Anda di halaman 1dari 18

Konselor sebaya

Keeratan, keterbukaan, dan perasaan senasib muncul di antara sesama remaja dapat menjadi
peluang bagi upaya memfasilitasi perkembangan remaja. Disisi lain beberapa karakteristik
psikologis remaja, misalnya emosional, labil, juga merupakan tantangan bagi e fektifitas layanan
terhadap mereka. Pentingnya teman sebaya bagi remaja tampak dalam konformitas remaja
terhadap kelompok sebayanya. Konselor sebaya bukanlah konselor profesional atau ahli terapi.
Mereka adalah para siswa (remaja) yang memberikan bantuan k epada siswa lain di bawah
bimbingan konselor ahli. Dalam konseling sebaya, peran dan kehadiran konselor ahli tetap
diperlukan. Dalam model konseling ini terdapat hubungan Triadik antara konselor ahli, konselor
teman sebaya dan konseli teman sebaya. Demik ian dikatakan Dr.Suwarjo, dosen Bimbingan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNY dalam seminar pengembangan ilmu pendidikan di
ruang Serbaguna FIP, baru-baru ini. Lebih lanjut, Suwarjo memaparkan bahwa saat seorang
remaja mendapatkan sebuah masalah, mereka lebih banyak sharing (curhat) kepada teman
sebaya) daripada kepada guru atau orang tua. Hal ini disebabkan karena sesama remaja tahu
persis lika-liku masalah itu dan lebih spontan dalam mengadakan kontak. Masih menurut doktor
bidang BK ini, konselor seb aya terlatih yang direkrut dari jaringan kerja sosial memungkinkan
terjadinya sejumlah kontak yang spontan dan informal. Kontak-kontak yang demikian memiliki
multiplying impact pada berbagai aspek dari remaja lain. Bahkan, dapat menjadi jembatan
penghubung antara konselor profesional dengan para siswa (remaja) yang tidak sempat berjumpa
dengan konselor.Sesuai dengan kemampuannya, konselor sebaya diharapkan mampu menjadi
sahabat yang baik. Ia minimal menjadi pendengar aktif bagi teman sebayanya yang membut
uhkan perhatian. Selain itu, ia juga mampu menangkap ungkapan pikiran dan emosi di balik
ekspresi verbal maupun non verbal, berempatik tulus, dan bila memungkinkan mampu pecahkan
masalah sederhana tersebut urainya lebih lanjut. (ratnae/la Ode)

Konselor Sebaya (Peer Counseling) merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang disengaja dan
sistematik. Konseling sebaya memungkinkan siswa untuk memiliki ketrampilan-ketrampilan guna
mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemampuan mengontr ol diri yang bermakna bagi remaja.

Kegiatan ini sebagai upaya mencetak konselor sebaya ( peer counseling) yang merupaka suatu cara bagi para
siswi (remaja) belajar tentang bagaimana memperhatikan dan membantu teman sebayanya dalam
menyelesaikan berbagai problematika kehidupan. Dalam pel atihan ini ada beberapa materi yang diberikan
diantaranya materi ketrampilan menjadi pendengar aktif dan berempati serta teknik konseling sebaya yang
dilanjutkan dengan praktek konseling sehingga secara langsung para peserta pelatihan peer counseling memah
ami etika dan kode etik sebagai konselor sebaya.

Sesuai dengan kemampuannya konselor sebaya (Peer Counseling) diharapkan mampu menjadi sahabat yang
baik, yaitu minimal mampu menjadi pendengar aktif bagi teman sebayanya ( yaitu dalam usia atau tingkatan
yang kurang lebih sama) yang membutuhkan perhati an atau penyelesaian masalah yang dihadapinya. (Penulis,
AminHasanah, S.Pd)

Konseling Sebaya, Oleh Dan Untuk Mahasiswa

03 Desember 2005 16:53:15

Konsultasi ternyata tidak selalu dilakukan dengan Psikolog. Dalam Kelompok Konseling
Sebaya, konsultasi malah lebih efektif karena berasal dari mahasiswa. Hal itu diungkap Dra Irma
Windra Syahrial MM Konselor pendidikan dari UBAYA saat membagi pengalamann ya dalam
Lokakarya Peningkatan Peran SAC dan Pembentukan Peer Group Konseling untuk Menunjang
Keberhasilan Mahasiswa, hari Sabtu (3/12) di Gedung lantai 2 SAC ITS.

- Sesuai taraf perkembangannya, mahasiswa mungkin saja mengalami masalah yang dapat
menimbulkan ketegangan dan kecemasan. Bisa karena permasalahan dengan teman kos, Indeks
Prestasi (IP) yang menurun atau perselisihan dengan paca r. Menjalani masa ini, menurut Dra
Irma Widra Syahrial MM mahasiswa memerlukan bimbingan yang tepat. Mahasiswa
membutuhkan sesorang yang dapat diajak berdiskusi. Konsultasi dengan psikolog pun bisa
dilakukan. Tapi menurut Irma, konselor dari mahasiswa mala h lebih efektif.Irma lalu
menyebutkan tiga alasan mengapa konselor mahasiswa lebih efektif dibanding psikolog, "Alasan
pertama, mendiskusikan masalah dengan teman sebaya dirasakan lebih enak dan aman. Alasan
kedua, teman sebaya memiliki cara pandang dan gaya hidup yang mirip sehingga dianggap lebih
memahami. Yang ketiga adalah situasi diskusi bisa lebih luwes alis curhat.'3fUntuk itulah,
Pusat Layanan Konseling dan Pendampingan Akademik Mahasiswa (PLKPAM) UBAYA yang
dipimpinnya mendirikan Peer Group Kon seling beberapa tahun lalu. Para konselornya adalah
mahasiswa dan mereka minimal bekerja selama dua semester. Cara ini ternyata terbukti sukses
membantu mahasiswa disana ketimbang menggunakan jasa psikolog.Konseling Sebaya berarti
ada proses tatap muka dimana seorang mahasiswa membantu mahasiswa lain agar dapat
memecahkan masalahnya sendiri. Meski konselor berasal dari mahasiswa, mereka juga harus
memiliki teknik konsultasi yang tepat. Seperti bagaimana membangun hubungan saling percaya
dan komunikasi te rbuka. Untuk itu harus diberikan training seperti ketrampilan sebagai active
listener , ketrampilan menangani krisis dan cara merujuk (referrals).Yang menjadi konselor pun,
ujar Irma, bukan sembarang mahasiswa karena akan menjadi panutan. Konselor mahas iswa
harus aktif, ramah, memiliki motivasi yang tinggi dan senang membantu orang lain. "Maka dari
itu, mereka (konselor, red) harus memiliki model peran positif. Kualitas pribadi juga harus
bagus. Dan yang paling penting, ia harus dapat menjamin kerahasiaa n. Konsultasi jangan
dijadikan ajang gosip,'3f tegas Irma disertai tawa peserta. Wanita dengan tiga putra ini juga
mengingatkan bahwa karena konsultasi bisa berupa permasalahan akademik, IPK dan prestasi
akademik konselor juga harus bagus.Melihat keberhas ilan program Peer Group Konseling di
UBAYA, SAC ITS dalam waktu dekat akan membentuk kelompok pendamping konseling
sebaya ini. Sri Mulyono, Konselor dan Psikolog SAC ITS menyebutkan pihaknya akan segera
menghimpun mahasiswa yang bersedia menjadi konselorny a.(ftr/asa

)Teman Se-Geng Selalu Asyik

Basi enggak sih kalau sudah se-gede gini masih juga tergantung sama ortu? Rasanya pendapat
teman jauuuh lebih sip dibanding pendapat mereka. Masalahnya, kalau kedua pendapat itu
bertentangan, kita mesti milih yang mana?

Masak sih kita harus selalu dalam pengaruh ortu? Rasanya jauh lebih asyik gabung dengan
teman-teman se-geng. Mereka lebih menyenangkan dan seru. Pendapat mereka pun lebih pas
buat kita. Tapi kesenangan itu jadi terganggu kalau nilai dan aturan yang asyik i tu bertentangan
dengan ortu. Hal ini nih yang sering bikin "perang" di rumah.
Menurut para pakar, kita memang sedang dalam usia mencari pengakuan di luar rumah. Kita
mencari kesamaan di luar sana. Soalnya, perubahan yang kita alami juga dialami oleh teman-
teman. Itulah yang membuat mereka seperti lebih mengerti kita dibanding ortu.

Kita pun jadi lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman dibandingkan bersama
ortu maupun keluarga lainnya sehingga wajar saja jika tingkah laku dan nilai-nilai yang ada pada
kita banyak dipengaruhi oleh kelompok. Meskipun kelihatannya kita sangat bergantung pada
teman, bahkan ingin melepaskan diri dari ortu, tetapi pada sisi lain kita masih sangat
memerlukan dan bergantung pada ortu. Itulah yang disebut dengan sifat ambivalence atau
mendua. Normal banget dialami oleh manusia seusia kita.

Begitu menghadapi masalah berat atau harus mengambil keputusan yang berkaitan dengan masa
depan, kita langsung tergantung pada orangtua. Kita butuh pertimbangan mereka, sedangkan
untuk urusan gaul, cowok/cewek, dan lain-lain itu, kita lebih tergantung sama teman.

Penerimaan teman sebaya atau teman se-geng memang penting banget. Enggak asyik rasanya
kalau kita enggak satu selera dengan banyak orang, beda gaya, cara ngomong enggak gaul, dan
masih banyak lagi. Nantinya sih semua itu akan berkurang seiring usia. Nantin ya, kita otomatis
akan memilih teman yang lebih cocok dan mendukung hidup kita.

Tapi ternyata enggak semua orang begitu, lho. Remaja yang berasal dari keluarga yang terlalu
hangat, memberikan perlindungan dan keamanan secara berlebihan, melibatkan ikatan emosi
yang sangat kuat, cenderung memengaruhi remaja menjadi malas gaul. Umumnya, remaja ini
lebih senang menyendiri atau bergaul dengan orang-orang tertentu saja, bahkan ada juga yang
menjadi minder dan sulit berinteraksi dengan teman sebayanya.

Sedangkan keluarga yang tidak memberikan kehangatan dan ikatan emosi kepada anaknya,
cenderung memengaruhi remaja untuk berusaha keras mengikatkan diri pada lingkungan lain
yang dianggap asyik, dan secara penuh mengikuti aturan kelompok tersebut tanpa memb edakan
mana tingkah laku yang salah dan benar demi penerimaan kelompok.

Keluarga yang memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam kadar yang tidak berlebihan
dan senantiasa memberikan dukungan positif, cenderung membantu remaja mengembangkan
ikatan lain di luar keluarga secara lebih baik. Ia mampu menentukan kapan ia harus mengikuti
teman se-geng dan kapan harus menolak ajakan dari teman-temannya. Selain itu, ia juga tidak
merasa perlu untuk sangat "tergantung" pada teman sebayanya agar keberadaan dirinya diakui.
Manusia jenis ini biasanya akan terbebas dari pengaruh negatif .

*Untung ruginya persahabatan

Selagi masih remaja, kita perlu terus menjalin persahabatan dengan teman sebaya. Ini adalah
salah satu cara untuk mengembangkan diri. Ini nih beberapa manfaatnya:

Biasanya dengan teman dekat kita bisa berbicara terbuka dan jujur. Hal ini memberikan
kemampuan kita untuk peka pada kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan keinginan orang lain.
Persahabatan memungkinkan kita untuk saling berbagi dalam banyak hal, termasuk persoalan
yang bersifat pribadi. Persahabatan dapat memberikan kesempatan bagi kita untuk menggali dan
mengenali diri sendiri.

Kepekaan kita karena persahabatan akan dapat meningkatkan rasa empati atau dapat merasakan
apa yang dirasakan orang lain. Kebersamaan dengan teman menjadikan kita akan merasa
memperoleh dukungan, termasuk saat kita sedang bermasalah atau sewaktu mengalam i stres.

Sikap positif yang ada pada kita seperti disiplin, rajin belajar, patuh pada ortu, bisa ditiru atau
diikuti oleh teman se-geng. Kalau kita melakukan hal baik, akan terlihat cool di mata teman.

Selain hal-hal positif yang ditimbulkan dari persahabatan dengan teman sebaya ada juga ternyata
aspek negatifnya antara lain:

Karena ingin diakui atau diterima oleh teman, kita kadang melakukan hal-hal yang kurang pas.
Karena takut dibilang aneh, walau salah, kita tetap lebih menerima pendapat teman dibanding
pilihan kita sendiri.

Kita juga jadi suka kemakan tren. Kalau orang lain sering ganti pacar, misalnya, kita pun
enggak mau kalah.

Karena terlalu sering bareng teman, kita jadi enggak punya cukup waktu untuk melakukan hal-
hal lain yang menarik. Pun jadi jarang ketemu keluarga.

*Teman se-geng

Kelompok sebaya ini biasanya beranggotakan cowok saja, cewek saja, atau campuran. Kalau
yang cowok saja biasanya sebagian besar anggotanya tidak terlampau dekat secara emosional,
sedangkan kelompok cewek biasanya anggotanya lebih akrab. Kelompok sebaya cow ok
cenderung lebih banyak berbagi pengalaman petualangan atau topik-topik tertentu yang menarik
minat mereka, seperti olahraga, musik, film, dan teknologi. Mereka umumnya jarang berbagi
perasaan atau emosi. Sedangkan kelompok sebaya cewek cenderung lebih b isa berbagi
pengalaman dan perasaan.

Enggak ada salahnya memilih teman berdasarkan kesamaan minat, nilai-nilai yang sama, yang
dapat mengerti dan memberi rasa aman, yang dapat berbagi masalah dan membahas hal-hal yang
tidak dapat dibicarakan dengan orang dewasa. Apalagi kalau kita bisa mengam bil hal-hal yang
positif. Melalui kelompok sebaya kita bisa meningkatkan pengetahuan dan berbuat sesuatu untuk
diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Dengan menyadari kekuatan kelompok sebaya ini kita
bisa menjadikan kelompok sebaya sebagai pendidik se baya atau peer educator untuk
pengetahuan apa saja. Misalnya, dengan memberikan informasi langsung, menjadi motivator
untuk kegiatan-kegiatan remaja di sekolah maupun di lingkungan, bahkan memberikan peer
counselling atau konselor sebaya. Tentunya untuk it u perlu pelatihan khusus.

Nah, dengan begitu kelompok sebaya ini bisa meningkatkan pengetahuan, kita juga bisa
membantu teman-teman sebaya kita yang lagi punya masalah, terus kita juga bisa belajar
berorganisasi yang benar, belajar bekerja dan berinteraksi dengan berbagai orang den gan latar
belakang yang berbeda. Hal itu pasti banyak manfaatnya kelak buat kita. So, selamat nge-geng!

Chatarina Wahyurini dan Yahya Mafshum (Sumber: Modul PKBI )

PENTINGNYA METODE PEMBIMBING TEMAN SEBAYA

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa ,dimana masa
ini merupakan periode perubahan yang meliputi perubahan fisik,emosi dan perilaku sosial.

Masa remaja merupakan usia bermasalah,dan masalah-masalah yang timbul sulit untuk diatasi
sendiri,hal ini dikarenakan pada usia kanak-kanak sebagian besar masalah yang timbul diatasi
oleh orangtua dan guru,sehingga remaja belum mempunyai pengalaman dalam m engatasi
masalah yang dihadapinya,disisi lain remaja merasa dirinya sudah dewasa dan mampu mengatasi
sendiri masalahnya tanpa bantuan orangtua atau gurunya,hal ini wajar karena masa remaja
merupakan masa mencari identitas diri,yaitu masa menemukan jatidiri nya dan peran apa yang
harus diambil dalam masyarakat,olehkarena itu dalam masa remaja ini sering terjadi konflik
dalam diri remaja tersebut.

Orangtua dan guru punya peran yang sangat penting dalam rangka membantu remaja
menemukan jati diri remaja tersebut,akan tetapi seringkali remaja tidak mau berterusterang
kepada orangtua atau gurunya yang disebabkan banyak faktor,antara lain :

Perasaan malu

Perasaan takut

Perasaan gengsi

Dll

Maka guru BK sebagai tenaga yang bertanggung jawab terhadap permasalahan remaja disekolah
wajib mencari solusi bagi permasalahan diatas.Pembimbing Teman Sebaya merupakan jawaban
bagi permasalahan ini.

A.Langkah-langkah Kegiatan

I. Pembentukan Pembimbing Teman Sebaya

Diawal tahun pelajaran baru,atau dalam langkah penyusunan program pengajaran guru BK
hendaknya memprogramkam mengenai pembentukan Pembimbing Teman Sebaya,caranya dapat
melalui seleksi oleh guru BK atau melalui angket sosiometri,siswa yang dipilih hendaknya
adalah siswa yang populer dalam tiap kelasanya,hal ini penting agar siswa yang bermasalah
dikelasnya mau membuka diri dalam memecahkan masalahnya.Jumlah siswa yang diambil dari
tiap kelas jangan terlalu banyak,untuk kelas dengan jumlah siswa 38, maksimal diambil 5 orang
untuk menjadi Pembimbing Teman Sebaya.
II. Pelatihan Pembimbing Teman Sebaya

Setelah proses seleksi calon pembimbing Teman Sebaya dilakukan,langkah berikutnya adalah
mengadakan pelatihan pembimbing teman sebaya, guru BK dan tiemnya harus memberikan
semacam penataran kepada siswa-siswa yang telah terpilih dikelasnya, Lama pelatihan
disesuaikan dengan kebutuhan dan materi yang akan diberikan.Waktu yang diambil jangan
sampai mengganggu tugas pokok siswa-siswa dalam mengikuti pelajaran, jadi waktu bisa
dilaksanakan setelah selesai sekolah atau dihari-hari yang tidak efektif.

III. Pelaksanaan Kegiatan

Dalam kegiatan ini guru BK memberikan serangkaian tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa
Pembimbing Teman Sebaya misalnya :

a.Mencatat dan melaporkan mengenai data presensi siswa di kealasnya

b.Mencatat dan melaporkan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di kelasnya.

c.Melakukan kunjungan rumah kepada siswa yang tidak masuk tanpa keterangan atau sakit, guna
mencari informasi atau membezuk teman sekelasnya.

d.Melaporkan siswa-siswa yang memerlukan penanganan khusus oleh guru BK.

e.Menjadi sumber informasi bagi guru BK.

IV. Materi-materi yang Diberikan Dalam Pelatihan Pembimbing Teman Sebaya

Materi yang diberikan dalam pelatihan Pembimbing Sebaya antara lain :

a.Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling

b.Azas-azas Bimbingan Konseling

c.Karakteristik Remaja

d.Masalah-masalah yang sering dihadapi remaja

e.Pedoman wawancara

f.Tata karma

g.dll

v. Tahap akhir atau Evaluasi

dalam tahap akhir atau tahap evaluasi ini diadakan pertemuan antara sesama
Pembimbing Teman Sebaya dan antara Pembimbing Teman Sebaya dengan guru BK. Dalam
kegiatan ini masing-masing Pembimbing Teman Sebaya melakukan sharing tentang berbagai
permasalahan yang ada dan mengkonsultasikan permasalahannya kepada guru BK, guru BK
berke wajiban memberikan masukan-masukan yang berharga kepada Pembimbing Teman
Sebaya,dan membuat agenda kegiatan berikutnnya.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah kegiatan-demi kegiatan dalam metode Pembimbing Teman Sebaya ini dilakukan, maka
dapat di rasakan manfaat dan hasil yang signifikan dalam upaya optimalisasi layanan BK di
SMA antara lain:

1.Layanan Bimbingan Konseling di SMA menjadi lebih optimal.

2.Layanan Bimbingan Konseling di SMA menjadi lebih efisien dan efektif.

3.Tugas-tugas guru BK disekolah menjadi ringan dengan adanya siswa yang membantu.

4.Dapat membantu mengatasi masalah siswa dengan data yang lebih lengkap.

5.Siswa ( Pembimbing Teman Sebaya ) menjadi lebih percaya diri karena diberi tanggungjawab
oleh guru.

6.Siswa yang bukan Pembimbing Teman Sebaya merasa lebih nyaman curhat kepada temannya
sendiri,tanpa ada perasaan takut,malu dll.

7.Masalah-masalah yang sebelumnya tidak terungkap menjadi terungkap.

B.Saran

Setelah penulis merasakan manfaat menggunakan metode ini penulis menyarankan kepada
sejawat BK,agar mencoba metode ini, sepanjang tidak merampas hak-hak siswa sebagai pelajar
yang juga punya tugas dan kewajiban belajar.

Daftar pustaka

1.A. Supraktiknya,Dr. 1995. Komunikasi Antar Pribadi, Tinjauan Psikologis,Kanisius,


Yogyakarta.

2.Lentera Sahaja, PKBI, 2000. Panduan Konseling Seksualitas Remaja. Yogyakarta.

3.Prayitno, H. Prof. Dr. MSc.Ed. 1999. Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka, Jakarta.
Posted by Dra. Sunarti

KONSELING DAN MASALAH-MASALAH REMAJA

Masalah-masalah remaja bisa diselesaikan dengan dua cara, yaitu

dengan mengonseling para remaja dan dengan membantu orang tua. Dalam

kedua kasus ini, konselor harus menunjukkan bahwa dia memunyai

pemahaman yang luas tentang perjuangan-perjuangan para remaja ini

dan pengetahuan tentang berbagai tekanan yang terbentuk, baik dalam

diri konseli maupun dalam rumah mereka. Sering kali, orang tua dan

remaja dibingungkan, dikecewakan, dan terluka karena ketegangan

interpersonal dan tekanan-tekanan remaja yang telah terbentuk.

Biasanya ada kemarahan, kehilangan harga diri, kecemasan akan masa

depan, dan perasaan bersalah di masa lalu. Konselor yang memahami

dan menerima masalah-masalah tersebut tanpa memihak, bisa

mendapatkan dampak penting, baik dari orang tua maupun remaja.

Dampak itu bahkan bisa lebih besar bila konselor cukup peka, tenang,

penuh belas kasih, dan tangguh dalam menoleransi kritik dan pujian,

yang kadang-kadang muncul dalam sesi konseling. Remaja dan orang tua

mereka membutuhkan orang yang peduli, bijaksana, dan percaya diri,

yang dapat memberikan tuntunan yang tenang dan menyejukkan di saat

masalah berkecamuk.

Konseling Remaja

Mungkin tugas yang paling sulit dalam konseling remaja adalah

membangun hubungan yang saling percaya dan membantu konseli muda


mengenali kebutuhannya untuk ditolong. Beberapa konseli datang

dengan sukarela meminta bantuan, tetapi sering kali remaja merasa

tidak membutuhkan konseling dan mereka dikirim oleh orang tua,

guru, atau hakim. Saat hal itu terjadi, konselor dipandang

sebagai sekutu orang tua, dan penolakan pun muncul di awal

pertemuan.

a. Membuat Rapor Perkembangan

Kejujuran dan hormat, dipadu dengan belas kasih dan

kelemahlembutan, semuanya penting, khususnya saat konseling

baru dimulai. Bila ada perlawanan, hadapilah secara langsung

dan berikan kesempatan kepada konseli untuk memberikan

respons. Anda bisa bertanya, "Bisakah kamu jelaskan apa yang

menyebabkan kamu ada di sini?" Bila konseli tidak memberikan

respons, tanyakan: "Orang lain pasti ingin kamu datang kemari.

Saya yakin kamu pasti punya beberapa alasan." Tunjukkan hormat

pada konseli dan hindari memberi pertanyaan dengan cara yang

menunjukkan penghakiman atau kritikan. Hal ini justru

menimbulkan perlawanan dan meningkatkan pembelaan dirinya.

Berusahalah untuk memfokuskan diskusi pada masalah tertentu

secara konkret, dengarkan dengan cermat apa yang dikatakan

konseli, izinkan konseli untuk mengungkapkan perasaannya, dan

secara berkala tunjukkan apa yang sedang terjadi secara

emosional selama wawancara berlangsung. "Kamu kelihatannya


sangat marah," atau "Saya rasa kamu sangat bingung sekarang

ini," adalah contoh komentar-komentar yang mendorong perasaan

untuk berdiskusi. Cobalah untuk menjaga suasana tetap santai,

tidak resmi, pada tahap berbincang-bincang.

b. Pemindahan

Kata pemindahan ini merujuk pada kecenderungan beberapa

individu untuk memindahkan perasaan tentang seseorang di masa

lalu ke seseorang di masa kini. Contoh, seorang konseli muda

yang membenci ayahnya bisa memindahkan kebenciannya kepada

konselor pria. Konselor harus mengetahui bahwa dia sering kali

akan dimusuhi, dicurigai, ditakuti, atau dibanggakan terutama

karena sang konselor mirip dengan orang dewasa lainnya.

Konselor mungkin ingin mendiskusikan pemindahan perasaan ini

dengan konseli mereka. Kadang-kadang hal ini berujung pada

wawasan dan perilaku bermanfaat yang dapat diterapkan pada

sesi konseling.

Sebagai seorang konselor, cobalah untuk tidak memberi respons

seperti orang tua konseli, pahlawan, atau orang lain yang

kepadanya Anda disejajarkan. Selain itu, waspadalah pada

pemindahan balik. Hal ini merujuk pada kecenderungan konselor

untuk melihat kesamaan antara konseli dan beberapa orang

lainnya. Bila konseli mengingatkan Anda pada anak Anda

sendiri, misalnya, atau bila Anda menjadi ingat pada tetangga


Anda yang suka membuat masalah, perasaan Anda pada orang-orang

ini bisa dipindahkan kepada konseli dan memengaruhi

objektivitas Anda sebagai penolong. Sebaiknya tidak

memperlihatkan hal ini kepada konseli, tetapi Anda akan sangat

terbantu bila Anda mendiskusikan hal ini dengan konselor lain.

c. Mengenali Masalah

Sangat sulit untuk menolong bila Anda tidak dapat mengenali

masalahnya. Karena konseli remaja kadang-kadang menyangkali

bahwa mereka punya masalah, maka konseling bisa menjadi suatu

tantangan. Daripada mencoba untuk mengelompokkan atau

mendiagnosa masalah, akan lebih menolong bila mendorong remaja

untuk membicarakan masalah-masalah mereka, misalnya tentang

sekolah, kegiatan di waktu luang, minat, apa yang disukai dan

tidak disukai, orang tua, teman-teman, rencana masa depan,

agama, kencan, seks, kekhawatiran, dan masalah-masalah serupa

lainnya. Mulailah dengan hal-hal yang relatif tidak mengancam

(misalnya, "Ceritakan tentang sekolahmu atau keluargamu";

"Hal-hal yang baru-baru ini terjadi dan menarik perhatianmu")

dan kemudian bergeraklah ke hal-hal yang sensitif. Dalam

melakukan semua hal ini, Anda seharusnya menunjukkan bahwa

Anda benar-benar ingin mendengarkan. Cobalah untuk menjadi

teman, bukan penyidik. Beberapa pertanyaan umum mungkin

diperlukan untuk memulai prosesnya, tetapi ketika konseli


mulai berbicara dan Anda menunjukkan keinginan untuk memahami,

konseli remaja mungkin mulai mengungkapkan ketakutannya,

perasaan-perasaannya, perilakunya, kekhawatirannya, kata

hatinya, tekanan interpersonal, pembelaan diri, dan hal-hal

penting lainnya.

d. Menentukan Tujuan

Setelah Anda membuat rapor perkembangan, mulai mengenali

masalah, dan mendapatkan beberapa pandangan mengapa rencana

tindakan semula tidak berhasil, maka ada baiknya untuk

menyusun beberapa tujuan.

Dalam berbagai kondisi konseling, tujuan harus sespesifik

mungkin. Bila Anda dan konseli Anda memiliki tujuan yang

berbeda, ketidakcocokan ini harus diselesaikan. Kemudian, saat

tujuan yang jelas dan bisa diterima oleh kedua belah pihak

sudah terbentuk, konseli harus ditolong untuk mengambil

tindakan untuk mencapai tujuan ini. Langkah ini dianggap

sebagai tahap yang penting sekali dalam konseling; point

kritis di mana kegagalan dalam proses konseling paling mungkin

terjadi. Mudah bagi setiap orang untuk setuju pada tujuan yang

ditetapkan, tetapi lebih sulit untuk membuat perubahan yang

akan terus bergerak setahap demi setahap sampai tujuan

akhirnya.

Akhirnya, konselor Kristen membantu anak muda ini tumbuh


dewasa dan menjadi orang dewasa yang menghormati Kristus

melalui gaya hidup, kepercayaan, ketenangan diri, dan hubungan

pribadi mereka. Untuk menolong konseli mencapai tujuan ini,

perlu fokus pada masa sekarang, masalah-masalah yang lebih

mendesak. Kadang-kadang hal ini dilakukan dengan menuntun

konseli ketika mereka mengubah pikiran, pandangan, dan

perilaku mereka. Ada saat-saat di mana Anda mungkin ingin

mengadakan konseling kelompok. Konseling kelompok ini bisa

menjadi pertolongan istimewa bagi remaja yang memunyai masalah

interpersonal, kecenderungan untuk menarik diri, atau

masalah-masalah yang dibagikan oleh orang lain, misalnya

pelecehan dalam keluarga, orang tua pemabuk, atau kerabat yang

punya penyakit parah. Hubungan dan "sharing" yang saling

menguntungkan yang ada dalam konseling kelompok bisa

memberikan semangat dan mengajarkan remaja pentingnya

pelajaran tentang bagaimana berhubungan dengan orang lain

secara efektif. Sering kali, hal ini membebaskan mereka untuk

bertumbuh secara rohani yang membawa jawaban akhir atas

masalah-masalah kehidupan. (t/Ratri)

Diterjemahkan dan disesuaikan dari:

Judul buku: Christian Counseling: A Comprehensive Guide

Judul asli artikel: Counseling and the Problem of Adolescents

Penulis: Gary R. Collins, Ph.D.


Penerbit: Word Publishing, Dallas, London, Vancouver, Melbourne 1988

Halaman: 175 -- 178

TIPS _________________________________________________________________

KONSELING REMAJA

Sekitar tahun 1950-an, pengaruh terbesar dalam hidup remaja adalah

rumah. Berikutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan

televisi. Suatu survei di tahun 1990 membuktikan bahwa teman sebaya

kini menjadi pengaruh terbesar bagi remaja, diikuti kemudian oleh

musik rap, televisi, rumah, dan sekolah. Gereja bahkan tidak ada

dalam daftar tersebut!

Selain berita ini, sebagian besar anak muda (92%) ingin belajar

lebih dalam lagi tentang nilai-nilai. Hal ini tampaknya menunjukkan

bahwa anak-anak muda ini secara intuitif memahami bahwa

masalah-masalah besar, seperti kekerasan, seks bebas, ketidakhadiran

orang tua, penyalahgunaan obat-obatan, dan kehamilan di usia muda

akan lebih mudah diselesaikan bila nilai-nilai moral diajarkan dan

dipercayai.

Namun, pendeta yang mengonseling para remaja harus memahami bahwa

remaja generasi sekarang ini adalah generasi yang pesimis. Banyak

anak remaja yang memandang warisan mereka sebagai dunia yang

terpolusi dan masyarakat yang terpecah-pecah karena ras yang

sebagian besar tertekan oleh masalah-masalah sosial yang

bertumpuk-tumpuk. Mereka merasa dicurangi dan dikhianati oleh


kemungkinan bahwa masa-masa emas suatu era akan berakhir. Generasi

baru anak-anak muda ini mempertanyakan kekuasaan dan membawa

penghinaan yang dapat dilihat secara hierarki. Dalam beberapa hal,

anak-anak muda ini terus bergerak, sangat ingin berkembang tetapi

takut pada konsekuensi-konsekuensi.

Berbicara dengan Anak Remaja

Meski situasinya buruk, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan.

Berikut beberapa saran yang bisa menolong kita melayani dengan

efektif remaja-remaja masa kini yang terluka.

1. Hindari berlaku seperti seorang remaja supaya bisa menjalin

relasi dengan mereka.

Ini adalah kesalahan yang umum terjadi secara terus-menerus.

Seorang konselor tidak perlu mengenakan pakaian model terbaru,

mendengarkan musik, atau menggunakan bahasa gaul (yang

kelihatannya aneh) untuk bisa menjalin relasi dengan anak muda.

2. Menjadi pendengar yang ahli.

Dengarkan anak-anak remaja dengan apa yang disebut Theodore Reik

sebagai "telinga ketiga". Konseling akan mati bila dilakukan

tanpa mendengarkan hati yang terluka -- kecemasan, kesedihan,

rasa malu, kesepian -- yang ada di balik anak muda yang tampaknya

biasa-biasa saja. "Cepatlah untuk mendengar tetapi lambat untuk

berkata-kata." (Yakobus 1:19)

3. Tunjukkan peliknya masalah-masalah yang ditunjukkan oleh para


remaja.

Gunakan alat-alat penilaian, misalnya "Helping the Strugling

Adolescent: A Counseling Guide" (Zondervan). Sumber bahan ini

berisi formulir-formulir dan tuntunan-tuntunan untuk menilai

suatu masalah -- depresi, rasa bersalah, kecemasan, dukacita,

penyalahgunaan obat-obatan, kelainan makan, dan masalah-masalah

lainnya -- dengan cepat.

4. Tantanglah kata-kata yang berlebihan dalam percakapan.

Beberapa remaja menjelaskan suasana hidup mereka dalam ungkapan

yang global, misalnya "Semuanya berantakan", "Tidak ada yang

benar", "Ayah benar-benar bodoh". Selama mereka terus melihat

dunia dengan cara yang seperti ini, mereka tetap akan terpojok.

Bekerja keraslah untuk menyingkirkan ungkapan-ungkapan yang tidak

masuk akal ini.

5. Biasakanlah diri dengan hal-hal yang mereka hadapi.

Remaja zaman sekarang membutuhkan konselor yang tidak malu

terhadap masalah-masalah seperti masturbasi, penggunaan obat

terlarang, perceraian orang tua, kematian teman, perkosaan, atau

masalah-masalah seksual lainnya. Dengan atau tanpa bantuan,

anak-anak remaja akan menghadapi masalah-masalah itu.

6. Mintalah bantuan pada sebuah badan atau kelompok-kelompok

pendukung.

Mereka yang tidak punya pengalaman secara khusus menangani


masalah anak-anak muda bisa mengarahkan para remaja ini kepada

seseorang yang sudah berpengalaman dalam menangani masalah

remaja. Remaja yang berjuang terhadap pelecehan yang dilakukan

orang tua, depresi yang berat, bunuh diri, masalah makanan,

fobia, masalah tidur, atau kecanduan obat-obatan, bisa

disembuhkan dengan bantuan seorang ahli. Pendeta tidak akan dapat

membantu setiap remaja yang bergumul.

Buddy Scott, penulis "Relief for Hurting Parents", mendirikan dan

memimpin suatu agensi yang menolong keluarga dari para remaja.

Kelompok pendukungnya, "Parenting Within Reason", adalah sumber yang

sangat baik bagi orang tua dan penolong-penolong lainnya.

Sayangnya, tidak ada formula yang universal atau sederhana tentang

menyelesaikan masalah-masalah anak muda sekarang yang begitu

kompleks. Bila kita membuat sesuatu yang berbeda dalam hidup mereka,

kita akan perlu melakukan prinsip-prinsip yang telah terbukti secara

psikologi kontemporer ini dengan tetap bersandar pada teologi

alkitabiah, dan mencari pimpinan Roh Kudus dalam setiap usaha kita.

(t/Ratri)

Diterjemahkan dari:

Judul buku: Leadership Handbook of Outreach and Care

Judul asli artikel: Adolescent Counseling

Penulis: Les Parrott III

Penerbit: Bakers Book, Michigan 1994

Anda mungkin juga menyukai