Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMBELAJARAN DI ERA MERDEKA BELAJAR KAMPUS


MERDEKA TERHADAP KEMAMPUAN METAKOGNITIF
MAHASISWA
(DASAR-DASAR PENELITIAN SOSIAL)

DISUSUN OLEH:

Ayu Andira (200221088)


Rezkiyanti Anugrah (200221083)
Ahmad Dananir (200221098)
Rudi Ardiansyah (200221087)
Awal Fajri (200221101)

ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN


POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022.
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T., Tuhan Yang Maha


Esa, pada akhirnya makalah yang kami susun dalam rangka memenuhi
tugas Mata Kuliah Dasar Dasar Penelitian Sosial, yang kami beri judul:
“Pembelajaran di Era Merdeka Belaar Kampus Merdeka terhadap
Kemampuan Metakognitif Mahasiswa”, telah dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dengan mengacu pada beberapa sumber bacaan
dan akses internet. Tentunya ada beberapa tambahan ulasan dari kami yang
sifatnya hanyalah analisis dan sintesis dari beberapa kutipan yang berasal
dari bahan bacaan.
Tulisan yang amat sederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa
adanya peran dan bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu, sudah semestinya penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga
kepada:
1. Ibu Jusniaty, S.Ip.,M.Si. selaku dosen pembimbing Mata Kuliah
Dasar-Dasar Penelitian Sosial pada Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Sinjai.
2. Teman-teman satu ruangan pada Program Studi Ilmu
Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Sinjai, yang selalu
memberikan motivasi dan beberapa masukan-masukan dalam
menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata
sempurna dan mungkin beberapa pandangan kami sedikitnya belum teruji
kebenarannya. Namun, harapan kami semoga karya yang sederhana ini ada
setitik manfaatnya, terutama untuk kami peribadi dan teman teman yang
membaca makalah ini.
Sinjai, 01 Juni 2021

Penulis
iii

DAFTAR ISI

SAMPUL ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ....................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4
A. Proses Pembelajaran di era Merdek Belajar
Kampus Merdeka ......................................................................... 4
B. Hubungan Pembelajaran di era Merdeka Belajar Kampus Merdeka
terhadap kemampuan metakognitif Mahasiswa ........................... 12
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17
A. Kesimpulan .................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan, dan
harus sejalan dengan perkembangan zaman. pendidikan yang akan
menjadi bekal bagi manusia dalam menghadapi tantangan zaman
yang terus berubah. karenanya dalam hal ini sebagaimana konsep
dalam ajaran Islam bahwa menuntut ilmu itu seumur hidup. serta
sebagai seorang muslim selain diperintahkan untuk menuntut ilmu,
kita juga diperintahkan untuk mengamalkan, serta mengajarkan ilmu.
Pada era Mentri Pendidikan sekarang Mengeluarkan kebijakan
Merdeka Belajar – Kampus Merdeka. Merdeka belajar adalah
memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendiikan, dan
merdeka dari birokratisasi, dosen dibebaskan dari birokrasi vang
berbelit serta mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih bidang
yang mereka sukai. Sedangkan Kampus merdeka pada dasarnya
menjadi sebuah konsep baru yang membiarkan mahasiswa
mendapatkan kemerdekaan belajar di perdosenan tinggi. Konsep ini
pada dasarnya menjadi sebuah lanjutan dari sebuah konsep yang
sebelumnya yaitu merdeka belajar.
Hal ini sejalan dengan Visi Misi yang sudah dicanangkan
oleh Presiden Joko Widodo dalam hal meciptakan SDM unggul.
Menurut Nadiem Makarim Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Kebijakan ini dilakukan guna mendorong mahasiswa untuk menguasai
berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja.
Kampus Merdeka memberikan kesempatan bagi mahasiswa
untuk memilih mata kuliah yang akan mereka ambil secara bebas.
Jika melihat dari keadaan pada masa sekarang, di mana zaman telah
semakin berubah dengan arus globalisasi, dan kemajuan teknologi
yang semakin meninggi. oleh karenanya dalam hal ini pendidikan tak
2

boleh ketinggalan zaman, pendidikan harus berjalan beriringan dengan


setiap fase kehidupan yang terus berubah, yakni salah satunya adalah
sistem pendidikan yang mengalami perubahan ke arah yang lebih
baik, untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam menghadapi
tantangan zaman yang terus berubah.
Faktor kesuksesan seorang mahasiswa di masa depan
ditentukan oleh bagaimana perkembangan seluruh aspek dirinya, yaitu
perkembangan fisik, kognitif/intelektual, emosi, dan spiritual yang
berkembang secara optimal. Perkembangan selanjutnya yang berkaitan
dengan kognitif adalah bagaimana mengelola atau mengatur
kemampuan kognitif tersebut dalam merespon situasi atau
permasalahan. Oleh karena itu, seseorang harus memiliki kesadaran
tentang kemampuan berpikirnya sendiri serta mampu untuk
mengaturnya. Para ahli mengatakan kemampuan ini disebut dengan
kemampuan metakognitif.
Merdeka Belajar-Kampus Merdeka sangat mempengaruhi daya
tangkap Mahasiswa dalam mempelajari dan mengerti akan suatu hal
yang berkaitan dengan mata kuliah yang Mahasiswa tersebut pilih.
Merdeka Belajar - Kampus Merdeka diharapkan dapat menjadi
jawaban atas tuntutan tersebut. Kampus Merdeka merupakan wujud
pembelajaran di perdosenan tinggi yang otonom dan fleksibel
sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Proses pembelajaran di era Merdeka Belajar Kampus
Merdeka ?
2. Bagaimana Hubungan Pembelajaran di era Merdeka Belajar
Kampus Merdeka terhadap kemampuan metakognitif Mahasiswa ?
3

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah:
1. Mengetahui proses pembelajaran di era Merdeka Belajar Kampus
Merdeka.
2. Mengetahui hubungan dari pembelajaran di era Merdeka Belajar
Kampus Merdeka terhadap kemampuan metakognitif Mahasiswa.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini ialah, diantaranya:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang permaslahan dalam
bidang pendidikan, khususnya dalam peningkatan kemampuan
metakognitif Mahasiswa dalam era Merdeka Belajar Kampus
Merdeka.
2. Sebagai tambahan pengalaman serta masukan sehingga dapat
menjadi bekal dan pedoman untuk terjun dalam lembaga
pendidikan terutama dalam era Merdeka Belajar Kampus
Merdeka.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Pembelajaran di era Merdeka Belajar Kampus Merdeka


Merdeka Belajar merupakan Merdeka Belajar adalah program
kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim.
Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului oleh para
dosen sebelum mereka mengajarkannya pada mahasiswa-siswi. Nadiem
menyebut, dalam kompetensi dosen di level apa pun, tanpa ada proses
penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka
tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi.
Pada tahun mendatang, sistem pengajaran juga akan berubah
dari yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas.
Nuansa pembelajaran akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi
lebih dengan dosen, belajar dengan outing class, dan tidak hanya
mendengarkan penjelasan dosen, tetapi lebih membentuk karakter peserta
didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan,
berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem ranking yang
menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua saja,
karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam
bidang masing-masing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap
kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat.
Kampus Merdeka merupakan bagian dari kebijakan Merdeka
Belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memberikan
kesempaatan bagi mahasiswa/i untuk mengasah kemampuan sesuai bakat
dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan
karier masa depan. Kampus merdeka pada dasarnya menjadi sebuah
konsep baru yang membiarkan mahasiswa mendapatkan kemerdekaan
belajar di perdosenan tinggi. Konsep ini pada dasarnya menjadi sebuah
5

lanjutan dari sebuah konsep yang sebelumnya yaitu merdeka belajar. Ini
merupakan sebuah implementasi dari visi misi yang dimiliki oleh
Presiden Joko Widodo guna menciptakan adanya SDM yang lebih
unggul.
Perencanaan pada konsep kampus merdeka ini pada dasarnya
hanya perlu untuk mengubah peraturan menteri saja. Konsep kampus
yang merdeka rencananya akan segera dilangsungkan untuk mendapatkan
kualitas pembelajaran yang lebih berkualitas. Dalam penerapannya,
konsep ini nantinya mahasiswa akan diberikan keleluasaan selama dua
semester pada program belajarnya untuk melakukan kegiatan diluar
kelas. Konsep ini pada dasarnya menjadikan mahasiswa untuk lebih
bersosialisasi dengan lingkungan diluar kelas. Jadi, mahasiswa nantinya
secara tidak langsung akan diajak untuk belajar caranya hidup di
lingkungan masyarakat. Pada dasarnya kebijakan tersebut bertujuan untuk
dapat mengenalkan adanya dunia kerja pada mahasiswa sejak dini.
Sehingga kemudian mahasiswa akan jauh lebih siap kerja setelah
nantinya lulus dari sebuah perdosenan tinggi yang tersedia.
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan Permendikbud No 3 Tahun
2020 Pasal 15 ayat 1 dapat dilakukan di dalam Program Studi dan di
luar Program Studi meliputi:
1. Pertukaran Pelajar
Saat ini pertukaran mahasiswa dengan full credit transfer
sudah banyak dilakukan dengan mitra Perdosenan Tinggi di luar
negeri, tetapi sistem transfer kredit yang dilakukan antar perdosenan
tinggi di dalam negeri sendiri masih sangat sedikit jumlahnya.
Pertukaran pelajar diselenggarakan untuk membentuk beberapa sikap
mahasiswa yang termaktub di dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 3 Tahun 2020, yaitu
menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain; serta
6

bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap


masyarakat dan lingkungan.
Tujuan pertukaran pelajar antara lain:
a. Belajar lintas kampus (dalam dan luar negeri), tinggal
bersama dengan keluarga di kampus tujuan, wawasan
mahasiswa tentang ke-Bhinneka Tunggal Ika akan makin
berkembang, persaudaraan lintas budaya dan suku akan
semakin kuat.
b. Membangun persahabatan mahasiswa antar daerah, suku,
budaya, dan agama, sehingga meningkatkan semangat
persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Menyelenggarakan transfer ilmu pengetahuan untuk menutupi
disparitas pendidikan baik antar perdosenan tinggi dalam
negeri, maupun kondisi pendidikan tinggi dalam negeri dengan
luar negeri.
2. Magang/Praktik Kerja
Selama ini mahasiswa kurang mendapat pengalaman kerja di
industri/dunia profesi nyata sehingga kurang siap bekerja. Sementara
magang yang berjangka pendek (kurang dari 6 bulan) sangat tidak
cukup untuk memberikan pengalaman dan kompetensi industri bagi
mahasiswa. Perusahaan yang menerima magang juga menyatakan
magang dalam waktu sangat pendek tidak bermanfaat, bahkan
mengganggu aktivitas di Industri.
Tujuan program magang antara lain:
Program magang 1-2 semester, memberikan pengalaman yang
cukup kepada mahasiswa, pembelajaran langsung di tempat kerja
(experiential learning). Selama magang mahasiswa akan mendapatkan
hardskills (keterampilan, complex problem solving, analytical skills,
dsb.), maupun soft skills (etika profesi/kerja, komunikasi, kerjasama,
dsb.). Sementara industri mendapatkan talenta yang bila cocok
nantinya bisa langsung di-recruit, sehingga mengurangi biaya
7

recruitment dan training awal/ induksi. Mahasiswa yang sudah


mengenal tempat kerja tersebut akan lebih mantab dalam memasuki
dunia kerja dan karirnya. Melalui kegiatan ini, permasalahan industri
akan mengalir ke perdosenan tinggi sehingga meng-update bahan ajar
dan pembelajaran dosen serta topik-topik riset di perdosenan tinggi
akan makin relevan.
3. Bobot SKS, Kesetaraan dan Penilaiannya
Fokus dari program merdeka belajar adalah pada capaian
pembelajaran (learning outcomes). Kurikulum Pendidikan Tinggi pada
dasarnya bukan sekedar kumpulan mata kuliah, tetapi merupakan
rancangan serangkaian proses Pendidikan/ pembelajaran untuk
menghasilkan suatu learning outcomes (capaian pembelajaran). A
curriculum is broadly defined as the totality of student experiences
that occur in the educational process, (Kelly 2009). Secara umum
penyetaraan bobot kegiatan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka
dapat dikelompokkan menjadi 2 bentuk yaitu bentuk bebas (free
form) dan bentuk terstruktur (structured form).
4. Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan
Kualitas pendidikan dasar dan menengah di Indonesia masih
sangat rendah (PISA 2018 peringkat Indonesia no 7 dari bawah).
Jumlah satuan pendidikan di Indonesia sangat banyak dan beragam
permasalahan baik satuan pendidikan formal, non formal maupun
informal. Kegiatan pembelajaran dalam bentuk asistensi mengajar
dilakukan oleh mahasiswa di satuan pendidikan seperti sekolah dasar,
menengah, maupun atas. Sekolah tempat praktek mengajar dapat
berada di lokasi kota maupun di daerah terpencil.
Tujuan program asistensi mengajar di satuan pendidikan antara lain:
a. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang memiliki minat
dalam bidang pendidikan untuk turut serta mengajarkan dan
memperdalam ilmunya dengan cara menjadi dosen di satuan
pendidikan.
8

b. Membantu meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan, serta


relevansi pendidikan dasar dan menengah dengan pendidikan
tinggi dan perkembangan zaman.
5. Penelitian/Riset
Bagi mahasiswa yang memiliki passion menjadi peneliti,
merdeka belajar dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan penelitian
di Lembaga riset/pusat studi. Melalui penelitian mahasiswa dapat
membangun cara berpikir kritis, hal yang sangat dibutuhkan untuk
berbagai rumpun keilmuan pada jenjang pendidikan tinggi. Dengan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa akan lebih mendalami,
memahami, dan mampu melakukan metode riset secara lebih baik.
Bagi mahasiswa yang memiliki minat dan keinginan berprofesi dalam
bidang riset, peluang untuk magang di laboratorium pusat riset
merupakan dambaan mereka. Selain itu, Laboratorium/ Lembaga riset
terkadang kekurangan asisten peneliti saat mengerjakan proyek riset
yang berjangka pendek (1 semester – 1 tahun).
Tujuan program penelitian/riset antara lain:
a. Penelitian mahasiswa diharapkan dapat ditingkatkan mutunya.
Selain itu, pengalaman mahasiswa dalam proyek riset yang
besar akan memperkuat pool talent peneliti secara topikal.
b. Mahasiswa mendapatkan kompetensi penelitian melalui
pembimbingan langsung oleh peneliti di lembaga riset/pusat
studi.
c. Meningkatkan ekosistem dan kualitas riset di laboratorium dan
lembaga riset Indonesia dengan memberikan sumber daya
peneliti dan regenerasi peneliti sejak dini.
6. Proyek Kemanusiaan
Indonesia banyak mengalami bencana alam, baik berupa
gempa bumi, erupsi gunung berapi, tsunami, bencana hidrologi, dsb.
Perdosenan tinggi selama ini banyak membantu mengatasi bencana
melalui program-program kemanusiaan. Pelibatan mahasiswa selama
9

ini bersifat voluntary dan hanya berjangka pendek. Selain itu,


banyak lembaga Internasional (UNESCO, UNICEF, WHO, dsb) yang
telah melakukan kajian mendalam dan membuat pilot project
pembangunan di Indonesia maupun negara berkembang lainnya.
Mahasiswa dengan jiwa muda, kompetensi ilmu, dan
minatnya dapat menjadi “foot soldiers” dalam proyek-proyek
kemanusiaan dan pembangunan lainnya baik di Indonesia maupun di
luar negeri.
Tujuan program proyek kemanusiaan antara lain:
a. Menyiapkan mahasiswa unggul yang menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
moral, dan etika.
b. Melatih mahasiswa memiliki kepekaan sosial untuk menggali
dan menyelami permasalahan yang ada serta turut
memberikan solusi sesuai dengan minat dan keahliannya
masing-masing.
7. Kegiatan Wirausaha
Berdasarkan Global Entrepreneurship Index (GEI) pada tahun
2018, Indonesia hanya memiliki skor 21% wirausahawan dari
berbagai bidang pekerjaan, atau peringkat 94 dari 137 negara yang
disurvei. Sementara menurut riset darn IDN Research Institute tahun
2019, 69,1% millennial di Indonesia memiliki minat untuk
berwirausaha. Sayangnya, potensi wirausaha bagi generasi milenial
tersebut belum dapat dikelola dengan baik selama ini. Kebijakan
Kampus Merdeka mendorong pengembangan minat wirausaha
mahasiswa dengan program kegiatan belajar yang sesuai.
Tujuan program kegiatan wirausaha antara lain:
a. Memberikan mahasiswa yang memiliki minat berwirausaha
untuk mengembangkan usahanya lebih dini dan terbimbing.
b. Menangani permasalahan pengangguran yang menghasilkan
pengangguran intelektual dari kalangan sarjana.
10

Kegiatan pembelajaran dalam bentuk wirausaha baik yang


belum maupun sudah ditetapkan dalam kurikulum program studi.
Persyaratan diatur dalam pedoman akademik yang dikeluarkan oleh
Perdosenan Tinggi.
8. Studi/Proyek Independen
Banyak mahasiswa yang memiliki passion untuk mewujudkan
karya besar yang dilombakan di tingkat internasional atau karya dari
ide yang inovatif. Idealnya, studi/ proyek independen dijalankan
untuk menjadi pelengkap dari kurikulum yang sudah diambil oleh
mahasiswa. Perdosenan tinggi atau fakultas juga dapat menjadikan
studi independen untuk melangkapi topik yang tidak termasuk dalam
jadwal perkuliahan, tetapi masih tersedia dalam silabus program studi
atau fakultas. Kegiatan proyek independent dapat dilakukan dalam
bentuk kerja kelompok lintas disiplin keilmuan.
Tujuan program studi/proyek independen antara lain:
a. Mewujudkan gagasan mahasiswa dalam mengembangkan produk
inovatif yang menjadi gagasannya.
b. Menyelenggarakan pendidikan berbasis riset dan pengembangan
(R&D).
c. Meningkatkan prestasi mahasiswa dalam ajang nasional dan
internasional.
Studi/proyek independen dapat menjadi pelengkap atau
pengganti mata kuliah yang harus diambil. Ekuivalensi kegiatan studi
independen ke dalam mata kuliah dihitung berdasarkan kontribusi
dan peran mahasiswa yang dibuktikan dalam aktivitas di bawah
koordinasi dosen pembimbing.
9. Membangun Desa/Kuliah Kerja Nyata Tematik
Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) merupakan suatu bentuk
pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada
mahasiswa untuk hidup di tengah masyarakat di luar kampus, yang
secara langsung bersama-sama masyarakat mengidentifikasi potensi
11

dan menangani masalah sehingga diharapkan mampu mengembangkan


potensi desa/daerah dan meramu solusi untuk masalah yang ada di
desa. Kegiatan KKNT diharapkan dapat mengasah softskill kemitraan,
kerjasama tim lintas disiplin/keilmuan (lintas kompetensi), dan
leadership mahasiswa dalam mengelola program pembangunan di
wilayah perdesaan.
Sejauh ini perdosenan tinggi sudah menjalankan program
KKNT, hanya saja Satuan Kredit Semesternya (SKS) belum bisa
atau dapat diakui sesuai dengan program kampus merdeka yang
pengakuan kreditnya setara 6 – 12 bulan atau 20 – 40 SKS, dengan
pelaksanaannya berdasarkan beberapa model. Diharapkan juga setelah
pelaksanaan KKNT, mahasiswa dapat menuliskan hal-hal yang
dilakukannya beserta hasilnya dalam bentuk tugas akhir.
Pelaksanaan KKNT dilakukan untuk mendukung kerja sama
bersama Kementerian Desa PDTT serta Kementerian/stakeholder
lainnya. Pemerintah melalui Kementerian Desa PDTT menyalurkan
dana desa 1 milyar per desa kepada sejumlah 74.957 desa di
Indonesia, yang berdasarkan data Indeks Desa Membangun (IDM)
tahun 2019, terdapat desa sangat tertinggal sebanyak 6.549 dan desa
tertinggal 20.128. Pelaksanaan KKNT dapat dilakukan pada desa
sangat tertinggal, tertinggal dan berkembang, yang sumber daya
manusianya belum memiliki kemampuan perencanaan pembangunan
dengan fasilitas dana yang besar tersebut. Sehingga efektivitas
penggunaan dana desa untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi
masih perlu ditingkatkan, salah satunya melalui mahasiswa yang
dapat menjadi sumber daya manusia yang lebih memberdayakan dana
desa.
Tujuan program membangun desa/kuliah kerja nyata antara lain:
a. Kehadiran mahasiswa selama 6 – 12 bulan dapat memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk memanfaatkan ilmu
12

pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang dimilikinya


bekerjasama dengan banyak pemangku kepentingan di lapangan.
b. Membantu percepatan pembangunan di wilayah pedesaan bersama
dengan Kementerian Desa PDTT.

B. Hubungan Pembelajaran di era Merdeka Belajar Kampus Merdeka


terhadap kemampuan metakognitif Mahasiswa.
Metakognitif merupakan kata sifat dari metakognisi, secara
sederhana menurut Herman dan Suryadi (2008, hlm. 16) metakognisi
diartikan sebagai kesadaran seseorang tentang proses berpikirnya pada
saat melakukan tugas tertentu kemudian menggunakan kesadarannya
untuk mengontrol apa yang dilakukannya.
Menurut Weinert (Suzanna, 2000, hlm. 25) metakognisi adalah
urutan kedua (second order cognition), yang berarti berpikir tentang
berpikir, pengetahuan tentang pengetahuan, atau refleksi tentang
tindakan-tindakan.
Menurut Gerofalo dan Lester (Shadiq, 2005, hlm. 40)
metakognisi adalah:
1. Pengetahuan dan keyakinan mengenai fenomena kognitif
diri mereka sendiri,
2. Pengaturan dan kontrol terhadap tindakan kognitif diri
mereka sendiri.
Kemudian Martlin (Nugrahaningsih, 2008, hlm. 139)
menyatakan bahwa: metacognition is our knowledge, awareness, and
control of our cognitive processes, artinya metakognisi adalah
pengetahuan, kesadaran, dan kontrol kita terhadap proses kognitif
kita. Bahkan Martlin juga menyatakan bahwa metakognisi sangat
penting untuk membantu dalam mengatur lingkungan dan menyeleksi
strategi dalam meningkatkan kemampuan kognitif selanjutnya.
Sejalan dengan pendapat-pendapat di atas, Flavell (Pintrich:
2002) menyatakan bahwa:
13

Metacognition and important distintion is one between, knowledge of


cognition and the processes involving the monitoring, control, and
regulation of cognition
yang berarti metakognisi mencakup dari komponen penting yaitu,
pengetahuan tentang kognisi proses yang melibatkan monitoring,
kontrol dan regulasi dari pengetahuannya.
Sementara itu Marzano membagi metakognitif menjadi dua
bagian utama, yaitu, pengetahuan dan kontrol diri (self control) yang
meliputi komitmen, sikap 11 dan perhatian, serta pengetahuan dan
kontrol proses (Herman dan Suryadi, 2008, hlm. 16).
Maka dapat diambil garis besar metakognitif merupakan
aktivitas mental yang menjadikan seseorang dapat mengatur,
mengorganisasi dan memantau seluruh proses berpikir yang dilakukan
selama menyelesaikan masalah. Dengan metakognitif ini, seseorang
dapat menyadari dan memungkinkan untuk mengurangi kelemahan
yang dimilikinya, kemudian melejitkan potensi yang dimilikinya.
Namun, metakognitif tidak tumbuh baik pada setiap orang,
oleh karena itu dosen sebagai fasilitator di dalam pembelajaran harus
bisa menciptakan situasi yang dapat memunculkan metakognitif
dalam belajar, seperti yang diungkapkan oleh Flavell (Tomo dalam
Suzanna, 2000, hlm. 26), yaitu:
1. Situasi eksplisit, misalnya ketika mahasiswa diminta untuk
menjustifikasi suatu kesimpulan,
2. Situasi kognitif dalam menghadapi suatu masalah yang
tidak sepenuhnya baru atau sepenuhnya sudah dikenal,
sehingga memunculkan pertanyaan-pertanyaan dalam
dirinya, tapi tidak cukup akurat untuk menyelesaikannya;
3. Situasi dimana mahasiswa diminta untuk membuat
kesimpulan, pertimbangan, dan keputusan yang benar;
4. Situasi dimana mahasiswa dalam kegiatan kognitifnya
mengalami kesulitan.
14

Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif Belajar menurut


Fontana (Suherman et al, 2001, hlm. 8) adalah proses perubahan
tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari
pengalaman. Ini berarti bahwa belajar merupakan proses yang
disengaja serta disadari oleh mahasiswa. Oleh karena itu, penting
adanya proses pembelajaran yang mengarahkan mahasiswa untuk
tetap menyadari dalam setiap proses dalam pembelajaran.
Pendapat Meyer (Muin, 2005, hlm. 23) bahwa:
“to foster the development of comprehension monitoring strategies
for learners in settings with limited teacher interaction, build
metacognitive prompt into instruction”
Atau Pembelajaran dengan upaya penyadaran kognitif mahasiswa
merupakan pembelajaran dengan pendekatan metakognitif. Suzanna
(2000, hlm. 29) menyatakan bahwa: Pembelajaran dengan pendekatan
metakognitif menanamkan kesadaran bagaimana merancang,
memonitor, serta mengontrol tentang apa yang mereka ketahui; apa
yang diperlukan untuk mengerjakan; menitik beratkan pada aktivitas
belajar, membantu dan membimbing mahasiswa ketika mengalami
kesulitan; serta membantu mahasiswa dalam mengembangkan konsep
diri mereka ketika sedang belajar.
Adapun pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pertanyaan
metakognitif yang meliputi pertanyaan pemahaman, yaitu pertanyaan
yang mendorong mahasiswa menterjemahkan konsep dengan kata-kata
sendiri, pertanyaan strategi yang sesuai untuk memecahkan masalah
yang diberikan dan mengungkapkan alasannya, pertanyaan refleksi,
yaitu pertanyaan yang mendorong mahasiswa untuk memfokuskan
pada proses penyelesaian.
Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan metakognitif,
menurut Suzanna (2000, hlm. 30) yaitu melibatkan pertumbuhan
kesadaran, artinya seseorang menjadi sadar dan peduli tentang proses
15

dan prosedur berpikirnya dimana terdapat dua dimensi tentang


berpikir metakognitif.
Merdeka Belajar terkait dengan upaya sekolah dalam
menanamkan Lifelong Learning. Merdeka Belajar diperlukan untuk
mewujudkan mutu pendidikan berkelanjutan dan kebutuhan utama
yang ingin dicapai dalam sistem pendidikan atau lebih khusus dalam
metode pembelajaran agar mahasiswa mampu menguasai terhadap
literasi sosial. Pembelajaran di era merdeka belajar berpengaruh
terhadap kemampuan metakognitif mahasiswa karena dalam
pembelajaran, pengetahuan metakognitif yang dimiliki oleh mahasiswa
juga berkaitan dengan keyakinan dirinya tentang kecerdasan, seberapa
sadarnya mahasiswa tentang pengetahuannya dan tingkat kesulitan
tugas yang dikerjakan dengan caranya sendiri dan dianggapnya
terbaik untuk belajar yang efektif dan baik untuk dirinya sendiri,
karena sistem pendidikan merdeka belajar mengutamakan pendidikan
karakter.
Oleh karna itu, pembelajaran di era merdeka belajar adalah
kebebasan untuk berinovasi, belajar atas motivasinya dan
kemandirian, dan kreatif bagi dosen serta mahasiswa. Saat ini antara
dosen dan mahasiswa memiliki pengalaman yang mandiri dan dari
pengalaman yang ada tersebut dosen dan mahasiswa akan
mediskursuskannya di dalam kampus maupun di luar kampus
(outdoor learning). Sehingga dosen dapat beradaptasi dengan
kemampuan metakongnitif yang dimiliki mahasiswa.
Dari segala pengalaman mahasiswa yang dilaksanakan di luar
kampus seperti KKNT, bina desa dan lainnya dapat menjadi motivasi
dalam mencari dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus dari
perkuliahan. Karena dari konsep merdeka belajar merupakan tawaran
dalam merekonstruksi sistem pendidikan nasional. Penataan ulang
sistem pendidikan dalam rangka menyongsong perubahan dan
kemajuan bangsa yang dapat menyesuaikan dengan perubahan zaman.
16

Dengan cara, mengembalikan hakikat dari pendidikan yang


sebenarnya yaitu pendidikan untuk memanusiakan manusia atau
pendidikan yang membebaskan.
17

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam konsep merdeka belajar, antara dosen dan mahasiswa
merupakan subyek di dalam sistem pembelajaran. Serta meningkatkan
pengetahuan metakognitif yang dimiliki oleh mahasiswa agar mereka
menyadari bahwa dirinya memiliki kemampuan belajar secara efektif
dan mahasiswa tahu bagaimana belajar yang baik untuk dirinya
sendiri dengan keyakinan dirinya tentang kecerdasan yang dimiliki,
seberapa kesadaran, pengetahuannya.
Terutama dalam kamampuan metakognitif mahasiswa yaitu
pada saat berada dilingkungan masyarakat dengan perbedaan dalam
hal kebudayaan, adat, pemerintahan dan lainnya. Mahasiswa akan
memiliki banyak pengalaman untuk menjadi motivasi dalam
memperoleh pekerjaan setelah lulus perkuliahan. Dengan kebebasan
dalam menanggapi hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran di
area perkuliahan itulah yang membuat mahasiswa lebih merasa dapat
menentukan cita-cita mereka kedepannya.
B. Saran
Dengan adanya artikel ini banyak hal baru yang di dapatkan
tentunya mendapatkan ilmu yang lebih mendalam mengenai
pembelajaran di era merdeka belajar, untuk pembaca agar dapat
menjadi bahan informasi untuk meningkatkan lagi pembelajaran yang
lebih efektif, inovatif pada pembelajaran di era merdeka belajar saat
ini.
Walaupun masih banyak hal yang menjadi kekurangan dari
penerapan merdeka belajar kampus merdeka ini salah satunya
Program ini dinilai belum begitu matang persiapannya Program
Kampus Merdeka ini dikhawatirkan akan berganti terus menerus bila
menteri yang menjabat akan berganti, masih harus dilakukan
18

pembaharuan dan research untuk menerapkannya. Dan inilah yang


harus jadi perhatian untuk pemerintah agar lebih dapat
memperhatikan hal-hal yang akan diberikan kepada para penerus
bangsa ini.
19

DAFTAR PUSTAKA

Priatmoko.Sigit (2020).Relevansi Kampus Merdeka Terhadap Kompetensi Guru


Era 4.0 dalam Perspektif Experiential Learning Theory.Jurnal Pendidikan
Dosen Madrasah Ibtidaiyah,4,1-15.
Apriyanti Riri. (2016). ANALISIS KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA
DALAM Pembelajaran di Era Merdeka Belajar terhadap Kemampuan
Metakognitif Peserta Didik
Desoete, Anemi,Herbert Roeyers dan Ann Busysee. “Metacognition and
Mathematical problem Solving in Grade 3”. Journal of Learning
Dissabilities. Vol. 34.
Hadi Purwanto, Defrizal Hamka, Witri Ramadhani, Detra Mulya, Fatimah Suri,
Merry Novaliza. (2020). Problematics Study of Natural Sciences (IPA) Online at
Junior High School in the Time of the Pandemic Covid-19. International
Journals of Sciences and High Technologies. Volume 2. Nomor 2. 189-
191
Ibda, H., & Rahmadi, E. (2018). Penguatan literasi baru pada guru madrasah
ibtidaiyah dalam menjawab tantangan era revolusi industri 4.0. JRTIE:
Journal of Research and Thought of Islamic Education, 1(1), 1-21.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.Vol 18. Balitbang Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Merdeka Belajar: Kampus
Merdeka.
Lisnawati, L. (2018). Korelasi Antara Keterampilan Metakognisi Dengan Hasil
Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) Pada Materi Lingkungan: Penelitian Deskriptif-korelasional pada
siswa kelas X SMAN 26 Bandung (Doctoral dissertation, UIN Sunan
Gunung Djati Bandung).
Siregar, N., Sahirah, R., & Harahap, A. A. (2020). Konsep Kampus Merdeka
Belajar di Era Revolusi Industri 4.0. Fitrah: Journal of Islamic Education,
1(1), 141-157.
20

Siregar Nurhayani, Sahirah Rafidatun, Amsal Harahap Arsikal. (2020). KONSEP


KAMPUS MERDEKA BELAJAR DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0.
Journal of Islamic Education, 1(1), 141-157.
Tohir, M. (2020). Merdeka Belajar: Kampus Merdeka.
Sudaryanto, Wahyu Widayati, Risza Amalia. (2020). Konsep Merdeka Belajar-
Kampus Merdeka dan Aplikasinya dalam Pendidikan Bahasa (dan Sastra)
Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (UAD). Retrieved
from https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/kjb/article/view/18379
https://sevima.com/kelebihan-dan-kekurangan-merdeka-belajar-kampus-merdeka/
https://www.kompasiana.com/lulurestuu/5f8af4688ede480a160e9963/kelebihan-
dan-kekurangan-kampus-merdeka-ala-nadiem-makarim?page=all

Anda mungkin juga menyukai