DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR....................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1. Menelusuri Konsep Seni Bergaul........................................................................................................5
2.2. Menjadi Sahabat Sejati.....................................................................................................................7
2.3. Mengenali Sumber Alkitab Tentang Pergaulan......................................................................................8
2.4. Membangun Argumen Tentang Suka dan Duka Pergaulan......................................................................10
2.5. Mendeskripsikan Tahap-tahap Pergaulan............................................................................................11
BAB III. PENUTUP.................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan................................................................................................................................13
3.2. Saran.........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
KATA PENGANTAR
Syalom puji syukur senantiasa kami ucapkan kepada Bapa Yang Di Surga karena atas segala berkatnya sehingga
makalah ini yang berjudul “Cara Bergaul Yang Baik” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami mengucap
syukur kepada Bapa Yang di Surga karna berkat-Mu lah ya Bapa, Yang membawa kita umatnya dari dunia yang tidak
perpengetahuan ke dunia yang berilmu pengetahuan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami memohon maaf
sebelumnya kepada para pembaca. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta pengalaman
bagi para pembaca. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang
yang kami sampaikan pada materi ini. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan umumnya bagi kita
sebagai Mahasiswa.
1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disajikan diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
Ada 7 tahapan dalam perkembangan kemampuan, kematangan dan kebutuhan, pola hubungan antar orang
berkembang:
1. Tahap Bayi
Bayi pada usia setahun terheran heran melihat bayi lainnya, karena biasanya mereka melihat orang dewasa.
Mereka bergaul dengan bayi lainnya dengan cara meraba, menyentuh atau memukul dan ikut menangis ketika temannya
menangis. Menjelang usia 2 tahun ia mulai menghibur temannya dengan cara membelai atau memberikan mainan.
2. Tahap Anak Kecil (3-6 tahun)
Pada tahap ini ia hanya melihat dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri seperti membandingkan apa yang dia
miliki dengan apa yang dimiliki temannya. Pada tahap ini juga berdampak sekali pengaruh dari orang tua seperti jika anak
mendapat cukup kehangatan, pujian, dan perlakuan baik dari orang tua akan lebih terbuka dan berprakarsa saat mendekati
temannya dan bahkan sebaliknya.
3. Tahap Anak Besar (6-12 tahun)
Pergaulan dengan teman pada tahap ini akan membentuk kepribadian kita. Contohnya ketika ada teman yang lebih
pandai, apakah kita akan malah iri atau mendengki ?. Disinilah letak faedahnya bersekolah. Anak mendapat ilmu secara
pribadi di rumah, mungkin akan menjadi orang dewasa yang hipersensitif terhadap ejekan, perlakuan iseng dan persaingan, atau
menjadi orang dewasa yang malah selalu ingin menang sendiri, sulit bergaul maupun bekerjasama.
4. Tahap Remaja dan Pemuda (12-25 tahun)
Pada tahap ini kita membentuk jati diri sambil menjauhkan diri dari pengaruh orang tua, sehingga pengaruh
teman lebih dominan. Tanpa teman kita merasa kurang percaya diri. Demi memelihara persahabatan
kita meniru perbuatan dan menaati seluruh suruhannya. Akibatnya kita kurang kritis dalam memilih teman. Kita mengalami
sejumlah ambivalensi.
5. Tahap dewasa muda (25-40 tahun)
Pada tahap ini jumlah teman memuncak karena teman di lingkungan kantor, gereja dan perumahan.
Biasanya pada tahap ini kita sulit mempunyai intimasi karena tidak mau mencampuri urusan pribadi teman.
6. Tahap Dewasa (40-65 tahun)
Pada tahap ini kita cenderung sibuk dengan kepentingan sendiri, karena kita berada di puncak karier. Kita tidak
mendapat banyak teman baru, kecuali tetangga atau teman organisasi.
7. Tahap Usia Lanjut
Pada tahap ini jumlah teman semakin berkurang namun mutu persahabatan menjadi lebih matang dan murni. Teman
yang seumuran kita, kita bisa saling merasakan dan menopang dalam suka maupun duka. Sedangkan teman yang
lebih muda bisa jadi sumber hikmat dan bijak dalam menghadapi persoalan sehari hari, karena kita telah mengalami itu
semua.
Untuk meningkatkan seni bergaul kita harus memperhatikan beberapa pedoman berikut:
1. Pergaulan pada setiap individu perlu adanya keterbukaan diri.
2. Melihat seseorang sebagaimana Tuhan memandangnya.
3. Mengenal individu lain sebagai seorang individu yang lain yang tidak sama dengan diri kita sendiri,
4. Mengerti bahwa individu lain memiliki ciri khas sifat khusus dan latar belakang masing-masing.
5. Memerhatikan orang lain dalam berbagai keadaan.
6. Ambilah waktu untuk bersahabat dengan dia dan biarkan dia berbicara tentang kepribadiannya dan
problema hidupnya.
7. Memahami faktor psikologis yang mendorong kelakuannya.
8. Berusaha untuk menghindari sifat atau sikap yang kurang menyenangkan seseorang.
9. Perbuatlah apa yang menurut pendapat anda harus diperbuat orang lain kepada anda.
10. Setiap orang mendambakan sebuah pujian.
11. Hindari perbantahan yang sia sia.
12. Jangan merusak kesenangan orang lain.
13. Bersahabatlah dengan pemuda pemudi yang akan membawa anda ke kehidupan yang lebih baik.
14. Pupuklah rasa humor, humor disini haruslah humor yang tetap mengutamkan sopan santun tanpa
menyinggung perasaan orang lain.
Ada beberapa cara yang dapat menolong anda mendapatkan sahabat dengan mudah
1. Memusatkan perhatian anda pada orang lain. Pikirkan bagaimana anda dapat menolong mereka, dan pada saat
berbicara jangan membicarakan diri anda. Tunjukkan anda menikmati kehadiran mereka.
2. Menghargai orang lain. Perlakukanlah orang lain sebagai gambar dan rupa Allah yang sama dengan anda, dan tidak
ada pembedaan kasta ataupun sejenisnya dan hargai mereka sebagai ciptaan Allah.
3. Mengubah cara berpikir tentang orang lain. Kecurigaan dan selalu berpikiran negative terhadap orang lain adalah
senjata paling ampuh memutus tali persahabatan.
4. Mencari orang yang terlantar dan sedih.
Tuhan Yesus Kristus mengajar para pengikut-Nya “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya
kamu” (Matius 5:44). Bagaimana perntah ini terwujud dalam kehidupan kita sehari hari sebagai pengikut pengikut Yesus
Kristus? Berikut adalah cara praktis yang dapat menolong Anda bersahabat dengan seteru:
1. Pusatkanlah perhatian Anda pada bagaiman anda dapat menolong mereka. Bantulah musuh anda dan lakukanlah itu
seperti anda melakukannya bagi Tuhan. Selanjutnya, pikirkanlah tentang bagaimana anda dapat memupuk
persahabatan anda dan berpikir tentang manfaat atau keuntungan yang anda harapkan dari persahabatan anda
dengan dia.
2. Daftarkanlah kebaikan-kebaikan yang anda lihat dari orang yang kurang menyenangkan hati anda. Setiap manusia
yang diciptakan Tuhan mempunyai kebaikan.
3. Bawalah mereka yang pernah menyakiti hati anda kepata Tuhan dalam doa. Mengucap syukurlah kepada Tuhan atas
apa yang menyenangkan dalam pribadi mereka serta memohon berkat dan pertolongan Tuhan bagi mereka.
Kemudian, nikmatilah sukacita dari Tuhan, Anda telah taat kepada firman Tuhan untuk mengasihi musuh
anda
Persahabatan yang baik berawal dari perkenalan dengan orang yang memiliki suatu persamaan dengan kita. Ada daya
tarik timbal balik. Anda senang berada bersama sama dengannya. Anda merasa orang lain itu menyenangkan, memberi
dorongan dan menyegarkan. Anda melihat dia mau mendengarkan anda, memberi dorongan yang tepat kepada anda.
Persahabatan pun tumbuh. Persahabatan itu butuh waktu. Jika anda berpikir untuk menjalin persahabatan, ketahuilah bahwa
tidak semua orang ingin menjadi sahabat anda. Orang mempunyai kebebasan untuk membuat pilihan itu. Jikalau anda
berusaha memaksakan sebuah persahabatan, akan timbul masalah. Persahabatan harus tercipta dengan sukarela, dan adapun
ciri persahabatan yang baik seperti:
1. Persahabatan yang baik tidak mementingkan diri sendiri. Amsal 17:17 mengatakan bahwa “seorang sahabat
menaruh kasih setiap waktu”. Seorang sahabat berkata,” Aku mengasihimu jika. ”atau” Aku mengasihimu bila. ”
Bukan sahabat seperti yang dilukiskan oleh Alkitab. Tapi sahabat sejati akan berkata “Aku mengasihimu setiap
waktu” Kasihku tidak bersyarat dan tidak mementingkan diri sendiri.
2. Persahabatan sejati bersifat teguh.
3. Persahabatan sejati bersedia berkorban
4. Persahabatan sejati bersifat menyucikan. Amsal 27:17 berkata, “Besi menjamin besi, orang menajamkan sesamanya”.
Sahabat sejati akan menjadikan anda orang yang paling baik. Persahabatan sejati membuat hidup anda lebih giat. Anda
akan menjadi orang yang lebih baik dan lebih berguna karena persahabatan itu. Persahabatan sejati tidak akan
menumpulkan kerohanian anda. Seorang sahabat sejati adalah orang yang cukup peduli sehingga ia akan menegur
anda bila anda salah. Alkitab berkata dalam Amsal 27:6, “Seorang kawan memikul dengan maksud baik, tetapi
seorang lawan mencium secara berlimpah limpah.”
Kita harus membangun persahabatan dengan orang orang yang non kristen juga. Ini hendaknya tidak
merupakan hubungan dengan maksud penginjilan (persahabatan demi satu jiwa), melainkan persahabatan karena kita benar
benar mengasihi orang orang tersebut tanpa memandang agama. Namun, dalam menjalin persahabatan ada baiknya
persahabatan tersebut tidak menjauhkan kita dari Tuhan melainkan sebaliknya.
Seseorang dapat bergaul dengan siapa saja. Tahap pertama ini adalah persahabatan biasa baik dengan temanteman
sejenis maupun teman-teman lawan jenis. Pergaulan tahap ini dapat terjadi di sekolah, di gereja, di rumah teman-teman dan di
tempat-tempat yang lain. Di dalam persahabatan ini, kita bertukar pikiran, bekerja sama dan mengalami saat-saat biasa dan
istimewa dengan orang-orang lawan jenis tanpa hubungan asmara.
Hubungan ini berdasarkan keinginan untuk lebih mengenal seorang atau beberapa orang lawan jenis karena kita
merasa tertarik kepada mereka. Kita berusaha untuk mengenal mereka dengan lebih baik dengan bercakap cakap. Pada
tahap persahabatan yang lebih istimewa ini tidak ada kemesraan yang intim. Pada tahap ini pertemuan diadakan dalam
kelompok. Bukan sebagai pasangan yang terlepas dari kelompok. Misalnya. Malam ini di pertemuan pemuda gereja, Budi dapat
bercakap-cakap dengan Tini dan Dewi. Besok di sekolah ia bercakap- cakap dengan Yuli. Pada hari Sabtu, ia akan berenang
dengan rombongan pemuda. Ia mengetahui bahwa Tini juga akan mengikuti rombongan itu, dan ia mempunyai harapan
untuk berbicara dengan Tini, walaupun ia juga akan bergaul dengan kawan- kawannya yang lain. Dengan pertemuan-
pertemuan seperti ini, ia dapat lebih mengenal beberapa orang tanpa membentuk hubungan erat yang mengikat. Hubungan-
hubungan pada tahap ini masih dicurigai oleh banyak orang. Tahap ini sangat perlu dikembangkan oleh pemuda-pemudi yang
memerlukan kesempatan untuk mengenal baik lebih banyak orang dari lawan jenis.
3. Pacaran
Pergaulan tahap ini sepasang pemuda pemudi melakukan suatu persetujuan bahwa mereka akan mengadakan
hubungan khusus dan akan menghentikan semua hubungan khusus dan akrab yang lain dengan orang-orang dari lawan
jenisnya. Mereka masih ingin saling mengenal dengan lebih baik, tetapi sekarang ada unsur yang baru. Mereka masih
bebas untuk memutuskan hubungan mereka, tetapi sekarang tindakan putus itu perlu disertai pembicaraan bersama dan
keterangan bersama yang lebih dalam daripada yang diperlukan pada tahaptahap sebelumnya. Karena tujuan pokok tahap
ini adalah lebih mengenal pacar, mereka perlu banyak berbicara bersama dan banyak menjalankan aktivitas-aktivitas
bersama. Tahap ini perlu makan waktu yang cukup lama sehingga mereka dapat mengetahui apakah mereka benar-benar tepat
untuk meneruskan hubungan mereka ke tahap yang lebih dalam. Tahap pacaran ini tidak selamanya diakhiri dengan perkawinan.
Mungkin juga terjadi perpisahan apabila ternyata ada ketidak cocokan yang hakiki. Oleh sebab itu, prinsip yang berlaku dalam
pacaran adalah tidak melangkah jauh kepada kemesraan yang membuat tidak dapat mengendalikan diri, harus menjaga kesucian
diri masing-masing dan dapat menahan diri tidak terbuai oleh cinta berahi. Karena hubungan pacaran jelas masih dapat
putus.
4. Bertunangan
Berbeda dengan semua tahap sebelumnya, pertunangan biasanya berdasar atas perjanjian resmi yang diumumkan
kepada orang-orang lain. Perjanjian ini berbunyi bahwa sepasang pemuda-pemudi akan menuju pernikahan. Tahap ini
merupakan masa ujian. Mereka memperdalam hubungan mereka dengan menguji apakah mereka tepat menikah atau cocok
membangun suatu rumah tangga. Ada persetujuan bahwa mereka akan menikah kecuali kalau ternyata suatu alasan kuat untuk
tidak menikah. Pertunangan dapat dibatalkan, tetapi pembatalan harus disertai dengan alasan-alasan yang penting yang
penuh tanggung jawab. Biasanya pertunangan akan berakhir dalam pernikahan. Bila ternyata bahwa mereka sebaiknya
tidak menikah, mereka sebaiknya berpisah sebelum pernikahan mereka terjadi.
5. Pernikahan
Pada tahap ini, ada dua unsur baru. Pertama, hubungan antara dua orang itu sekarang tidak boleh diceraikan.
Menurut ajaran Kristen mereka yang telah menikah tidak boleh dipisahkan kecuali oleh kematian. Kedua, mereka mulai
hidup bersama dan bersenggama. Unsur kedua berhubungan erat dengan unsur pertama, karena senggama hanya tepat kalau
dilindungi oleh hubungan yang tidak dapat dihentikan. Sebaiknya, pernikahan di catatan sipil diadakan pada waktu yang sama
atau hampir sama dengan pemberkatan pernikahan olch gereja.
Bila pemberkatan dua orang ditunda sesudah pernikahan di catatan gereja. Bila pemberkatan dua orang ditunda
sesudah pernikahan di catatan sipil, timbul kebingungan tentang status hubungan mereka dalam mata orang banyak dan
mungkin juga dalam pikiran mereka sendiri.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manusia diciptakan sebagai mahluk sosial dimana manusia itu tidak dapat hidup sendirian. Oleh sebab itu, manusia
membutuhkan pergaulan. Pergaulan itu sendiri merupakan hubungan antara dua orang atau lebih yang biasanya terbentuk
oleh beberapa faktor, seperti faktor kesamaan. Dalam membangun pergaulan hendaklah kita tidak memandang orang dari
luarnya saja, sama seperti Tuhan yang mengasihi semua manusia tanpa pandang bulu.
Tak hanya itu saja, pergaulan umat kristen bukanlah pergaulan yang eksklusif dengan orang kristen saja. Kita boleh
bergaul dengan semua orang asalkan pergaulan itu merupakan pergaulan yang benar dan bertanggung jawab. Pergaulan itulah
yang akan menjadi hubungan persahabatan yang sejati. Persahabatan sejati adalah persahabatan yang teguh sama seperti
hubungan Tuhan dan manusia. Hubungan Tuhan dan manusia adalah perwujudan dari persahabatan sejati. Dan kita
sebagai mahluk sosial hendaklah dapat membangun pergaulan yang baik yang nantinya dapat menjadi hubungan
persahabatan yang sejati.
3.2. Saran
Sebagai Mahasiswa dan Pengikut Kristus, kita boleh bergaul dengan semua orang, tetapi dengan pergaulan
yang benar sesuai Firman Tuhan serta pergaulan yang bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia. 2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Agama Kristen
Kesler, Jay. 1994. “Keterbukaan: Kunci Menuju Persahabatan” dalam Kesler, Jay (ed.) 1994. Pola Hidup Kristen. Malang:
Gandum Mas (hal.975977).