Anda di halaman 1dari 8

Hanya untuk kalangan psikologi

SSCT

(Tim Dosen Psikodiagnostik 6 UEU)

Dalam pembahasan kali ini di pertemuan 9 psikodiagnostika 6, akan dibahas


mengenai SSCT.
SSCT atau singkatan dari Sacks Sentence Completion Test disusun
oleh Joseph M. Sacks dan Sidney Levy. SSCT merupakan salah satu tes
kepribadian dengan jenis tes proyektif dan digunakan untuk mengungkap
dinamika kepribadian.
SSCT berisikan kalimat yang tidak sempurna yang dapat merangsang
individu/testee untuk memproyeksikan keadaan psikisnya dalam kalimat
penyempurna. Aspek yang diungkap dalam SSCT adalah individual
adjustment, yang meliputi penyesuaian pada keluarga, seks, hubungan
interpersonal, dan konsep diri.
SSCT dapat digunakan sebagai bahan awal untuk interview eksploratif
yang mendalam. Apabila waktunya mencukupi, maka psikolog akan
menanyakan per aitem pada subjek. Selain itu, SSCT juga dapat digunakan
pada situasi individual maupun klasikal.
Dengan menggunakan SSCT, individu mampu memproyeksikan
jawaban-jawaban yang sifatnya analitis, prediksi, dan secara sadar, karena
kalimat-kalimat yang dibuat untuk kelompok masing-masing berjarak 15
nomor. Sebarang masing-masing aspek dalam SSCT adalah sebagai berikut:
1. Penyesuaian terhadap keluarga
a. Sikap terhadap ibu
b. Sikap terhadap ayah
c. Sikap terhadap keluarga

1
Hanya untuk kalangan psikologi

2. Penyesuaian dalam bidang seks


a. Sikap terhadap wanita
b. Sikap terhadap hubungan keteroseksual

3. Penyesuaian dalam hubungan interpersonal


a. Sikap terhadap teman
b. Sikap terhadap atasan
c. Sikap terhadap bawahan
d. Sikap terhadap teman sejawat

4. Penyesuaian dalam konsep diri


a. Sikap terhadap ketakutan
b. Sikap terhadap rasa bersalah
c. Sikap terhadap kemampuan diri
d. Sikap terhadap masa lalu
e. Sikap terhadap masa yang akan dating
f. Sikap terhadap tujuan hidup

Administrasi
a. Waktu untuk mengerjakan SSCT tidak dibatasi (biasanya berlangsung 20
menit – 40 menit). Tetapi untuk kasus klinis normal dan klasikal
memerlukan waktu kira-kira 1 jam.
b. Respon terhadap aitem harus merupakan respon spontan. Testi jangan
diberi kesempatan untuk memikirkan responnya terlalu lama.
c. Bila ada aitem yang tidak dijawab, dilompati saja. Untuk ini, perlu diberi
tanda karena mungkin ada indikasi “sesuatu”.
d. Semua respon tidak ada yang salah, jawaban seadanya secara spontan

2
Hanya untuk kalangan psikologi

e. Bilamana kemungkinan lakukan inquiry terhadap respon yang


multiinterpretable, mengandung “sesuatu” atau kurang jelas.

Skoring
Skoring dilakukan dengan menuliskan skor di samping tiap aitem.
Aitem-aitem dalam SSCT diberi skor:
0 : bila sikap normal, yaitu tidak menunjukkan adanya gangguan
1 : bila sikap itu dianggap menunjukkan adanya sedikit gangguan, perlu
diberi pengarahan, namun subjek masih mampu untuk mengatasinya
sendiri
2 : bila sikap itu dianggap menunjukkan sangat terganggu sehingga
subjek memerlukan terapi perawatan. Misal mengatasi konflik-konflik
emosional dalam bidang tersebut.
X : bila sikap subjek tidak jelas atau tidak dapat diketahui

Aitem-aitem yang mendapat skor x sebaiknya ditanyakan lebih lanjut


untuk memastikan respon subjek mendapat skor 0, 1, atau 2. Pemberian skor
terhadap setiap aitem tergantung pada pemahaman penguji terhadap apa
sasaran dari makna pengelompokkan sikap tersebut. Berikut ini penjelasan
yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam pemberian skor dalam
setiap kelompok penyesuaian.
1. Penyesuaian terhadap keluarga
a. Sikap terhadap ibu
Yang dimaksud sikap terhadap ibu adalah bagaimana penilaian anak
terhadap ibunya. Apakah anak tersebut mencintai ibunya, apakah
selain mencintai ibu juga menyayangkan sikap ibu, apakah anak
membenci ibunya, dan sebagainya.
b. Sikap terhadap ayah

3
Hanya untuk kalangan psikologi

Yang dimaksud sikap terhadap ayah adalah bagaimana penilaian anak


terhadap ayahnya. Apakah anak tersebut mencintai atau membenci
ayahnya. Apakah selain menyayangi, juga menyayangkan tindakan
ayahnya sehingga mempengaruhi penilaian anak terhadap ayahnya.
c. Sikap terhadap keluarga
Yang dimaksud sikap terhadap keluarga adalah bagaimana
pandangan anak terhadap keluarga. Apakah ia menyukainya dan
membanggakan keluarganya. Atau sebaliknya ia tidak menyukai, acuh
tak acuh seolah-olah ia kurang mempunyai ikatan emosional dengan
keluarganya.

2. Penyesuaian dalam bidang seks


a. Sikap terhadap wanita
Yangd dimaksud sikap terhadap wanita adalah bagaimana pandangan
individu terhadap wanita. Apakah ia menghormati dan kagum terhadap
wanita. Apakah selain kagum, ia juga menyayangkan sifat-sifat wanita
yang dipandangnya negatif. Apakah ia membenci figur wanita karena
pernah mempunyai pengalaman yang traumatis.
b. Sikap terhadap hubungan heteroseksual
Bagaimana pandangan individu terhadap hubungan heteroseksualnya.
Apakah ia menjadi orang yang disenangi dalam pergaulan dengan
lawan jenis. Apakah ia senang membantu orang lain, menghargai dan
menghormati lawan jenis yang ada di lingkungannya. Apakah ia
kecewa terhadap lawan jenis sehingga ia cenderung menarik diri dan
tidak suka bergaul dengan mereka. Apakah ia membenci lawan jenis.

4
Hanya untuk kalangan psikologi

3. Penyesuaian dalam hubungan interpersonal


a. Sikap terhadap teman
Misal apakah sangat mementingkan dirinya sendiri, memilih-milih
teman atau ia dapat bergaul dengan semua orang secara lancar.
b. Sikap terhadap atasan
Bagaimana hubungan individu dengan atasan, guru atau siapapun
yang berperan sebagai orang yang dalam jabatannya dapat
memberikan perintah kepadanya. Bagaimana cara individu menerima
atasannya, apakah ia selalu patuh dengan sikap tertentu, selalu
melawan, atau hanya menurut di hadapan atasannya, atau penuh
prasangka.
c. Sikap terhadap bawahan
Bagaimana hubungan individu dengan orang yang dalam jabatannya
dapat diperintah oleh dirinya, apakah ia cukup dapat menerima
alasan-alasan yang diberikan bawahannya, apakah ia seseorang yang
harus dituruti kemauannya, apakah ia dapat bekerja sama dengan
baik, ataukah ia tidak mampu memberikan contoh kepemimpinan yang
baik terhadap bawahannya.
d. Sikap terhadap teman sejawat
Bagaimana hubungan individu dengan teman sejawat, apakah ia
dapat bekerja sama, selalu tergantung pada orang lain ataukah ia
seorang yang sanggup berdiri sendiri. Apakah ia selalu mempunyai
prasangka yang kurang baik terhadap teman sekerja, dan sebagainya.

5
Hanya untuk kalangan psikologi

4. Penyesuaian dalam konsep diri


a. Sikap terhadap ketakutan
Bagaimana individu menghadapi sesuatu yang menakutkan baginya.
Apabila ia menghadapi ketakutan, apakah ia melarikan diri, menyerah,
putus asa, atau memberikan reaksi yang lain.
b. Sikap terhadap rasa bersalah
Bagaimana sikap individu terhadap rasa bersalah. Apakah ia dapat
menjadikan kesalahannya sebagai pelajaran sehingga tidak
mengalaminya lagi. Apakah ia dihantui oleh rasa bersalah terus
menerus dan sulit melupakannya. Apakah ia tidak pernah merasa
bersalah walaupun melakukan kesalahan.
c. Sikap terhadap kemampuan diri
Bagaimana individu menganggap dan menlai dirinya sendiri dalam
menghadapi berbagai permasalahan. Apakah ia menganggap dirinya
mampu mengerjakan suatu pekerjaan, walaupun dalam kenyataannya
ia tidak mampu mengerjakannya. Apakah sebaliknya, ia selalu tidak
yakin akan kesanggupannya untuk melakukan sesuatu. Apakah ia
selalu ragu-ragu, kurang percaya diri, dan sebagainya.
d. Sikap terhadap masa lalu
Masa lampau bagi seseorang merupakan hal yang sangat
mengesankan dan dapat menentukan kehidupan selanjutnya. Namun
bagi orang lain, mungkin masa lampau merupakan sesuatu hal yang
sangat menekan kehidupannya, sehingga ia menjadi putus asa dan
merasa tidak mempunyai harapan lagi dalam kehidupan selanjutnya.
e. Sikap terhadap masa yang akan datang
Bagaimanakah individu menghadapi masa depannya. Apakah ia
merasakan masa depannya begitu cemerlang dan penuh harapan.
Apakah sebaliknya, ia acuh tak acuh, belum dapat membayangkan,

6
Hanya untuk kalangan psikologi

atau mungkin masa depannya begitu gelap seakan-akan tidak ada


harapan.
f. Sikap terhadap tujuan hidup
Bagaimana individu menghadapi hari depannya. Apakah ia
mempunyai rencana akan masa depannya. Apakah ia mempunyai
gagasan untuk masa depannya, misalnya ingin bekerja sebagai apa,
ingin bekerja dimana. Apakah ia belum memikirkan masa dengannya
dan mengharapkan bantuan orang lain.

Interpretasi
Setelah melakukan rating, maka dilakukan interpretasi berdasarkan
hasil rating, berupa komponen atau kategori apa saja yang bermasalah dan
membutuhkan intervensi atau psikoterapi, bagaimana cara klien dan peserta
menyelesaikan masalah, serta kondisi kepribadian dari klien ataupun peserta
secara umum. SSCT sendiri merupakan test proyeksi yang cukup sederhana,
simple, dan mudah untuk diinterpretasikan. SSCT mampu secara gamblang
memperlihatkan komponen dan kategori yagn bermasalah pada individu, dan
sangat membantu intervensi psikologis dan penanganan selanjutnya apabila
terlihat kemunculan suatu masalah.
Ada dua macam interpretasi yaitu summary dan general. Summary
interpretation adalah interpretasi dari masing-masing area. General summary
adalah interpretasi dari gabungan empat sikap yang pokok (sikap terhadap
keluarga, seks, hubungan interpersonal, dan konsep diri). Untuk
mengungkapkan area-area yang terganggu, caranya dengan memberikan
skoring pada masing-masing area tersebut. Interpretasi dari SSCT dilakukan
dengan menganalisis isi (content) terhadap respon yang diberikan testi pada
setiap aiitem dan menghubungkannya dengan aitem lain yang tergolong
dalam satu kelompok. Selanjutnya dibuat kesimpulan umum yang berisi:

7
Hanya untuk kalangan psikologi

1. Area konflik dan gangguan yang diderita testi


2. Hubungan di antara masing-masing sikap yang tercermin dan hubungan
masing-masing aitem
3. Struktur kepribadian, meliputi:
a. Respon testi terhadap impuls-impuls yang ada di dalam dirinya
maupun yang berasal dari luar
b. Penyesuaian emosional (emotional adjustment)
c. Kematangan (maturity)
d. Tingkat realitas (reality level)
e. Bagaimana testi mengekspresikan konflik-konflik di dalam dirinya.

Anda mungkin juga menyukai