadi muasal dari segala
kebuasan manusia. Benarlah ketika Rasulullah bersabda, “Tidaklah dua ekor serigala lapar yang
dikirimkan ke tempat kambing lebih berbahaya daripada kelobaan manusia pada harta dan
kemegahan dalam membahayakan agamanya.” [HR Tirmidzi]. Analoginya sederhana. Serigala
yang lapar akan berhenti makan ketika perutnya terasa kenyang. Tetapi, manusia tidak akan
pernah merasa kenyang oleh dunia. Dunia diandaikan Rasulullah sebagai sesuatu yang manis dan
hijau. Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan, manis merupakan sesuatu yang terasa
nikmat di lidah, sementara hijau merupakan sesuatu yang tampak indah di mata. Hanya qanaah
yang menolong kita dari tipuan lidah dan mata. Pesan Rasulullah, “Jadilah kamu seorang wara,
niscaya kamu akan menjadi sebaik-baik hamba Allah. Jadilah kamu seorang qanaah, niscaya
kamu akan menjadi orang yang paling bersyukur kepada Allah.” [HR Baihaqi].

Kendati demikian, tidaklah benar memaknai qanaah sebagai sikap anti-harta. Qanaah
juga bukan kemalasan dalam bekerja. Ditegaskan Buya Hamka, qanaah yang benar itu qanaah
hati, bukan qanaah ikhtiar. Dengan demikian, orang yang bersikap qanaah tidak dilarang
memiliki profesi mapan, rumah megah, kendaraan banyak, barang mewah, tabungan jutaan atau
miliaran di bank. Semua itu absah sebagai modal hidup di dunia.

Harta harus dimaknai sebagai sarana untuk menggairahkan ibadah dan kebaikan. Jika
tidak, kita akan mendapati kenyataan sebagaimana dituturkan Rasulullah. “Saya berdiri di pintu
surga, maka sebagian besar yang memasukinya adalah orang-orang miskin, sedangkan orang-
orang kaya ditahan dulu, hanya saja para ahli neraka telah diperintahkan untuk dimasukkan ke
dalam neraka seluruhnya.” [HR Bukhari dan Muslim].

Ada dua tipologi orang kaya di dunia ini :

1. orang-orang kaya yang memang menjadikan harta sebagai visi dan misi hidup
mereka. Model orang-orang kaya demikian tidak kenal haram dan halal.
2. orang-orang kaya karena akibat dari kesungguhan, perjuangan, pengabdian, dan
kesyukuran mereka kepada Tuhan. Mereka itulah tipologi orang-orang kaya tanpa
disengaja. Mereka tegas memilah antara halal, haram, dan syubhat. Akal mereka
cerdas, hati mereka suci, dan jiwa mereka mulia selama mengikuti irama dunia.

3
C. Indahnya Hidup Sabar

Sabar adalah menahan diri untuk tetap mengerjakan sesuatu yang disukai oleh Allah atau
menghindarkan diri dari melakukan sesuatu yang dibenci oleh-Nya. Apabila ditimpa ujian,
manusia harus bersabar, bertahan, dan tidak menjadi lemah semangat sehingga keyakinannya
kepada Allah Swt bertambah mantap dan tetap dapat melaksanakan segala kewajiban. Kesabaran
ini harus dipertahankan dalam segala hal.

Indahnya bersabar seperti dengan bersabar kita dapat berfikir positif atas sebuah hal yang
terjadi dalam kehidupan kita. Orang yang mempunyai sifat sabar akan selalu mengingatkan
dirinya untuk bersyukur dikarenakan dirinya yang sabar mendapatkan hasil sekecil apapun itu. Ia
akan banyak bersyukur.

Sabar merupakan akhlak para rasul

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah didustakan rasul-rasul sebelummu


maka mereka pun bersabar menghadapi tindakan pendustaan tersebut, dan mereka pun disakiti
sampai datanglah kepada mereka pertolongan Kami.” (QS. al-An’am: 34)

Sabar membuahkan kebahagiaan hidup

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya seluruh manusia


benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling
menasehati dalam kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr:
1-3)

Umar bin Khatthab radhiyallahu’anhu mengatakan, “Kami berhasil memperoleh


penghidupan terbaik kami dengan jalan kesabaran.” (HR. Bukhari secara mu’allaq dengan nada
tegas, dimaushulkan oleh Ahmad dalam az-Zuhd dengan sanad sahih, lihat Fath al-Bari [11/342]
cet. Dar al-Hadits tahun 1424 H)

Sabar penopang keimanan

Dari Shuhaib radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua
urusannya adalah baik untuknya. Dan hal itu tidak ada kecuali pada diri seorang mukmin.

4
Apabila dia mendapatkan kesenangan maka dia pun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan
untuknya. Apabila dia tertimpa kesulitan maka dia pun bersabar, maka hal itu juga sebuah
kebaikan untuknya.” (HR. Muslim [2999] lihat al-Minhaj Syarh Shahih Muslim[9/241])

Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan, “Sabar adalah separuh keimanan.” (HR.


Abu Nu’aim dalamal-Hilyah dan al-Baihaqi dalam az-Zuhd, lihat Fath al-Bari [1/62] dan
[11/342]). Diriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu mengatakan, “Sabar bagi
keimanan laksana kepala dalam tubuh. Apabila kesabaran telah lenyap maka lenyap pulalah
keimanan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya [31079] dan al-Baihaqi dalam Syu’ab
al-Iman [40], bagian awal atsar ini dilemahkan oleh al-Albani dalam Dha’if al-Jami’ [3535],
lihat Shahih wa Dha’if al-Jami’ as-Shaghir [17/121] software Maktabah asy-Syamilah).

Sabar penepis fitnah

Dari Abu Malik al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “…Dan sabar itu adalah cahaya -yang panas-…” (HR. Muslim [223], lihat al-
Minhaj Syarh Shahih Muslim [3/6] cet. Dar Ibn al-Haitsam tahun 2003). Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan, “… Fitnah syubhat bisa ditepis dengan keyakinan,
sedangkan fitnah syahwat dapat ditepis dengan bersabar. Oleh karena itulah Allah Yang Maha
Suci menjadikan kepemimpinan dalam agama tergantung pada kedua perkara ini. Allah
berfirman (yang artinya), “Dan Kami menjadikan di antara mereka para pemimpin yang
memberikan petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bisa bersabar dan senantiasa
meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. as-Sajdah: 24). Hal ini menunjukkan bahwasanya dengan bekal
sabar dan keyakinan itulah akan bisa dicapai kepemimpinan dalam hal agama. Allah juga
memadukan keduanya di dalam firman-Nya (yang artinya), “Mereka saling menasehati dalam
kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 3). Saling
menasehati dalam kebenaran merupakan sebab untuk mengatasi fitnah syubhat, sedangkan
saling menasehati untuk menetapi kesabaran adalah sebab untuk mengekang fitnah
syahwat…” (dikutip dariadh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir yang disusun oleh Syaikh Ali ash-
Shalihi [5/134], lihat juga Ighatsat al-Lahfan hal. 669)

5
Sabar membuahkan hidayah bagi hati

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan


izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke
dalam hatinya.” (QS. at-Taghabun: 11)

Ibnu Katsir menukil keterangan al-A’masy dari Abu Dhabyan. Abu Dhabyan
berkata, “Dahulu kami duduk-duduk bersama Alqomah, ketika dia membaca ayat ini ‘barang
siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan menunjuki hatinya’ dan beliau ditanya
tentang maknanya. Maka beliau menjawab, ‘Orang -yang dimaksud dalam ayat ini- adalah
seseorang yang tertimpa musibah dan mengetahui bahwasanya musibah itu berasal dari sisi
Allah maka dia pun merasa ridha dan pasrah kepada-Nya.” Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dan Ibnu Abi Hatim di dalam tafsir mereka. Sa’id bin Jubair dan Muqatil bin Hayyan ketika
menafsirkan ayat itu, “Yaitu -Allah akan menunjuki hatinya- sehingga mampu mengucapkan
istirja’ yaitu Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [4/391] cet. Dar al-
Fikr)

Hikmah dibalik musibah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menghendaki hamba-


Nya mendapatkan kebaikan maka Allah segerakan baginya hukuman di dunia. Dan apabila
Allah menghendaki keburukan untuknya maka Allah akan menahan hukumannya sampai akan
disempurnakan balasannya kelak di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan gharib, lihat as-
Shahihah [1220])

Di dalam hadits yang agung ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan


bahwa ada kalanya Allah ta’ala memberikan musibah kepada hamba-Nya yang beriman dalam
rangka membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran dosa yang pernah dilakukannya selama
hidup. Hal itu supaya nantinya ketika dia berjumpa dengan Allah di akherat maka beban yang
dibawanya semakin bertambah ringan. Demikian pula terkadang Allah memberikan musibah
kepada sebagian orang akan tetapi bukan karena rasa cinta dan pemuliaan dari-Nya kepada
mereka namun dalam rangka menunda hukuman mereka di alam dunia sehingga nanti pada
akhirnya di akherat mereka akan menyesal dengan tumpukan dosa yang sedemikian besar dan
begitu berat beban yang harus dipikulnya ketika menghadap-Nya. Di saat itulah dia akan

6
merasakan bahwa dirinya memang benar-benar layak menerima siksaan Allah. Allah
memberikan karunia kepada siapa saja dengan keutamaan-Nya dan Allah juga memberikan
hukuman kepada siapa saja dengan penuh keadilan. Allah tidak perlu ditanya tentang apa yang
dilakukan-Nya, namun mereka -para hamba- itulah yang harus dipertanyakan tentang perbuatan
dan tingkah polah mereka (diolah dari keterangan Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz al-
Qor’awi dalam al-Jadid fi Syarhi Kitab at-Tauhid, hal. 275)

7
PERTANYAAN

1. Bagaimana kita menerapkan perbuatan Qanaah di sekolah ?

Jawaban : Qanaah adalah sikap menerima atas sesuatu yang terjadi pada diri seseorang. Sikap
qanaah merupakan sikap terpuji, contoh sikap qanaah di lingkungan sekolah adalah sebagai
berikut:

- Berusaha belajar yang rajin.


- Menerima hasil ulangan atau ujian dengan lapang dada dan ikhlas.
- Tetap semangat dan tetap berusaha bangkit ketika menemui kegagalan dalam belajar.

Jadi untuk menerapkan perpuatan qanaah di sekolah adalah Berusaha belajar yang rajin,
menerima hasil ulangan atau ujian dengan lapang dada dan ikhlas, tetap semangat dan tetap
berusaha bangkit ketika menemui kegagalan dalam belajar.

2. Bagaimana sebaiknya kita bereaksi ketika merasa marah kepada seseorang?

Jawaban : Menahan amarah dan bersabar adalah suatu hal yang harus dilakukan seseorang
ketika emosinya sedang bergejolak. Sebab jika ia melampiaskan atau tidak mampu menahan
amarahnya, maka itu dapat berakibat fatal bagi dirinya ataupun orang di sekitarnya. Amarah
yang dilampiaskan atau yang tidak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal
terhadap kesehatan mental dan juga kesehatan fisik seperti darah tinggi dan gangguan jantung.

Dalam surat Ali ‘Imran [3] ayat 134 secara eksplisit menjelaskan tentang tiga kelas manusia
atau jenjang sikapnya ketika menghadapi kesalahan orang lain.

1) yang mampu menahan amarah


2) orang yang memaafkan
3) orang yang berbuat kebajikan kepada orang yang menyakitinya.

Anda mungkin juga menyukai