1. Saya termasuk tipe kepribadian plegmatis,sebab saya memiliki sifat cenderung
menghindari konflik.sifat ini biasanya menghargai kedekatan antar manusia. Sifat seperti ini juga sering disebut sebagai people person. Saya selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan teman lama ,mudah setuju dengan keputusan orang lain, suka menyendiri dan saya membenci rasa bosan,selalu punya cara dan ide untk mengusir rasa bosan. Sikap yang mudah gembira sering kali membawa aura positif,namun karena kepribadian yang suka mencari kesenangan saya cenderung berjuang dengan rasa kecanduan atau ingin sesuatu yang terus menerus. Menurut saya, saya juga memiliki rasa antusias yang tinggi dan rasa ingin tahu yang cukup tinggi,saya juga sangat mudah beradaptasi,bukan tipe pendendam dan mudah berteman dengan siapapun. Saya juga seorang yang ekstrovert dan sangat suka mengutarakan gagasan maupun hal hal yang ia rasakan. Namun dibalik itu semua, saya sulit untuk mengingat hal hal yang detail,berbicara terlalu banyak,suka menyela dan menjawab dan lebih kekanak kanakan. Cara saya mengelola kepribadian agar tetap mendapati kepribadian yang baik ialah selalu bersyukur apa yang telah Allah amanahkan kepada saya, sebisa mungkin agar tidak insecure dengan apa yang dimiliki orang lain,selalu menghargai orang lain dalam berbicara maupun bertindak, dan selalu bersikap rendah hati sebab menjadi orang yang paling luar biasa dan berbakat di dunia cukup mudah, namun jika tidak memiliki sifat rendah hati, maka kemungkinan tidak memiliki kepribadian yang baik. Saya berusaha keras agar diri selalu sejajar dan seimbang. Karena tak seorang pun yang menyukai orang dengan ego yang besar. 2. Pandangan saya mengenai psikologi remaja tersebut ialah pengalaman hidup remaja yang hamil di luar nikah merupakan sebuah pengalaman hidup yang penuh tekanan dan traumatik. Tekanan-tekanan yang dialami remaja berasal dari dalam dirinya sendiri (perasaan bersalah, malu, menyesal, marah) dan juga dari lingkungannya (dikucilkan, dipergunjingkan). Keputusan-keputusan yang diambil remaja sebagai mechanism coping terhadap tekanan yang dialamipun beragam, seperti: aborsi, percobaan bunuh diri, memberikan bayinya pada kerabat, hingga menikah. Perjalanan yang sulit ini dilalui remaja dengan meninggalkan bekas yang dalam di hati remaja yang mengubahkan seluruh hidupnya: statusnya sebagai seorang ibu, pandangan hidup yang lebih dewasa dari sebelumnya, dan juga sebuah trauma terhadap kehamilan. Pada remaja yang hamil di luar nikah yaitu mereka rentan mengalami stres dan depresi karena timbulnya rasa malu, dikucilkan oleh lingkungan masyarakat maupun lingkungan pergaulan. Kehamilan pada remaja putri juga dapat menghambat jenjang pendidikan serta peraihan cita-cita mereka. Perasaan bersalah yang dirasakan oleh remaja yang hamil di luar nikah membuat mereka tidak berani untuk mengatakan yang sejujurnya kepada orang lain. Oleh karena itu remaja putri perlu melakukan private disclosure. Pengertian private disclosure menurut Petronio dalam West dan Turner (2004), adalah suatu proses dalam mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia kepada orang lain. Sebagai pendidik, saya akan membantu mengontrol ketenangan emosi yang dimiliki individu yang memungkinkannya untuk mengatasi konflik dengan baik dan dapat menentukan berbagai alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah. Memberi motivasi kepadanya agar cita cita yang di impikannya sejak lama tidak pupus begitu saja,masih bisa diperjuangan dengan sungguh karena Individu dikategorikan normal jika bersedia mengakui kegagalan yang dialami dan berusaha kembali untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Solusi/saran yang akan diberikan kepada remaja yang sudah terlanjur hamil diluar nikah ialah saya akan mengingatkannya untuk segera bertaubat,menyesali perbuatan haram nya. Karena jjika keduanya menikah sementara belum bertaubat dengan sebenar benarnya,maka berarti pernikahan yang terjadi adalah pernikahan antara pezina. Maka dari itu saya akan mengingatkannya untuk memohon ampun kepada Allah Subhanah wata’ala dengan perasaan sedih dan bersaah,bertekad untuk tida mengulanginya kembali. Dan saya akan menyarankan kepadanya agar menikah sesuai dengan peraturan agama Islam,yakni menikah nya dengan menunggu sang anak ahir di dunia. Dan saya berusaha menguatkan kesehatan mentalnya. Karena memang rasa ingin tahu remaja tentang seks memang cenderung sangat besar , namun apapun alasannya seks diluar nikah tak bisa dibenarkan,namun orang orang tua juga tidak bisa langsung menyalahkan anaknya.Tak hanya orang tua,sebenarnya anak juga mengalam guncangan berat saat hamil diluar nikah,kalau dimarahi habis habisan bisa jadi anak mengalami depresi. Dan solusi/saran untuk remaja yang belum masuk pada perbuatan haram itu ialah harus adanya penanaman agama yang kuat,harus menjalin kedekatan dengan orang tua,memilih teman dan lingkungan yang baik agar tidak terpengaruh dengan perbuatan yang buruk, dan sebenarnya harus ada pendidikan seks sejak dini sehingga mereka tahu apa risiko dari perilaku tersebut . Yap,menurut saya sex edu itu penting,khususnya bagi masyarakat Indonesia yang sebagian orangnya masih menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. 3. Cara mengelola perasaan dan emosi yang ada pada diri saya ialah saya mencoba berpikiran dan bersikap positif, saya memang tak bisa situasi buruk yang menimpa namun saya usahakan harus bisa mengubah sudut pandang untuk melihat situasi yang ditimpa menjadi lebih positif. Dan saya akan berusaha untuk bersabar karena sabar selalu menjadi hal yang utama dan paling utama agar dapat mengelola emosi dengan baik. Banyak kemarahan yang meluap luap terjadi karena kurang sabar. Sabar seakan menjadi kunci utama untuk mendapatkan suasana hati yang baik. Menurut saya, cara-cara itu suudah cukup efekktif untuk saya,kekurangan dari mengelola hal tersebut ialah saya lebih menyendiri, sering sekali menghindar seakan tak ingin menyelesaikan masalah . Namun bagi saya,waktu untuk menyendiri itu terkadang dibutuhkan agar saya lebih berpikir jernih dan menerima keadaan. Sosok pendukung yang dapat mengelola perasaan dan emosi ialah orang terdekat saya ialah ibu saya dan kedua sahabat saya. Teutama ibu,dialah sosok yang selalu ada untuk saya dalam keadaan terpuruk sekalipun. Ibu tempat paling nyaman untuk berbagi cerita,meski terkadang berbeda pendapat.Kehadirannya bisa menjadi peredam keluh kesah. Saat apa yang ada di kepala tak mampu lagi diredam sendiri,kehadirannya lah yang dapat melegakan pikiran dan hati. Bercerita dengan nya tak hanya untuk meredam segala perasaan dan emosi namun bisa menjadi pegangan untuk lebih tegar juga membuat saya membuka mata bahwa kenyataan pahit itu harus dihadapi bukan ditinggal pergi. Bahkan pelukannya saja sudah meredam segala hal yang dirasa.