Anda di halaman 1dari 18

MERDEKA BELAJAR DAM IMPLIKASINYA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu: Drs

Disusun Oleh :

Rosita Amelia

SEMESTER TIGA (III)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI. 1)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

AL – MASTHURIYAH

SUKABUMI 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang maha kuasa dan maha penyayang.
Dengan segala kelimpahan nikmatnya, rahmatnya, hidayahnya dan inayahnya,
sehingga kami dipermudah untuk dapat menyelesaikan Makalah ini. Kami susun
makalah ini dengan segenap tenaga kami. Tidak hanya itu, tetapi dengan bantuan
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah. Oleh karena
itu, kami ingin mengucapkan jazakumullah khairan kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami sadar bahwasanya didalam makalah ini masih terdapat kekurangan
baik dari segi susunan kalimat dan tata bahasanya. Karena itu, dengan hati yang
terbuka kami siap menerimanya segala saran dan kritikan dari para pembaca
supaya kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga
adanya makalah tentang “Merdeka Belajar dan Implikasinya” dapat memberikan
pengetahuan yang lebih dari pembaca.

Sukabumi, 14 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG.......................................................................................
B.RUMUSAN MASALAH...................................................................................
C.TUJUAN MASALAH .....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A.LANDASAN TEORI ......................................................................................4
B.KONSEP MERDEKA BELAJAR ...................................................................6
C.EMPAT POKOK KEBIJAKAN MERDEKA BELAJAR ...............................7
D.TUJUAM MERDEKA BELAJAR ..................................................................8
E.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MERDEKA BELAJAR .....................10
F.IMPLIKASI MERDEKA BELAJAR................................................................11
BAB IV PENUTUPAN
A.KESIMPULAN.................................................................................................13
B.SARAN .............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Seiring berkembangnya perubahan sosial, budaya, dunia kerja, dan
kemajuan teknologi yang sangat pesat, maka Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan ( KEMENDIKBUD) menyiapkan para pelajar atau peserta didik
untuk menyongsong perubahan, kemajuan dan perkembangan zaman, untuk
dituntut mampu melaksanakan, dan merancang proses pembelajaran yang kreatif
dan inovatif, supaya dapat meraih capaian dan tujuan pembelajaran yang
mencakup aspek sikap pengetahuan dan keterampilan secara optimal dan tentunya
juga relevan .
Di era revolusi industri 4.0 terdapat tantangan tersendiri sekaligus
menjadi peluang bagi lembaga pendidikan untuk menjadi titik prasyarat untuk
bisa lebih maju dan berkembang. Lembaga pendidikan harus mempunyai daya
inovasi dan juga dapat memberlakukan sebuah kolaborasi, jika sebuah lembaga
pendidikan tidak mampu untuk berkolaborasi dan berinovasi maka akan tertinggal
jauh di telan waktu, dan pula sebaliknya jika lembaga mampu menciptakan
sumber daya yang mampu mengembangkan, memajukan dan mewujudkan cita-
cita bangsa yaitu membelajarkan manusia. Menjadi seorang pembelajar bukanlah
suatu hal yang mudah layaknya membalikkan telapak tangan. Lembaga
pendidikan harus mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan sistem pendidikan
dengan perkembangan zaman dan sistem pendidikan diharapkan mampu
mewujudkan peserta didik memiliki daya keterampilan yang yang mampu
berpikir secara kritis memecahkan masalah serta memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi dan berkolaborasi yang kreatif dan inovatif.
Di dalam acara peringatan Hari Guru Nasional di tahun 2019 Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud Mencetuskan konsep "
Pendidikan Merdeka belajar ". Konsep tersebut merupakan suatu respon terhadap
kebutuhan sistem pendidikan pada era industrial revolution 4.0, menteri Nadiem
Makarim menyebutkan merdeka belajar adalah kemerdekaan berpikir,
kemerdekaan berpikir ditentukan oleh guru titik jadi kunci utama yang menunjang
sistem pendidikan yang baru adalah guru yang di mana guru bertugas untuk
membentuk masa depan bangsa. Konsep Merdeka Belajar diasumsikan bukan lagi
menjadi gagasan tetapi lebih dikatakan sebagai sebuah kebijakan yang akan
dilaksanakan Merdeka belajar kemerdekaan adalah sat kata yang sering dimaknai
dan digambarkan dengan kebebasan dalam arti yang sesungguhnya. Yang menjadi
titik permasalahan adalah masih terdapat pengekangan di mana-mana khususnya
pendidikan, pendidik dan peserta didik belum dapat merasakan otonomi yang
cukup untuk menentukan arah kebijaksanaan dalam belajar dan mengajar karena
masih diatur oleh regulasi yang membuat rencana proses pelaksanaan dan evaluasi
yang dilaksanakan terkesan terbatas dan mengikat.
Konsep Merdeka Belajar yang merupakan sebuah tawaran dalam
merekonstruksi sistem pendidikan nasional, dengan tata ulang sistem pendidikan
dalam rangka menyongsong kemajuan perubahan dan kemajuan bangsa yang
menyesuaikan perubahan zaman. Dengan adanya pengembalian hakikat dari
pendidikan yang sebenarnya adalah pendidikan untuk memanusiakan manusia dan
pendidikan yang membebaskan aktivitas belajar yang semula adalah aktivitas
alami anak yang dirampas menjadi agenda orang dewasa yang dipaksakan pada
peserta didik. Pendidik mengharuskan dimana dan kapan waktunya belajar, tanpa
peduli apa yang sedang dialami anak. Pendidik mendikte materi dan tujuan apa
yang harus dipelajari peserta didik goma meski tidak relevan di dalam kehidupan
peserta didik. Bahkan Ki Hajar Dewantoro menekankan beberapa kali tentang
kemerdekaan belajar. "... kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya
anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu dipelopori, atau disuruh mengakui buah
pikiran orang lain, akan tetap biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala
pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri... " (buku peringatan Taman
Siswa 30 tahun 1922-1952) kemerdekaan belajar merupakan perkara yang
substansial, menjadi prasyarat terpenuhinya sebuah capaian-capaian belajar titik
tanpa kemerdekaan belajar, peserta didik tidak bisa gemar belajar. Pendidikan
budi pekerti tidak akan tercapai karena semua perilaku bukan dilandasi dengan
kesadaran. Konsep Merdeka belajar. Antara pendidik dan peserta didik merupakan
subjek di dalam sistem pembelajaran, yang berarti guru bukan dijadikan lagi
sebagai sumber kebenaran oleh siswa namun pendidik dan peserta didik
berkolaborasi menjadi penggerak dan mencari kebenaran dan posisi peserta didik
di ruang kelas juga bukan untuk menanam atau menyeragamkan kebenaran untuk
menurut pada guru namun menggali sebuah kebenaran, daya pikir dan kritisnya
peserta didik melihat perkembangan dunia dan fenomena yang terjadi. adanya
peluang dan berkembangnya internet, teknologi informasi menjadi sebuah
momentum kemerdekaan belajar. Dengan ini dapat meretas sistem pendidikan
yang kaku dan tidak membebaskan kebebasan untuk belajar dengan mandiri
kreatif dan berinovasi dapat dilakukan oleh semua unit pendidikan.
Saat ini antara guru dan peserta didik mempunyai pengalaman tersendiri
termasuk di dalam sebuah lingkungan. Adaptasi sistem pendidikan di era revolusi
industri 4.0 memulai stimulasi dengan proses literasi baru. Di era ini memiliki
pengalaman yang luas pada dengan dunia digital atau visual saat ini tugas seorang
lembaga pendidikan bisa memimpin, mengarahkan dan menggali daya kritis dan
potensi peserta didiknya di dalam proses pembelajaran untuk membangun sebuah
ekosistem pendidikan yang memfasilitasi tumbuh berkembangnya karakter
kemandirian, inovasi, keahlian dan kenyamanan peserta didik maka Merdeka
belajar diharapkan dapat membentuk sumber daya yang berkualitas dan unggul
untuk menuntaskan peluang pendidikan pada era industrial Revolution 4.0 yang
bertujuan memajukan sebuah bangsa dan negara berdasarkan pada uraian latar
belakang diatas maka diperlukan penelitian yang mendalam tentang metode
pembelajaran dalam sistem pendidikan Merdeka belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian merdeka belajar ?
2. Apa tujuan utama merdeka belajar ?
3. Apa landasan merdekSsa belajar dalam memajukan pendidikan?
4. Bagaimana merdeka belajar menjadi pembelajaran yang inovatif ?
C.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian merdeka belajar
2. Untuk mengetahui tujuan utama merdeka belajar
3. Untuk mengetahui tujuan utama merdeka belajar
4. Untuk mengetahui merdeka belajar menjadi pembelajaran yang inovati
BAB II
A. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Merdeka Belajar
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia kata merdeka dapat diartikan
sebagai bebas dari penghambaan, penjajahan atau dapat dimaknai dengan berdiri
sendiri. dalam bahasa arab kata merdeka lazim dengan penyebutan hurriyah yang
artinya bebas dari segala bentuk pengikatan diri terhadap apapun atau istiqla.
dalam kontek ini merdeka sama saja dengen keleluasaan untuk berfikir secara
bebas dan menentukan nasibnya sendiri. sedangkan belajar merupakan perubahan
perilaku yang relatif permanen didalam berperilaku, berkehidupan yamh
diidapatkan sebagai hasil dari pengamatan atau latihan.
Menurut Moh. Surya belajar merupakan sebuah usaha yang di upayakan
untuk perubahan setiap individu untuk memperoleh perubahan secara keseluruhan
yang didapatkan dari proses pengalaman serta respon dari interaksi terhadap
lingkungan kepada setiap individu. Sedangkan pandangan dari (sanjaya:2010)
kata belajar memiliki makna harfiah yang mengedepankan perubahan proses
mental yang di akibatkan dari rangsangan interaksi lingkungan. Secara umum
telah di kemukakan bahwa belajar sebagai perubahan pada individu yang terjadi
melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya
atau karakteristik seseorang sejak lahir. maka dari itu merdeka belajar merupakan
kebebasan didalam menentukan cara berperilaku, berprose, berfikir, berlaku
kreatif guna pengembangan diri setiap individu dengan menentukan nasib dirinya
sendiri.
Merdeka belajar dapat dimaknai pemberian ruang yang lebih terhadap
siswa dengan adanya kesempatan belajar secara nyaman tenang dan bebas tampa
adanya tekanan, dengan memperhitungkan bakat alamaiah yang dimiliki setiap
siswa. Dalam pidatonya pada hari guru nasional mentri pendidikan dan
kebudayaan nadiem makarim memaparkan suatu kebijakan mengenai merdeka
belajar yang didalamnya terdidi dari empat poin yang di gadang-gadang akan
membawa perubahan dan dampak besar dalam dunia pendidikan. Secara lugas
nadiem makarim menjelaskan tentang merdeka belajar deng empat pokok
bahasan, yang pertama: USBN, UN, RPP, dan PPDB.
B. Konsep merdeka belajar
Membicarakan konsep merdeka belajar tentu ada beberapa relevansi
terhadap teori belajar kontruktivisme. Didalam pendangannya anak
mengintruksikan pengetahuan yang didapat sebagai hasil interaksi yang
didapatkan dari hasil pengamatan , pengalaman dari objek yang anak hadapi.
Dalam proses kontruktivisme pembelajaran anak lebih cenderung memiliki titik
focus terhadap keaktifan setiap individu dalam membentuk pengetahuan. Anak
didik di harapkan memiliki motivasi belajar sesuai apa yang ia inginkan tanpa
adanya tekanan dari pihak manapun. Merdeka belajar memiliki ciri khas dalam
proses pembelajarana yang kritis, kreatif, inovatif, transformatif, relevan efektif
dan efisien. Dalam hal ini kementrian pendidikan dan kebudayaan menyuguhkan
konsep tersebut dalam dunia pendidikan di Indonesia. Menitik beratkan pada
merdeka belajar dan guru penggerak. Yang artinya anak didik memiliki kebebasan
untuk memperoleh pendidikan dan guru menjadi penggerak (motor) guna
tercapainya proses merdeka belajar. Proses belajar yang dijalani dengan cara
menyenangkan memungkinkan siswa mampu mengingat materi lebih banyak dan
lebih lama, dengan kata lain tingkat retensinya lebih kuat. Dalam pandangan Ki
Hajar Dewantara di atas, merdeka belajar pada gilirannya menghasilkan
kreativitas yang merupakan elemen penting bagi sebuah kemajuan. Hal ini guru
menjadi fasilitator didalam proses pembelajaran. Kemendikbud menekankan
bahwa gebrakan merdeka belajar ini di cirikan dengan dimulainya
dikembalikannya USBN kepihak sekolah, dihapuskannya UN kemudian
digantikan dengan proses asesmen kompotensi minimum dan survei karakter.
Dalam hal ini kemendikbud berkeinginan agar tidak adanya tekanan nilai terhadap
anak didik sehingga anak didik tidak terpaku dengan nilai angka. Dan yang
terakhir, membentuk karakter anak didik yang berkompeten, unggul dalam
sumber daya manusia serta memiliki budi pekerti yang luhur.
C. Esensi merdeka belajar
Menggali potensi besar para guru sekolah dan murid betah untuk
berinovasi dan meningkatkan pembelajaran secara mandiri bukan hanya melalui
birokrasi pendidikan,tetapi benar- benar inovasi pendidikan, keberagaman
pendekatan pembelajaran dengan dukungan teknologi. Sehingga setiap anak didik
mampu berfikir kritis, inovatif, kreatif, transformative guna menjadi sumber daya
manusia yang unggul dan berkompeten .

B. Konsep Merdeka Belajar


Beberapa dekade ini, Menteri Pendidikan Indonesia telah
merancang tentang konsep merdeka belajar. Sebelum kita memsauki
konsepnya, kita akan membahas tentang apa maksud dari merdeka belajar.
Merdeka belajar adalah salah satu inovasi dari Menteri Pendidikan
Indonesia yang memberikan kebebasan pada suatu Lembaga pendidikan
dan otonominya, dan merdeka dari birokratisasi, dimana pengajar dapat
kebebasan dari birokrasi yang rumit serta peserta didik yang diberikan
kebebasan untuk dapat memilih bidang yang mereka sukai
(KEMENDIKBUD, 2020).

Lahirnya program merdeka belajar ini karena adanya banyak keluhan di


sistem Pendidikan, yang dimana salah satu keluhanya adalah soal banyaknya
peserta didik yang ditarget dengan nilai-nilai tertentu. Diharapakan dengan adanya
program merdeka belajar ini peserta didik dan guru dapat bebas dan berinovasi
dalam belajar. Merdeka belajar merupakan kemerdekaan dalam berfikir,
kemerdekaan berfikir ini wajib ada di guru terlebi dahulu. Peserta didik tidak akan
merdeka kecuali gurunya sudah merdeka terlebih dahulu.
Pandangan kemerdekaan itu sendiri, tidak hanya sekedar kepatuhan atau
perlawanan. Kemerdekaan merupakan hal yang harus diperjuangkan, bukan
diberikan. Fakta yang sangat menyedihkan dari pengembangan guru adalah titik
dimana guru sering sekali merasa disalahkan. Bukan didengarkan, memang dalam
semua kondisi, guru merupakan kunci dalam Pendidikan. Semua beban diberikan
kepada guru sekolah yang mereka memiliki harapan akan berubah kelak.
Mengatakan guru merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa, itu berarti
mengalihkan tanggung jawab dan menjebak guru untuk gagal. Memang guru itu
sangat berperan penting dalam dunia Pendidikan, namun tuntutan akan peran
besarnya itu tidak akan terpenuhi saat guru tidak memiliki sesuatu yang asasi,
yaitu berupa kemerdekaan.
Adanya kemerdekaan untuk guru dalam jangka Panjang akan berperan
sentral berfungsi menumbuhkan kemerdekaan belajar murid dan mensukseskan
cita-cita demokrasi negeri ini. (Iwinsah, 2020) Berikut merupakan beberapa
konsep yang akan ditawarkan program merdeka belajar :
1. Beragam tempat dan waktu
Dalam menjalankan proses belajar tidak hanya dibatasi oleh ruang semisal
hanya dikalas saja. Namun juga diluar kelas bisa. Yang dimana diluar
kelas itu dapat memberikan suasana lebih baik dalam menerima pelajaran.
2. Free choice
Peserta didik dapat mempraktekkan cera belajar sesuai dengan yang ia rasa
paling nyaman. Sehingga diharapkan peserta didik dapat terus mengasah
kemampuannya.
3. Personalized learning
Guru dapat menyesuaikan dengan peseta didik dalam memahami materi,
memcahkan jawaban sesuai dengan kemampuan peserta didik, ini ibarat
bermain game. Dimana bila dia mampu untuk memecahkan suatu
tantangan maka ia akan cepat naik level jadi bukan lagi memakai sistem
pukul rata kemampuan peserta didik.
4. Berbasis proyek
Peserta didik diajak untuk dapat menerapkan ketrampilan yang ia sudah
pelajari di berbagai situasi. Pengalaman ini akan sangat terasa untuk kelak
diterapkan dalam kehidupanya sehari-hari.
5. Pengalaman lapangan
Match and Link pada dunia pekerjaan itu sangatlah penting. Pada saat ini
materi yang telah diberikan kepada peserta didik tidak ada kaitanya
dengan dunia kerja. Maka adanya pengalaman lapangan dapat membantu
peserta didik untuk dapat lebih efisien dalam dunia pekerjaan.
6. Interpretasi data
Peserta didik akan mendapatkan banyak sekali informasi. Diharapkan
dengan banyaknya informasi yang masuk dapat menyelesaikan masalah
kebutuhan, dapat digunakan untuk menganalisa permasalhan dll. ilmu
manusia dapat memperoleh drajat dan kedudukan paling terhormat di
antara semua makhluk di permukaan bumi dan langit.

A. Empat Pokok Kebijakan Merdeka Belajar


Dalam konsep merdeka belajar memiliki Empat program pokok
kebijakan pendidikan yang dijadikan titik fokus pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia,” Program “Merdeka Belajar” terdapat 4 kebijakan
yang meliputi:
1. Proses Penilaian USBN komprehensif yaitu penyelenggaraan USBN
(Ujian
Sekolah Berbasis Nasional) akan dilakukan dengan ujian yang
diselenggarakan oleh sekolah. dalam proses penilaian. Pihak sekolah dapat
melakukan ujian secara tertulis maupun lisan, atau bisa menggunakan
pembuatan karya tulis maupun pengumpulan portofolio. Sehingga pihak
sekolah mampu menyusun dan memiliki wewenang sesuai kebijakan yang
tentunya mendukung proses pengetahuan anak.
2. Ujian Nasional (UN) akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi
Minimum dan Survei Karakter yang terdiri dari kemampuan bernalar
menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan
matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter. Proses
ujianpun akan dilaksanakan pada tengah jenjang pendidikan misalnya pada
kelas 4 SD, 8 SMP, 10 SMA, hal ini akan menjadi bahan evaluasi
pembelajaran pada jenjang pendidikan yang akan dilaksanakan guru atau
pendidik.
3. Penyederhanann Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dalam proses
penyusunan RPP Kemendikbud memangkas beberapa komponen. Dalam
kebijakan ini guru secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan,
dan mengembangkan format RPP. Tiga komponen inti RPP terdiri dari
tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen.
4. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), terjadi perubahan Komposisi
PPD
jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50%, jalur afirmasi minimal
15%, dan jalur perpindahan maksimal 5%.kemudian pada jalur prestasi
atau sisa 0-30% lainnya disesuaikan dengan kondisi daerah kota masing
masing. Setiap daerah memiliki otonomi kebijakan untuk menentukan
komposisi akhir dari zonasi Sehingga pemerataan serta mutu kualitas anak
didik dan guru seimbang.

B. Tujuam Merdeka Belajar


Dengan adanya kebijakan baru dari Kementrian Pendididkan dan
Kebudayaan atau ( KEMENDIKBUD ) tentang Konsep Merdeka Belajar
pastilah memiliki tujuan untuk menciptakan link and match atau yang
menghubungkan dunia belajar dan dunia kerja. Kebijakan Merdeka Belajar
juga bertujuan untuk mewujudkan kualitas atau mutu pendidikan yang
berkelanjutan. Seperti yang kita ketahui dengan Merdeka Belajar, peserta
didik mempunyai keleluasaan dalam belajar bukan hanya di dalam satu
segmen karena menurut Namdie Makariem, anak adalah multi
kecerdasaan, setiap anak pasti mempunyai kecerdasan sesuai minat di
bidangnya masing- masing, maka mereka di beri kebebasan dalam seni
belajarnya dengan kecerdasan miliknya sendiri dan sesuai dengan
potensinya, tidak boleh di atur dengan hanya satu kecerdasan saja, belajar
juga dengan secara menyeluruh dan holistik, dan menciptakan suasana
belajar menyenangkan dari segi manaapun, dan peserta didik sebagai pusat
learning, dan sebagi subjek belajar dan dimensi utama, dan guru
menyesuaikan tujuannya capaian belajar peserta didik dan menyiapkan
konsep yang cocok dan relevan dengan tujuan yang ingin dicapai,dengan
merdeka belajar tidak menyiksan pihak Pendidik, peserta didik dan orang
Tua Dengan ini Merdeka Belajar bertujuan membebaskan peserta didik
dari sebuah sistem kejar teget nilai, penerapan belajar dengan cara
menyenangkan, dan balajar bukan hanya untuk mengejar kelulusan,atau
untuk mendapat nilai tertinggi belajar juga bisa dilaksanakan di luar kelas,
bukan cuma didalam kelas tetapi, peserta didik diharapkan dapat berdikusi
dengan guru, outing class, dan belajar banyak hal seperti belajar berani
bertanya, berfikir cerdik dalam bergaul, dan mandiri. Penerapkan
kebijakan sendiri jadi nilai tidak tergantung dari nilai tertulis seperti
sebelumnya tetapi tugas bisa di ambil dari tugas harian individu atau
kelompok, tugas yang di berikan bisa berupa karya tulis, atau portofolio
dan lain - lain. Seperti yang telah dipaparkan Konsep Merdeka belajar oleh
Kementrian Pendidikan ada penerapan UN ( Ujian Nasioaal ) yang di
tiadakan yang berubah menjadi Assesmen Komptensi Minimum dan
Survey Karakter, jadi biasanya penguasaan penyerapan belajar peserta
didik di uji dan di laksanakan di akhir jenjang sekolah dengan menguji
mata pelajaram matematika, Bahaasa Indonesia, dan yang lainnya, kali ini
Ujian Nasional di ganti dengan pemetaan literasi dan numerasi, yang tidak
sama dengan Bahasa Indonesia dan Matetmatika, tetapi juga mencakup
IPA, IPS dan semacamnya, yang diharapkan peserta didik mampu
memahami secara maksimal dan menganalisa sebuah bacaan dan mampu
menerapkan konsep berhitung di dalam kehidupan sehari –hari,
memperkuat karakter dan aplikasi pembelajaran yang nantinya akan di
laksanakan di tengah jenjang sekolah. Selanjutnya yaitu Survei Karakter
yang berbeda dengan berbeda dengan tes, biasanya pemerintah dinilai
hanya memiliki data kognitif dari peserta didik, tetapi tidak mengetahui
kondisi ekosistem di sekolah sebenarnya, kemudian nantinya peserta didik
di berikan sejumlah pertanyaan, misalnya survey implementasi gotong
royong di sekolah, lalu apakah ada bulliying yang terjadi, apakah level
toleransinya sehat dan baik di sekolah dan apakah peserta didik sudah
menerapkan asas Pancasila dalam hidup peserta didik, jadi peserta didik
bukan hanya belajar mata pelajaran tetapi juga belajar menghormati satu
dengan yang lain, salin tolong menolong sehingga peserta didik benar –
benar bisa merasakan dan bisa diimplementasikan , dan kemudian Survey
Karakter ini diharapkan dan di gunakan sebagai tolak ukur atau panduan
sebagai feed back bagi sekolah dan pemerintah sebagai perbaikan dan
perubahan Kebijakan Pendidikan di masa mendatang (Rosyidi, 2020).
C. Kelebihan dan Kekurangan Merdeka Belajar
Program merdeka belajar yang tidak lama disampaikan dalam pidato
kementrian pendidikan Indonesia Nadiem Makarim, merupakan salah satu
program yang dapat membangunkan sistem pendidikan Indonesia yang begitu-
begitu saja menjadi lebih bergairah dan maju seperti nama programnya yaitu
Merdeka Belajar.
Program merdeka belajar ini tentunya menuai pro dan kontra dari berbagai
kalangan karena kelebihan dan kekurangan program tersebut. Kelebihannya:
➢ Anak Didik Bebas Berekspresi
Maksudnya anak didik bebas berekspresi dalam artian leluasa dalam
belajar karna tidak di atur oleh satu pelajaran saja, intinya anak didik belajar
sesuai potensinya masing-masing.
➢ Anak Didik Tidak Dituntut Sama
Program merdeka belajar ternyata membawa perubahan pada sistem
pendidikan Indonesia, karena selama ini anak didik ditargetkan oleh nilai
akademik saja, maka program merdeka belajar menjadikan siswa terlihat istimewa
karena skill yang berbeda-beda, dalam proses pembelajar pengenalan bakatnya,
kita sebagai guru harus selalu ada agar anak tidak putus asa dalam berprosesnya.
➢ Rpp 1 lembar
Karena anak didik belajar sesuai potensinya masing-masing maka kita
selaku guru yang membimbing anak didik hanya perlu menyesuaikan arah,
dengan adanya rpp 1 lembar beban guru sedikit berkurang karena itu diharapkan
guru pembimbing fokus dalam mengarahkan dan mendampingi anak didik.
Kekurangannya:
➢ Membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit Dengan bebasnya
berekspresi anak didik dalam belajar, tentunya memakan waktu dan biaya yang
tidak sedikit Karen dalam berprosesnya anak didik berbeda-beda pemahaman.
➢ Kurangnya guru yang merdeka
Untuk mewujudkan anak didik yang merdeka dalam belajar tentunya
memerlukan guru yang merdeka dalam mengajar juga, tetapi pengalaman para
guru yang merdeka hanya sedikit kebanyakan dilihat dari pengalaman para guru
pada masa kuliahnya dulu, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengalaman para
guru, karena program merdeka belajar baru-baru ini diterbitkan.
➢ Kurangnya referensi
Untuk menjalankan program merdeka belajar ini tentunya memerlukan
referensi atau rujukan seperti buku sebagai alat belajar, buku yang ada sekarang
dinilai rendah, maka dari itu memerlukan buku yang lebih efesien untuk
menjalankan pembelajaran dan mewujudkan program merdeka belajar ini. Itulah
kelebihan dan kekurangan yang diambil secara garis besar.(Tim Kompasiana,
2020).
E. Implikasi Merdeka Belajar
Implikasi utama dari merdeka belajar lebih ditekankan kepada murid agar
mengajak murid lebih aktif dan berperan besar dalam perkembangan
pendidikannya, sekolah dan guru hanyalah sebagai fasilitator yang menunjang
kegiatan belajar murid berjalan lancar tanpa ada hambatan. Ada beberapa
kerangka pendidikan yang harus diperbaiki agar terciptanya merdeka belajar,
yakni :
➢Memperbaiki kerangka standar kompetensi guru
Perlunya pengembangan standar profesional guru dan kepala sekolah yang
berbasis kompetensi dengan pendekatan pengembangan pendidikan kedepannya
yang lebih jelas dan pasti, dan kompetensi guru harus lebih dinamis.
➢Memperbaiki kurikulum PPG
Memperbaiki kurikulum PPG dimulai dengan memperbaiki metode
supervisi klinis agar berjalan dengan baik, adanya penyuluhan kepada guru
pamong dan dosen pembimbing agar lebih fokus kepada murid dan harus lebih
memfokuskan “how to facilitate students”.
➢Memperbaiki sistem sertifikasi guru
Mengalokasikan dana sertifikasi guru untuk pengembangan belajar
mengajar murid dengan efektif, harus ada evaluasi dalam waktu berkala untuk
memaksimalkan sertifikasi guru.
➢Memvisikan pendidikan guru berkelas dunia
Menjadikan inspirasi dalam semua guru menuju visi world class yang
menghasilkan generasi kelas dunia.
➢Mengkaji kajian literatur model kompetensi
Mengkaji kajian literatur model kompetensi maju dengan mengambil hal-
hal yang terbaik yang kemudian menjadi bagian perumusan model kompetensi
guru

BAB IV PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Merdeka belajar merupakan kebebasan didalam menentukan cara
berperilaku, berprose, berfikir, berlaku kreatif guna pengembangan diri setiap
individu dengan menentukan nasib dirinya sendiri.
➢ Konsep Merdeka Belajar
1. Beragam tempat dan waktu
2. Free choice
3. Personalized learning
4. Berbasis proyek
5. Pengalaman lapangan
6. Interpretasi data
➢ Empat Pokok Kebijakan Merdeka Belajar
1. Penilaian USBN komprehensif
2. UN 2020 jadi UN terakhir
3. Penyederhanaan RPP
4. Zonasi lebih oleksibel
➢ Tujuam Merdeka Belajar
menciptakan link and match atau yang menghubungkan dunia belajar dan
dunia kerja. Kebijakan Merdeka Belajar juga bertujuan untuk mewujudkan
kualitas atau mutu pendidikan yang berkelanjutan.
➢ Kelebihan dan Kekurangan Merdeka Belajar
Kelebihannya:
1. Anak Didik Bebas Berekspresi
2. Anak Didik Tidak Dituntut Sama
3. Rpp 1 lembar
Kekurangannya:
1. Membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit
2. Kurangnya guru yang merdeka
3. Kurangnya referensi
➢ Implikasi Merdeka Belajar
Ada beberapa kerangka pendidikan yang harus diperbaiki agar terciptanya
merdeka belajar, yakni :
1. Memperbaiki kerangka standar kompetensi guru
2. Memperbaiki kurikulum PPG
3. Memperbaiki sistem sertifikasi guru
4. Memvisikan pendidikan guru berkelas dunia
5. Mengkaji kajian literatur model kompetensi
B. SARAN
. Semoga program merdeka belajar ini menjadikan sistem pendidikan
indonesia menjadi
lebih maju dan tidak wacana.
DAFTAR PUSTAKA
Iwinsah, R. (2020) Menakar Konsep “MERDEKA BELAJAR”, Intens.News.
KEMENDIKBUD (2020) Buku Panduan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka.
Edisi ke-3.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud RI.
Rosyidi, U. (2020) Merdeka Belajar; Aplikasinya dalam Manajemen Pendidikan
& Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, Ketua Umum
Pengurus Besar PGRI.
Tim Kompasiana (2020) Merdeka Belajar demi Mewujudkan Indonesia Maju,
kompasiana.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Suparno, Paul. 2001. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai