Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh

ANTARA TAKWA DAN KESOMBONGAN

Ketakwaan terletak di dalam hati, namun bisa dikenali dr ciri-ciri tertentu. Salah
satu ciri dr orang bertakwa adalah bagaimana ia memiliki & menunjukkan sifat
rendah hati kepada orang lain.
Semakin bertakwa seseorang, maka ia akan menjadi semakin rendah hati.
Sebaliknya, jika seseorang semakin sombong, itu menunjukkan bahwa ketakwaan
dirinya masih kurang.
Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata :
"Seseorang yg bertakwa secara hakiki adalah seseorang yg setiap kali bertambah
nikmat Allah kepadanya, maka dia akan semakin tawadhu' (rendah hati) kepada
kebenaran & sesama manusia." (Al-Qoul Al-Mufid 2/24)

Rasulullah ‫ ﷺ‬menganjurkan kepada umat Islam untuk bersikap rendah hati


“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’ (rendah
hati) sehingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap orang lain & tidak
berlaku zhalim terhadap orang lain.” [HR Muslim]
Ibnu Umar radhiyallahu’anhu berkata: “Taqwa itu hendaknya kamu jangan
memandang diri kamu lebih baik dibanding orang lain”.
Berhati-hatilah terjebak perasaan lebih baik, lebih shalih, lebih taqwa, lebih
dermawan, karena kita tidak tahu derajat kemuliaan kita di hadapan Allah.
Perasaan bahwa diri kita lebih baik dibandingkan yg lain merupakan benih sifat
ujub (bangga diri) yg merupakan akar dr kesombongan.
Allah telah menegur hambaNya yg menyatakan diri suci diakibatkan amal ibadah
yg mereka lakukan, bahwa sesungguhnya perasaan tsb tidak diperkenankan.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :
“Janganlah menyatakan diri kalian suci! Sesungguhnya Allah yang lebih tahu
manakah yg baik di antara kalian.” (HR. Muslim no. 2142)

Ketika kita merasa lebih baik, artinya kita membandingkan diri dgn orang lain &
kemudian merasa ‘aman’ karena menganggap amalan kitalah yg lebih banyak atau
dosa kita lebih sedikit.
Sangat mungkin bila Allah lebih mencintai orang yg amalannya tidak banyak
namun ia merasa dirinya hina, dibandingkan seseorang dgn amalan melimpah
namun ia merasa dirinya suci.
Semoga kita tidak menyepelekan perasaan diri sendiri ‘lebih baik’ dr hamba Allah
yg lain, karena begitu banyak keburukan di balik perasaan ini. Wallaahu a’lam…
Wasalamualaikum Wr.Wb
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh

PANTASKAH KITA MENGELUH ?

Sebelum kita mengeluhkan tentang keadaan kita hari ini.


Maka tataplah sejenak ke arah Palestina, barangkali dengannya kita akan sadar dan
lebih banyak bersyukur.
Sebab keadaan mereka dapat menjadi teladan tentang gambaran kesabaran, dimana
mereka dicekam ancaman, kehilangan, sakit, tangis, disuguhi besi dan api, tapi
mereka tetap teguh menjalani hidup.
Mereka yang masjidnya di hancurkan, rumahnya dirobohkan, namun tak jua
menyurutkan imannya untuk tetap berdiri tegak mengerjakan shalat.
Mereka nan darahnya mengalir dengan tulang pecah, tapi tak hendak membatalkan
shaum, sbb ia ingin syahid berjumpa Rabb-Nya dalam keadaan puasa.
Mereka gadis-gadis belia yang menulis nama di tangannya, agar jika syahadah
menjemput dan jasad remuk tiada yang susah bertanya siapa namanya.
Hari ini ketika menu di meja makanmu tak memuaskanmu, maka tataplah sejenak
mereka yang kelaparan dan kesusahan pangan.
Hari ini ketika rumahmu tak membuatmu terasa nyaman, maka tataplah sejenak
rumah² mereka yang hancur lebur akibat rudal.
Hari ini ketika kita putus asa dalam menghadapi suatu permasalahan, maka
tataplah sejenak tentang perjuangan mereka nan lebih suka bertemu Allah dari
pada hidup bersama penjajah.
Hari ini sungguh kita ditampar dengan keadaan saudara² kita di Palestina...
Ketika seorang ayah memeluk anaknya yang telah terluka dan berlumuran darah
namun ia masih tetap sabar dan tersenyum manis.
Ketika seorang istri yang menjadi janda namun tetap ikhlas bahkan bahagia
mengabarkan atas kematian suaminya yang telah syahid.
Ketika seorang anak yang masih balita semesti mendapat kasih sayang namun ia
telah menjadi yatim piatu bahkan di tinggal oleh kakak dan saudara² nya tercinta.
Sungguh hari ini kita benar² ditampar oleh keadaan di Palestina...
Lantas masih pantaskah kita disini mengeluh tentang keadaan dan enggan
bersyukur atas nikmat yang Allah berikan ?
Semoga kita tidak menyepelekan perasaan diri sendiri ‘lebih baik’ dr hamba Allah
yg lain, karena begitu banyak keburukan di balik perasaan ini. Wallaahu a’lam…
Wasalamualaikum Wr.Wb
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh
USIA YANG SEMAKIN BERTAMBAH

Semakin bertambah usia harus semakin taat, bukan justru semakin giat maksiat.
Tidakkah kita merenungi, bahwa setiap bertambahnya usia maka semakin
berkurang pula nikmat² yang kita miliki.
Lihatlah rambut kita yang semula hitam mulai memutih,
Mata yang semula jelas melihat mulai rabun,
Kulit yang semula kencang mulai keriput,
Gigi yang semula tersusun lengkap mulai ada yang copot.
Fisik yang semula kuat mulai lemah.
Lantas masihkah setiap pergantian waktu, hari, bulan dan tahun yang kita lewati
tetap sama saja seperti hari² kemaren tanpa bertambah amal dan ketaqwaan ?
Saudaraku keadaan fisik kita yang mulai banyak perubahan akibat usia itu
merupakan pengingat akan semakin dekatnya kita dengan kematian. Dan ia juga
menandakan masa "berangkat" sudah dekat, serta tidak lama lagi kita pun akan
segera berpindah.
Maka semestinya kita bersegera mempersiapkan bekal amal, karena kita mulai
sadar bahwa keberadaannya di alam dunia ini tidaklah bisa selamanya, namun
hanya sebentar saja.
Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata :
"Wahai orang yang ubannya telah memperingatkannya (dengan dekatnya)
kematian, sementara dia masih terus berkubang dengan dosa-dosa, tidakkah cukup
bagimu (telah datang) penasehat berupa uban"(Lathaa-iful Ma'aarif I/259
Sungguh tak banyak yang dapat kita lakukan di sisa² usia ini, karenanya jangan
sampai kita menjadi manusia yang lalai dan terus berambisi mengejar dunia,
namun hendaknya kita mulai bersegera menyiapkan bekal amal. Sehingga tatkala
ajal kita tiba kita bukan termasuk orang² yang merugi.
Semoga hal ini kita jadikan renungan dan semakin menambah kita bersemangat
untuk memanfaatkan waktu dalam kebaikan. Wallahu waliyyut taufiq.

Anda mungkin juga menyukai