Anda di halaman 1dari 5

Toxic Relationship

Dalam menjalani suatu hubungan, idealnya setiap individu akan saling menyayangi, mengasihi,
dan memberikan rasa aman dan saling mendukung. Namun pada toxic relationship, salah satu
pihak biasanya akan berupaya untuk mendominasi pihak lainnya, posesif banget,
overprotective, maupun memanipulasi pasangan (gaslighting) untuk mengontrolnya, maupun
sekadar mempermainkan pasangannya (breadcrumbing), emotional dan verbal physically
abuse.nampar dorong nonjok tempramen, brainwashing bahwa kamu ga bisa tanpa aku

1. Definisi toxic relationship


Bilang sayang tapi buat ga nyaman, entah kekerasan verbal, fisik, semua keinginan harus
dituruti, kalau ndak nanti ngancam akan putus ditinggal, bilang sayang tp terlalu overprotective
dan membatasi kita, negative vibes selalu negative thinking atau marah besar banget, silent
treatment didiamkan berhari-hari, perilaku membuat kita tidak nyaman
Tapi anehnya dan ironisnya suka di posesifin, suka jika pacar kita cemburu, atau mungkin seneng
dimarah-marahin karena kesannya itu cara dia menunjukkan cara sayangnya ke kamu

Padahal coba rasakan dan pikirkan, coba bandingkan dengan orang yang memiliki hubungan
yang sehat. Sebenarnya kamu nyaman tidak dengan hubungan kamu sekarang, biasanya kalau
sudah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Biasanya kamu akan merasa capek dengan
hubungan yang toxic ini.

Toxic relationship. dr. Lillian Glass (communication and psychology expert) adalah ketika berada
di sebuah hubungan yang konsisten membuat tidak nyaman, lebih banyak merasa perasaan
negative, membuat rasa sedih, dan kesal lebih dominan dibandingkan rasa senang, dan ketika
berada di hubungan yang cukup menguras energy. Makanya disebut hubungan beracun tidak
sehat berdampak buruk bagi keadaan fisik maupun mental seseorang. Tidak hanya terjadi pada
sepasang kekasih, tapi juga lingkungan teman, friendzone, bahkan keluarga.
Hubungan tak sehat yang berdampak buruk pada kesehatan mental.

Kapan hubungan dibilang toxic relationship?


sayang tapi toxic stress tertekan berharap ia akan berubah

a. Sudah tidak saling mendukung satu sama lain (selalu ngebatin, selalu menang, selalu ngalah)
b. Penyelesaian konflik yang dilakukan buruk (selalu begitu) (menyakiti kekerasan fisik,
kekerasan mental, posesif, overprotective, silent treatment
c. Ketika salah satu atau kedua pihak sudah tidak terlalu berusaha
d. Ketika intuisi atau perasaan kita secara tidak langsung sudah sadar bahwa tidak cocok satu
sama lain (pada saat kamu sering berpikir bahwa kamu mesti putus tp kamu ga bisa nah ini
tanda ada yang salah karena denial) dikira bisa nemenin sampai tua *ini tanda ada yang
salah
e. Selalu dikontrol oleh pasangan, salah satu pihak selalu mengontrol, pasangan memaksakan
kehendak terhadap hidup yang kamu jalani. Dia juga mungkin akan mengutarakan
kalimat yang membuat kamu harus menuruti kemauannya, misalnya “Aku bersikap
seperti ini karena aku sayang sama kamu.” Jika kamu tidak menurutinya, dia bisa
saja menuding kamu tidak menyayanginya. Hal ini membuatmu mau tidak mau
mengikuti keinginannya.
f. Sulit menjadi diri sendiri, memiliki citra diri yang negative takut kehilangan bergantung pada
pasangan
g. Tidak mendapat dukungan, selalu curiga dan dikekang (rasa cemburu berlebih, posesif),
sering dibohongi, menerima kekerasan fisik.
h. Terisolasi dengan lingkungan luar (tidak nyaman dan bebas untuk bersosialisasi dengan
orang lain)
i. Komunikasi yang buruk

Dampak dari hubungan toxic


Negative ke kedua orang itu
Mental emosional dan fisik kalau ada kekerasan yang diberikan
Trauma
Kondisi ini ternyata mampu memengaruhi kesehatan fisik seperti meningkatkan
risiko hipertensi, peradangan sampai memperburuk gejala penyakit kronis

Langkah preventif
Sebelum memutuskan untuk lanjut atau mengakhiri hubungan dengan seseorang
a. Harus benar-benar tau dan mengenali pasangan, analisis hubungan kamu dengan orang itu
dengan melihat kebiasaanya, apa kesukaan kelebihan dan kekurangan ( sambil bertanya
dalam hati, bisa ndak ya kita menerima kekurangan yang ia miliki, sebisa mungkin harus
jujur dengan diri sendiri, jika dirasa kurang cocok ya ambil sikap tegas untuk mengakhiri,
Atau coba pikirkan kira-kira apakah kamu bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama atau
jika kamu tinggal bareng dengan dia dalam jangka waktu yang lama missal sampai menikah
bisa tidak kamu mentoleransi sikap ia yang negative begitupun sebaliknya bisa tidak ia
mentoleransi sikap kita yang negative, apakah ada hal yang dari dulu kamu ingin untuk ia
lakukan tapi ternyata dia tidak melaksanakan, dan sebaliknya. Pertimbangkan banyak hal
Mau atau nggak kamu bertahan dalam toxic relationship ini dalam jangka waktu yang cukup
lama, sampai kapan kamu menunggu dia bisa berubah apakah seminggu sebulan 2 bulan
atau setahun, seandainya dia dalam waktu 5-10 tahun kedepan dia tidak berubah apakah
kamu siap dengan dia
b. Saling komunikasi dengan baik apa yang kamu inginkan dan pasangan inginkan, tiap
hubungan pasti ada perbedaan pendapat, hubungan yang sehat pun pasti ada konflik dan ini
adalah hal yang wajar tinggal bagaimana kamu dan pasangan berkomunikasi yang baik
supaya mendapatkan solusi, komunikasi asertif dan komunikasi yang baik
c. Bersikap tegas, teguhkan hati perasaan adalah hal yang perlu divalidasi, kalau memang
merasa tidak nyaman maka katakanlah dengan tegas
d. Ingat bahwa pada dasarnya apapun yang terjadi dalam hubunganmu adalah tanggung jawab
kamu, coba buat batasan yang jelas atas harapanmu. (pasti ada andil kita di dalam
hubungan)
e. Seeking for help
Professional health, keluarga, butuh waktu untuk taking time dan menjauh dari orang yang
toxic itu nggak apa-apa
Pattern itu akan begitu, evaluasi
2. Cerita followers

3. Ciri-ciri toxic relationship


Ketika kamu mulai merasa tidak nyaman dan bertanya, ini ajar nggak ya? Apakah hubungan ini
memang seharusnya di akhiri, apakah gpp jika aku lanjutkan?
1. Mengontrol atau membatasi perilaku
2. Komunikasi yang tidak sehat/buruk
3. Cemburu berlebih
4. Perilaku mengatur berlebih
5. Tidak memiliki rasa percaya
6. Tidak jujur
7. Tidak mengingat momen penting
8. Selalu mengalah
9. Berharap adanya perubahan dari pasangan
10. Tidak ada rasa hormat dan saling menghargai
11. Menekan untuk tidak melakukan hal yang tidak ia sukai

4. Penyebab toxic relationship


Ada faktor internal dan ekternal
1. Trauma (masa lalu dengan pasangan dan ada dari masa kecil) merasa diri buruk sehingga ga
ada yang mau menerima kecuali dia, takut sendiri
2. Kurang afeksi dari orang tua (ada tp tidak ada kehadirannya)
3. Individu yang insecure (aku tuh ga layak ya dicintai aku takut ditinggalkan
4. Ego untuk menguasai orang lain
5. Clingy (terlalu bergantung) sampai tidak ingin untuk kehilangan pasangan

Kenapa orang bertahan di hubungan yang toxic


1. Ada perasaan insecure, sehingga self esteemnya rendah merasa dirinya tidak worthy
2. Takut kesepian karena sering bergantung sehingga kalau tidak sama dia aku sama siapa
3. Konsep cinta yang salah, dari keluarga yang merasa dipukul ndak papa, diselingkuhi
ndak masalah
4. Kalau dipernikahan (social pressure, berat untuk mendapatkan lebeling janda, duda,
nanti seperti apa)
5. Culture (ada budaya kepercayaan-kepercayaan tertentu yang tidak memperbolehkan
untuk berpisah)
6. Finansial (apalagi kalau punya anak, nanti siapa yang ngurus, stigma kasihan anak, biaya
sekolah gimana, nanti anak menderita kalau ortu bercerai)
Kadang ada yang belum menyadari jika hubungan yang ia jalani saat ini merupakan hubugan
yang tidak sehat/toxic

5. Keluar dari toxic relationship


Kita sudah sadar jika ada di hubungan yang toxic tp kita masih susah untuk mutusin maka harus
bagaimana sulit mutusin ini dipertahankan atau ndak. Susah banget lepas dari hubungan ini
coba lakukan refleksi evaluasi perasaan perilaku, buat pertimbangan langkah ketika akan lanjut
berapa lama kita kuat dan berharap ia akan berubah, kalau tidak berubah konsekuensinya apa
dirilis oleh US Magazine, The Journal of Positive Psychology.Penemuan yang diteliti
oleh Gary Lewandowski dan Nicole Bizzoco itu pun menemukan bahwa seseorang
butuh 6 bulan untuk move on setelah patah hati. Sebelas minggu pertama,
umumnya orang akan merasa lebih baik pada dirinya dan mulai membuat rencana
untuk membenahi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Kamu mungkin ingin segera melepas kesedihan ini, tapi usahanya membutuhkan
banyak waktu dan perjuangan. Sebuah penemuan dari Monmouth University di New
Jersey mengungkapkan bahwa butuh 11 minggu bagi seseorang untuk melihat sisi
positif dari perpisahan. Setelah dapat melihat sisi cerah dari hal yang kurang
menyenangkan ini, move on dapat berjalan lebih mudah.

Kedua peneliti tersebut melibatkan 155 responden yang baru putus cinta selama 6
bulan terakhir. Mereka menemukan, sebanyak 71% partisipan mengaku sudah bisa
move on kurang lebih selama 6 bulan.

Selain itu, Gary dan Nicole menemukan bahwa 3 bulan setelah patah hati adalah masa
penyembuhan, periode untuk menerima kenyataan yang ada saat itu.

1. Lebih focus pada diri sendiri, pada masa depan, dan bukan pada masa lalu
2. Keluar dari hubungan yang toxic dan berusaha mencari lingkungan maupun teman yang
supportif
3. Mencari kesibukan yang positif
4. Manjakan dirimu bahwa dirimu berharga dan selalu menemani kamu dalam kondisi apapun
5. Nikmati kesedihan yang kita rasakan (karena pasti tidak selamanya) namun jangan berlarut-
larut dan kemudian tertawakan kesedihan, kebodohan kita di masalalu
6. Kembali berolahraga berkegiatan fisik
7. Membangun lagi citra diri yang positif
Konsultasi dengan expert atau ahli curhat dan cerita konsultasi mengenai permasalahan untuk
solusi kedepannya

6. Pesan dari pemateri


Harus tau sebenarnya seberapa layak hubungan yang sedang kamu jalani untuk dipertahankan?
(entah pacaran, berteman, pekerjaan, dll)
Seberapa layak pasangan kamu sekarang untuk diperjuangkan?
Coba tanyakan itu kepada diri kamu,
Apakah selama ini kamu bertahan karena betul-betul nyaman dengan pasangan kamu?
Atau karena pasangan kamu membuat hidup kamu lebih bahagia, diri kamu lebih berkembang
produktif positif atau sebaliknya?
*karena jika terjebak di hubungan yang toxic ini kamu akan selalu merasa gelisah, capek,
insecure, ketergantungan, negative, ngebatin, makan tidak enak, tidur tidak nyaman, dan
tersiksa karena seperti tidak memiliki batasan privacy. Karena saking bucin takut ditinggal

Kamu selama ini berharap bahwa pasangan kamu pasti berubah makanya tetap dipertahankan
lama, dan kamu berpikir bahwa pada akhirnya dia akan berubah menjadi lebih baik meskipun
kamu sendiri tidak tau kapan dia akan berubah dan hal itu bisa terjadi?

Ini wajar tidak ya? apakah hubungan ini harus diakhiri? Atau harus bertahan dan berlanjut?

Saya yakin ini tidak mudah berada dihubungan yang toxic. Jika kalian merasa semakin sulit maka
semakin sering melakukan refleksi, coba focus pada diri sendiri, belajar mencintai diri kita
sendiri bahwa kita berharga, temukan passion kamu, focus pada impian, dan tidak
menggantungkan diri pada siapapun (mandiri) karena yang bertanggung jawab untuk
mewujudkan impian adalah diri kita sendiri, ga usah takut, dan kamu harus keluar dari lingkaran
itu.

Kamu berharga “love your self”


Minta maaf dengan diri kamu sendiri sayangi diri kamu sendiri

Anda mungkin juga menyukai