Ananda pernah gak sih saat kita pengen berubah atau mungkin kita termotivasi dari
orang lain, melihat orang lain atau mungkin kita membaca menonton sesuatu yang
membuat kita terinspirasi, terus kita pengen banget berubah atau meninggalkan zona
nyaman kita, tapi masih muncul rasa takut, rasa ragu dan khawatir untuk meninggalkan
zona nyaman kita dan berubah kearah yang lebih baik.
Setiap kita memutuskan untuk berubah atau melakukan segala sesuatu, maka pastikan
kita tahu alasannya. Menurut Bob Sadino “Temukan masalah dari Hulu bukan Hilir”.
Kalau kita takut untuk berubah kearah yang lebih baik, takut untuk meninggalkan zona
nyaman, takut untuk memulai meninggalkan habit-habit buruk dan membiasakan habit-
habit baik, maka PR pertama yang harus kita selesaikan adalah mulai bertanya ke diri
kita sendiri. Kenapa kita takut berubah? ……………Berikan Alasan Ananda
Jika kita sudah tau alasannya, maka kita sudah mulai bisa menemukan solusi yang
paling tepat buat kita.
Ada pertanyaan bagi kita. Apa saja yang perlu disiapkan dan apa saja yang perlu
dilakukan untuk berubah dan konsisten ? Jawabannya Munculkan motivasi di dalam
diri.
Saat kita ingin berubah, biasanya kita mulai ditertawakan oleh orang, kita mulai
dijauhi, kita mulai dikucilkan, kita mulai kehilangan teman-teman kita, yang
intinya kita mulai terlihat berbeda. Selama yang kita putuskan itu dengan penuh
kesadaran, selama memenuhi dua standar yaitu Baik dan Benar, harus sampai
benar tidak cukup baik saja, karena baik belum tentu benar, benar sudah pasti
baik. Maka pastikan terus melangkah maju ke depan.
Ada satu pepatah seperti ini “ They laugh at me because I’m different, I laugh at
them because they’re all the same” (Kurt Cobain). Artinya Biarkan orang lain
menertawakan kita sekarang, karena kita terlihat berbeda karena ke depan kita
yang akan menertawakan mereka, karena mereka semua terlihat sama. Jadi
kalau kita sekarang terlihat berbeda atas satu keputusan kita, apalagi keputusan
kita untuk berubah menjadi lebih baik, That’s okay. Mari sama-sama terima
resiko dan konsekuensinya dan cara untuk membuktikannya adalah pastikan
kita konsisten. Prove it.
Nah, fase selanjutnya Ananda setelah kita terlihat berbeda, kita ditertawakan
adalah fase dimana kita menguatkan kontrol terhadap imunitas kita. Fase awal
kalau mau berubah kearah yang lebih baik adalah tentang bagaimana kita
konsisten. Fase-fase pembuatan imunitas ini adalah fase zero tolerance, yes or
no, hitam atau putih. Tidak ada sekali hitam sekali putih. Di fase imunitas ini
segera tentukan teman-teman biasanya bergaul dengan siapa, habitnya seperti
apa, dan Ketika kita ingin meninggalkan itu, segera kita tinggalkan.
Misalnya, kita selama ini sering sekali merasa insecure tidak percaya diri dengan
kita sendiri. Untuk bisa meninggalkan mindset ini, segera tinggalkan group yang
membicarakan kekurangan diri, selalu membandingkan diri dengan orang lain,
segera masuki grup yang selalu bicara ke depan, selalu bicara optimisme, selalu
melihat kekurangan menjadi kelebihan, dan selalu bicara progresivitas.
Kalau kita ingin meninggalkan satu habit menggosipkan orang misalnya, segera
tinggalkan grup yang kerjaannya membicarakan kebaikan maupun keburukan
orang lain. Segera tinggalkan dan unfollow akun-akun yang kerjaannya tiap hari
adalah membicarakan orang, dan segera follow segera ikuti segera bergabung
dengan komunitas dengan akun-akun yang sehari-harinya adalah tentang
memperbaiki diri dan meng-improve diri sendiri, dengan kita berani
meninggalkan kebiasaan meninggalkan komunitas, habit-habit lama kita dan kita
berani masuk ke komunitas yang baru, ini adalah cara kita menguatkan imun.
Sampai kapan ini harus kita lakukan? Sampai imun kita kuat Ketika kita Kembali
ke grup yang lama, Ketika kita didekatkan lagi ke orang-orang yang punya habit
seperti kita yang sebelumnya, karena hanya ada dua pilihan. Kita mengubah atau
kita yang dirubah. Ketika kontrol terhadap diri kita atas satu habit tertentu itu
terbentuk maka bersiaplah untuk dirubah.
Kalau kita melihat sejarah, Bagi yang muslim, kita mengenal kisah Thariq bin
Ziyad. Apa yang dilakukan Thariq bin Ziyad saat dia sudah memutuskan sudah
menetapkan cita-cita besarnya untuk mati syahid? Hal pertama yang dia lakukan
adalah membakar kapalnya sendiri. Tujuannya adalah agar satu-satunya jalan
yang ada dihadapannya adalah ikut berperang, kalau mati di medan perang dia
mati syahid, kalau pulang dia pulang membawa pahala syahid. Jadi tidak ada
istilah abu-abu dalam proses kita berubah, dalam proses kita berhijrah dan
dalam proses kita membiasakan kebiasaan baru. Think this is opportunity. The
choice is now or never. Pikirkan bahwa ini kesempatan terakhir kita dan
pilihannya hanya sekarang atau tidak sama sekali.
Sebagai contoh yang lain, ada seseorang yang berada di ujung jurang terus
dibelakangnya ada serigala yang sedang mengejar maka pilihannya adalah dia
melompat atau dia dimakan oleh serigala The Power of Kepepet. Ketika kita
berpikir ini adalah kesempatan terakhir untuk kita berubah, untuk kita
membuktikan ke diri sendiri, ke lingkungan sekitar, ke orang-orang tersayang
maka tentu kita akan kasih effort terbaik, kasih usaha yang terbaik dan urusan
kita manusia adalah tentang ikhtiar dan tentang berusaha, urusan Kun fayakun
adalah urusan yang Maha Kuasa. Pertanyaan nya dimanakah letaknya Takdir?
Letak Takdir adalah dibatas maksimal “Usaha dan Do’a”.
Dan Danzil Washington juga pernah bilang “ To get something you never had,
you have to do something you never did”. Untuk mendapatkan yang belum kita
dapatkan, pastikan kita melakukan sesuatu yang belum kita lakukan, karena
selalu ada cara di atas rata-rata untuk dapatkan apa yang belum pernah kita
dapatkan.
Poin terakhir dari berubah dan proses merubah adalah tentang konsistensi,
bener gak? Tentang kecerdasan daya tahan kita (AQ) atau dalam Bahasa
indonesianya adalah konsisten itu sendiri dan dalam agama islam kita mengenal
dengan istilah istiqomah. Memutuskan berubah memutuskan berhijrah itu
adalah perkara gampang. Yang membuat itu menjadi sulit dan mahal adalah
konsistensinya. Dan dari Harvard University–Psychology Center nya juga
menyebutkan bahwa kecerdasan yang paling tinggi adalah Adversity Quotient
(Kecerdasan Daya Tahan) memperjuangkan sesuatu yang diputuskan dengan
penuh kesadaran. Kita melihat akan banyak sekali orang yang optimis, yang
semangat untuk melakukan perubahan, tapi yang akan duluan sampai di garis
finish adalah mereka yang konsisten. Konsisten melakukan perubahan itu,
konsisten mempertahankan semangatnya, konsisten mempertahankan kawan-
kawannya, dan jelas ini bukan hal yang gampang.
Ibaratnya, kita manusia terdiri dari dua sisi, terdiri dari sisi positif dan sisi
negatif dalam Bahasa islamnya adalah hawa nafsu, manusia mempunyai hawa
nafsu. Dan tentu merasa malas, rebahan itu hal yang wajar, kecuali kalau kita
adalah malaikat keinginannya ibadah terus tiap hari, keinginannya berbuat baik
terus tiap hari, pikirannya positif terus tiap hari. Jadi apabila mulai semangat
kendur dan mulai untuk ingin rebahan itu adalah hal yang wajar bagi kita
manusia. Pertanyaannya adalah Apa yang kita lakukan Ketika kita sudah merasa
malas, Ketika sudah merasa ingin rebahan terus, waktu bersantai kita sudah
lebih banyak dari produktivitas kita?
Selesai