Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TELAAH KURIKULUM

Tentang

KONSEP KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

Oleh:

KELOMPOK II

Yosi Mithelia : 1914040039

Siti Asara : 1914040045

Susi Pitri Yanti : 1914040050

Firsta Fadhila : 1914040051

Mawaddah : 1914040055

Mustika Rahim : 1914040068

Dosen Pengampu :

Dr Yulia,M.Pd

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1443H / 2021M
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kiranya pantaslah kami memanjatkan
puji syukur atas segala nikmat yang telah diberikan kepada penulis, baik kesempatan maupun
kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Telaah Kurikulum ini dengan baik.
Salam dan salawat selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah
membawa manusia dari alam jahiliyah menuju alam yang berilmu seperti sekarang ini.

Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk
itu sudah sepantasnyalah kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besar buat mereka
yang telah berjasa membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini dari awal hingga
akhir.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan
luput dari perhatian penulis. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik
penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini
kedepannya.

Akhirnya, besar harapan penulis agar kehadiran makalah Telaah Kurikulumm ini dapat
memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga
dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.

Padang, November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................2

C. Tujuan......................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................3

A. Pengertian Merdeka Belajar Dan Konsep Belajar ..................................................................3

B. Kebijakan Dan Tujuan Merdeka Belajar .................................................................................6

C. Kelebihan Dan Kekurangan Merdeka Belajar ........................................................................13

D. Implementasi Merdeka Belajar ...............................................................................................14

E. Pelaksanaan Merdeka Belajar Di Indonesi ..............................................................................20

BAB III PENUTUP .....................................................................................................................22

Kesimpulan ..................................................................................................................................22

Saran ............................................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pengembangan
kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang mencakup beberapa hal diantaranya:
perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan
untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik.
Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha
mentransfer kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap
akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-
hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang
yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak
orang. Seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat
lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Dalam perkembangan suatu negara tergantung pada suatu pendidikan, karena pendidikan
merupakan salah satu penunjang dalam perkembangan negara, dalam perkembangan
modernisasi negara kita ingin berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan seperti
negara maju khususnya. Sebuah kurikulum tidak hanya sekedar instruksi pembelajaran yang
disusun oleh pemerintah untuk diterapkan di sekolah masing-masing. Sinclar (2003)
menyatakan bahwa kurikulum yang baik adalah memberi keleluasaan bagi sekolah untuk
mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan khusus peseta didik sesuai tuntutan masyarakat.
Kemerdekaan, yaitu kapabilitas untuk mengatur diri sendiri atau dengan kata lain memiliki
otonomi, adalah kebutuhan dasar pendidikan Indonesia. Sejak awal tahun 2000-an sistem
terdesentralisasi sudah dirancang dan memang menunjukkan adanya kesenjangan kualitas

1
pendidikan berbasis daerah, akibat dari kemampuan yang beragam dalam pengelolaan
pendidikan.
Merdeka Belajar dalam konteks pengelolaan pendidikan tercermin dalam pengelolaan
yang memandang setiap daerah, setiap pendidik dan tenaga kependidikan sebagai “agents”,
bukan pihak-pihak yang senantiasa tidak mampu mengelola dirinya sendiri sehingga tidak
perlu ditingkatkan kapasitas dan kompetensinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Merdeka Belajar Dan Konsep Merdeka Belajar
2. Bagaimana Kebijakan Dan Tujuan Merdeka Belajar
3. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Merdeka Belajar
4. Bagaimana Implementasi Merdeka Belajar
5. Bagaimana Pelaksanaan Merdeka Belajar Di Indonesia
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Merdeka Belajar Dan Konsep Merdeka Belajar
2. Untuk Mengetahui Kebijakan Dan Tujuan Merdeka Belajar
3. Untuk Mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Merdeka Belajar
4. Untuk Mengetahui Implementasi Merdeka Belajar
5. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Merdeka Belajar Di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Merdeka Belajar Dan Konsep Merdeka Belajar


• Pengertian Merdeka Belajar
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia kata merdeka dapat diartikan sebagai
bebas dari penghambaan, penjajahan atau dapat dimaknai dengan berdiri sendiri. Dalam
bahasa arab kata merdeka lazim dengan penyebutan hurriyah yang artinya bebas dari
segala bentuk pengikatan diri terhadap apapun atau istiqla. Dalam kontek ini merdeka
sama saja dengen keleluasaan untuk berfikir secara bebas dan menentukan nasibnya
sendiri. Sedangkan belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen
didalam berperilaku, berkehidupan yang diidapatkan sebagai hasil dari pengamatan atau
latihan.
Menurut Moh. Surya belajar merupakan sebuah usaha yang di upayakan untuk
perubahan setiap individu untuk memperoleh perubahan secara keseluruhan yang
didapatkan dari proses pengalaman serta respon dari interaksi terhadap lingkungan
kepada setiap individu. Sedangkan pandangan dari (sanjaya:2010) kata belajar memiliki
makna harfiah yang mengedepankan perubahan proses mental yang di akibatkan dari
rangsangan interaksi lingkungan. Secara umum telah di kemukakan bahwa belajar
sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena
pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.
Maka dari itu merdeka belajar merupakan kebebasan didalam menentukan cara
berperilaku, berprose, berfikir, berlaku kreatif guna pengembangan diri setiap individu
dengan menentukan nasib dirinya sendiri.1
Merdeka belajar bermakna kemerdekaan belajar, yakni memberikan kesempatan
belajar sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya kepada anak didik untuk belajar
dengan tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan dengan memperhatikan bakat
alami yang mereka punya, tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai suatu
bidang pengetahuan di luar hobi dan kemampuan mereka, sehingga masing-masing

1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group,
2010)
3
mereka mempunyai portofolio yang sesuai dengan kegemarannya. Sebab, memberi
beban kepada pelajar di luar kemampuannya adalah tindakan yang tercela secara akal
sehat dan tidak mungkin dilakukan oleh guru yang bijak.
• Konsep Merdeka Belajar
Membicarakan konsep merdeka belajar tentu ada beberapa relevansi terhadap teori
belajar kontruktivisme. Didalam pendangannya anak mengintruksikan pengetahuan
yang didapat sebagai hasil interaksi yang didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman
dari objek yang anak hadapi. Dalam proses kontruktivisme pembelajaran anak lebih
cenderung memiliki titik focus terhadap keaktifan setiap individu dalam membentuk
pengetahuan. Anak didik di harapkan memiliki motivasi belajar sesuai apa yang ia
inginkan tanpa adanya tekanan dari pihak manapun. Merdeka belajar memiliki ciri khas
dalam proses pembelajaran yang kritis, kreatif, inovatif, transformatif, relevan efektif
dan efisien. Dalam hal ini kementrian pendidikan dan kebudayaan menyuguhkan
konsep tersebut dalam dunia pendidikan di Indonesia. Menitik beratkan pada merdeka
belajar dan guru penggerak yang artinya anak didik memiliki kebebasan untuk
memperoleh pendidikan dan guru menjadi penggerak (motor ) guna tercapainya proses
merdeka belajar.
Proses belajar yang dijalani dengan cara menyenangkan memungkinkan siswa
mampu mengingat materi lebih banyak dan lebih lama, dengan kata lain tingkat
retensinya lebih kuat. Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara di atas, merdeka belajar
pada gilirannya menghasilkan kreativitas yang merupakan elemen penting bagi sebuah
kemajuan. Hal ini guru menjadi fasilitator didalam proses pembelajaran. Kemendikbud
menekankan bahwa gebrakan merdeka belajar ini di cirikan dengan dimulainya
dikembalikannya USBN kepihak sekolah, dihapuskannya UN kemudian digantikan
dengan proses asesmen kompotensi minimum dan survei karakter. Dalam hal ini
kemendikbud berkeinginan agar tidak adanya tekanan nilai terhadap anak didik
sehingga anak didik tidak terpaku dengan nilai angka. Dan yang terakhir, membentuk
karakter anak didik yang berkompeten, unggul dalam sumber daya manusia serta
memiliki budi pekerti yang luhur.

4
Terdapat juga beberapa konsep dasar merdeka belajar di ambil dari hukum yang
menyertai upaya meningkatkan kualitas SDM Indonesia dilandasi tanggungjawab untuk
menjalankan amanat:
1) Pembukaan UUD 1945 alinea IV: dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa
2) Pasal 31 pada ayat 3 yang menyatakan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. 2

Berikut merupakan beberapa konsep yang akan ditawarkan program merdeka


belajar :

1) Beragam tempat dan waktu


Dalam menjalankan proses belajar tidak hanya dibatasi oleh ruang semisal
hanya dikalas saja. Namun juga diluar kelas bisa. Yang dimana diluar kelas
itu dapat memberikan suasana lebih baik dalam menerima pelajaran.
2) Free choice
Peserta didik dapat mempraktekkan cera belajar sesuai dengan yang ia rasa
paling nyaman. Sehingga diharapkan peserta didik dapat terus mengasah
kemampuannya.
3) Personalized learning
Guru dapat menyesuaikan dengan peseta didik dalam memahami materi,
memecahkan jawaban sesuai dengan kemampuan peserta didik, ini ibarat
bermain game. Dimana bila dia mampu untuk memecahkan suatu tantangan
maka ia akan cepat naik level jadi bukan lagi memakai sistem pukul rata
kemampuan peserta didik.
4) Berbasis proyek
Peserta didik diajak untuk dapat menerapkan keterampilan yang ia sudah
pelajari di berbagai situasi. Pengalaman ini akan sangat terasa untuk kelak
diterapkan dalam kehidupanya sehari-hari.

2
Wilya Rahma Tresna, 2020, https://www.scribd.com/document/486485917/MAKALAH-merdeka-belajar.
5
5) Pengalaman lapangan
Match and Link pada dunia pekerjaan itu sangatlah penting. Pada saat ini
materi yang telah diberikan kepada peserta didik tidak ada kaitanya dengan
dunia kerja. Maka adanya pengalaman lapangan dapat membantu peserta
didik untuk dapat lebih efisien dalam dunia pekerjaan.
6) Interpretasi data
Peserta didik akan mendapatkan banyak sekali informasi. Diharapkan dengan
banyaknya informasi yang masuk dapat menyelesaikan masalah kebutuhan,
dapat digunakan untuk menganalisa permasalahan dll.3

B. Kebijakan dan Tujuan Merdeka Belajar

Pentingnya memiliki SDM unggul merupakan solusi dalam menyelesaikan permasalah


bangsa, sebagaimana disampaikan oleh Mendikbud, bahwa: “Apapun kompleksitas masa
depan, kalau SDM kita bisa menangani kompleksitas maka itu tidak menjadi masalah”
(FORWAS Edisi ke-3/2019). Tentu SDM yang dikehendaki merupakan kapital intelektual
yang memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif, serta siap menghadapi era globalisasi.
Apalagi saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan eksternal berupa hadirnya
Revolusi industri 4.0 yang bertumpu pada cyber-physical system, dengan didukung oleh
kemajuan teknologi, basis informasi, pengetahuan, inovasi, dan jejaring, yang menandai era
penegasan munculnya abad kreatif. Tantangan lainnya yang bersifat internal, berupa gejala
melemahnya mentalitas anak-anak bangsa sebagai dampak maraknya simpul informasi dari
media sosial.

Menghadapi tantangan itu semua tentu harus diimbangi dengan pendidikan yang bermutu
supaya dapat menjamin tumbuh kembangnya SDM yang berkualitas, yang bisa bertindak
cepat, tepat, dan mampu beradaptasi dengan baik dalam mengantisipasi sekaligus mengatasi
dampak negatif dari gelombang perubahan besar tersebut. Namun sayangnya kondisi
pendidikan kita belum menunjukkan hasil yang memuaskan, salah satu indikatornya
berdasarkan data skor PISA (Programme for International Students Assessment) tahun 2015
pada tingkat literasi yang meliputi tiga aspek; membaca, kemampuan matematika, dan
kemampuan sain, masih berada pada peringkat 10 besar terbawah yaitu peringkat ke-62 dari
72 negara anggota OECD (Orgnization for Economic Cooperation and Development), kita
masih kalah dari negara Vietnam (Kompasiana, 16/12/ 2018).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selaku leading sektor


pendidikan nasional yang berperan penting dalam mewujudkan kualitas SDM Indonesia,

3
Nailatul Chofifah, 2020, https://www.academia.edu/44423004/Makalah_Merdeka_Belajar_dan_Implikasinya.
6
menindaklanjutinya dengan mengeluarkan berbagai kebijakan penting, diantaranya
kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar”, dimana target pemerintah untuk memfokuskan diri
pada pembangunan sumber daya manusia sebagaimana diamanatkan dalam Nawacita
kelima, untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

Program Merdeka Belajar menurut Mendikbud akan menjadi arah pembelajaran ke depan
yang fokus pada meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana arahan bapak
presiden dan wakil presiden (dikutip dari situs web kemendikbud.go.id, Rabu, 11/12).
Selanjutnya dijelaskan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Ade
Erlangga, Merdeka Belajar merupakan permulaan dari gagasan untuk memperbaiki sistem
pendidikan nasional yang terkesan monoton. Merdeka Belajar menjadi salah satu program
untuk menciptakan suasana belajar di sekolah yang bahagia suasana yang happy, bahagia
bagi peserta didik maupun para guru. Adapun yang melatarbelakangi diantaranya banyak
keluhan para orangtua pada sistem pendidikan nasional yang berlaku selama ini. Salah
satunya ialah keluhan soal banyaknya siswa yang dipatok dengan nilai-nilai tertentu.
Ditambahkan pula bahwa program Me[rdeka Belajar merupakan bentuk penyesuaian
kebijakan untuk mengembalikan esensi dari asesmen yang semakin dilupakan. "Konsepnya,
mengembalikan kepada esensi undang-undang kita untuk memberikan kemerdekaan sekolah
menginterpretasi kompetensi-kompetensi dasar kurikulum, menjadi penilaian mereka
sendiri, seperti disampaikan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK)
Kemendikbud Supriano. Program pendidikan “Merdeka Belajar” meliputi empat pokok
kebijakan, antara lain:

1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).

2. Ujian Nasional (UN).

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaan (RPP).

4. Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi.

Bila dicermati dari isi pokok kebijakan merdeka belajar jelas lebih difokuskan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah, meskipun pada perkembangan selanjutnya
berdimensi juga ke jenjang pendidikan tinggi (Dikti) melalui program “Kampus Merdeka”.
Pastinya program “Merdeka Belajar” bukanlah sebuah kebijakan yang secara tiba-tiba
muncul, melainkan melalui serangkaian proses yang panjang dan matang, setelah beberapa
waktu lalu pasca dilantik menjadi Mendikbud banyak melakukan kajian komprehensif
dengan mengundang dan mendatangi para pakar pendidikan, pengawas, kepala sekolah,
guru-guru, organisasi profesi guru dan lain sebagainya, untuk mendengar berbagai masukan
terkait permasalahan praktik pendidikan. Lebih jelasnya lagi keempat prinsip merdeka
belajar tersebut diuraian sebagai berikut:

7
a) USBN 2020.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 43 Tahun 2019, tentang Penyelenggaraan Ujian


yang Diselengarakan Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional, khususnya pada Pasal
2, ayat 1; menyatakan bahwa ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
merupakan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan yang bertujuan untuk
menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.
Selanjutnya dijelaskan pada Pasal 5, ayat 1, bahwa; bentuk ujian yang
diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan berupa portofolio, penugasan, tes tertulis,
atau bentuk kegiatan lain yang ditetapkan Satuan Pendidikan sesuai dengan
kompetensi yang diukur berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Ditambahkan
pula pada penjelasan Pasal 6, ayat 2, bahwa; untuk kelulusan peserta didik ditetapkan
oleh satuan pendidikan/program pendidikan yang bersangkungan. Dengan demikian
jika melihat isi Permendikbud tersebut menunjukkan, bahwa Guru dan sekolah lebih
merdeka untuk menilai hasil belajar siswa.

b) UN adalah kegiatan pengukuran capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran


tertentu secara nasional dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan.
Merupakan penilaian hasil belajar oleh pemerintah pusat yang bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu
(Permendikbud No. 43 Tahun 2019). Terkait untuk pelaksanaan UN tahun 2020,
sebagaimana disampaikan Mendikbud merupakan kegiatan UN yang terakhir
kalinya, selanjutnya ditahun 2021 mendatang UN akan digantikan dengan istilah
lain yaitu Asesmen Kompetensi Minimun dan Survey Karakter. Asesmen
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk bernalar
menggunakan bahasa dan literasi, kemampuan bernalar menggunakan matematika
atau numerasi, dan penguatan pendidikan karakter. Adapun untuk teknis pelaksanaan
ujian tersebut akan dilakukan ditengah jenjang sekolah. Misalnya di kelas 4, 8, 11,
dengan maksud dapat mendorong guru dan sekolah untuk memetakan kondisi
pembelajaran, serta mengevaluasi sehingga dapat memperbiki mutu pembelajaran.
Dengan kata lain, agar bisa diperbaiki kalau ada hal yang belum tercapai. Sebagai
catatan hasil ujian ini tidak digunakan sebagai tolok ukur seleksi siswa kejenjang
berikutnya. Adapun untuk standarisasi ujian, arah kebijakan ini telah mengacu pada
level internasional, mengikuti tolok ukur penilain yang termuat dalam Programme
for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS), tetapi penuh dengan kearifan lokal (Media
Indonesia, 12/12/2019). Untuk kompetensi PISA lebih difokuskan pada penilaian
kemampuan membaca, matematika, dan sains, yang diberlakukan pada negara-
negara yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD), sedangkan untuk kompetensi TIMSS lebih menekankan pada

8
penilaian kemampuan matematika, dan sains, sebagai indikator kualitas pendidikan,
yang tergabung dalam wadah International Association for the Evaluation of
Educational Achievement, berpusat di Boston, Amerika Serikat (Koran Tempo,
12/12/2019).

Terkait Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, dimaksudkan


supaya setiap sekolah bisa menentukan model pembelajaran yang lebih cocok untuk
murid-murid, daerah, dan kebutuhan pembelajaran mereka, serta Asesmen
Kompetensi Minimum tidak sekakuUN, seperti yang disampaikan Dirjen GTK
Supriano(https://www.alinea.id/nasional/merdeka-belajar). Selanjutnya untuk aspek
kognitif Asessmen Kompetensi Minimum, menurut Mendikbud materinya dibagi
dalam dua bagian: (1) Literasi; bukan hanya kemampuan untuk membaca, tapi juga
kemampuan menganalisa suatu bacaan, kemampuan memahami konsep di balik
tulisan tersebut; (2) Numerasi; berupa kemampuan menganalisa, menggunakan
angka-angka. Jadi ini bukan berdasarkan mata pelajaran lagi, bukan penguasaan
konten, atau materi. Namun ini didasarkan kepada kompetensi dasar yang
dibutuhkan murid-murid untuk bisa belajar, apapun mata pelajarannya (Media
Indonesia, 12/12/2019).

c) Dalam hal RPP, berdasarkan Surat Edaran Mendikbud Nomor 14 Tahun 2019,
tentang Penyederhanaan RPP, isinya meliputi:

• penyusunan RPP dilakukan dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi


pada siswa.

• Dari 13 komponen RPP yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun


2016, yang menjadi komponen inti adalah tujuan pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran, dan penilaian pembelajaran (assesment) yang wajib
dilaksanakan oleh guru, sedangkan sisanya hanya sebagai pelengkap.

• Sekolah, Kelompok Guru Mata Pelajaran dalam sekolah, Kelompok Kerja


Guru/Musyawarah Guru Mata Pelajaran (KKG/MGMP) dan individu guru
secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan
format RPP secara mandiri untuk sebesar-besarnya keberhasilan belajar
siswa. Adapun RPP yang telah dibuat dapat digunakan dan dapat disesuaikan
dengan ketentuan sebagaaimana maksud pada angka 1, 2, dan 3.

Bila dicermati dari keseluruhan isi surat edaran mendikbud tersebut, dapat
dimaknai bahwa penyusunannya lebih disederhanakan dengan memangkas beberapa
komponen. Guru diberikan keleluasaan dalam proses pembelajaran untuk memilih,
membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP, sebab gurulah yang
mengetahui kebutuhan siswa didiknya dan kebutuhan khusus yang diperlukan oleh
9
siswa di daerahnya, karena karakter dan kebutuhan siswa di masing-masing daerah
bisa berbeda. Untuk penulisan RPP-nya supaya lebih efisiensi dan efektif, cukup
dibuat ringkas bisa dalam satu halaman, sehingga guru tidak terbebani oleh masalah
administrasi yang rijit. Diharapkan melalui kebebasan menyusun RPP kepada guru,
siswa akan lebih banyak berinteraksi secara aktif, dinamis, dengan model
pembelajaran yang tidak kaku.

d) Untuk PPDB, berdasarkan Permendikbud baru Nomor 44 Tahun 2019 tentang PPDB
2020, sebagaimana dinyatakan pada Pasal 11, dalam persentase pembagiannya
meliputi:

• untuk jalur zonasi paling sedikit 50 persen.

• jalur afirmasi paling sedikit 15 persen.

• jalur perpindahan tugas orang tua/wali lima persen.

• jalur prestasi (sisa kuota dari pelaksanaan jalur zonasi, afirmasi dan
perpindahan orang tua /wali (0-30 persen).

Jelas ini berbeda dengan kebijakan PPDB pada tahun-tahun sebelumnya,


setidaknya terdapat dua hal penting:

• kuota penerimaan siswa baru lewat jalur berprestasi, semula 15 persen,


sekarang menjadi 30 persen.

• adanya satu penambahan baru jalur PPDB, yaitu melalui jalur afirmasi, yang
ditujukan terutama bagi mereka yang memegang Kartu Indonesia Pintar
(KIP).

Dengan demikian untuk PPDB 2020 masih tetap menggunakan sistem zonasi,
akan tetapi dalam pelaksanaannya lebih bersifat fleksibel, dengan maksud agar dapat
mengakomodir ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. Terpenting dalam
prorporsi finalisasinya, daerah berwenang untuk menentukan dan menetapkan
wilayah zonasinya. Secara umum sistem zonasi dalam PPDB itu sudah baik, karena
dapat mendorong hilangnya diskriminasi bagi anggota masyarakat untuk bersekolah
di sekolah-sekolah terbaik.

Supaya lebih memahami konsep merdeka belajar sebagaimana telas dikupas tuntas di
atas, konsep Merdeka Belajar juga dikaji secara teoritis berdasarkan terminologi arti kata
“Merdeka” dan konsep “Belajar” itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kata Merdeka memiliki tiga pengertian:

10
a. bebas (dari perhambatan, penjajahan dan sebagainya), berdiri sendiri.

b. tidak terkena atau lepas dari tuntutan.

c. tidak terikat, tidak oleh tergantung kepada orang atau pihak tertentu.

Adapun konsep “Belajar” menurut Sagala (2006), dapat dipahami sebagai usaha atau
berlatih supaya mendapatkan suatu kepandaian. Ditambahkan pula menurut Sudjana (2013),
belajar bukan semata kegiatan menghafal dan bukan mengingat. Belajar adalah.

a. suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, dapat
ditunjukkan seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah
lakunya, keterampilannya, kecakapan, dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada ada individu.

b. belajar adalah proses aktif, proses berbuat melalui berbagai pengalaman.

c. belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.

d. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan.

e. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.

Jadi apabila kita berbicara tentang belajar, maka prinsipnya berbicara bagaimana
mengubah tingkah laku seseorang. Berdasarkan kajian teori tersebut diatas maka konsep
Merdeka dan Belajar menurut hemat penulis dapat dipersepsikan sebagai upaya untuk
menciptakan suatu lingkungan belajar yang bebas untuk berekspresi, bebas dari berbagai
hambatan terutama tekanan psikologis. Bagi guru dengan memiliki kebebasan tersebut lebih
fokus untuk memaksimalkan pada pembelajaran guna mencapai tujuan (goal oriented)
pendidikan nasional, namun tetap dalam rambu kaidah kurikulum. Bagi siswa bebas untuk
berekspresi selama menempuh proses pembelajaran di sekolah, namun tetap mengikuti
kaidah aturan di sekolah. Siswa bisa lebih mandiri, bisa lebih banyak belajar untuk
mendapatkan suatu kepandaian, dan hasil dari proses pembelajaran tersebut siswa berubah
secara pengetahuan, pemahaman, sikap/karakter, tingkah laku, keterampilan, dan daya
reaksinya, sejalan dengan apa yang diamanatkan dalam tujuan UU Sisdiknas Tahun 2003,
yakni; untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Hal lain yang menariknya lagi bahwa semangat Program Merdeka Belajar ternyata jika
dihubungkan dengan gagasan pemikiran Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
menunjukkan adanya benang merah keterkaitannya, antara lain: (1) diantara salah satu dari
lima dasar pendidikan mengajarkan untuk menjunjung tinggi kemerdekaan; (2)

11
kemerdekaan diri harus diartikan swadisiplin atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kemerdekaan harus juga menjadi
dasar untuk mengembangkan pribadi yang kuat dan selaras dengan masyarakat (dalam
Afifuddin, 2007); dan (3) Implementasinya dalam hal pendidikan dan pengajaran, bahwa
pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedangkan
merdekanya hidup batin terdapat dari pendidikan (https://www.finansialku.com/hari-
pendidikan-nasional-ki-hajar-dewantara/). Dengan demikian ternyata banyak hal tentang
dasar-dasar pendidikan yang diajarkan beliau masih relevan dengan kondisi kekinian
termasuk konsep Merdeka Belajar.

Dari apa yang telah didalami konsep Merdeka Belajar dilihat dari maksud tujuan, isi, dan
teorinya, serta diskusi dengan pakar serta praktisi pendidikan, maka sebagai catatan penulis
terhadap program Merdeka Belajar, penilaiannya antara lain: Pertama, secara juridis;
pentingnya landasan hukum untuk menguatkan kebijakan pendidikan Merdeka Balajar,
khusus pada wacana mengganti UN dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survey
Karakater ditahun 2021, dengan tetap memperhatikan regulasi yang ada diantaranya adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015, mengenai Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang intinya masih
mengatur terkait pelaksanan UN, beserta nomenklaturnya; Kedua, terkait Asesmen
Kompetensi Minimum dan Survei Karakter: (a) Meskipun ini masih dalam proses
pematangan, karena nantinya guru yang bakal melaksanakannya, penting untuk adanya
panduan dalam memahami betul apa yang dimaksud Asesmen Kompetensi Minimum, serta
kejelasan teknis survei karakter; dan (b) termasuk pula panduan untuk soal literasi dan
numerasi nanti; Ketiga, terkait RPP; (a) disederhanakannya RPP jelas akan mengurangi
beban administrasi guru, namun dengan memberikan kebebasan kepada guru dalam
menyusun RPP dirasa sangat riskan, mengingat guru selama ini sangat bergantung pada
petunjuk teknis, disamping guru-guru selama ini umumnya belum maksimal membuat RPP
secara mandiri, lebih pada copypaste; dan (b) mempertimbangkan bahwa kondisi
kompetensi guru di daerah yang masih banyak ketimpangan, perlu dilakukan pelatihan yang
terus-menerus termasuk didalamnya menyusun RPP.4

Sebagai kesimpulan, Merdeka Belajar adalah tujuan sekaligus paradigma yang perlu
melandasi seluruh kebijakan pendidikan. Merdeka Belajar tidak dapat dan tidak seharusnya
menjadi kebijakan tunggal. Dengan memahami makna Merdeka Belajar secara utuh
sebagaimana yang diamanatkan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hadjar Dewantara, kita
dapat mengerti bahwa untuk mencapai pembelajaran yang memerdekakan anak, dibutuhkan
kerangka atau rangkaian kebijakan untuk memastikan segala tantangan yang menghambat
proses belajar yang memerdekakan dapat diatasi. Guru perlu ruang untuk fokus pada proses

4
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/merdeka-belajar

12
pedagogi, maka tuntutan beban administrasi perlu dikurangi (Merdeka Belajar episode 1),
proses akuntabilitas dana BOS perlu dipermudah agar bermanfaat besar untuk proses belajar
(episode 3), kualitas guru perlu ditingkatkan secara strategis dan kontekstual (episode 5),
pelibatan masyarakat perlu lebih terkoordinasi agar mencapai tujuan yang dicita-citakan
bersama (episode 4), dan seterusnya.

Indonesia membutuhkan kerangka kebijakan pendidikan yang utuh. Perdebatan tentang


mana yang harus diperbaiki: kurikulum atau guru, adalah perdebatan usang yang tidak
memperhatikan proses pembelajaran sebagai suatu sistem. Pertanyaan tersebut adalah
jebakan yang membatasi perspektif kita menuju pencapaian Merdeka Belajar. Upaya
sistematis – bukan parsial, kolektif, dan kolaboratif untuk meningkatkan kualitas pendidikan
adalah strategi yang perlu terus dikuatkan dalam ekosistem pendidikan Indonesia.

Implementasi kebijakan-kebijakan dalam rangkaian Merdeka Belajar membutuhkan


strategi yang baik serta kemampuan pemerintah untuk konsisten. Perubahan paradigma tidak
akan terjadi dalam satu hari. Pada masa pandemi ini kita melihat bagaimana sebagian guru
kesulitan untuk melepaskan sense of control di kelasnya ketika proses belajar yang terjadi
hanya melalui layar gawai. Mereka tidak dapat mengawasi penuh kegiatan siswanya, dan
bagi sebagian guru hal ini adalah hal yang mengkhawatirkan. Dalam konteks yang lebih
makro, PSPK menyadari bahwa melepaskan kendali penuh pemerintah pusat, atau
memerdekakan guru, satuan pendidikan, dan daerah, bukanlah hal yang mudah bagi
pemerintah. Oleh karena itu proses yang konsisten dan berkelanjutan, kebijakan yang
terkoordinir dalam suatu sistem, koordinasi yang berbasis kesamaan visi pendidikan untuk
mengatasi masalah-masalah kompleks menjadi faktor-faktor penting untuk mencapai cita-
cita Merdeka Belajar.5

C. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum Merdeka Belajar


Adapun kelebihan dan kekurangan dari kurikulum Merdeka Belajar ini, yaitu:
• Kelebihan
a. Pembelajaran yang fleksibel. Salah satu tujuan dari program Merdeka belajar adalah
menciptakan pembelajaran yang fleksibel atau tidak kaku. Pembelajaran yang daat
dilakukan dengan senang dan bahagia tanpa tekanan baik oleh peserta didik, guru
maupun orang tua. Sebab elemen kebahagiaan tiga unsur ini sangat diharapkan dalam
mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Memberi kesempatan bagi peserta didik baik oleh siswa maupun mahasiswa untuk
lebih mendalami potensi dan bakat yang dimiliki. Hal ini dilakukan agar skill yang
mereka miliki terasah dan berkembang dengan baik.

5
https://www.google.com/amp/s/pspk.id/merdeka-belajar-pspk/amp

13
c.
Menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar di masyarakat. Program merdeka
belajar memberikan ruang ekskresi baik kepada dosen maupun mahasiswa untuk
lebih kreatif dalam mengasah potensi yang dimilikinya, salah satunya adalah dengan
terjun langsung ke masyarakat. Hal ini memungkinkan mahasiswa mendapatkan
pengalaman baru yang dapat membantu pengembangan potensi yang mereka miliki.
d. Mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia kerja. Dengan program merdeka Belajar
setiap mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan minat dan bakat
sesuai dengan potensi yang dimiliki tanpa terikat dengan kurikulum kampus yang
membelenggu kebebasan berekspresi, maka diharapkan setelah lulus mahasiswa
sudah memiliki modal keterampilan sehingga siap untuk bekerja.
e. Menciptakan lapangan kerja. Merdeka Belajar adalah upaya yang dilakukan
pemerintah agar para mahasiswa setelah lulus dari perkuliahan tidak harus antri
menunggu lowongan kerja yang ditawarkan oleh pemerintah, namun harus mampu
menciptakan lapangan pekerjaan sehingga setelah lulus tak ada yang menjadi
pengangguran yang berijazah.
• Kekurangan
a. Persiapan yang belum matang. Seperti yang diketahui bahwa program Merdeka
Belajar dicanangkan di tengah kepanikan yang diakibatkan oleh virus Covid-19
sehingga, program ini terkesan dadakan dantidak ada perencanaan yang matang. Hal
inilah yang diragukan oleh sebagianorang atas keberhasilan program.
b. Pendidikan dan pengajaran belum berjalan dengan baik. Setiap program tentunya
butuh proses yang panjang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pada program
merdeka belajar ini karena masih baru, maka perlu adanya kerja keras dan kerja
cerdas dari seluruh elemen masyarakat agar pembelajarannya berjalan dengan
maksimal.
c. Persiapan sumber daya manusia yang belum maksimal.
d. Setiap program baru harus disiapkan SDM terlebih dahulu sehingga mereka siap
untuk bekerja di lapangan. Namun, pada kenyataannya SDM yang ada belum sesuai
dengan harapan hal ini terlihat dari banyaknya dosen atau guru yang belum
memahami bagaimana dan seperti apa Merdeka Belajar itu. 6
D. Implementasi Merdeka Belajar
Tujuan dari pendidikan adalah menjadikan peserta didik tidak hanya cerdas dalam
intelektual tetapi juga memiliki karakter karakter yang baik. Sistem pendikan juga harus

6 Karmila P. Lamadang, Merdeka Belajar , (Yogyakarta: Zahir Publising, 2020), hlm. 92-93
14
mengikuti perkembangan jaman. Perubahan dalam pendidikan diawali dengan pidato
Mendikbud Nadiem Makarim yang megusulkan tentang gerakan “Merdeka Belajar”. Dalam
merdeka belajar ada empat kebijakan yang diusulkan oleh Mendikbud. Usulan Mendikbud
ini adalah untuk mengubah pola lama dalam pendidika yang hanya mementingkan
penguasaan materi saja. Sehingga peserta didik tidak dapat berfikir kritis dan inovatif.
Merdeka belajar usulan Nadiem, memiliki maksud bahwa guru merdeka memiliki makna
unit pendidikan atau sekolah guru dan muridnya mempunyai kebebasan untuk berinovasi,
belajar dengan mandiri, dan kreatif.
Menurut Thomas Lickona pendidikan karakter merupakan cara paling baik untuk
memastikan para murid memiliki kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya.
Pendidikan karakter ini dapat membantu meningkatkan prestasi akademik anak didik.
Menurut Thomas Lickona, setidaknya ada tujuh alasan mengapa character education harus
diberikan kepada warga negara sejak dini, diantaranya adalah
• Sebagian anak tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di tempat lain.
• Dapat membentuk individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat
hidup di dalam masyarakat yang majemuk.
• Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral-sosial, seperti ketidakjujuran,
ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja rendah, dan lain-lain.
• Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku individu sebelum masuk ke dunia
kerja/ usaha.
• Sebagai cara untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja
suatu peradaban.
Pendidikan karakter idealnya diberikan melalui percontohan oleh pihak – pihak terkait
yang bersinggungan langsung dengan dunia pendidikan. Pihak – pihak terkait bisa orang tua,
guru, dosen, atau bisa juga staf yang ada pada lembaga pendididkan. Mengapa orang tua?
karena sebenarnya pendidikan karakter awal yang diperoleh peserta didik adalah dari
lingkungan keluarga. Dengan contoh yang nyata diharapkan peserta dapat mencontoh
karakter – karakter yang baik. Dan peserta didik diharapkan juga dapat menggunakan
karakter yang baik tidak hanya dilingkungan sekolah saja tetapi juga dilingkungan sosialnya
yang lain. Dengan kata lain pendidikan karakter dapat membentuk manusia muda yang
cerdas dan berperilaku baik. Ini sesuai dengan pernyataan filsuf dan pemikir pendidikan,
Profesor Driyarkara (1931-1967) mengemukakan bahwa pendidikan adalah upaya manusia
dengan penuh kesadaran memanusiakan manusia muda.

15
Tahun 2019-2020 adalah tahun pertaruhan bagi bangsa Indonesia sekaligus pertaruhan
dalam bidang pendidikan indonesia . Tahun 2020 Indonesia memasuki bonus demografi.
Potret pendidikan Indonesia yang belum menggembirakan bisa dilihat dari hasil survey
Programme International Student Assessment (PISA) 2018. Yang diterbitkan 3 Desember
2019. Skor Indonesia tergolong rendah karena berada pada peringkat ke–74 dari 79 negara
atau urutan ke-6 dari bawah. Sebelumya pada tahun 2015 yang berada pada peringkat ke–
64 dari 72 negara atau urutan ke-8 dari bawah. Walaupun hal itu bukan ukuran satu –
satunya tapi survei tersebut telah dapat menggambarkan posisi pendidikan di indonesia di
banding negara negara lain. Tentu saja ini menjadi tantangan besar bagi pendidikan di
Indonesia yang akan memasuki masa bonus demografi pada tahun 2020. Pidato Mendikbud
Nadiem Makarim di Hari Guru Nasional tahun 2019, disampaikan oleh beliau bahwa
selama 20 Tahun pola pendidikan di Indonesia belum banyak berubah . Semua berfokus
pada upaya penguasaan materi sebanyak banyaknya dan menjawab soal. Bukan kemampuan
bernalar, yang dapat menghasilkan peserta didik yang kreatif dan inovatif, serta tidak
memperhatikan pembentukan sikap dan kepribadian yaitu percaya diri, disiplin, adaptif,
komunikatif dan kolaboratif yang sangat dibutuhkan dunia kerja (* di kutip dari tulisan Dr
Muhdi, S.H, M. Hum di Suara Merdeka – Derap Guru Edisi 24 tahun XX Februari 2019).
Tentu saja ini menjadi tantangan bagi pendidikan di Indonesia yang akan menciptakan
generasi muda yang unggul (SDM yang berkualitas intelektual dan berkarakter) yang akan
menjadi bonus demografi.
Untuk membentuk SDM yang unggul tidak lepas dari peran sistem pendidikan di
Indonesia . Berbagai macam gebrakan sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Mulai
dari perubahan kurikulum sampai dengan meningkatkan mutu guru sebagai pendidik.
Kurikulum yang berlaku di berbagai sekolah di Indonesia mulai dari tingkat SD,SMP
sampai SMA adalah kurikulum 13 atau yang lebih dikenal dengan K 13. Kurikulum ini
sudah mencakup tentang pendidikan karakter. Gebrakan baru dalam dunia pendidikan di
Indonesia di awali dari Pidato Mendikbud Nadiem Makarim pada saat peringatan Hari Guru
Nasional 2019. Beliau menyampaikan gebrakan baru dalam pembelajaran yang kita kenal
dengan Kebijakan Merdeka Belajar. Merdeka belajar usulan Nadiem, memiliki maksud

16
bahwa guru merdeka memiliki makna unit pendidikan atau sekolah guru dan muridnya
mempunyai kebebasan untuk berinovasi, belajar dengan mandiri, dan kreatif.7
Merdeka belajar bukan sekedar jargon. Penerapannya didalam kelas dapat dilakukan
pada lintas kelas dan lintas mata pelajaran. Merdeka belajar adalah konsep yang
menitikberatkan pada tiga hal yaitu : Komitmen pada tujuan belajar sesuai dengan
kebutuhan, minat dan aspirasinya. Mandiri untuk belajar yang berarti melalui berbagai cara
dan ritmenya dan Refleksi. 8
Untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang Unggul Bangsa Indonesia harus berbenah
dalam sistem pendidikan. Pada acara Rapat Koordinasi Bersama Dinas Pendidikan Provinsi
dan Kabupaten/Kota di Jakarta 11 Desember 2019, Nadiem mengungkapkan ada empat
program pembelajaran nasional. Empat program itu sebagai kebijakan pendidikan nasional
"Merdeka Belajar". Program – program itu adalah:
1. USBN diganti ujian (asesmen)
Menurut Nadiem, situasi saat ini USBN membatasi penerapan dari semangat UU
Sisdiknas yang memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk menentukan kelulusan.
Untuk arah kebijakan barunya, Tahun 2020 USBN akan diganti dengan ujian
(asesmen) yang diselenggarakan hanya oleh sekolah. Nantinya, ujian dilakukan
untuk menilai kompetensi siswa. Dimana ujian dalam bentuk tes tertulis dan atau
bentuk penilaian lain yang lebih komprehensif. Seperti portofolio dan penugasan
(tugas kelompok, karya tulis dan sebagainya). Dengan begitu, guru dan sekolah lebih
merdeka dalam menilai hasil belajar siswa. Bahkan diharapkan anggaran USBN
dialihkan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah guna meningkatkan
kualitas pembelajaran.
2. 2021 UN diganti.
Menteri Nadiem melihat situasi saat ini materi UN terlalu padat sehingga siswa
dan guru cenderung menguji penguasaan konten, bukan kompetensi penalaran.
Disamping itu, UN dianggap jadi beban siswa, guru dan orangtua karena menjadi
indikator keberhasilan siswa sebagai individu. Karenanya tahun 2020, UN akan
dilaksanakan terakhir kalinya. Sebagai penggantinya, pada 2021, UN diubah menjadi

7 (www.kompasiana.com 3 November 2021, Jam 22:00).


8 Pur (2020), Merdeka Belajar Dan Penghapusan UN,DERAP GURU Jawa TengahEdisi 241 Th XX – Februari 2020, Lontar Merdeka – Semarang.
17
Asesmen Kompetensi Minimum ( AKM ) dan Survei Karakter ( SK ). Usulan
Merdeka Belajar Mendikbud Makarim Asesmen tersebut tidak dilakukan
berdasarkan mata pelajaran atau penguasaan materi kurikulum seperti yang
diterapkan dalam ujian nasional selama ini, melainkan melakukan pemetaan terhadap
dua kompetensi minimum siswa, yakni dalam hal literasi dan numerasi. Asesmen ini
dilakukan pada siswa di tengah jenjang sekolah (misalnya kelas 4, 8, 11). Arah
kebijakan baru ini juga mengaju pada praktik baik padan level internasional seperti
PISA dan TIMSS.
3. RPP dipersingkat .
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selama ini, guru diarahkan mengikuti
format RPP secara kaku. Tetapi nanti guru akan bebas memilih, membuat,
menggunakan dan mengembangkan format RPP. Dulu, RPP terlalu banyak
komponen dan guru diminta menulis sangat rinci (satu dokumen RPP bisa lebih 20
halaman). Tetapi nanti akan dipersingkat yakni RPP berisi tujuan pembelajaran,
kegiatan pembelajaran dan asesmen. RPP hanya 1 halaman saja. Sehingga penulisan
RPP dilakukan dengan efisien dan efektif yang menjadikan guru punya waktu untuk
mempersiapkan juga mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.
4. Zonasi PPDB lebih fleksibel.
Untuk program "Merdeka Belajar" yang terakhir ini, Nadiem menjelaskan bahwa
Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB). Adapun kebijakannya, PPDB lebih fleksibel untuk mengakomodasi
ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. Menurut Nadiem, komposisi
PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50 persen, jalur afirmasi minimal
15 persen, dan jalur perpindahan maksimal 5 persen. Untuk jalur prestasi atau sisa 0-
30 persen lainnya disesuaikan dengan kondisi daerah. "Daerah berwenang
menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi," ujar Nadiem (Albertus
Adit :2019).
Merdeka belajar Bisa dikatakan merupakan otonomi dalam bidang pendidikan.
Kebijakan otonomi pendidikan mulai dihidupkan kembali di era ini. Memerdekakan unit
pendidikan , memerdekakan guru, memerdekakan peserta didik dapat merangsang

18
munculnya inovasi inovasi baru. Peserta didik dapat belajar secara mandiri dan kreatif
,sehingga seluruh peserta didik Indonesia yang beraneka ragam suku dan kebudayaan dapat
memiliki ragam cara belajarnya masing-masing. Diungkapkan oleh Dr Yuli Bangun
Nursanti, M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Wonogiri fokus dari
Merdeka belajar adalah terletak pada proses pembelajaran.9 Saat ini dalam proses
pembelajaran masih banyak kita jumpai peserta didik yang belum bisa memberikan
pemikiran secara analisis . Dalam Merdeka belajar diharapkan dapat dikembangkan cara
berfikir kritis dan analitis .
Salah satu dari empat kebijakan yang disampaikan oleh Mendikbud yang sudah
dilaksanakan adalah Sistem Zonasi PPDB. Diakui atau tidak, ada pengkastaan dalam
pendidikan menengah kita. Ada stigma sekolah unggulan dan tidak unggulan. Sekolah
unggulan akan menjadi sekolah favorit yang banyak diminati dan dipilih oleh masyarakat.
Sehingga sekolah unggulan akan kebanjiran pendaftar sedangkan sekolah yang tidak
unggulan akan kurang diminati sehingga kekurangan kuota. Adanya image sekolah favorit
menyebabkan timbulnya homogenitas dalam hal latar belakang akademik siswa. Guna
menghindari dampak buruk homogenitas sekolah yang berlabel unggulan pemerintah
menerapkan Zonasi dalam PPDB.
Kebijakan ini diatur oleh permendikbud RI No 17 Tahun 2017. Zonasi sebenarnya bukan
sistem baru. Sejak beberapa tahun yang lalu banyak daerah yang sudah menerapkan sistem
rayonisasi yang memungkinkan pembagian kuota (Teguh Wibowo : 2017 ). Walaupun sudah
berjalan selama tiga tahun sistem Zonasi masih menuai pro dan kontra. Sisi positif dari
sistem zonasi adalah menghilangkan diskriminasi karena karena pendidikan merupakan
memanusiakan manusia itu sendiri (Darmo sugito S.Pd: 2017). Sistem Zonasi merupakan
upaya mengubah ketidak adilan akses (Riyanto S.Pd : 2017) . Sistem Zonasi menjamin
adanya kesamaan hak siswa dalam menempuh pendidikan (Fajari S. Pd :2017). Sistem
Zonasi mencerminkan keadilan dalam memudahkan akses, dan kualitas pendidikan. Sitem
zonasi bisa menjadikan sekolah giat belajar karena tidak mendapat stigma murid muridnya
kurang pandai (Didik Nurul Ahmadi S.Pd, M.Pd ; 2017). Karena segi positipnya Mendikbud

9
Pur (2020), Merdeka Belajar Dan Penghapusan UN,DERAP GURU Jawa TengahEdisi 241 Th XX – Februari 2020, Lontar Merdeka – Semarang.

19
memasukan sisitem zonasi PPDB dalam kebijakan merdeka belajar. Selama ini sistem
zonasi selalu mengalami perbaikan dan pembaharuan. Zonasi dapat meningkatkan kualitas
pendidikan haruslah dilaksanakan secara konsisten.Bagi yang tidak setuju sistem Zonasi
adalah mereka yang sudah terbiasa dengan sistem kompetisi.
E. Bagaimana Pelaksanaan Merdeka Belajar Di Indonesia.
Pelaksanaan program merdeka belajar memerlukan proses dan waktu, perlu kesiapan,
perlu kesepakan, dan solidaritas. Karena kebijakan ini merupakan sesuatu yang baru maka
siswa dan guru sama sama harus menyiapkan diri dan saling memberi motivasi. Dengan
adanya perubahan paradigma ini , untuk memajukan pendidikan para guru harus menguasai
IT. Diharapkan guru generasi dulu bisa beradaptasi dan bisa bersanding dengan guru
generasi sekarang (Dr. Yuli Nursanti S.Pd, M.Pd:2020)
Untuk pendidikan yang lebih baik, kini saatnya masyarakat ikut mengawal penerapan
kebijakan "Merdeka Belajar" berjalan dengan optimal. Memang tidak mudah, akibat sistem
pendidikan Indonesia yang sudah "membatu", utamanya budaya guru dalam mengajar. UN
(Ujian Nasional) bukan dihapus. Tapi diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan
Survei Karakter yang bertumpu pada kemampuan literasi, numerasi, dan pendidikan karakter
peserta didik ( Syarif Yunus: 2019).
Program merdeka belajar yang merupakan reformasi pendidikan akan memperoleh hasil
yang menggembirakan jika dieksekusi dengan sungguh sungguh. Pemerintah harus
meghapus kebijakan kebijakan yang tidak sesuai dan membebani guru. Menyusun
kebijakan baru yang diregulasi dan dimplementasi dalam pendidikan. Jika hal tersebut
ditindak lanjuti maka tidak mustahil program merdeka belajar tercapai yang akan membuat
guru dan peserta didik benar-benar merdeka belajar sehingga dihasilkan generasi muda yang
unggul. Dengan kata lain bonus demografi dapat dimanfaatan dan diraih oleh bangsa
Indonesia.
Salah satu dari program merdeka belajar usulan Nadiem Makarim yang sudah diterapkan
dan berjalan adalah sistem Zonasi PPDB lebih fleksibel. Memang harus diakui dengan
adanya sistem zonasi yang berlaku membuat calon peserta didik yang berprestasi tidak dapat
memperoleh kesempatan memilih sekolah yang diminati karena memiliki jarak yang jauh
antara sekolah dengan tempat tinggalnya. Tetapi dengan adanya fleksibelitas dalam sistem

20
zonasi pemerintah setempat dapat membuat aturan aturan baru terkait dengan sistem zonasi.
Aturan aturan baru adalah berupa berbagai macam jalur yang dapat ditempuh oleh calon
peserta didik untuk mendaftarkan diri pada sekolah yang diminatinya. Jalur jalur tersebut
antara lain Jalur zonasi murni, jalur prestasi, jalur Afirmasi dan jalur Mutasi. (jadwal dan
syarat, cara pendaftaran ppdb smp kota salatiga 2020-2021).

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Merdeka belajar bermakna kemerdekaan belajar, yakni memberikan kesempatan belajar
sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya kepada anak didik untuk belajar dengan
tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan dengan memperhatikan bakat alami yang
mereka punya, tanpa memaksa mereka mempelajari atau menguasai suatu bidang
pengetahuan di luar hobi dan kemampuan mereka, sehingga masing-masing mereka
mempunyai portofolio yang sesuai dengan kegemarannya. Sebab, memberi beban kepada
pelajar di luar kemampuannya adalah tindakan yang tercela secara akal sehat dan tidak
mungkin dilakukan oleh guru yang bijak.
Merdeka Belajar adalah tujuan sekaligus paradigma yang perlu melandasi seluruh
kebijakan pendidikan. Merdeka Belajar tidak dapat dan tidak seharusnya menjadi kebijakan
tunggal. Dengan memahami makna Merdeka Belajar secara utuh

B. Saran
Kami sebagai penulis makalah ini menyarankan kepada para pembaca agar memberikan
kritik dan sarannya terhadap makalah ini, supanya kedepannya kami bisa memperbaiki dan
tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Dan kami juga minta maaf atas kekurangan dari
makalah ini, karena kami bersifat khilaf dan lupa.

22
DAFTAR PUSTAKA

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Prenada
Media Group, 2010)
Wilya Rahma Tresna, 2020, https://www.scribd.com/document/486485917/MAKALAH
merdeka-belajar.
Nailatul Chofifah, 2020, https://www.academia.edu /44423004/ Makalah Merdeka Belajar dan
Implikasinya.
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/merdeka-belajar
https://www.google.com/amp/s/pspk.id/merdeka-belajar-pspk/amp
Karmila P. Lamadang, Merdeka Belajar , (Yogyakarta: Zahir Publising, 2020).
www.kompasiana.com 3 November 2021, Jam 22:00)
Pur (2020), Merdeka Belajar Dan Penghapusan UN,DERAP GURU Jawa TengahEdisi 241 Th
XX – Februari 2020, Lontar Merdeka – Semarang.

23

Anda mungkin juga menyukai