Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Tentang

BELAJAR

Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Prodi Pendidikan Agama
Islam Semester VIII Mata Kuliah Inovasi Pendidikan

Disusun Oleh Kelompok 1:

 M. Ryan Armanda (900.19.256)  Mutia Putri (900.19.283)


 Nadia Kurniasi (900.19.288)  M. Fadly Nst (900.19.254)
 Nurhalizah (900.19.312)  M. Wahyu Rizky (900.19.236)
 Latifah Andini Putri (900.19.211)  Taufik Hidayat (900.19.452)
 Nurul Ilmi Sholeha (900.19.321)  Karina Miranda (900.19.191)
 Nurlaily R (900.19.313)  Madjid Mahardi (900.19.239)

Dosen Pengampu : Milfa Yetty, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA
SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rabbi semesta alam atas rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam selalu
dihadiahkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat dan keluarganya.

Terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ‘‘Teori Belajar Dan
Pembelajaran” bapak Milfa Yetty, M.Pd yang kami hormati dan telah membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami telah menyelesaikan makalah ini semaksimal mungkin. Namun tentunya masih
banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kami dengan senang hati akan menerima kritik
dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Sehingga nantinya kami belajar dari kesalahan
yang telah di buat.

Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan umumnya untuk
pembaca Aamiin Allahumma Aamiin. Semoga Allah senantiasa memberi kita cahaya
pengetahuan .

Binjai, 13 Maret 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
Defenisi Belajar ..................................................................................................................... 2
Hakikat Belajar ...................................................................................................................... 4
Tahapan Belajar Menurut Usia .............................................................................................. 6
Belajar Untuk Belajar ............................................................................................................ 8
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
Kesimpulan .......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di era digital yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan sumber
daya manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan
merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan zaman. Namun, mendidik anak sejak
dini hingga menjadi individu yang berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut bukan
hal yang mudah. Perlu proses yang panjang untuk membentuk individu yang mampu mengikuti
alur era digital. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu harus melakukan suatu proses
yang disebut belajar.

Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak
ada belajar maka tidak akan ada pendidikan dan di dalam pendidikan akan terjadi suatu
pembelajaran yang akan membentuk individu yang berkualitas. Karena belajar merupakan
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman belajar bukan suatu hasil
melainkan proses yang bertujuan berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan
memahami sesuatu yang dipelajari.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serentetan perbuatan


guru/dosen dan siswa/mahasiswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran dalam hal ini merupakan suatu
kumpulan yang terdiri dari komponen-komponen pembelajaran yang saling berinteraksi,
berintegrasi satu sama lainnya. Oleh karenanya jika salah satu komponen tidak dapat
terinteraksi, maka proses dalam pembelajaran akan menghadapi banyak kendala yang
mengaburkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Rumusan Masalah
• Apa defenisi belajar?
• Apa hakikat belajar
• Bagaimana tahapan belajar menurut usia?
• Bagaimana yang dimaksud belajar untuk belajar?

1
BAB II

PEMBAHASAN

Defenisi Belajar
Pengertian belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari.

Definisi belajar dapat juga diartikan sebagai segala aktivitas psikis yang dilakukan oleh
setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara sebelum dan sesudah belajar.
Perubahan tingkah laku atau tanggapan, karena adanya pengalaman baru, memiliki
kepandaian/ ilmu setelah belajar, dan aktivitas berlatih.

Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan
tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan,
keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya.1

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang didalamnya terkandung beberapa
aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:

1) Bertambahnya jumlah pengetahuan,


2) Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi,
3) Ada penerapan pengetahuan,
4) Menyimpulkan makna,
5) Menafsirkan dan mengkaitkannya dengan realitas dan
6) Adanya perubahan sebagai pribadi.

Eksistensi manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial meniscayakan


dirinya untuk berusaha mengetahui sesuatu diluar dirinya. Ini yang kemudian dikenal dengan
istilah belajar. Namun pertanyaannya mengapa manusia mau belajar. Setidaknya ada delapan
kecenderungan umum mengapa manusia mau belajar.

1
Ahdar Djamaluddin. Belajar Dan Pembelajaran: 4 Pilar Peningkatan Kompetensi Pedagogis. Sulawesi
Selatan: Cv. Kaaffah Learning Center. 2019. hal 6

2
Pertama, ada semacam dorongan rasa ingin tahu yang kuat. Dorongan ini berasal dari
dalam dirinya untuk mengetahui sesuatu. Biasaanya rasa ingin tahu ini diwujudkan dengan
munculnya sejumlah pertanyaan- pertanyaan.

Kedua, ada keinginan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
tuntunan zaman dan lingkungan disekitarnya. Hal kedua ini adalah faktor eksternal yang
mampu mendorong manusia mau belajar. Apalagi di era global saat ini yang meniscayakan
pentingnya kemampuan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ketiga, meminjam istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari
atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri. Untuk
memenuhi kebutuhan inilah kemudian manusia mau belajar.

Keempat, untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang sudah diketahuinya. Hal ini
biasanya dilakukan untuk menambah wawasan seseorang.

Kelima, untuk mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Rupanya


tidak semua orang tidak begitu mudah melakukan sosialisasi, apalagi beradaptasi dengan
lingkungannya. Karena itu ada sebagian orang yang khusus mau belajar karena adanya
kepentingan untuk bersosialisasi dan beradaptasi.

Keenam, untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.


Intelektualitas adalah modal penting untuk berkompetisi di era jaman yang penuh kompetisi
ini, selain itu ada tidak sedikit orang yang merasakan bahwa potensi dirinya belum tergali,
karena itu ia mau belajar.

Ketujuh, untuk mencapai cita-cita, sebagai manusia yang membutuhkan aktualisasi


diri maka cita-cita adalah hal lain yang mampu mendorong seseorang untuk belajar. Hampir
bisa dipastikan tidak mungkin seseorang tidak mau belajar tanpa ada cita-cita terlebih dahulu.

Kedelapan, sebagian orang ada yang mau belajar hanya karena untuk mengisi waktu
luang. Hal ini terjadi karena adanya waktu luang yang belum bisa dimanfaatkan dengan baik
oleh orang tersebut, karena itu untuk mengisi kegiatan ia mau mengisi waktu luangnya dengan
digunakan untuk belajar sesuatu yang dinilainya bermanfaat.2

2
Yuberti. Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pendidikan. Bandar Lampung:
Anugrah Utama Raharja. 2014. Hal 3-6

3
Hakikat Belajar
Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara keilmuan, belajar
merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat keterbukaan kondisi tertentu yang akan
menghasilkan perubahan perilaku atau disposisi untuk bertindak (ditindak lanjuti). Menurut
kamus bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu
proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah
laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat.

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar
mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa
bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. belajar ada kaitannya dengan
usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan
pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil
belajar sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan
belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar
siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak
pengajaran.

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,


ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan
prilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang terdiri
dari beberapa tahap.

Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya
adalah yang dikemukakan oleh witting yaitu :

1. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi


2. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi
3. Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi

Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang

4
dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu
hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.3

Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar,
yaitu:

1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior).


2. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang
terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang
berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasillatihan atau pengalaman
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah
perubahan perilaku. Dalam hal ini, perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar
meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor, beserta
tingkatan aspek-aspeknya.

1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-
aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan
ini tediri dari:
• Pengetahuan (Knowledge).
• Pemahaman (Comprehension).
• Penerapan (Aplication)
• Penguraian (Analysis).
• Memadukan (Synthesis).
• Penilaian (Evaluation).
2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-
aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
• Penerimaan (receiving/attending).
• Sambutan (responding)
• Penilaian (valuing).

3
Akhiruddin. Belajar Dan Pembelajaran. Gowa: Cv. Cahaya Bintang Cemerlang. 2019. Hal 9-11

5
• Pengorganisasian (organization).
• Karakterisasi (characterization)
3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot
(neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
• Kesiapan (set)
• Meniru (imitation)
• Membiasakan (habitual)
• Adaptasi (adaption).

Tahapan Belajar Menurut Usia


1) usia 0 sampai 6 tahun

Pada umumnya anak yang pada usia 0 samapi 6 tahun memandang segala sesuatu
sebagai suatu kesatuan yang utuh sehinggan pembelajarannya masih bergantung pada objek
kongkret, lingkungan dan pengalaman yang dialaminya. Berdasarkan hal tersebut cara dan
kebiasaan belajar anak pada tahap usia ini dapat diidentifikasi dan dianalisi sebagai berikut:

4. Belajar memerankan perasaan dan hati nurani, perasaan dan hati nurani merupakan
perilaku yang kompleks yang tidak dipelajari, melainkan suatu pembawaan yang
tampak pada setiap orang.
5. Belajar sambil bermain, setiap anak umumnya menyukai permainan dan bermain,
melaui permaina dan bermain mereka memperoleh pengalaman, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
6. Belajar melalui komunikasi, interaksi dan sosialisasi, pada masa ini anak mulai
membentuk sikap terhadap kelompok dan lembaga social, belajar bergaul dengan teman
sebayanya.
7. Belajar dari lingkungan, lingkungan membentuk cara belajar anak dengan memberikan
stimulus dan tantangan, kemudian anak mereaksi stimulus dan tantangan tersebut
secara bertahap, yang nantinya akan membentuk cara dan kebiasaan belajarnya.
8. Belajar memenuhi hasrat dan kebutuhannya, hasrat dan kebutuhan anak usia dini sangat
berpengaruh terhadap perkembangannya, hasrat dan kebutuhan terdiri dari dua
kelompok, yaitu kebutuhan fisiologis-organis (makan dan minum) dan kebutuhan psikis
( kasih sayang dan rasa aman).

2) Usia 7 sampai 12 tahun (pendidikan sekolah dasar)

6
Pada tahapan usia ini dikenal juga dengan “masa sekolah” ini dikarenakan pada tahap
ini anak sudah memasuki sekolah dasar yaitu bersekolah yang sebenarnya. Sebagaimana
disebutkan sebelumnya setiap anak unik dan memiliki tingkat perkembangan yang berbeda-
beda. Tidak terkecuali perkembangan kognitif yang dikenal juga dengan perkembangan
intelegensi, perkembangan kognitif seringkali menjadi acuan pada tujuan pembelajaran yang
berorientasi pada kemampuan berfikir. Berdasarkan teori kognitif Piaget perkembangan
kognitif memiliki 4 fase perkembangan:

a) tahap sesori motor usia 0 sampai 2 tahun,


b) tahap pra-operasional usia 2 sampai 7 tahun,
c) tahap operasional konkret usia 7 sampai 11 tahun, dan
d) tahap operasional formal usia 12 tahun hingga dewasa.

Berdasarkan teori diatas maka anak pada yang berada tingkat sekolah dasar berada pada
dua fase yaitu, operasional konkret dan operasional formal. Pada tahap ini anak sudah mampu
berfikir secara logis dan konkret, mereka sudah mampu menggunakan akalnya sehingga
mereka sudah mampu menghubungkan antara suatu hal dengan lainnya. Namun pada tahap ini
mereka masih belum dapat berfikir abstrak (secara verbal tanpa adanya benda nyata). Penalaran
anak masih terbatas, meskipun mereka telah mampu menalar secar logis dan memahami
hubungan kausal, meraka belum mapu menalar hipotesis atau abtrak. 4 Anak hanya mampu
menyelesaikan persoalan yang menyakut dengan objek kongkret yang dapat dirasakan oleh
pancainderanya. Sebagai contoh dalam pembelajaran saat mereka diminta untuk menyebutkan
perubahan bentuk benda (contoh benda mencair, membeku dan menguap). Maka mereka akan
mengalai kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut, hal ini dikarenakan kemapuan
kognitif mereka masih sangat terbatas pada tahapan bernalar, kemungkinan terbesar mereka
akan menjawab dengan berbeda-beda dan tidak berdasarkan pada penalar objektif dan ilmiah.
Namun lain halnya jika mereka diberikan objek nyata, maka pertanyaan tersebut akan terjawab
dengan dengan tepat. Oleh karena itu guru atau pendidik harus mampu membangun suasana
belajar yang konkret bagi anak gara memudahkan anak dalam berfikir logis serta dapat melatih
kempuan pemecahan masalah.5

4
Dian Andesta Bujuri. Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia dasar dan Implikasinya dalam
Kegiatan Belajar mengajar. Jurnal Literasi. Vol 9 No 1. 2018. Hal. 41
5
Rima Trianingsih. Pengantar Prektik Mendidik Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Al-Ibtida. Vol 3 No
2. 2016

7
Pada tahap ini sangat dibutuhkan pendampingan orang dewasa disekelilingnya, hal ini
dikarenakan anak sudah mulai mengenal lingkungan luar rumah. Selain keluarga dan guru,
teman sebayanya juga menjadi factor yang paling berpengaruh terhadap perkembangannya.
Setiap siswaakan mengalami perkembangan kognitif yang jika mendapatkan pendampingan
tepat. Selain pendampinga siswajuga perlu diberikan motivasi-motivasi agar merka terdorong
dan berkeinginan intu belajar dengan giat dan sungguh-sungguh, sehingga akan berdapak pada
pencapaian prestasi akademik yang baik.6

Seorang pendidik harus benar-benar paham, bahwa setia anak berbeda-beda memiliki
ciri khas tersendiri, merka punya kelebihan dan kekurangannya masingmasing. Mereka juga
memiliki tingkatan perkembangan yang berbeda-beda, sehingga tidak boleh disama ratakan.
Impilkasinya pada dunia pendidikan adalah guruh harus menggunkan :

1. Menggunakan oblek-objek yang nyata ( yang dapat dilihat dan dipeganh oelah anak)
dalam pemebelajaran
2. Jika menggukan media maka hal terpenting yang harus mereka pertimbangkan adalah
visual seperti penggunaan, infokus, gambar benda. Dll
3. Menggukan objek yang terdat disekeliling mereka sehingga mereka sudah mulai
terbiasa dengan objek tersebut
4. Melakukan evaluasi yang tepat.

Belajar Untuk Belajar


Selain general life skill, perlu dikembangkan kemampuan learning how to learn (belajar
bagaimana untuk belajar), dengan harapan dapat digunakan untuk belajar sendiri, baik di
sekolah maupun di luar sekolah (lapangan kerja di mana seseorang berkarya). Prestasi belajar
efektif tidak perlu natural untuk setiap individu. Prestasi belajar efektif dapat dipelajari. Belajar
Bagaimana Untuk Belajar dan mengembangkan suatu kemajuan dari kemampuan intelektual
ini yang menggolongkan berpikir dan belajar cerdas merupakan tujuan yang secara implisit
dan eksplisit ditekankan dalam sebagian besar kebijakan pendidikan sekolah.

Belajar yang kita harapkan bukanlah sekedar mendengar, memperoleh atau menyerap
informasi yang disampaikan guru. Belajar harus menyentuh siswa secara mendasar. Belajar
harus dimaknai sebagai kegiatan pribadi siswa dalam menggunakan potensi pikiran dan

6
Rinesti Witasari. Analisis Perkembangan Kognitif Tercapai Pada Usia Dasar. Jurnal Magistra. Vol 9
No 1. 2018. Hal. 105

8
nuraninya baik terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh pengetahuan,
membangun sikap dan memiliki keterampilan tertentu.

Dengan demikian belajar merupakan proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan
latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau
pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti pengorganisasian pengalaman belajar, mengolah
kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam
cakupan tanggung jawab guru. Jadi hakekat belajar adalah perubahan.

Seperti kita ketahui, dewasa ini terjadi perkembangan yang amat cepat dalam berbagai
aspek kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, pertahanan, komunikasi dan
sebagainya yang berdampak pada penddikan dan pembelajaran. Dalam kaitan ini UNESCO
sesuai laporannya yang diberi judul Learning: The Tresure Within (1996) menyampaikan
adanya sejumlah tantangan kontroversional yang harus dihadapi dengan cara menyeimbangkan
berbagai tekanan (tension), yaitu tekanan antara tuntutan global dan lokal, universal dan
individual, pertimbangan jangka panjang dan jangka pendek, tradisional dengan modern,
antara tuntutan spiritual dengan kebutuhan material, dan sebagainya.

Secara ringkas UNESCO memberikan empat pilar belajar:

1. Learning to Know (Belajar Mengetahui)

Learning to Know (belajar untuk mengetahui), artinya belajar itu harus dapat
memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan tetapi harus ada pengertian yang dalam.
Hal ini dapat diartikan bahwa siswa harus memiliki pemahaman yang bermakna terhadap
proses pendidikan mereka. Siswa diharapkan memahami secara bermakna asal mula teori dan
konsep, serta menggunakannya untuk menjelaskan dam memprediksi proses-proses
berikutnya. Siswa harus memiliki tujuan dalam belajar, selalu mencari tahu dan menggali hal
yang harus diketahuinya, dan mencari cara yang harus ditempuh untuk dapat mengetahui hal-
hal tersebut. Hal yang harus digarisbawahi adalah bahwa learning to know tidak sekadar
memperoleh pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut. Tidak
hanya itu, siswa juga dituntut tidak sekadar mengetahui ilmu tetapi juga sekaligus mengetahui
apa yang bermanfaat bagi kehidupan. Pilar ini berperan untuk membentuk generasi penerus
bangsa yang memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.

2. Learning to Do (Belajar untuk Melakukan Sesuatu)

9
Learning to do merupakan konsekuensi dari Learning to know. Learning to do lebih
ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikkan segala sesuatu yang
telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan pengetahuanpengetahuan yang telah
diperolehnya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan di masa depan. Memperhatikan secara
cermat kemajuan-kemajuan serta perubahan-perubahan yang terjadi, maka pendidikan tidak
cukup hanya dipandang sebagai transmisi atau melaksanakan tugas-tugas rutin, akan tetapi
harus mengarah pada pemberian kemampuan untuk berbuat menjangkau kebutuhankebutuhan
dinamis masa mendatang, karena lapangan kerja masa mendatang akan sangat tergantung pada
kemampuan untuk mengubah kemajuan dalam pengetahuan yang melahirkan usaha atau
pekerjaan-pekerjaan baru. Hal ini akan menjadi tonggak penting untuk membentuk
kemampuan, kemauan serta kesadaran atas berkembangnya ekonomi baru yang berbasis
pengetahuan. Sebagaimana juga pada pilar pertama, maka belajar menerapkan sesuatu yang
telah diketahui juga harus dilakukan secara terus menerus, karena proses perubahan juga akan
berjalan tanpa hentinya. Dengan keinginan yang kuat untuk belajar melakukan sesuatu, maka
setiap orang akan terlepas dari tindakantindakan yang tidak memiliki nilai-nilai positif bagi
kehidupannya, dan hal ini memiliki arti sangat penting dalam memelihara proses dan
lingkungan kehidupan yang memberikan ketenteraman bagi diri orang lain.

3. Learning to Live Together (Belajar Hidup Bersama)

Learning to live together, pada dasarnya adalah mengajarkan, melatih dan membimbing
peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui komunikasi yang baik,
menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari
terjadinya perselisihan dan konflik. Persaingan dalam misi ini harus dipandang sebagai upaya-
upaya yang sehat untuk mencapai keberhasilan, bukan sebaliknya bahwa persaingan justru
mengalahkan nilai-nilai kebersamaan bahkan penghancuran orang lain atau pihak lain untuk
kepentingan sendiri. Dengan demikian diharapkan kedamaian dan keharmonisan hidup benar-
benar dapat diwujudkan.

Tugas pendidikan, baik dalam rangka pembelajaran bagi siswa dan mahasiswa tentang
keragaman manusia maupun untuk menanamkan kesadaran diri mereka tentang persamaan dan
saling ketergantungan semua orang esensinya adalah bagaimana mereka mampu hidup
bersama dengan orang lain secara bersahabat dan menyenangkan. Sejak dari anak usia dini,
proses dan substansi pembelajaran harus merebut setiap kesempatan untuk mengejar aneka
cabang ilmu yang mengarah pada tujuan ini.

10
4. Learning to Be (Belajar Menjadi Sesuatu)

Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk membentuk jati
dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidik harus berusaha memfasilitasi peserta didik agar
belajar mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu yang berkepribadian utuh dan
bertanggung jawab sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.

Learning to be, sebagaimana diungkapkan secara tegas oleh komisi pendidikan, bahwa
prinsip fundamental pendidikan hendaklah mampu memberikan kontribusi untuk
perkembangan seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika,
tanggung jawab pribadi dan nilainilai spiritual. Semua manusia hendaklah diberdayakan untuk
berpikir mandiri dan kritis dan mampu membuat keputusan sendiri dalam rangka menentukan
sesuatu yang diyakini yang harus dilaksanakan.7

7
Cindy Priscilla. Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO. Asatiza: Jurnal Pendidikan Vol 2 No
1. 2021. hal 69-72

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan
tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan,
keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya.

Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar
mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa
bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. belajar ada kaitannya dengan
usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan
pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil
belajar sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan
belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar
siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak
pengajaran.

Pada umumnya anak yang pada usia 0 samapi 6 tahun memandang segala sesuatu
sebagai suatu kesatuan yang utuh sehinggan pembelajarannya masih bergantung pada objek
kongkret, lingkungan dan pengalaman yang dialaminya.

Belajar yang kita harapkan bukanlah sekedar mendengar, memperoleh atau menyerap
informasi yang disampaikan guru. Belajar harus menyentuh siswa secara mendasar. Belajar
harus dimaknai sebagai kegiatan pribadi siswa dalam menggunakan potensi pikiran dan
nuraninya baik terstruktur maupun tidak terstruktur untuk memperoleh pengetahuan,
membangun sikap dan memiliki keterampilan tertentu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akhiruddin. 2019. Belajar Dan Pembelajaran. Gowa: Cv. Cahaya Bintang Cemerlang.
Bujuri, Dian Andesta. 2018. Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia dasar dan
Implikasinya dalam Kegiatan Belajar mengajar. Jurnal Literasi. Vol 9 No 1.
Djamaluddin, Ahdar. 2019. Belajar Dan Pembelajaran: 4 Pilar Peningkatan Kompetensi
Pedagogis. Sulawesi Selatan: Cv. Kaaffah Learning Center.
Priscilla, Cindy. 2021. Implementasi Pilar-Pilar Pendidikan UNESCO. Asatiza: Jurnal
Pendidikan Vol 2 No 1.
Trianingsih, Rima. 2016. Pengantar Prektik Mendidik Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Al-
Ibtida. Vol 3 No 2.
Witasari, Rinesti. 2018. Analisis Perkembangan Kognitif Tercapai Pada Usia Dasar. Jurnal
Magistra. Vol 9 No 1.
Yuberti. 2014. Teori Pembelajaran Dan Pengembangan Bahan Ajar Dalam Pendidikan. Bandar
Lampung: Anugrah Utama Raharja.

13

Anda mungkin juga menyukai