Anda di halaman 1dari 1

Cobaan Datang Bukan Penghalang, Makna Saling Menjadi Penopang

Manusia yang dihadapi cobaan hidup, seperti masalahan pertikaian orang tua, ditinggal menikah, atau
dijatuhkan oleh kawan sendiri akan merasa dirinya berada di lumbung keterpurukan yang begitu dalam.
Biasanya, kondisi itu semakin diperparah jika belum dapat mengatur emosi dengan baik. Emosi dan pikiran
negatif disaat cobaan datang tanpa manajemen yang baik bagaikan kopi hitam yang terus diisi dalam gelas
hingga meluap tumpah. Diri ini seperti tidak terkontrol, tubuh mudah lelah, dan orang-orang sekitar menjadi
pelampiasan. Belum lagi melihat pencapaian orang lain yang jauh diatas kita, kita seakan merasa gagal
dalam hidup. Perkataan orang yang niatnya hanya menasehati, tapi justru menjatuhkan semakin
memperkeruh suasana hati. Akibatnya, jati diri kita masih tersesat dan masih belum berada di jalur yang
tepat. Hingga terbesit di pikiran, “semua ini gara-gara cobaan hidup hingga aku jadi manusia tidak
berguna.”
Pemikiran buruk tersebut membutuhkan nilai atau prinsip tertentu yang dapat merubah perspektif hidup
agar menjadi lebih baik salah satunya saat Yayasan Teman Saling Berbagi mengenalkan sebuah prinsip
saling bukan silang. Prinsip ini memberi penekanan dalam memberikan makna yang berdampak yang tidak
hanya untuk meraih keberhasilan. Setelah memaknai prinsip yang dibawa oleh Yayasan Teman Saling
Berbagi, diri ini semakin terbuka bahwa pentingnya menjalin hubungan baik tidak hanya kepada orang lain,
tapi juga kepada diri sendiri. Prinsip saling bukan silang terbagi menjadi saling menguatkan, saling bicara
baik, dan saling mencintai lebih baik. Banyak makna yang berdampak pada diri dengan menerapkan prinsip
tersebut, seperti dapat meyakini diri bahwa kita itu unik dan akan menjadi manusia hebat di masa depan,
dapat memahami kondisi emosi pribadi sehingga lebih mudah ditata yang nanti berpengaruh ke kecerdasan
emosi; dapat menguatkan diri dari berbagai macam rintangan; dapat mengkomunikasikan sesuatu dengan
baik dan tepat kepada orang lain maupun diri sendiri baik; dapat meningkatkan rasa syukur atas apa yang
telah kita terima dan cara mengekspresikan rasa syukur tersebut; dapat memaklumi dan memaafkan segala
kekurangan dan kesalahan yang dibuat oleh diri sendiri maupun orang lain; menjadikan diri ini sebagai
sandaran untuk lebih kuat sehingga menjadi lebih sayang kepada diri sendiri; dapat menumbuhkan
pemikiran dan sikap reflektif sehingga pikiran lebih terbuka dan jernih. Ketika semua pemaknaan tersebut
berhasil diimplementasikan kepada diri sendiri, orang-orang disekitar kita secara otomatis pasti akan
merasakan semua kebaikan dari apa yang telah kita lakukan. Hasil nyatanya adalah jiwa jauh lebih bahagia
setelah tahu orang lain menerima kebaikan dari apa yang kita lakukan.
Selain itu, kita jauh lebih bijak saat menyikapi cobaan yang datang dan pemikiran kita jauh lebih objektif
saat memandang lingkungan sekitar. Kita coba merubah mindset bahwa cobaan bagian dari hidup yang
tidak akan pernah berakhir sepanjang hidup kita sehingga ini bukan perihal bagaimana cara mengakhiri
cobaan, tapi bagaimana menata hati dan pikiran dengan saling memberikan kebaikan ke diri sendiri dan
orang lain hingga kita menjadi pribadi yang jauh lebih kuat, lebih bersyukur, lebih penyayang, dan lebih
segalanya, kemudian kita bisa memahami diri kita yang sesungguhnya. Hingga pada akhirnya, diri kita akan
bertemu di jalan yang tepat lalu menjadi manusia hebat dalam usaha mencapai versi terbaiknya.

Anda mungkin juga menyukai