Anda di halaman 1dari 6

Mari Hidup Sederhana dan Ikhlas

Tugas Pendidikan Agama Islam


Kelas V B
SDNU Yogyakarta

Oleh Kelompok II

1. Azka Azkiyai Azzahro


2. Azza Ainussafana
3. Azizah nur Aqila
4. M. Azka Zaidan
5. Muhammad Jibran Al Tamis Yohan
6. Talut M.A
7. Riqza Khiyar Falaqin

Yogyakarta
2019
A.MARI HIDUP SEDERHANA

Ada sebuah rumah yang berada di pinggir pantai. Di sekitar rumahnya terdapat pohon
dan bunga yang tampak begitu indah karena terawat dengan baik. Bahkan setiap sisi rumah
tampak cantik, mulai dari depan, belakang samping kanan bahkan juga samping kiri.

Alloh SWT berfirman, QS. AL-Furqon ayat 67 “ dan apabila orang-orang yang membelanjakan
harta, mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-
tengah antara demikian.

Al-quran, kitab suci umat Islam, menerangkan bahwa ciri-ciri orang sederhana ialah
orang yang mampu untuk tidak berlebihan dalam menghabiskan sesuatu, serta tidak memiliki
sifat kikir. Dalam menggunakan uang belanja diharapkan mampu menggunakan secara optimal
bukan malah belanja seenaknya. Hidup sederhana bukan berarti kita harus miskin, tetapi kita
juga dituntut untuk sukses. Contohnya kita sedang membeli sate, di mana kita membeli sate
hanya satu porsi daja untuk diri kita sendiri, bukan malah kita beli sampe 4 bungkus bahkan
lebih hanya untuk kita sendiri.

Keutungan orang yang hidup secara sederhana antara lain sebagai berikut:

a. orang yang hidup sederhana berarti telah mengamalkan ajaran agama dan orang tersebut
akan mendapat ganjaran berupa pahala.
b. orang yang hidup sederhana berarti telah mampu melawan godaan setan yang mendorong
untuk kita hidup berlebih-lebihan (boros)
c. orang yang hidup sederhana senantiasa bergaul dengan siapa saja tanpa memikirkan
jabatannya (rendah hati) dan juga akan disenangi oleh banyak orang.
d. orang yang hidup sederhana senantiasa dalam hidupnya akan diberi ketenangan batin dan
tidak akan mengalami kegelisahan hidup.
e. orang yang hidup sederhana tidak akan pernah mau mengambil hak orang lain yang itu
bukan hak miliknya sendiri.

Alloh SWT juga menerangkan di dalam QS. AL-isra ayat 27: “ sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.

Menurut ayat di atas, diterangkan bahwa pemboros ialah saudaranya setan. Sedangkan
setan sangat ingkar kepada Tuhannya. Dan ingkar itu berarti tidak patuh terhadap apa-apa yang
Alloh SWT perintahkan.

Tentu semua orang bisa dan sanggup untuk hidup sederhana, tergantung dari kemauannya
dan usahanya. Mulailah dengan niat dan sertakan dalam doa kita untuk menjadi seorang hamba
yang tidak boros, dan awali segala sesuatu perbuatan kita dengan mengucap lafadz basmalah,
karena sejatinya hidup sederhana ialah perintah Alloh SWT. Mulailah dengan makan-makanan
dan minuman dengan tidak berlebihan, menggunakan uang jajan secukupnya dan sisanya kita
tabung untuk bekal masa depan kita kelak, pakaian boleh mengikuti model, tetapi jangan sampai
berlebihan hingga uang jajan kita selau habis.

Jika hidup sederhana yang kita inginkan tidak kita mulai dari sekarang, maka sikap boros
itupun akan belanjut dan akan terus berlanjut hingga kita tua nanti. Bahayanya nanti, ketika
memegang uang berapapun itu kita tidak memiliki tabungan, padahal kita tidak bisa
memprediksi apa yang akan terjadi pada kita kedepannya, sehingga ketika kita boros dan kita
suatu hari nanti sakit dan tidak memiliki tabungan, sudah pasti kita akan sangat merepotkan
orang lain. Untuk itu, hidup sederhana sangat luar biasa manfaatnya. Hal yang sangat penting
ialah ketika kita hidup sederhana berarti kita selalu bersyukur kepada Alloh SWT. Kenapa?
Karena kita tidak pernah menuntut untuk lebih dan lebih dengan apa yang kita miliki saat ini dan
selalu bersyukur terhadap apa yang kita punya.

B. HIDUP IKHLAS

Ikhlas berarti bersih, artinya bersih dari kotoran hati sehingga ketika kita melakukan
sesuatu perbuatan yang baik, kita tidak menginginkan pujian atau bahkan imbalan orang lain.
Jangan sampai ketika kita berbuat baik kita membicarakan perbuatan baik kita kepada orang-
orang dan mengungkapkan bahwa apa yang kita lakukan itu adalah ikhlas, padahal dia berniat
supaya dipuji oleh orang lain.

Secara bahasa (lughah) kata ikhlas berasal dari bahasa Arab: khalasha, yakhlushu,
khulushan, ikhlashan, yang berarti bersih, tiada bercampur, tulus, membersihkan sesuatu hingga
menjadi bersih. Sedangkan secara istilah, ikhlas memiliki bermacam-macam arti:a.Imam al-
Qusyairi dalam kitab Risalatul Qusyairiyah-nya menyebutkan perihal makna ikhlas. Ikhlas
berarti bermaksut menjadikan Allah SWT, sebagai satu-satunya sesembahan (al-Qusyairi,1990:
183).

Ikhlas dan sederhana tentu saling berkaitan, keserdehanaan akan membuat kita senantiasa
cukup dengan apa yang kita miliki, bahkan dari hal tersebut akan timbul rasa peduli terhadap
sesama sehingga ketika tetangga kita atau orang lain yang membutuhkankan bantuan, sudah pasti
kita akan menolongnya tanpa menginginkan pujian atau balas budi. Inilah kebermanfaatan hidup
sederhana.

Tanda-tanda ikhlas

Ikhlas memiliki tanda-tanda yang nampak pada kehidupan dan perilaku orang yang
ikhlas. Hal itu bisa dilihat olehnya dan orang lain sebagaimana yang dijelaskan Faishal bin Ali
Ba‟dani diantaranya yang paling jelas ialah:

1. Mengharapkan wajah Allah


Tanda terbesar orang-orang yang ikhlas ialah amal yang mereka kerjakan semata-mata
mengharap wajah Allah. Mereka tidak bertujuan mencari rampasan perang, kehormatan,
pujian,atau harta duniawi yang segera sirna. Firman Allah dalam surat Al-Kahf ayat 28: 32

“Dan bersabarlah kamu (Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya


pada pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya” (Depag RI 2006: 297).

2. Senang beramal secara sembunyi-sembunyi.

Orang-orang yang ikhlas lebih serius di dalam merahasiakan amal shalih mereka
dibandingkan selain mereka di dalam merahasiakan dosa. Mereka berharap akan memperoleh
kebaikan tersebut di dalam hadist Sa‟ad R.a yang menyebutkan bahwa Allah mencintai
seorang hamba yang bertakwa, kaya dan tersembunyi.

Hal yang seperti itu ialah petunjuk dan teladan nyata dari para salaf. Almaqdisi menulis,
“orang-orang yang banyak berbuat baik tidak mencari popularitas, tidak ingin dikenal, dan
tidak melakukan hal-hal yang membuat mereka terkenal. Jika hal itu terjadi lantaran
dibukakan oleh Allah, sebisa mungkin mereka lari darinya. Mereka lebih memilih tidak
dikenali.

3. Batin lebih baik daripada lahir


Seorang ikhlas bukanlah menampakkan keshalihan dihadapan orang lain, lalu berbuat
buruk saat ia hanya berdua dengan Allah. Seorang ikhlas ialah yang komitmen kepada dirinya
sendiri. Ia selalu menginstropeksi diri seakan-akan selalu melihat Allah. Ia selalu merasa
diawasi Allah saat sendirian maupun di tengah keramaian. Ia tidak pernah menolah-noleh
dalam istiqomahnya. Inilah bentuk ibadah yang paling agung.

4. Khawatir jika amalnya tertolak


Sebanyak apa pun amalan yang yang telah dikerjakan orang yang ikhlas, ia masih saja
diliputi kekhawatiran besar. Ia khawatir kalau amalnya ditolak dan tidak diterima. Sifat ini
diterangkan Allah dalam surat Al-Mukminun ayat 60:

“Dan mereka yang memberikan apa yang telah mereka berikan (sedekah) dengan hati
penuh rasa takut, (karena mereka tahu) bahwa Sesungguhnya mereka akan kembali
kepada Tuhan mereka” (Depag RI 2006: 346).

Yakni karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, Maka
mereka khawatir kalau pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan, dan amal ibadah
yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan.

5. Tidak menunggu-nunggu pujian orang lain


Ketika orang-orang yang ikhlas berbuat baik kepada sesama, ketika mereka berupaya
meringankan beban dan kesedihan orang lain, mereka tidak memandang orang itu telah
berhutang budi kepadanya atau merasa lebih utama dari orang tersebut. Sebab, mereka
mengerjakan hal itu semata-mata karena taat kepada Allah dan ingin mendapat ridha-Nya
(Al-Ba‟dani, 2008: 65).
Referensi:

Faisal, Ghozali. 2017. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/10/17.1.17-Menanamkan-Hidup-
Sederhana-1.pdf (diakses pada tanggal 06 April 2019 Pukul 10.00)

Anda mungkin juga menyukai