Kita cenderung bereaksi spontan (bersikap reaktif), yaitu bertindak dulu baru berpikir.
Kita lebih senang bersikap semaunya, yang dapat menimbulkan kerugian, daripada
bertindak tertib melalui penguasaan diri sehingga kerugian dapat dicegah.
Kita perlu penguasaan diri sebagai suatu latihan iman dan dasar bagi pengembangan
karakter lainnya.
Hampir semua pria dapat dipastikan ingin menjadi suami yang berhasil. Untuk
mencapai harapan itu, kita dapat belajar melalui kegagalan-kegagalan yang pernah
dialami. Mungkin di antara Anda banyak yang pernah mencoba untuk menjadi suami
yang berhasil, tetapi ternyata Anda merasa bahwa hal itu begitu sukar dan penuh
dengan pergumulan. Atau, mungkin Anda merasa ada karakter-karakter tertentu dalam
diri Anda yang belum menunjukkan sebagai seorang suami yang baik. Jangan putus
asa! Teruslah berjuang sampai menjadi seorang suami yang berhasil di dalam Tuhan.
Ada seorang suami yang mempunyai masalah hubungan yang kurang baik dengan sang
istri. Ia selalu ingin agar istrinya tunduk kepadanya, tetapi yang terjadi tidaklah
demikian. Istrinya selalu memberontak dan tidak taat kepadanya. Jika ia berkata
sesuatu kepada istrinya, istrinya dengan sengaja justru melakukan hal yang
bertentangan dengan apa yang ia katakan itu. Sejak ia kecil, ayahnya selalu berkata,
“Jika nanti kamu punya istri, hati-hatilah. Jangan percaya kepada wanita, sebab wanita
itu adalah makhluk yang sangat manipulatif. Wanita itu merepotkan. Kamu harus tegas
dan keras terhadap wanita dan jangan memusingkan reaksinya. Jika kamu tidak
berbuat demikian, tidak mungkin istrimu akan taat. Kamu harus keras. Itulah cara
untuk membuat seorang istri taat kepada suaminya.” Tanpa sadar, ia telah memercayai
ajaran yang salah dari orang tuanya. Orang tuanya tidak mengajar dia bagaimana
menjadi suami yang baik. Namun, orang tuanya mengajarnya untuk menjadi seorang
diktator di dalam keluarga.
Kejadian 3:16 berkata, “Firman-Nya kepada perempuan itu: ‘Susah payahmu waktu
mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan
anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.’”
Sejak manusia jatuh ke dalam dosa, ada satu kecenderungan yang sama dalam diri
suami maupun istri. Karena para suami merasa tidak aman, mereka cenderung ingin
berkuasa atas istri mereka. Untuk membuat istri mereka tunduk dan taat, mereka
memakai cara kekerasan. Menurut asal katanya, kata “berkuasa” di sini maksudnya
adalah “mendominasi”, atau lebih ekstrem lagi, “bersikap sebagai diktator, memaksakan
penundukan diri dari orang lain”. Jadi, kita dapat melihat bahwa semua pria cenderung
melakukan hal ini. Pria tadi berpikir bahwa supaya ia dihormati, ia harus bersikap keras,
lebih cerdik, dan sebagainya. Ini adalah gambaran yang palsu tentang bagaimana
seharusnya seorang pria menjadi seorang suami. Jika Anda menjadi suami yang seperti
itu, Anda tidak akan berhasil. Mengapa? Itu tidak sesuai dengan prinsip kebenaran yang
Alkitab katakan. Alkitab memberikan kita kunci bagaimana kita dapat menjadi seorang
suami yang berhasil.
“Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya.” (Ef. 5:25)
Jadi, bagaimana Anda dapat menjadi suami yang berhasil? Belajarlah dari Kristus.
Mungkin Anda adalah suami yang belum sempurna dan masih mempunyai banyak
kekurangan. Atau, mungkin Anda adalah suami yang tidak memiliki latar belakang
pendidikan yang tinggi. Atau, mungkin juga Anda suami yang secara ekonomi bukanlah
orang kaya. Atau, latar belakang Anda bukanlah orang yang terkenal dan bukan dari
keluarga yang hebat. Meski demikian, Anda bisa menjadi suami yang berhasil jika Anda
mengasihi istri Anda. Mengasihi adalah kuncinya.
Tahukah Anda bahwa ini adalah prinsip yang bukan hanya diajarkan tetapi juga
dilakukan oleh Kristus sendiri? Kristus telah lebih dulu mengasihi gereja-Nya dengan
menyerahkan nyawa-Nya, maka gereja tunduk dan taat kepada Kristus. Berdasarkan
kebenaran ini, istri yang sulit taat kepada suaminya memang bersalah, tetapi Anda
sebagai suami adalah yang pertama-tama dituntut untuk bertanggung jawab mengasihi
istri. Jika Anda tidak lebih dulu mengasihi istri Anda, jangan heran bahwa istri Anda sulit
tunduk kepada Anda. Wanita secara alamiah adalah makhluk yang lebih lemah dan
halus, ia tidak bisa Anda perlakukan dengan kasar. Otoritas Anda hanya akan muncul,
bertumbuh menjadi semakin kuat dan menjadi otoritas yang ilahi, jika Anda
mempraktikkan kebenaran ini. Kebenaran inilah yang akan memunculkan otoritas
suami, sehingga para istri akan mudah sekali menghormati dan mengagumi suami
mereka. Yang dunia butuhkan bukanlah sekadar kekayaan, kepandaian, atau status
baik. Yang dunia butuhkan adalah kasih. Yang istri butuhkan adalah kasih. Itu nomor
satu. Ketaatan dan penundukan diri istri akan timbul dengan sendirinya setelah Anda
sebagai suami benar-benar mengasihinya. Jadi, mulailah belajar mengasihi istri Anda.
Bagaimana cara mengasihi istri?
“Demikian juga suami harus mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa
yang mengasihi istrinya mengasihi dirinya sendiri. Sebab tidak pernah orang membenci
tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap
jemaat.” (Ef. 5:28-29)
Untuk belajar mengasihi istri Anda, gunakan kebenaran ini sebagai patokan. Kasihilah
istri Anda seperti Anda mengasihi diri Anda sendiri, yaitu misalnya tubuh Anda. Hanya
orang gila yang memukul-mukul badannya sendiri dan menyakiti tubuhnya sendiri.
Pernahkah gigi Anda “membuat kesalahan”? Misalnya menggigit lidah Anda? Ketika gigi
Anda sudah 50 kali mengigit lidah Anda, apakah Anda memutuskan tidak akan
mengampuni gigi Anda lalu memanggil dokter gigi dan mencabut gigi Anda satu per
satu? Tentu tidak! Tidak seorang pun yang waras akan berbuat seperti itu. Walaupun
gigi itu “bersalah”, Anda tetap mengasihinya karena ia tetaplah gigi Anda. Gigi itu
adalah anggota tubuh Anda. Demikianlah suami dan istri menurut Alkitab.
Jika Anda sebagai suami suka memukul, Anda adalah orang gila. Seorang suami Kristen
yang benar tidak akan memukul istrinya. Bahkan, ia tidak akan menyakiti istrinya
kecuali tanpa sengaja. Jika ia melakukannya, itu berarti ia tidak mengasihi tubuhnya
sendiri. Ia belum menghayati bahwa istrinya adalah tubuhnya sendiri. Demikian juga,
jika istri Anda memiliki kekurangan atau kesalahan, janganlah pernah Anda
menceraikannya. Anda bahkan seharusnya merawatnya dan menuntunnya untuk
menjadi lebih baik. Istri Anda memang belum sempurna dan mungkin masih melakukan
banyak kesalahan, tetapi Anda harus mengampuninya. Istri Anda adalah bagian hidup
Anda yang tidak pernah boleh dipisahkan. Inilah kasih. Jika seorang suami mengasihi
istrinya, akan mudah bagi sang istri untuk tunduk kepadanya.
Apakah Anda mau berkomitmen untuk menjadi suami yang baik dan berhasil dengan
belajar mengasihi istri Anda? Mulailah dari hati Anda hari ini. Tuhan tidak mencari orang
yang sempurna, tetapi Tuhan mencari orang yang hatinya rela dibentuk. Mari kita
merendahkan hati dan berkata, “Tuhan, aku mau menjadi suami yang berhasil.”
Persepuluhan sebagai ucapan syukur dan pengakuan akan Tuhan
Hampir semua orang yang bergabung dalam kegerakan ibadah sejati ini mengalami
jamahan Tuhan yang sangat kuat dan merasakan lawatan Roh Kudus, sehingga mereka
kembali ke kasih yang mula-mula lalu kembali terbeban untuk menjadi penjala manusia.
Ratusan orang yang mengikuti mezbah pagi mengalami langsung pemulihan hati,
pelepasan, kesembuhan batin, kesembuhan fisik, mukjizat, dan tanda-tanda heran.
Setiap harinya, makin banyak anggota Tubuh Kristus yang lain, termasuk dari luar
negeri, bergabung dalam mezbah pagi dan mereka yang baru bergabung pun
mengalami lawatan Tuhan yang luar biasa.
Kami percaya bahwa setiap kesaksian yang terjadi ini meneguhkan kita semua sebagai
Tubuh Kristus bahwa inilah waktu kebangunan rohani yang dahsyat dan penuaian besar
yang telah dijanjikan Tuhan untuk kita alami pada akhir zaman.
Lima Cara Tuhan Bekerja dalam Profesi Anda
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)
Pernahkah Anda mengalami tiba di tempat kerja/usaha pada suatu pagi tetapi merasa
Tuhan jauh dari Anda, seolah-olah ia tidak mendengar pergumulan Anda dalam
pekerjaan/usaha itu? Mungkin bahkan terpikir di benak Anda, “Apakah Tuhan ada?”
Mungkin Anda merasa putus harapan dan frustrasi mengapa karir Anda tidak
berkembang, mengapa tidak ada yang peduli, mengapa doa-doa Anda tidak dijawab
Tuhan, dan banyak lagi. Mungkin juga Anda menjadi ragu-ragu tentang diri Anda
sendiri dan bertanya-tanya seperti apa rasanya menjadi pekerja profesional atau
pebisnis yang memiliki iman yang kuat terhadap Tuhan; sementara Anda sendiri merasa
tawar hati, tidak punya iman lagi, dan kehilangan harapan pada Tuhan.
Sebetulnya, apakah Tuhan juga ada di tempat kerja/usaha kita? Apa yang sedang
Tuhan kerjakan dalam hidup saya melalui dunia kerja/usaha saya?
Pada masa pergantian tahun ini, ketika biasanya orang mengambil kesempatan khusus
untuk merenungkan perjalanan hidup dan mempertajam tujuan-tujuan, artikel ini akan
mengajak kita semua untuk berfokus pada pekerjaan dan karier Anda, dengan secara
khusus menyadari sebenarnya Tuhan sedang giat bekerja di dalam hidup kita melalui
profesi yang Ia percayakan.
1. Tuhan menggunakan profesi Anda sebagai tempat Anda memuliakan Tuhan.
Tiada hal yang kebetulan dengan Tuhan menempatkan Anda pada profesi, bidang
usaha, atau komunitas bisnis tertentu. Di manapun Anda ditempatkan, Tuhan
menciptakan kita untuk hidup bagi dia dan kemuliaan-Nya. Itulah panggilan utama kita
dalam hidup ini. Apa pun yang kita lakukan, kita harus melakukannya untuk kemuliaan
Tuhan (1 Kor. 10:31). Apa pun profesi kita, kita tidak bekerja untuk kesenangan,
hiburan, kepuasan, kebanggaan, atau keuntungan kita sendiri saja. Kita berprofesi
untuk Tuhan dan untuk kemuliaan-Nya, dan kita harus memuliakan Dia dalam segala
hal yang kita lakukan di profesi itu.
2. Tuhan menggunakan profesi Anda sebagai sarana untuk melatih hati Anda.
Tuhan mampu mengubah Paulus yang dulu bernama Saulus menjadi alat-Nya dalam
menjangkau jiwa-jiwa. Tuhan mampu mengubah hati Saulus yang kasar menjadi
lembut dan memiliki isi hati Tuhan, sehingga mampu melakukan pekerjaan besar dari
Tuhan. Demikian pula, Tuhan sedang melatih dan mengubah hati kita semakin
mengasihi Dia lewat berbagai orang di profesi kita, berbagai tekanan, berbagai kejadian
yang tidak adil, dan berbagai perlakuan yang baik maupun yang tidak enak. Semua itu
Ia izinkan sebagai sarana-Nya melatih hati kita.
Ketika kita lesu dan tidak bersemangat dalam pekerjaan/usaha, ketika kita gagal dan
tidak terinspirasi, saat kita tergoda untuk menyerah, itulah momen yang tepat untuk
kita mengingat, “Apa pun yang kamu lakukan, bekerjalah sepenuh hati, seperti untuk
Tuhan dan bukan untuk manusia,” (Kol. 3:23). Pekerjaan dan usaha kita pada akhirnya
tidak dilakukan untuk orang-orang di sekitar kita, tetapi untuk kemuliaan Bapa Surgawi
kita. Jika Anda tidak bersemangat karena kesulitan, pikirkan Dia “yang karena sukacita
yang telah ditetapkan sebelum dia menanggung salib” (Ibr. 12: 2).
3. Tuhan menggunakan profesi Anda sebagai sarana untuk melayani orang lain.
Salah satu ladang misi yang paling potensial berbuah dan yang paling terjangkau ialah
orang-orang di sekeliling kita dalam lingkungan profesi kita. Coba pikirkan, seberapa
besar Anda telah memberikan perhatian dan doa kepada para tenaga kebersihan,
tenaga keamanan, staf, pengawas lapangan, pemimpin divisi, bahkan manajer dan
direksi? Seberapa besar usaha kita selama ini untuk menjangkau mereka, menanyakan
apa yang bisa kita doakan, dan bahkan menginjili mereka?
Tuhan punya misi besar untuk kita lakukan, di manapun kita ditempatkan di lingkungan
profesi kita. Pekerjaan dan usaha kita sesungguhnya ialah suatu persembahan kepada
Allah (Roma 12:1). Jika pekerjaan/usaha dilakukan hanya untuk mengejar promosi,
pengakuan, atau kemajuan, kita akan selalu berkecil hati dan kecewa dengan apa yang
kita dapatkan. Upah terbesar kita sesungguhnya ialah saat orang-orang di dalam
profesi kita berjumpa dengan Tuhan dengan mengalami transformasi kehidupan,
melalui kehidupan kita.
4. Tuhan menggunakan profesi Anda untuk menghasilkan buah roh di dalam diri Anda.
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri,” (Gal. 5:22-23). Namun,
bagaimana caranya kita bisa menghasilkan berbagai buah roh tersebut? Tak salah lagi,
melalui berbagai tekanan dan perlakuan yang tidak enak. Seperti biji gandum yang
kalau tidak ditanam ke dalam tanah dan mati tidak bisa menghasilkan buah,
demikianlah Tuhan akan melakukan proses-Nya kepada diri kita melalui berbagai situasi
yang sering kali tidak enak. Beberapa contohnya ialah dikhianati rekan kerja, difitnah
oleh orang yang kita pimpin, diabaikan oleh pemimpin, ditipu oleh pelanggan, dibohongi
oleh karyawan, dsb. Semua ini bertujuan untuk menguji iman dan hati kita, dan
menumbuhkan serta mematangkan buah roh di dalam diri kita.
5. Tuhan menggunakan profesi Anda untuk melatih kualitas diri Anda.
Tuhan ingin kita maksimal di setiap “wilayah” yang Ia percayakan, termausk di dalam
profesi kita. Tidak ada orang yang bisa maksimal dan berhasil tanpa belajar dan
berubah terus menerus. Bahkan, Tuhan Yesus selama hidup-Nya di bumi pun terus-
menerus belajar, berlatih, dan beradaptasi dengan lingkungan. Tuhan sedang melatih
mentalitas kita supaya memiliki spirit of excellence dalam bekerja dan berusaha. Tuhan
ingin kita setiap tahun meningkatkan kualitas diri, meningkatkan kapasitas, dan
memperbaiki area-area pada diri kita yang masih lemah. Saat Anda memiliki kualitas
yang unggul, Anda akan dilihat orang dan akan menjadi teladan. Pada titik in lah, Anda
memiliki situasi yang sangat strategis menebarkan pengaruh Kerajaan Allah kepada
banyak orang dan memperkenalkan Yesus dalam hidup Anda kepada mereka.
(Bayangkan orang yang kualitasnya rendah, malas belajar, sulit berubah, sombong
dengan apa yang sudah ia kuasai, dan keahliannya rata-rata saja; apakah orang yang
demikian akan didengar oleh banyak orang dan akan menjadi teladan?)
Tuhan ingin kita maksimal, ahli dan dan mahir di bidang kita masing-masing, dengan
tujuan untuk kita bisa menjadi teladan dan menebar pengaruh Kerajaan-Nya kepada
banyak orang. Anda akan didengar saat Anda punya kualitas yang unggul, dan melalui
profesi Anda, Tuhan akan melatih kualitas itu.
Dengan lima cara inilah, Tuhan bekerja di dalam profesi kita masing-masing.
Pertanyannya, apakah Anda bersedia dilatih dan dipersiapkan oleh Tuhan melalui
profesi Anda?
Bagaimana respons Anda? Mari kita bersaat teduh sejenak, berdoa, berdialog dengan
Tuhan, dan menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
Dalam hal apa Tuhan menegur atau mengingatkan saya melalui artikel ini?
Dosa atau kebiasaan buruk apa yang Tuhan ingin saya bertobat dan berubah dalam hal
profesi?
Apa komitmen saya di awal tahun 2020 ini dalam kaitannya dengan profesi saya?
Selamat merenungkan dan selamat bekerja bersama Tuhan di tahun yang baru ini.