Anda di halaman 1dari 18

Membangun Pergaulan

Sehat
UPT LBK UNY
Tujuan
Materi ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan bagi mahasiswa tentang
pergaulan di kampus yang meliputi
ulasan tentang problematika pergaulan
di kampus, hubungan interpersonal,
pergaulan yang sehat, tren pergaulan
dan cara membangun pergaulan yang
sehat.
Problematika pergaulan
kampus
Pergaulan di kampus tentu saja berbeda dengan
pergaulan di masa sekolah. Berbagai problematika
pergaulan cenderung lebih kompleks. Beberapa
permasalahan pergaulan yang sering muncul antara lain:
1. Hubungan yang kurang baik dengan dosen yang
dipicu oleh kesalahpahaman dan kurang memiliki
keterampilan dalam berkomunikasi secara efektif
2. Konflik antar teman yang dilatarbelakangi berbagai
faktor seperti: miskomunikasi, persaingan antar
teman yang tidak sehat, dan kurang tegasnya
mahasiswa dalam berkomunikasi
3. Konflik dengan teman maupun teman lawan jenis
yang terjebak pada toxic friendship, toxic
relationship atau friend with benefit.
Mengenal hubungan interpersonal
dan komunikasi yang efektif
Inti permasalahan pergaulan kampus yang sering terjadi adalah
masih belum berkembangnya kemampuan membangun hubungan
interpersonal dan komunikasi efektif pada mahasiswa. Bagi
mahasiswa baru, masuk dalam lingkungan kampus tentu
membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan bekal untuk bisa
membangun pergaulan yang sehat. Dalam hal ini mereka perlu
memahami esensi dari hubungan interpersonal dan komunikasi
yang efektif.
Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal dipahami sebagai proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau
lebih secara tatap muka. Hubungan interpersonal yang
terbangun dengan baik antar mahasiswa atau
mahasiswa dengan dosen dapat menjadi katalisator
suksesnya studi mahasiswa. Hal ini dikarenakan mereka
akan merasa nyaman dalam belajar dan memiliki
dukungan lingkungan yang positif. Pada akhirnya,
mereka cenderung mendapatkan pengalaman dan hasil
belajar yang baik dengan dukungan lingkungan yang
baik dan suportif.
Komunikasi efektif
Sementara komunikasi yang efektif merupakan sarana
tercapainya hubungan interpersonal yang baik.
Mengapa demikian? Komunikasi yang efektif dapat
meminimalisasi terjadinya kesalahpahaman antara
pengirim dan penerima pesan.
Oleh karena itu, mahasiwa diharapkan dapat belajar
untuk mengkomunikasikan maksud dan tujuan
komunikasinya dengan baik.
Mereka perlu belajar untuk tegas pada prioritasnya
dan berani untuk menolak berbagai ajakan negatif
dan tidak menguntungkan. Komunikasi yang efektif
juga diartikan sebagai komunikasi yang tepat sasaran
sehingga dapat meminimalisasi kesalahan persepsi
antara pembicara dengan orang yang diajak bicara.
Pergaulan yang sehat
Hubungan interpersonal dan komunikasi yang
efektif sangat terkait erat dengan pergaulan.
Pergaulan yang sehat di kampus dapat mendukung
studi mahasiswa karena mereka akan nyaman dan
memiliki support system yang baik. Beberapa ciri-
ciri pergaulan yang sehat anatra lain:
1. Saling memahami didasari pada kejujuran dan
keterbukaan satu sama lain
2. Saling mendukung dan mengingatkan dengan
baik satu sama lain
3. Memiliki hubungan komunikasi yang baik
4. Tidak membocorkan rahasia dalam hubungan
yang dibangun
Ciri pergaulan yang tidak sehat
Sebaliknya, pergaulan yang tidak sehat dapat memicu
stress bahkan jika terjadi secara berkepanjangan
dapat menyebakan gangguan kesehatan mental yang
lebih parah seperti depresi dan anxiety. Beberapa ciri
pergaulan yang tidak sehat:
1. Cenderung bersaing dan saling
menyudutkan/membuly
2. Cenderung manipulatif
3. Salah satu pihak tidak mau kalah dengan pihak
lain
4. Tidak ada komunikasi satu sama lain
5. Selalu membandingkan pencapaian masing-
masing
6. Saling membicarakan kejelekan dibelakang
Mengenal berbagai tren istilah
dalam pergaulan kampus.

1. Toxic Relationship
2. Friend with benefit
3. Fear of missing out
4. Overthinking
Toxic Relationship
Toxic relationship adalah hubungan tidak sehat yang dapat
berdampak buruk bagi keadaan fisik maupun mental seseorang
yang bisa terjadi pada hubungan romantis sepasang kekasih,
pertemanan dan lingkungan keluarga.
Ciri-cirinya antara lain:
1. Selalu dikontrol oleh salah satu pihak
2. Sulit untuk menjadi diri sendiri dalam hubungan tersebut
3. Tidak mendapat dukungan justru merasa tertekan
4. Rasa cemburu yang berlebihan
5. Kecenderungan adanya kekerasan baik verbal maupun fisik
Friend with
Benefit
(FWB)
FWB merupakan istilah yang cukup popular dikalangan muda zaman sekarang. Singkatan ini digunakan
untuk mengistilahkan hubungan dua teman yang memiliki rasa percaya satu sama lain untuk melakukan
aktivitas seksual tanpa takut menyakiti perasaan satu sama lain. Keduanya sama-sama memiliki
persetujuan untuk menjalani FWB.
Hal ini tentu saja perlu dihindari, karena meskipun telah ada persetujuan dari kedua belah pihak, namun
tidak jarang keduanya tidak siap dengan konsekuensi yang lebih jauh misalnya terjadi kehamilan di luar
nikah atau terjangkit penyakit seksual menular karena hal tersebut. Secara norma dan nilai hal ini juga
bertentangan.
Mahasiswa baru khususnya, perlu memahami pola-pola yang muncul dalam pertemanan di kampus. Tidak
sedikit mahasiswa baru yang terjebak pada hubungan pertemanan yang merugikannya karena kurangnya
pemahaman mereka tentang pergaulan. Hal yang paling penting dilakukan adalah mencari pertimbangan
ketika ragu menjalani pola-pola hubungan dalam kampus bisa ke teman maupun ke profesional konselor
atau psikolog.
Fear of Missing Out (FOMO)
FOMO menjadi istilah yang sering digunakan untuk mewakili rasa takut kehilangan yang mengacu pada
perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau
mengalami hal-hal yang lebih baik daripada dirinya.
Perasaan ini tidak jarang memicu kecemasan yang sangat tinggi dan membuat seseorang cenderung
tidak tenang dalam membangun hubungan interpersonalnya. Mereka ketakutan jika ditinggalkan teman-
temannya dan cenderung menuntut untuk selalu meminta orang lain meyakinkan bahwa mereka tidak
ketinggalan dari teman-teman lainnya. Orang dengan FOMO biasanya cenderung menganggap
kehidupan orang lain lebih baik dan selalu sibuk dengan media sosial serta merasa tidak aman karena
berbagai unggahan temannya. Kecenderungan membandingkan dengan pencapaian orang lain. Hal ini
perlu diminimalisasi dengan lebih mengapresiasi diri sendiri dan menghindari untuk membandingkan
dengan orang lain.
Overthinking
Overthinking adalah kecenderungan untuk sering kali memikirkan hal-hal
sepele secara berlebihan. Hal ini biasanya berkaitan dengan pengambilan
keputusan yang selalu dipenuhi dengan keragu-raguan. Overthinking
dapat berpengaruh besar dalam membangun hubungan interpersonal
karena seseorang cenderung akan memikirkan berulang bagaimana respon
temannya, yang membuat dia akhirnya tidak nyaman dalam hubungan
pertemanan tersebut.
Lebih jauh overthinking juga dapat menyebabkan seseorang menjadi sulit
membuka pertemanan dan semakin menarik diri karena takut akan
penolakan akibat overthinkingnya sendiri. Satu-satunya orang yang dapat
mengendalikan pikiran ini adalah diri sendiri. Salah satu caranya adalah
dengan berusaha lebih rileks dan santai dengan keadaan dan tidak
menduga-duga apa yang orang lain pikirkan atau apa yang akan terjadi.
Membangun pergaulan yang sehat
dengan memberi batasan dalam
pergaulan
Salah satu hal penting dalam membangun pergaulan yang sehat
adalah memberikan batasan dalam pergaulan itu sendiri. Batasan
dalam pergaulan dapat membuat pergaulan tersebut lebih nyaman
karena masing-masing individu memiliki privasi yang sama-sama
dijaga. Adapun batasan yang perlu dilakukan adalah:
1. Memahami personal space diri sendiri dan orang lain
2. Tidak mencampuri urusan orang lain.
3. Mengatakan tidak pada hal-hal yang kurang prioritas.
4. Memberikan pengertian tentang apa yang disukai dan tidak
disukai dalam pergaulan
Belajar Tegas/Asertif
Ketegasan sering diistilahkan sebagai asertif. Lebih sederhanya istilah ini diartikan sebagai sikap
mampu bersikap tegas/berani dalam menerima dan menolak sesuatu sesuai dengan kebutuhan
atau prioritas. Kemampuan ini akan membantu mahasiswa untuk dapat membangun hubungan
interpersonal yang sehat.
Mahasiswa tidak akan terganggu dengan perasaan tidak enak atau takut untuk dijauhi, ketika dia
sudah memiliki sikap asertif. Cara mengembangkan sikap ini adalah dengan belajar mengatakan
tidak pada hal-hal yang tidak esensial dan menyampaikan alasan dengan baik pada lawan
bicaranya.
Mencari Terjebak dalam pergaulan yang kurang sehat tentu dapat berdampak buruk
pada keadaan psikologis seseorang. Terkadang orang tersebut tidak menyadari
bantuan bahwa dirinya sudah berada dalam hubungan yang tidak menguntungkan.
Apabila hal tersebut terjadi dan kemudian membuat kita tidak bisa menjalani
psikologis hari-harinya seperti biasa atau cenderung tidak mood untuk melakukan apapun
dan bahkan muncul gejalan kecemasan atau depresi selama dua minggu atau
bahkan lebih, ini adalah saat dimana dia membutuhkan bantuan profesional.
Bantuan psikologis dapat membantu mereka untuk bangkit dan keluar dari
pergaulan yang tidak menguntungkan. Sebagai teman, kita dapat memberikan
rekomendasi pada mereka yang mengalami permsalahan gangguan mood yang
terjdi dalam jangka waktu lama untuk segera bertemu profesional konselor atau
psikolog.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai