Keeratan, keterbukaan, dan perasaan senasib muncul di antara sesama remaja dapat menjadi
peluang bagi upaya memfasilitasi perkembangan remaja. Disisi lain beberapa karakteristik
psikologis remaja, misalnya emosional, labil, juga merupakan tantangan bagi e fektifitas layanan
terhadap mereka. Pentingnya teman sebaya bagi remaja tampak dalam konformitas remaja
terhadap kelompok sebayanya. Konselor sebaya bukanlah konselor profesional atau ahli terapi.
Mereka adalah para siswa (remaja) yang memberikan bantuan k epada siswa lain di bawah
bimbingan konselor ahli. Dalam konseling sebaya, peran dan kehadiran konselor ahli tetap
diperlukan. Dalam model konseling ini terdapat hubungan Triadik antara konselor ahli, konselor
teman sebaya dan konseli teman sebaya. Demik ian dikatakan Dr.Suwarjo, dosen Bimbingan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNY dalam seminar pengembangan ilmu pendidikan di
ruang Serbaguna FIP, baru-baru ini. Lebih lanjut, Suwarjo memaparkan bahwa saat seorang
remaja mendapatkan sebuah masalah, mereka lebih banyak sharing (curhat) kepada teman
sebaya) daripada kepada guru atau orang tua. Hal ini disebabkan karena sesama remaja tahu
persis lika-liku masalah itu dan lebih spontan dalam mengadakan kontak. Masih menurut doktor
bidang BK ini, konselor seb aya terlatih yang direkrut dari jaringan kerja sosial memungkinkan
terjadinya sejumlah kontak yang spontan dan informal. Kontak-kontak yang demikian memiliki
multiplying impact pada berbagai aspek dari remaja lain. Bahkan, dapat menjadi jembatan
penghubung antara konselor profesional dengan para siswa (remaja) yang tidak sempat berjumpa
dengan konselor.Sesuai dengan kemampuannya, konselor sebaya diharapkan mampu menjadi
sahabat yang baik. Ia minimal menjadi pendengar aktif bagi teman sebayanya yang membut
uhkan perhatian. Selain itu, ia juga mampu menangkap ungkapan pikiran dan emosi di balik
ekspresi verbal maupun non verbal, berempatik tulus, dan bila memungkinkan mampu pecahkan
masalah sederhana tersebut urainya lebih lanjut. (ratnae/la Ode)
Konselor Sebaya (Peer Counseling) merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis yang disengaja dan
sistematik. Konseling sebaya memungkinkan siswa untuk memiliki ketrampilan-ketrampilan guna
mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemampuan mengontr ol diri yang bermakna bagi remaja.
Kegiatan ini sebagai upaya mencetak konselor sebaya ( peer counseling) yang merupaka suatu cara bagi para
siswi (remaja) belajar tentang bagaimana memperhatikan dan membantu teman sebayanya dalam
menyelesaikan berbagai problematika kehidupan. Dalam pel atihan ini ada beberapa materi yang diberikan
diantaranya materi ketrampilan menjadi pendengar aktif dan berempati serta teknik konseling sebaya yang
dilanjutkan dengan praktek konseling sehingga secara langsung para peserta pelatihan peer counseling memah
ami etika dan kode etik sebagai konselor sebaya.
Sesuai dengan kemampuannya konselor sebaya (Peer Counseling) diharapkan mampu menjadi sahabat yang
baik, yaitu minimal mampu menjadi pendengar aktif bagi teman sebayanya ( yaitu dalam usia atau tingkatan
yang kurang lebih sama) yang membutuhkan perhati an atau penyelesaian masalah yang dihadapinya. (Penulis,
AminHasanah, S.Pd)
Konsultasi ternyata tidak selalu dilakukan dengan Psikolog. Dalam Kelompok Konseling
Sebaya, konsultasi malah lebih efektif karena berasal dari mahasiswa. Hal itu diungkap Dra Irma
Windra Syahrial MM Konselor pendidikan dari UBAYA saat membagi pengalamann ya dalam
Lokakarya Peningkatan Peran SAC dan Pembentukan Peer Group Konseling untuk Menunjang
Keberhasilan Mahasiswa, hari Sabtu (3/12) di Gedung lantai 2 SAC ITS.
- Sesuai taraf perkembangannya, mahasiswa mungkin saja mengalami masalah yang dapat
menimbulkan ketegangan dan kecemasan. Bisa karena permasalahan dengan teman kos, Indeks
Prestasi (IP) yang menurun atau perselisihan dengan paca r. Menjalani masa ini, menurut Dra
Irma Widra Syahrial MM mahasiswa memerlukan bimbingan yang tepat. Mahasiswa
membutuhkan sesorang yang dapat diajak berdiskusi. Konsultasi dengan psikolog pun bisa
dilakukan. Tapi menurut Irma, konselor dari mahasiswa mala h lebih efektif.Irma lalu
menyebutkan tiga alasan mengapa konselor mahasiswa lebih efektif dibanding psikolog, "Alasan
pertama, mendiskusikan masalah dengan teman sebaya dirasakan lebih enak dan aman. Alasan
kedua, teman sebaya memiliki cara pandang dan gaya hidup yang mirip sehingga dianggap lebih
memahami. Yang ketiga adalah situasi diskusi bisa lebih luwes alis curhat.'3fUntuk itulah,
Pusat Layanan Konseling dan Pendampingan Akademik Mahasiswa (PLKPAM) UBAYA yang
dipimpinnya mendirikan Peer Group Kon seling beberapa tahun lalu. Para konselornya adalah
mahasiswa dan mereka minimal bekerja selama dua semester. Cara ini ternyata terbukti sukses
membantu mahasiswa disana ketimbang menggunakan jasa psikolog.Konseling Sebaya berarti
ada proses tatap muka dimana seorang mahasiswa membantu mahasiswa lain agar dapat
memecahkan masalahnya sendiri. Meski konselor berasal dari mahasiswa, mereka juga harus
memiliki teknik konsultasi yang tepat. Seperti bagaimana membangun hubungan saling percaya
dan komunikasi te rbuka. Untuk itu harus diberikan training seperti ketrampilan sebagai active
listener , ketrampilan menangani krisis dan cara merujuk (referrals).Yang menjadi konselor pun,
ujar Irma, bukan sembarang mahasiswa karena akan menjadi panutan. Konselor mahas iswa
harus aktif, ramah, memiliki motivasi yang tinggi dan senang membantu orang lain. "Maka dari
itu, mereka (konselor, red) harus memiliki model peran positif. Kualitas pribadi juga harus
bagus. Dan yang paling penting, ia harus dapat menjamin kerahasiaa n. Konsultasi jangan
dijadikan ajang gosip,'3f tegas Irma disertai tawa peserta. Wanita dengan tiga putra ini juga
mengingatkan bahwa karena konsultasi bisa berupa permasalahan akademik, IPK dan prestasi
akademik konselor juga harus bagus.Melihat keberhas ilan program Peer Group Konseling di
UBAYA, SAC ITS dalam waktu dekat akan membentuk kelompok pendamping konseling
sebaya ini. Sri Mulyono, Konselor dan Psikolog SAC ITS menyebutkan pihaknya akan segera
menghimpun mahasiswa yang bersedia menjadi konselorny a.(ftr/asa
Basi enggak sih kalau sudah se-gede gini masih juga tergantung sama ortu? Rasanya pendapat
teman jauuuh lebih sip dibanding pendapat mereka. Masalahnya, kalau kedua pendapat itu
bertentangan, kita mesti milih yang mana?
Masak sih kita harus selalu dalam pengaruh ortu? Rasanya jauh lebih asyik gabung dengan
teman-teman se-geng. Mereka lebih menyenangkan dan seru. Pendapat mereka pun lebih pas
buat kita. Tapi kesenangan itu jadi terganggu kalau nilai dan aturan yang asyik i tu bertentangan
dengan ortu. Hal ini nih yang sering bikin "perang" di rumah.
Menurut para pakar, kita memang sedang dalam usia mencari pengakuan di luar rumah. Kita
mencari kesamaan di luar sana. Soalnya, perubahan yang kita alami juga dialami oleh teman-
teman. Itulah yang membuat mereka seperti lebih mengerti kita dibanding ortu.
Kita pun jadi lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman dibandingkan bersama
ortu maupun keluarga lainnya sehingga wajar saja jika tingkah laku dan nilai-nilai yang ada pada
kita banyak dipengaruhi oleh kelompok. Meskipun kelihatannya kita sangat bergantung pada
teman, bahkan ingin melepaskan diri dari ortu, tetapi pada sisi lain kita masih sangat
memerlukan dan bergantung pada ortu. Itulah yang disebut dengan sifat ambivalence atau
mendua. Normal banget dialami oleh manusia seusia kita.
Begitu menghadapi masalah berat atau harus mengambil keputusan yang berkaitan dengan masa
depan, kita langsung tergantung pada orangtua. Kita butuh pertimbangan mereka, sedangkan
untuk urusan gaul, cowok/cewek, dan lain-lain itu, kita lebih tergantung sama teman.
Penerimaan teman sebaya atau teman se-geng memang penting banget. Enggak asyik rasanya
kalau kita enggak satu selera dengan banyak orang, beda gaya, cara ngomong enggak gaul, dan
masih banyak lagi. Nantinya sih semua itu akan berkurang seiring usia. Nantin ya, kita otomatis
akan memilih teman yang lebih cocok dan mendukung hidup kita.
Tapi ternyata enggak semua orang begitu, lho. Remaja yang berasal dari keluarga yang terlalu
hangat, memberikan perlindungan dan keamanan secara berlebihan, melibatkan ikatan emosi
yang sangat kuat, cenderung memengaruhi remaja menjadi malas gaul. Umumnya, remaja ini
lebih senang menyendiri atau bergaul dengan orang-orang tertentu saja, bahkan ada juga yang
menjadi minder dan sulit berinteraksi dengan teman sebayanya.
Sedangkan keluarga yang tidak memberikan kehangatan dan ikatan emosi kepada anaknya,
cenderung memengaruhi remaja untuk berusaha keras mengikatkan diri pada lingkungan lain
yang dianggap asyik, dan secara penuh mengikuti aturan kelompok tersebut tanpa memb edakan
mana tingkah laku yang salah dan benar demi penerimaan kelompok.
Keluarga yang memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam kadar yang tidak berlebihan
dan senantiasa memberikan dukungan positif, cenderung membantu remaja mengembangkan
ikatan lain di luar keluarga secara lebih baik. Ia mampu menentukan kapan ia harus mengikuti
teman se-geng dan kapan harus menolak ajakan dari teman-temannya. Selain itu, ia juga tidak
merasa perlu untuk sangat "tergantung" pada teman sebayanya agar keberadaan dirinya diakui.
Manusia jenis ini biasanya akan terbebas dari pengaruh negatif .
Selagi masih remaja, kita perlu terus menjalin persahabatan dengan teman sebaya. Ini adalah
salah satu cara untuk mengembangkan diri. Ini nih beberapa manfaatnya:
Biasanya dengan teman dekat kita bisa berbicara terbuka dan jujur. Hal ini memberikan
kemampuan kita untuk peka pada kekuatan, kelemahan, kebutuhan, dan keinginan orang lain.
Persahabatan memungkinkan kita untuk saling berbagi dalam banyak hal, termasuk persoalan
yang bersifat pribadi. Persahabatan dapat memberikan kesempatan bagi kita untuk menggali dan
mengenali diri sendiri.
Kepekaan kita karena persahabatan akan dapat meningkatkan rasa empati atau dapat merasakan
apa yang dirasakan orang lain. Kebersamaan dengan teman menjadikan kita akan merasa
memperoleh dukungan, termasuk saat kita sedang bermasalah atau sewaktu mengalam i stres.
Sikap positif yang ada pada kita seperti disiplin, rajin belajar, patuh pada ortu, bisa ditiru atau
diikuti oleh teman se-geng. Kalau kita melakukan hal baik, akan terlihat cool di mata teman.
Selain hal-hal positif yang ditimbulkan dari persahabatan dengan teman sebaya ada juga ternyata
aspek negatifnya antara lain:
Karena ingin diakui atau diterima oleh teman, kita kadang melakukan hal-hal yang kurang pas.
Karena takut dibilang aneh, walau salah, kita tetap lebih menerima pendapat teman dibanding
pilihan kita sendiri.
Kita juga jadi suka kemakan tren. Kalau orang lain sering ganti pacar, misalnya, kita pun
enggak mau kalah.
Karena terlalu sering bareng teman, kita jadi enggak punya cukup waktu untuk melakukan hal-
hal lain yang menarik. Pun jadi jarang ketemu keluarga.
*Teman se-geng
Kelompok sebaya ini biasanya beranggotakan cowok saja, cewek saja, atau campuran. Kalau
yang cowok saja biasanya sebagian besar anggotanya tidak terlampau dekat secara emosional,
sedangkan kelompok cewek biasanya anggotanya lebih akrab. Kelompok sebaya cow ok
cenderung lebih banyak berbagi pengalaman petualangan atau topik-topik tertentu yang menarik
minat mereka, seperti olahraga, musik, film, dan teknologi. Mereka umumnya jarang berbagi
perasaan atau emosi. Sedangkan kelompok sebaya cewek cenderung lebih b isa berbagi
pengalaman dan perasaan.
Enggak ada salahnya memilih teman berdasarkan kesamaan minat, nilai-nilai yang sama, yang
dapat mengerti dan memberi rasa aman, yang dapat berbagi masalah dan membahas hal-hal yang
tidak dapat dibicarakan dengan orang dewasa. Apalagi kalau kita bisa mengam bil hal-hal yang
positif. Melalui kelompok sebaya kita bisa meningkatkan pengetahuan dan berbuat sesuatu untuk
diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Dengan menyadari kekuatan kelompok sebaya ini kita
bisa menjadikan kelompok sebaya sebagai pendidik se baya atau peer educator untuk
pengetahuan apa saja. Misalnya, dengan memberikan informasi langsung, menjadi motivator
untuk kegiatan-kegiatan remaja di sekolah maupun di lingkungan, bahkan memberikan peer
counselling atau konselor sebaya. Tentunya untuk it u perlu pelatihan khusus.
Nah, dengan begitu kelompok sebaya ini bisa meningkatkan pengetahuan, kita juga bisa
membantu teman-teman sebaya kita yang lagi punya masalah, terus kita juga bisa belajar
berorganisasi yang benar, belajar bekerja dan berinteraksi dengan berbagai orang den gan latar
belakang yang berbeda. Hal itu pasti banyak manfaatnya kelak buat kita. So, selamat nge-geng!
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa ,dimana masa
ini merupakan periode perubahan yang meliputi perubahan fisik,emosi dan perilaku sosial.
Masa remaja merupakan usia bermasalah,dan masalah-masalah yang timbul sulit untuk diatasi
sendiri,hal ini dikarenakan pada usia kanak-kanak sebagian besar masalah yang timbul diatasi
oleh orangtua dan guru,sehingga remaja belum mempunyai pengalaman dalam m engatasi
masalah yang dihadapinya,disisi lain remaja merasa dirinya sudah dewasa dan mampu mengatasi
sendiri masalahnya tanpa bantuan orangtua atau gurunya,hal ini wajar karena masa remaja
merupakan masa mencari identitas diri,yaitu masa menemukan jatidiri nya dan peran apa yang
harus diambil dalam masyarakat,olehkarena itu dalam masa remaja ini sering terjadi konflik
dalam diri remaja tersebut.
Orangtua dan guru punya peran yang sangat penting dalam rangka membantu remaja
menemukan jati diri remaja tersebut,akan tetapi seringkali remaja tidak mau berterusterang
kepada orangtua atau gurunya yang disebabkan banyak faktor,antara lain :
Perasaan malu
Perasaan takut
Perasaan gengsi
Dll
Maka guru BK sebagai tenaga yang bertanggung jawab terhadap permasalahan remaja disekolah
wajib mencari solusi bagi permasalahan diatas.Pembimbing Teman Sebaya merupakan jawaban
bagi permasalahan ini.
A.Langkah-langkah Kegiatan
Diawal tahun pelajaran baru,atau dalam langkah penyusunan program pengajaran guru BK
hendaknya memprogramkam mengenai pembentukan Pembimbing Teman Sebaya,caranya dapat
melalui seleksi oleh guru BK atau melalui angket sosiometri,siswa yang dipilih hendaknya
adalah siswa yang populer dalam tiap kelasanya,hal ini penting agar siswa yang bermasalah
dikelasnya mau membuka diri dalam memecahkan masalahnya.Jumlah siswa yang diambil dari
tiap kelas jangan terlalu banyak,untuk kelas dengan jumlah siswa 38, maksimal diambil 5 orang
untuk menjadi Pembimbing Teman Sebaya.
II. Pelatihan Pembimbing Teman Sebaya
Setelah proses seleksi calon pembimbing Teman Sebaya dilakukan,langkah berikutnya adalah
mengadakan pelatihan pembimbing teman sebaya, guru BK dan tiemnya harus memberikan
semacam penataran kepada siswa-siswa yang telah terpilih dikelasnya, Lama pelatihan
disesuaikan dengan kebutuhan dan materi yang akan diberikan.Waktu yang diambil jangan
sampai mengganggu tugas pokok siswa-siswa dalam mengikuti pelajaran, jadi waktu bisa
dilaksanakan setelah selesai sekolah atau dihari-hari yang tidak efektif.
Dalam kegiatan ini guru BK memberikan serangkaian tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa
Pembimbing Teman Sebaya misalnya :
c.Melakukan kunjungan rumah kepada siswa yang tidak masuk tanpa keterangan atau sakit, guna
mencari informasi atau membezuk teman sekelasnya.
c.Karakteristik Remaja
e.Pedoman wawancara
f.Tata karma
g.dll
dalam tahap akhir atau tahap evaluasi ini diadakan pertemuan antara sesama
Pembimbing Teman Sebaya dan antara Pembimbing Teman Sebaya dengan guru BK. Dalam
kegiatan ini masing-masing Pembimbing Teman Sebaya melakukan sharing tentang berbagai
permasalahan yang ada dan mengkonsultasikan permasalahannya kepada guru BK, guru BK
berke wajiban memberikan masukan-masukan yang berharga kepada Pembimbing Teman
Sebaya,dan membuat agenda kegiatan berikutnnya.
BAB III
A. Kesimpulan
Setelah kegiatan-demi kegiatan dalam metode Pembimbing Teman Sebaya ini dilakukan, maka
dapat di rasakan manfaat dan hasil yang signifikan dalam upaya optimalisasi layanan BK di
SMA antara lain:
3.Tugas-tugas guru BK disekolah menjadi ringan dengan adanya siswa yang membantu.
4.Dapat membantu mengatasi masalah siswa dengan data yang lebih lengkap.
5.Siswa ( Pembimbing Teman Sebaya ) menjadi lebih percaya diri karena diberi tanggungjawab
oleh guru.
6.Siswa yang bukan Pembimbing Teman Sebaya merasa lebih nyaman curhat kepada temannya
sendiri,tanpa ada perasaan takut,malu dll.
B.Saran
Setelah penulis merasakan manfaat menggunakan metode ini penulis menyarankan kepada
sejawat BK,agar mencoba metode ini, sepanjang tidak merampas hak-hak siswa sebagai pelajar
yang juga punya tugas dan kewajiban belajar.
Daftar pustaka
3.Prayitno, H. Prof. Dr. MSc.Ed. 1999. Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling. Rineka, Jakarta.
Posted by Dra. Sunarti
dengan mengonseling para remaja dan dengan membantu orang tua. Dalam
diri konseli maupun dalam rumah mereka. Sering kali, orang tua dan
Dampak itu bahkan bisa lebih besar bila konselor cukup peka, tenang,
penuh belas kasih, dan tangguh dalam menoleransi kritik dan pujian,
yang kadang-kadang muncul dalam sesi konseling. Remaja dan orang tua
masalah berkecamuk.
Konseling Remaja
pertemuan.
b. Pemindahan
sesi konseling.
c. Mengenali Masalah
penting lainnya.
d. Menentukan Tujuan
tujuan yang jelas dan bisa diterima oleh kedua belah pihak
terjadi. Mudah bagi setiap orang untuk setuju pada tujuan yang
akhirnya.
TIPS _________________________________________________________________
KONSELING REMAJA
musik rap, televisi, rumah, dan sekolah. Gereja bahkan tidak ada
Selain berita ini, sebagian besar anak muda (92%) ingin belajar
dipercayai.
Meski situasinya buruk, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan.
rasa malu, kesepian -- yang ada di balik anak muda yang tampaknya
dunia dengan cara yang seperti ini, mereka tetap akan terpojok.
pendukung.
kompleks. Bila kita membuat sesuatu yang berbeda dalam hidup mereka,
alkitabiah, dan mencari pimpinan Roh Kudus dalam setiap usaha kita.
(t/Ratri)
Diterjemahkan dari: