GERAKAN PRAMUKA
2019-2024
Keputusan Musyawarah Nasional X Gerakan Pramuka
Tahun 2018 Nomor: 09/Munas/2018
Diterbitkan oleh:
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Jalan Medan Merdeka Timur No. 6, Jakarta 10110
Daftar Isi...............................................
Keputusan
Musyawarah
Nasinoal X
Gerakan
Pramuka
Tahun 2018
Nomor:
09/Munas/2018
Tentang
Rencana
Strategis
Gerakan Pramuka 2014-
2024.....................................................
BAB I PENDAHULUAN
5
1. Umum...........................
2. Dasar Hukum
6
3. Maksud dan
Tujuan...........................
4. Alur
Penyusunan..................
BAB II PENILAIAN
KEADAAN 11
1. Kondisi
Gerakan
Pramuka.......................
2. Lingkungan
Strategis.......................
i
BAB IV TUJUH PROGRAM PRIORITAS
DAN SASARAN 25
Program Prioritas 1....................................................................
Program Prioritas 2....................................................................
Program Prioritas 3....................................................................
Program Prioritas 4....................................................................
Program Prioritas 5....................................................................
Program Prioritas 6....................................................................
Program Prioritas 7....................................................................
2
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : Rencana Strategis Gerakan Pramuka 2019-2024
sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Kedua : Rencana Strategis Gerakan Pramuka Tahun 2019-2024
merupakan pedoman bagi kwartir dan satuan dalam
menyusun program kerja tahunan.
Ketiga : Melimpahkan wewenang kepada Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka masa bakti 2018-2023 untuk menyempurnakan
sesuai perkembangan Gerakan Pramuka.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan.
1. Umum
Gerakan Pramuka yang awal kelahirannya disahkan dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 238 tanggal 20 Mei 1961 merupakan
fusi dari 60 organisasi kepanduan di Indonesia. Dengan demikian Gerakan
Pramuka merupakan pengejawantahan tekad bersama persekutuan
organisasi kepanduan yang ada di Indonesia. Berdasarkan fakta sejarah
tersebut, Gerakan Pramuka juga sering disebut sebagai Alat Pemersatu
Bangsa.
Dalam perjalanannya, legalitas Gerakan Pramuka makin diperkuat dengan
lahirnya Undang Undang No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Selanjutnya Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 063 Tahun 2014 tentang Ekskul
Wajib Pendidikan Kepramukaan untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum
2013 dan Program Penguatan Pendidikan Karakter bagi siswa.
Kepramukaan adalah Gerakan Pendidikan Nonformal yang dirintis oleh
Baden Powell pada tahun 1907. Ide tentang Metode Kepramukaan awalnya
tergugah dari kondisi anak muda Inggris saat itu yang terlihat jauh dari nilai-
nilai karakter yang baik. Berbekal pengalamannya sebagai perwira militer,
dia mengajak berkemah anak-anak muda Inggris yang didalamnya diisi
dengan berbagai kegiatan keterampilan dan petualangan di alam terbuka
dan pada malam harinya ditutup dengan bercerita tentang nilai-nilai
kehidupan di sekitar hangatnya api unggun (cerita unggun). Gagasan ini ia
tuangkan kedalam Buku ‘Scouting for Boys’ (Memandu untuk Putra) yang
kemudian tersebar keseluruh dunia termasuk Indonesia yang dibawa oleh
Belanda pada 1912.
Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2010,
Gerakan Pramuka mempunyai tugas pokok mendidik kaum muda
Indonesia menjadi insan yang memiliki karakterbaik, beriman, bertaqwa,
berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani dan rohani dan
siap sedia membangun bangsa dan negara Indonesia.
5
Pelaksanaan Tugas Pokok Gerakan Pramuka tersebut dapat menjadi
solusi atas fenomena global yang ditandai dengan pesatnya kemajuan
teknologi yang dapat berdampak pada kondisi anak muda di Indonesia,
agar mereka terhindar dari sikap individualis, menurunnya rasa gotong
royong, dan kurang mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Gerakan Pramuka
dengan Janji (Trisatya) dan Ketentuan Moral (Dasadarma) harus siap
menjadi garda terdepan dalam mempertahankan dan memelihara Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Hymne Satya Darma Pramuka tegas menyebutkan bahwa Pramuka
Indonesia adalah ‘Manusia Pancasila’ yang akan mendarmakan satyanya
serta membaktikan darmanya untuk kejayaan Indonesia.
Penerapan nilai dan semangat kebangsaan tersebut di atas diberikan
melalui Metode Kepramukaan. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Kepramukaan merupakan ciri khas Gerakan Pramuka dalam memberikan
penguatan karakter bagi seluruh anggotanya sehingga memiliki rasa
kepedulian dan gotong-royong yang tinggi, cinta tanah air dan bangsa serta
memiliki ketrampilan hidup menjadikannya insan yang kuat, mandiri dan
bermanfaat untuk masyarakat.
Gerakan Pramuka Indonesia sebagai bagian dari Organisasi Kepanduan
Dunia (World Organization of Scout Movement), juga berperan aktif dalam
diplomasi dan kegiatan kepramukaan di tingkat dunia serta berkontribusi
dalam mewujudkan visi dan misi Pramuka Dunia. Keikutsertaan tersebut
tercermin dalam keterlibatannya pada kepengurusan dan Tim Pelatih
Pramuka Regional Asia-Pasifik, pengurus dan sekretariat tetap Asosiasi
Pramuka ASEAN (ASARC) dan aktif dalam kegiatan dunia, regional Asia-
Pasifik, sub regional ASEAN maupun bilateral.
Pendidikan kepramukaan tersebut diatas dilakukan secara bertahap,
berjenjang, inovatif, dan berkelanjutan guna terwujudnya Pramuka yang
relevan dengan kebutuhan anak muda untuk melakukan perubahan.
Dalam rangka menjamin berkelanjutan pendidikan tersebut perlu disusun
rencana strategis sebagai pedoman bagi Gerakan Pramuka dalam
mengimplementasikan nilai dan keterampilan hidup sehingga Gerakan
Pramuka menjadi pilihan utama bagi pembentukan karakter kaum muda
dalam ikut serta memberikan kontribusi kepada pembangunan dan
kemajuan bangsa Indonesia.
2. Dasar Hukum
Dasar penyusunan Rencana Strategis Gerakan Pramuka 2019–2024 adalah:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang
Gerakan Pramuka.
d. Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 2018
Nomor 07/Munas/2018 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Gerakan Pramuka.
e. Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 2018
Nomor 08/Munas/2018 tentang Perubahan Arah Kebijakan Gerakan
Pramuka Tahun 2014-2034 menjadi 2014-2045.
f. Keputusan Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor 141 Tahun 1999
Tentang Sistem Perencanaan, Pemrograman, dan Penganggaran
Gerakan Pramuka.
4. Alur Penyusunan
a. Penyusunan Renstra Gerakan Pramuka periode 2019–2024 diawali
dengan mengumpulkan berbagai kebijakan dan program yang terkait
dengan pendidikan karakter, pendidikan sumberdaya manusia dan
cinta tanah air dan bangsa.
b. Proses penyusunan dilakukan dengan cara mengambil intisari
dari berbagai rujukan kebijakan dan program yang terkait dengan
pendidikan generasi muda serta kontribusi Gerakan Pramuka dalam
membentuk karakter kaum muda Indonesia melalui pendidikan non
formal. Rujukan sebagai dasar penyusunan Renstra selain peraturan
perundangan yang terkait dan keputusan Munas 2013; arah kebijakan
dan program Pramuka dunia (World Organization of Scout Movement-
WOSM), Program Pramuka regional Asia Pasifik (APRSM) dan kondisi
serta tantangan pembangunan juga menjadi bahan pertimbangannya.
Alur proses penyusunan Renstra Gerakan Pramuka seperti tersaji pada
gambar 1.
c. Rencana strategis Kwartir Nasional Gerakan Pramuka 2019-2024
merupakan tindak lanjut dari kebijakan jangka panjang pengembangan
Gerakan Pramuka 2014–2034 yang disetujui pada forum Munas 2013
di NusaTenggara Timur dengan Nomor 09/Munas/2013.
d. Berdasarkan dokumen Munas Nomor 09/Munas/2013 yang kemudian
disempurnakan dalam rancangan dokumen Arah Kebijakan 2014-2045
periode kedua, tahun 2020-2024, adalah:
Gerakan Pramuka sebagai organisasi pendidikan nonformal yang
unggul bagi kaum muda agar memiliki karakter, kecakapan, bela
negara, dan kerelawanan yang tinggi melalui penyiapan
infrastruktur minimum yang berkelanjutan.
e. Arah kebijakan pengembangan Gerakan Pramuka pada tahap kedua
ini diharapkan agar Gerakan Pramuka memiliki ketahanan organisasi
(scout resilience) yang memadai sehingga mampu memberikan solusi
bagi kaum muda. Mampu mengurangi secara nyata persoalan kaum
muda Indonesia yang memerlukan perhatian khusus seperti; narkoba,
tawuran, pergaulan bebas, lunturnya kecintaan terhadap tanah air dan
bangsa, rendahnya kepedulian sosial dan gotong royong serta perlunya
kemandirian dan penguatan keterampilan hidup.
2. Lingkungan Strategis
a. Peluang
1) Perhatian dan dukungan pemerintah
Gerakan Pramuka sebagai pendidikan nonformal merupakan
bagian dari sistem pendidikan nasional, yang dalam
implementasinya telah terwadahi dalam struktur Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Secara operasional telah diterbitkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81.A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum yang antara lain
menyebutkan bahwa kegiatan kepramukaan di sekolah dasar
sampai dengan sekolah menengah menjadi kegiatan ekstra
kurikuler wajib.
Implementasi pendidikan kepramukaan sebagai ekstra kurikuler
wajib perlu dikembangkan. Pengembangan dilakukan terhadap
monitoring dan evaluasi penyelenggaraan selama ini. Hasil evaluasi
kemudian disempurnakan metoda dan pola-pola pelaksanaannya
yang disepakati oleh Kemendikbud dan Kwarnas Gerakan Pramuka
agar pendidikan kepramukaan sebagai penguatan pendidikan
karakter peserta didik lebih memberikan manfaat yang nyata.
Kegiatan kepramukaan sesuai dengan amanat UU RI Nomor 12
Tahun 2010 terwadahi dalam struktur di Kementerian Pemuda
dan Olahraga. Sebagai konsekuensi dari hal di atas maka kegiatan
kepramukaan memperoleh bantuan dana hibah dari APBN
melalui kementerian tersebut. Selain itu Gerakan Pramuka juga
memperoleh fasilitasi dari beberapa kementerian dan lembaga
dalam mendukung berbagai kegiatan kepramukaan, diantaranya
kegiatan Saka, kegiatan perkemahan, kegiatan Pramuka peduli dan
kegiatan lainnya.
Kwartir daerah dan kwartir cabang juga memperoleh bantuan hibah
APBD dan fasilitas lainnya dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota
dalam menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.
2) Rasio pembina dan pelatih
Rasio pembina dan pelatih terhadap peserta didik yang masih
rendah yaitu lebih dari 1 : 40 dan masih banyaknya insan2 dewasa
yang memiliki jiwa sukarela merupakan peluang dikembangkannya
pendidikan dan pelatihan bagi anggota dewasa secara mandiri, dan
merata di seluruh kwartir.
3) Perhatian dan dukungan lembaga non pemerintah.
a) UNICEF
Memberikan dukungan dalam hal peranan Gerakan Pramuka
di bidang U-Report, Perlindungan anak dan Pendidikan
Pengurangan risiko bencana
b) FAO (Food and Agriculture Organization)
Memberikan dukungan dalam hal pendidikan bagi anggota
Gerakan Pramuka di bidang ketahanan pangan.
c) Plan Internasional
Pendidikan tentang dampak perubahan iklim menggerakan pola
hidup sehat bagi para remaja umumnya dan anggota Gerakan
Pramuka pada khususnya.
4) Kebutuhan masyarakat.
a) Kebutuhan masyarakat untuk outdoor activity meningkat,
sementara tempat yang tersedia kurang memadai. Gerakan
Pramuka memiliki sumberdaya manusia dan sarana terbuka
berupa bumi perkemahan di pusat maupun di daerah yang
dapat digunakan untuk kegiatan tersebut.
b) Kebutuhan masyarakat tentang pendidikan watak dan
budi pekerti. Banyak pendidikan pada saat ini yang lebih
mengutamakan unsur intelektual sehingga unsur watak dan
budi pekerti terabaikan. Gerakan Pramuka sebagai organisasi
pendidikan yang mengutamakan pendidikan nilai berdasar
Satya dan Darma Pramuka dapat mengisi kekurangan tersebut.
5) Peran Gerakan Pramuka di dunia internasional
Peran Gerakan Pramuka di dunia Internasional makin meningkat,
hal ini ditunjukkan dengan kepercayaan dari World Organization
of the Scout Movement (WOSM) kepada Gerakan Pramuka untuk
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan internasional antara lain
International Scout Peace Camp (ISPC), World Scout Committee
(WSC) Meeting, Asia Pacific Regional (APR) Scout Committee
Meeting, kepercayaan dari ASARC dengan menempatkan
sekretariatnya di Kwartir Nasional, proyek-proyek Messenger of
Peace (MoP) di Indonesia, dan pelatihan bagi pelatih pembina
pramuka/Course for Leader Trainers (CLT).
Di bidang organisasi, ketua dan anggota pengurus Kwarnas
Gerakan Pramuka mendapat kepercayaan duduk dalam
kepengurusan APR-WOSM sebagai ketua maupun anggota
committee dan sub committee.
6) Perkembangan Teknologi Informasi
Teknologi dan informasi berkembang dengan pesat dalam tiga
dasa warsa terakhir. Komunikasi antar perorangan atau instansi
serta akses ke sumber-sumber data dapat dilaksanakan dengan
mudah.
7) Peluang bagi Gerakan Pramuka untuk turut berkontribusi bagi
bangsa dan negara, sejalan dengan komitmen WOSM dalam
mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu 17
“Tujuan Pembangunan Berkelanjutan” yang disepakati PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai agenda dunia
pembangunan demi kemaslahatan manusia dan planet bumi.
Tujuan ini dicanangkan 193 negara dalam resolusi PBB 21 Oktober
2015 sebagai ambisi bersama hingga 2030;
a) Tujuan 1 – Mewujudkan dunia tanpa kemiskinan: Pengentasan
segala bentuk kemidkinan di manapun.
b) Tujuan 2 - Tanpa kelaparan: Mengakhiri kelaparan, mencapai
ketahanan pangan dan perbaikan gizi, serta menggalakkan
pertanian yang berkelanjutan.
c) Tujuan 3 - Kehidupan sehat dan sejahtera: Menggalakkan hidup
sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua usia.
d) Tujuan 4 - Pendidikan berkualitas: Memastikan pendidikan
berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang.
e) Tujuan 5 - Kesetaraan gender: Mencapai kesetaraan jender dan
memberdayakan semua perempuan.
f) Tujuan 6 - Air bersih dan sanitasi layak: Menjamin akses atas
air dan sanitasi bagi semua.
g) Tujuan 7 - Energi bersih dan terjangkau: Memastikan akses
energi yang terjangkau, handal, berkelanjutan dan modern bagi
semua.
h) Tujuan 8 - Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi:
Mempromosikan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan
inklusif, lapangan pekerjaan dan pekerjaan yang layak bagi
semua.
i) Tujuan 9 - Industri, inovasi dan infrastruktur: Membangun
infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan
dan mendorong inovasi.
j) Tujuan 10 - Berkurangnya kesenjangan: Mengurangi
kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.
k) Tujuan 11 - Kota dan komunitas berkelanjutan: Membuat
perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan.
l) Tujuan 12 - Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab:
Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
m) Tujuan 13 - Penanganan perubahan iklim: Mengambil langkah
penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.
n) Tujuan 14 - Ekosistem laut: Pelindungan dan pemanfaatan
samudera, laut dan sumber daya kelautan secara
berkelanjutan.
o) Tujuan 15 - Ekosistem daratan: Mengelola hutan secara
berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun,
menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan,
menghentikan kepunahan keanekaragaman hayati.
p) Tujuan 16 - Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang
tangguh: Mendorong masyarakat adil, damai, dan inklusif.
q) Tujuan 17 - Kemitraan untuk mencapai tujuan: Menghidupkan
kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan.
b. Ancaman
1) Kondisi moral kaum muda.
Kondisi moral dan karakter negatif sebagian kaum muda saat
ini cukup merisaukan, antara lain pemakaian NAPZA, tawuran,
bullying, individualis, menurunnya nilai kepatuhan dan kedisiplinan,
hubungan seksual pranikah, dan menurunnya rasa kebangsaan.
2) Perkembangan industrialisasi dan teknologi.
Perkembangan industrialisasi dan teknologi dapat menimbulkan
dampak negatif bagi kaum muda, antara lain terlihat pada gaya
hidup konsumerisme, perilaku yang tidak sesuai dengan norma-
norma budaya lokal.
3) Kegiatan semacam kepramukaan yang dilakukan oleh organisasi di
luar Gerakan Pramuka.
Adanya organisasi di luar Gerakan Pramuka yang melakukan
kegiatan semacam kepramukaan dapat membingungkan kaum
muda yang berada di lingkungan tersebut. Hal ini bertentangan
dengan UU RI Nomor 12 Tahun 2010.
4) Kondisi Ekonomi.
Kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika sekitar angka 11
(sebelas) ribu per dolar Amerika Serikat dan tingkat inflasi yang
semakin tinggi menyebabkan meningkatnya harga barang dan
biaya transportasi. Hal ini mengakibatkan meningkatnya biaya
penyelenggaraan kegiatan kepramukaan baik di dalam maupun di
luar negeri yang terkadang di luar kemampuan Gerakan Pramuka.
5) Perlakuan traumatik pada peserta didik.
Masih ada pembina pramuka ataupun pembantu pembina
yang melakukan tindakan-tindakan fisik maupun psikis yang
menyebabkan trauma kepada peserta didik.
6) Penurunan kualitas lingkungan hidup.
Kurangnya kesadaran dan disiplin masyarakat akan kelestarian
lingkungan hidup menyebabkan terjadinya penurunan kualitas
lingkungan hidup.
7) Terorisme, Radikalisme, Intoleransi.
Makin maraknya aksi terorisme, radikalisme serta intoleransi,
menimbulkan berbagai konflik dan merusak persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
8) Penyalahgunaan Teknologi Informasi.
Maraknya hoaks dalam sosial media, merusak keberagaman,
persatuan dan kesatuan bangsa bahkan dalam Gerakan Pramuka.
9) Ancaman atas citra dan reputasi Gerakan Pramuka, akibat belum-
optimalnya kualitas atau kreativitas Pembina dan/atau Pelatih
optimal, serta masih-rendahnya pemahaman terhadap faktor
keselamatan dan kesehatan dalam kegiatan.
10) Sistem politik di tanah air merupakan ancaman sekaligus
tantangan, karena sistem politik belakangan ini cenderung untuk;
a) Mengabaikan atau tidak mementingkan kejujuran dan etika,
b) Membenarkan segala cara untuk mencapai tujuan dan
kepentingan sendiri yang berjangka-pendek, dan seringkali
dengan mengorbankan kepentingan orang lain dan masyarakat
yang berjangka-panjang.
BAB III
VISI DAN MISI DALAM RENCANA STRATEGIS
Program prioritas adalah agenda pokok, program basic yang paling diutamakan
untuk dilaksanakan segera karena tuntutan kebutuhan strategis organisasi.
Program prioritas merupakan alat ukur kunci dalam menilai keterlaksanaan misi
dan ketercapaian visi yang mustahil untuk diabaikan. Untuk kepentingan ini,
maka program prioritas disusun dalam bingkai sektor kerja-kerja dan kegiatan
kepramukaan sebagaimana yang telah dikenal selama ini maupun yang telah
ditetapkan dalam UU Gerakan Pramuka No. 12 Tahun 2010 serta Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. Pembingkaian
sektoral ini tidaklah mengikat secara imperatif, namun sebagai alat bantu agar
memudahkan para pengelola dan pemangku kepentingan Gerakan Pramuka
dalam meneropong dan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan secara
konstitusional dan objektif.
Kegiatan kepramukaan terbagi ke dalam empat sektor kerja yang in-line dengan
empat misi diatas, yaitu pendidikan kepramukaan (Dikpram), organisasi dan
manajemen (Orjemen), keuangan, usaha, dan aset (KUA), dan profil publik
(PP). Keempat sektor akan memayungi tujuh program prioritas sehingga
memiliki keterkaitan utuh satu sama lain (integral). Tujuh program prioritas akan
dipertajam dengan sasaran/target yang aplikabel.
Program Prioritas 1:
Menginovasi pendidikan kepramukaan sebagai pendidikan nonformal yang
unggul dan menarik bagi peserta didik dan kaum muda, serta mampu menjawab
tantangan zaman untuk melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa.
Sasaran:
1. Tersedianya penyempurnaan kurikulum yang inovatif bagi peserta didik
termasuk peserta didik berkebutuhan khusus.
2. Terwujudnya sistem pembinaan Pramuka Garuda yang baru dan
pembentukan Pramuka Garuda secara sistematis sampai tahun 2045.
3. Terbangunnya Gugus Depan sebagai rumah induk bagi peserta didik dalam
mengembangkan dirinya selama mungkin.
4. Terwujudnya sistem pembinaan dan keorganisasian Dewan Kerja yang baru
5. Terwujudnya Satuan Karya Pramuka sebagai wahana Job Creation.
6. Tersertifikasinya kecakapan-kecakapan yang dikembangkan dalam
Gerakan Pramuka oleh lembaga sertifikasi nasional yang diakui.
7. Terbangunnya partisipasi anggota muda Gerakan Pramuka dalam berbagai
kegiatan positif yang diselenggarakan oleh lembaga/instansi lain, di dalam
dan luar negeri.
8. Terselenggaranya kegiatan kepramukaan bagi Peserta Didik secara
berjenjang.
Program Prioritas 2:
Menjadikan anggota dewasa sebagai teladan kunci bagi kaum muda dan para
pemangku kepentingan Pramuka melalui peningkatan kapasitas, tata kelola,
dan sebaran yang proporsional di seluruh Indonesia.
Sasaran:
1. Tersedianya Petunjuk Penyelenggaraan (Jukran) tentang pembinaan
anggota dewasa yang menjamin terciptanya anggota dewasa sebagai
teladan kunci bagi peserta didik dan pemangku kepentingan.
2. Terselenggaranya pendidikan dan pelatihan tenaga pendidik secara
sistematis dan terkendali dan tersedianya pembina, pelatih, pamong,
instruktur, serta pengelola pelatihan yang berkualitas, tersertifikasi, terdata,
dan tersebar proporsional.
3. Terwujudnya Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) sebagai pusat
pendidikan dan pelatihan anggota dewasa yang unggul, berkualitas, dan
terkoordinasi dengan Kwartir di masing-masing tingkatan.
4. Tersedianya insentif bagi anggota dewasa untuk menerbitkan buku yang
terkait dengan teori dan praktik pendidikan kepramukaan dan meningkatnya
kesejahteraan keluarga tenaga pendidik aktif Gerakan Pramuka.
5. Terwujudnya pertemuan berkala tenaga pendidik di semua tingkatan
sebagai ajang peningkatan kualitas dan jejaring.
6. Terapresiasinya kiprah dan pengabdian anggota dewasa secara objektif.
7. Terbangunnya partisipasi anggota dewasa Gerakan Pramuka dalam
berbagai kegiatan positif yang diselenggarakan oleh lembaga/instansi lain,
di dalam dan luar negeri.
8. Terwujudnya instruktur Satuan Karya Pramuka sebagai asesor Job Creation
Program Prioritas 3:
Mewujudkan perencanaan, pengembangan, dan pengerjasamaan program
yang berkualitas, sistematis, partisipatif, dan terkendali.
Sasaran:
1. Terjaminnya dan termonitornya pelaksanaan Arah Kebijakan 2014-2045
dan Rencana Strategis 2019-2024, serta rencana kerja tahunan Kwartir.
2. Terwujudnya sistem dan praktik perencanaan dan penganggaran yang baru
dan tersedianya sumberdaya manusia perencana yang berkualitas.
3. Terwujudnya Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) sebagai
pusat riset, data, statistik, dan informasi bagi Gerakan Pramuka.
4. Terbangunnya database online anggota muda dan anggota dewasa
Gerakan Pramuka.
5. Terbitnya jurnal ilmiah pendidikan kepramukaan.
6. Terciptanya Pedoman Kerjasama Program antara Gerakan Pramuka dan
Lembaga-lembaga eksternal yang menjamin kedudukan Gerakan Pramuka
sebagai pemegang hak penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di
Indonesia.
7. Terbangunnya program-program kepramukaan yang dapat dikerjasamakan
secara selektif dan berkualitas.
Program Prioritas 4:
Meningkatkan kapasitas, koordinasi, dan efektivitas kelembagaan, organisasi,
dan kepenyelenggaraan pada semua tingkatan dan instansi terkait.
Sasaran:
1. Tersinkronisasi dan diperbaharuinya seluruh peraturan yang ada dalam
Gerakan Pramuka.
2. Terpastikannya seluruh unit-unit keorganisasian internal Gerakan Pramuka
berjalan optimal dan sejalan dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan,
serta terwujudnya kualitas, kapasitas, dan integritas fungsionaris-volunteer
di semua tingkatan, satuan organisasi, dan alat kelengkapan.
3. Terbangunnya Gugus Depan terakreditasi yang merata dan konsisten, baik
yang berpangkalan di satuan pendidikan dan wilayah.
4. Terjaganya seluruh hak kekayaan intelektual dan terjaminnya kontribusi
material yang positif atas penggunaan hak-hak tersebut bagi Gerakan
Pramuka.
5. Teradvokasinya persoalan-persoalan hukum yang terkait dengan
kedudukan dan kepentingan Gerakan Pramuka sebagai leading sector dan
pemegang hak penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di Indonesia.
6. Terciptanya sistem administrasi kwartir yang modern dan beradaptasi
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
7. Terbangunnya lembaga dan sistem kepegawaian Sekretariat Kwartir di
semua tingkatan yang profesional dengan tiga jalur karier: fungsional
kependidikan, administratif, dan entrepreneurial.
8. Terwujudnya koordinasi dan komunikasi antara Kwartir dan lembaga
eksternal dalam kegiatan kepramukaan.
9. Terwujudnya bumi perkemahan yang berstandar lingkungan hidup dunia
dan menjadi ruang tata hijau produktif di Indonesia.
10. Terbentuknya lembaga sertifikasi profesi kepramukaan.
11. Terwujudnya lembaga akreditasi kelembagaan kepramukaan.
Program Prioritas 5:
Mewujudkan kemandirian finansial minimum dengan menggerakkan sumber-
sumber pendanaan yang wajib, produktif, dan berkelanjutan serta menegakkan
tata kelola keuangan yang modern dan berintegritas.
Sasaran:
1. Terwujudnya sistem iuran anggota yang modern yang dikerjasamakan
dengan perbankan/lembaga keuangan.
2. Terjaminnya sumber pembiayaan dari pemerintah dengan menjaga
hubungan, koordinasi, dan pertanggungjawaban yang baik antara Kwartir
dan Pemerintah.
3. Terciptanya kerjasama komersial dan sistem donasi publik yang terbuka,
berintegritas, dan berkelanjutan serta tidak melanggar Satya dan Darma
Pramuka dan peraturan perundang-undangan.
4. Terjaga dan terlindunginya aset tanah dan bangunan milik Gerakan
Pramuka dari pengalihan fungsi, status dan kepemilikan kepada pihak lain
dengan berintegritas sesuai Satya dan Darma Pramuka serta peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
5. Terberdayakannya aset Gerakan Pramuka sebagai fondasi usaha-usaha
mandiri dan sumber pendanaan yang produktif dan berkelanjutan, serta
terbangunnya badan-badan usaha yang modern dan profesional.
6. Terwujudnya tata kelola keuangan yang transparan, modern dan
berintegritas.
Program Prioritas 6:
Membangun citra positif Gerakan Pramuka dengan mewujudkan kapasitas
informatika, integritas dan kompetensi komunikasi publik di era digital.
Sasaran:
1. Terjaganya nama baik dan terciptanya citra positif Gerakan Pramuka di
mata masyarakat.
2. Terjaganya kepercayaan publik terhadap Gerakan Pramuka dengan
meningkatkan simetrisme informasi positif di dalam Gerakan Pramuka
kepada para pemangku kepentingan.
3. Terwujudnya Pusat Informasi Gerakan Pramuka (Pusinfo) sebagai sumber
terpercaya untuk berita dan konten yang positif.
4. Tersedianya sarana dan prasarana informatika dan komunikasi yang baru
untuk mendukung kerja-kerja komunikasi publik.
5. Terwujudnya lembaga dan usaha penerbitan dan penyiaran Gerakan
Pramuka yang profesional dan maju.
6. Terdigitalisasinya semua materi, arsip, dokumen, buku-buku kepramukaan
dan Gerakan Pramuka sejak awal kepanduan hingga saat ini.
Program Prioritas 7:
Menciptakan gerakan kerelawanan dan kepedulian yang kuat, terpercaya, dan
massif sebagai bukti positif keberadaan Gerakan Pramuka bagi masyarakat,
bangsa, dan negara.
Sasaran:
1. Terwujudnya anggota masyarakat yang terlatih dalam bidang skill
kepramukaan, pionering, LKBB, persandian, tanda medan, P3K, pemetaan
umum, survival, peta dan kompas serta teknologi tepat guna.
2. Terwujudnya sikap dan karakter kepedulian dan kerelawanan yang
melembaga dan memiliki sumberdaya yang besar.
3. Terwujudnya wadah Pramuka Peduli yang besar, kompeten, dan
dibutuhkan oleh masyarakat yang didukung dengan petunjuk
penyelenggaraan yang memadai.
4. Terwujudnya kader Pramuka Peduli Penanggulangan Bencana yang
tersertifikasi oleh lembaga kompeten.
5. Terwujudnya kader Pramuka Peduli Kemanusiaan yang ikut aktif
membantu pemberantasan narkoba, konflik sosial, terorisme, dan masalah-
masalah patologi sosial lainnya.
6. Terwujudnya kader Pramuka Peduli Pelestarian Lingkungan Hidup yang
berkualitas, dan massif.
BAB V
STRATEGI PENCAPAIAN
1. Strategi Dasar
Dengan memperhatikan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats), Visi dan Misi, serta Tujuh Program Prioritas
yang dijadikan sebagai Rencana Strategis Gerakan Pramuka 2019-2024,
maka dengan ini ditetapkan 10 (sepuluh) strategi dasar perencanaan,
pengembangan, pelaksanaan dan pencapaian rencana tersebut, yaitu :
a. Strategi Inovasi, Ideologisasi dan Kaderisasi:
Strategi ini diarahkan kepada peserta didik/anggota muda agar
militansinya tumbuh kuat dan siap dididik menjadi calon pemimpin
bangsa.
Inovasi adalah pembaharuan, penggantian model lama ke model
baru agar tetap relevan dan dipakai oleh user. Inovasi diarahkan
pada kurikulum pendidikan kepramukaan secara general dengan
mempertimbangkan semua faktor secara komprehensif dengan tetap
mempertahankan Satya dan Darma Pramuka, Sistem Among, dan
Metode Kepramukaan yang fundamental. Diharapkan dengan adanya
inovasi yang konkret, maka Gerakan Pramuka akan menjadi pilihan
utama bagi kaum muda untuk mengembangkan potensi dirinya.
Ideologisasi dan kaderisasi, dua aspek yang saling terkait. Strategi
ini menjadikan Satya dan Darma Pramuka sebagai ideologi Pramuka
dan Gerakan Pramuka yang ditanamkan secara efektif kepada semua
anggota, terutama melalui pendekatan kaderisasi Pramuka Garuda
secara terukur.
b. Strategi Re-orientasi dan Figurasi:
Strategi ini diarahkan kepada anggota dewasa, baik yang aktif dalam
pembinaan pendidikan kepramukaan maupun yang karena posisi
publiknya aktif sebagai pengurus Kwartir Gerakan Pramuka. Re-
orientasi dimaknai sebagai upaya-upaya orientasi ulang tentang dunia
kepramukaan, perjalanan sejarahnya di Indonesia, arti pentingnya bagi
pengembangan generasi muda, hingga arah ke depan yang ingin
dicapai. Upaya ini harus konsisten dan konsekuen dengen
mengedepankan aspek kehormatan dan kejujuran, serta penghargaan
dan pengakuan atas kehadiran, komunikasi dan kontribusi kepada
Gerakan Pramuka.
Dinamika kehidupan yang dihadapi anggota dewasa tentu lebih
kompleks karena realitas yang dihadapinya sangat beragam. Polarisasi
politik atau keyakinan tertentu seringkali mengarah kepada
ditinggalkannya nilai- nilai kepramukaan yang sebenarnya dapat
dijadikan panduan dalam bertindak. Apalagi anggota dewasa yang
tidak setiap saat aktif dalam
pembinaan. Re-orientasi dilakukan kepada warga masyarakat yang
membutuhkan pencerahan kepramukaan maupun anggota dewasa
yang menjadi pembimbing atau pengurus suatu Kwartir.
Figurasi dimaknai sebagai upaya penokohan anggota dewasa sebagai
teladan bagi peserta didik/anggota muda dan masyarakat. Di tengah
era informasi yang flat, kehadiran tokoh-teladan cukup terabaikan
karena kedudukan orang dewasa sebagai “sumber” dan “otoritas”
sudah tergerus oleh sumber-sumber digital/internet. Upaya ini
dikonkretkan dengan penyediaan Pembina, Pelatih, Pamong,
Instruktur, dan fungsionaris organisasi yang memadai secara kuantitatif
maupun kualitatif. Figurasi Sultan HB IX sebagai Bapak Pramuka
Indonesia adalah salah satu contoh positif yang dapat ditiru pada
tingkatan lainnya di setiap daerah atau unit kegiatan tertentu. Tanpa
adanya figurasi, maka “barisan penjaga” ruh, semangat, prinsip, dan
metode kepramukaan semakin menyusut yang dapat berakibat pada
melemahnya kedudukan Gerakan Pramuka sebagai pelaku pendidikan
nonformal terbaik di Indonesia. Anggota dewasa, lebih khusus tenaga
pendidik, adalah sumber mata air penanaman Satya dan Darma
Pramuka yang strategis dan mahal bagi keberlangsungan organisasi
maupun negara dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
c. Strategi Penguasaan Data:
Kelemahan data telah menjadi masalah serius di kalangan bangsa
Indonesia, termasuk lembaga pendidikan yang aliran datanya tidak
”secepat” yang berlaku di dunia politik atau bisnis pada umumnya.
Keputusan, kebijakan, dan agenda yang ditetapkan oleh seseorang
atau kelompok akan semakin keliru jika tidak memiliki data atau data
yang dipegang ternyata tidak valid. Belum lagi, era digital menyediakan
material data yang melimpah, namun perlu upaya lanjutan yang lebih
spesifik agar mampu memilah data yang benar dan diperlukan bagi
suatu keputusan.
Strategi ini diarahkan terutama bagi pembuat keputusan di kalangan
kepengurusan Gerakan Pramuka, terutama menyangkut data anggota,
kekuatan-kekuatan fisikal, hingga persepsi publik yang terukur
tentang Gerakan Pramuka. Penguasaan data diperlukan sebagai cara
untuk membuat keputusan yang tepat dan berdampak positif bagi
pengembangan organisasi. Lingkungan internal dan eksternal hanya
dapat dipahami dan direspons jika data yang dimiliki memadai dan
valid. Untuk itu, perencanaan dan pengembangan program atau
kegiatan apapun tidak dapat terlepas dari penguasaan data ini. Budaya
“maniak- data” diupayakan dikembangkan secara konsisten agar
menjadi gaya kerja dan tindak anggota, serta tidak mudah terjebak
dalam pembuatan keputusan atau persepsi yang keliru tentang suatu
masalah atau keadaan.
d. Strategi Kolaborasi:
Adalah tuntutan zaman bagi kita untuk bekerjasama dengan siapapun
demi mencapai suatu tujuan dengan syarat kerjasama tersebut positif,
legal, dan tidak menyimpang dari ketentuan moral Gerakan Pramuka.
Kita tidak ingin melakukan apapun sendirian, karena dunia yang
sudah terbuka memaksa kita untuk selalu komunikasi, koordinasi, dan
kooperasi dengan kolega, pemangku kepentingan, bahkan dengan
lawan sekalipun.
Strategi ini diarahkan kepada pengelola kegiatan kepramukaan maupun
nonkegiatan kepramukaan agar membiasakan diri untuk mampu
berkolaborasi secara proporsional, tidak egois-sektoral, atau semata-
mata demi mencapai kejayaan pribadi. Diarahkan juga bagi para pihak
yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di
luar organisasi Kwartir agar berkolaborasi secara konstitusional dan
berkeadilan demi tercapainya visi dan misi Gerakan Pramuka yang
terkendali dan terukur.
e. Strategi Infrastruktur dan Disiplin Organisasi:
Strategi ini diarahkan untuk tercapainya minimum essential force-nya
Gerakan Pramuka. Strategi bertahan-hidup, berketahanan, survive,
dan responsif terhadap lingkungannya maupun persoalan apapun
yang dihadapinya. Pada dasarnya, sekalipun masih menuai kritik, UU
Gerakan Pramuka No. 12 Tahun 2010 telah memberikan dasar-dasar
kelembagaan yang kuat. Untuk itu, apapun mandat yang diberikan
oleh UU tersebut bagi pembangunan Gerakan Pramuka harus
diimplementasikan secara lengkap dan konsisten.
Disiplin organisasi harus ditegakkan dan menjadi tradisi yang positif.
Salah satu upaya tersebut adalah penerapan mekanisme reward &
punishment yang memadai agar tidak terjadi disinsentif dan dismotivasi
bagi kalangan anggota. Disiplin juga dimaknai sebagai penguatan
kualitas di semua lapisan sehingga standarisasi, akreditasi, sertifikasi,
atau pengakuan/penghargaan memiliki legitimasi hukum dan moral
yang kuat. Kebiasaan like and dislike dalam mengelola organisasi dan
gerakan jika dibiarkan terus menerus akan menjadi penyakit yang sulit
disembuhkan.
f. Strategi Akselerasi Finansial:
Strategi ini diarahkan bagi pengelola Kwartir yang bertanggungjawab
atas jalannya penyelenggaran pendidikan kepramukaan.
Ketergantungan sepenuhnya kepada pihak eksternal, termasuk
Pemerintah, dalam pembiayaan kegiatan kepramukaan dalam jangka
panjang tak lagi memadai karena dinamika keorganisasian yang
semakin kompleks. Akselerasi diperlukan karena perkembangan
lingkungan strategis yang memungkin Gerakan Pramuka untuk
mencari sumber-sumber
pendanaan lain yang absah. Namun demikian, akselerasi ini disertai
dengan kolaborasi berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah tetap
dominan karena tugas pendidikan pada dasarnya merupakan amanat
konstitusi. Namun secara bertahap dalam jangka waktu yang panjang,
porsinya tidak lagi dominan-absolut.
Strategi ini diarahkan pada percepatan pendanaan melalui optimalisasi
aset yang dilakukan dengan benar, transparan, dan tidak merugikan
Gerakan Pramuka, serta usaha-usaha komersial atas hak kekayaan
intelektual yang dilakukan dengan legal, transparan, dan berkeadilan.
g. Strategi Komunikasi dan Apresiasi:
Strategi ini menegaskan sekali lagi pentingnya komunikasi. Banyak
masalah yang muncul dan juga bisa diselesaikan dengan komunikasi
yang jujur, elegan, dan efektif. Komunikasi organisasional dimaksudkan
untuk menjaga nama baik dan citra positif terhadap suatu lembaga.
Arus deras informasi melalui media sosial telah melahirkan anarkisme-
digital terutama dengan akun-akun anonim yang menyebarkan hoaks
dan ujaran kebencian. Tokoh atau badan yang bereputasi baguspun tak
luput dari serangan-serangan negatif. Untuk itu, strategi ini diarahkan
untuk mengantisipasi hal tersebut tapi juga secara aktif-positif
menyampaikan konten-konten yang bermakna bagi pembangunan
masyarakat secara keseluruhan.
Komunikasi diikuti dengan apresiasi. Banyak sekali kegiatan-kegiatan
positif dan prestasi membanggakan yang ditorehkan oleh anggota,
namun kurang mendapat pengakuan. Apresiasi akan dilakukan dengan
cara memberikan penghargaaan atas karya yang menginspirasi dan
dijadikan role model bagi generasi muda. Contoh-contoh terbaik
dapat direplikasi dalam berbagai lapisan dan dihibridasi sehingga akan
terbentuk suatu komunitas dan jejaring yang diisi oleh orang-orang
hibrid, yang terbaik, tapi juga yang paling dicari karena nilai tingginya.
h. Strategi Gerakan Kerelawanan:
Strategi ini pada intinya transformasi dari semangat kerelawanan
individual menjadi gerakan kerelawanan yang melembaga, sistematis,
dan bersumberdaya besar.
i. Strategi Keunggulan Internasional:
Sebagai pramuka terbesar di dunia, Gerakan Pramuka memiliki
kedudukan strategis. Hampir seperlima anggota kepramukaan dunia,
disumbang oleh Indonesia. Posisi ini semakin dipandang penting,
karena WOSM menargetkan pencapaian anggota dalam dua dekade
mendatang. Pada sisi yang lain, beban iuran Gerakan Pramuka
kepada WOSM ikut meningkat. Dua hal ini menjadi dinamika relasional
tersendiri antara dua lembaga ini. Untuk itu strategi ini diarahkan
kepada komunitas pramuka internasional, bilateral maupun multilateral,
dimana
Indonesia harus berperan aktif dalam pengembangan kepramukaan
sedunia. Kegiatan pendidikan kepramukaan maupun kegiatan
keorganisasian dalam berbagai forum internasional harus menjadi
unjuk prestasi bangsa. Peluang ini tersedia lebar jika berhasil
dimanfaatkan secara optimal.
j. Strategi Advokasi:
Strategi ini diarahkan kepada pihak-pihak eksternal yang melanggar
ketentuan-ketentuan yang mengatur penyelenggaraan pendidikan
kepramukaan Gerakan Pramuka. Secara internal, kwartir akan secara
aktif melakukan upaya-upaya pembelaan hukum atas masalah hukum
yang dihadapi anggotanya sejauh dilakukan dalam koridor hukum yang
berlaku di Indonesia.
2. Strategi Operasional
Sebagai turunan dari strategi dasar, maka dikembangkanlah strategi
operasional agar lebih membumi.
a. Strategi Inovasi, Ideologisasi, dan Kaderisasi:
1) Menyusun kurikulum pendidikan kepramukaan yang baru.
2) Melakukan proses ideologisasi Satya dan Darma Pramuka secara
terstruktur, sistematis, dan massif.
3) Menjadikan Gugus Depan rumah induk yang yang menarik,
menyenangkan dan menyehatkan dalam rangka penyelesaian
syarat kecakapan umum dan khusus.
4) Menyelenggarakan pertemuan peserta didik mulai ditingkat gugus
depan sampai ditingkat internasional (persami, perjusami, pesta
siaga, persari, jambore, gladian pinru, raimuna, binsat, binmas,
pramuka peduli, dll) sebagai media implementasi nilai-nilai dan
keterampilan yang telah diberikan dan dalam rangka memberikan
tantangan dan pemantapan karakter.
5) Menyelenggarakan lomba antar peserta didik sebagai benchmark
tentang ketrampilan, sikap, perilaku dan budi pekerti luhur yang
telah diberikan selama latihan dan penghayatan dalam berbagai
pertemuan peserta didik.
6) Mengembangkan kegiatan kepramukaan yang aman, menarik,
menantang, menyenangkan dan menyehatkan sesuai dengan
kemajuan teknologi dan kebutuhan peserta didik.
7) Meningkatkan penghargaan/pengakuan (recognition) terhadap
kemampuan dan ketrampilan yang diperoleh untuk bekal dalam
meniti kehidupan sebagai kader pemimpin bangsa yang potensial
(sertifikasi kerampilan).
b. Strategi Re-orientasi dan Figurasi:
1) Mengadakan orientasi kepramukaan bagi Majelis Pembimbing di
semua tingkatan tanpa terkecuali.
2) Mengadakan orientasi kepramukaan bagi berbagai kelompok
masyarakat, termasuk masyarakat dunia usaha.
3) Menata kuantitas dan kualitas tenaga pendidik Pramuka secara
sistematis dan komprehensif.
4) Pengadaan pembina gudep, sehingga pada tahun 2024 tercapai
minimal 4 orang pembina putera dan 4 orang pembina puteri yang
kompeten di setiap gugus depan dan atau rasio pembina dan
peserta didik kurang dari 1 : 40.
5) Pemantapan dan pemutakhiran sistim dan metoda pendidikan bagi
anggota dewasa (pembina, pelatih, mabi, dan pengelola kwartir).
6) Pengadaan tenaga Pramuka Profesional sehingga pada tahun
2024 tercapai minimal 5 orang Pembina Profesional di tingkat
Kwarnas dan 3 orang Pembina Profesional di tingkat kwarda.
7) Pemberdayaan dan penguatan gugus depan.
8) Peningkatan peran kepala sekolah dan orang tua pada tiap gudep.
9) Melengkapi sarana dan prasarana gudep.
c. Strategi Penguasaan Data:
1) Melakukan konsientasi (penyadaran bersama) betapa pentingnya
data bagi setiap proses individu dan organisasi.
2) Menyiapkan perangkat pendataan berteknologi.
3) Melatih sumber daya manusia Pramuka agar ahli dalam
pembangunan dan pengolahan data strategis.
4) Memastikan keputusan organisasi yang akan diambil berbasis data
dan ketentuan ini diikat dalam regulasi.
5) Optimalisasi Kartu Tanda Anggota (KTA).
d. Strategi Kolaborasi:
1) Memastikan kerjasama tidak merugikan Pramuka atau hanya
mengeksploitasi Pramuka demi ekstensi lembaga yang
bersangkutan. Kerjasama diarahkan untuk optimalisasi program
dan pemberdayaan anggota Gerakan Pramuka demi masa depan
mereka.
2) Memastikan dalam kerjasama bahwa Pramuka memiliki brand,
jaringan organisasi, dan massa.
3) Mengadakan audit kinerja atas kerjasama yang telah dilangsungkan.
e. Strategi Infrastruktur dan Disiplin Organisasi:
1) Implementasi peraturan dan penyelenggaraan organisasi secara
konsisten.
2) Sosialisasi, evaluasi, revisi dan enforcement terhadap peraturan
dan petunjuk penyelenggaraan Gerakan Pramuka.
3) Peningkatan peran dan fungsi majelis pembimbing di kwartir dan
satuan.
4) Peningkatan peran dan fungsi andalan kwartir dan seluruh
fungsionaris organisasi di semua lapisan.
f. Strategi Akselerasi Finansial:
1) Memastikan, menjaga, dan mempertahankan fungsi, status dan
kepemilikan lahan/tanah Gerakan Pramuka tetap menjadi milik
Gerakan Pramuka.
2) Memastikan badan usaha PT. Madu Pramuka, PT. Molino
Pramuka, PT. Pustaka Tunas Media, dan PT. Bahtera Tunas
Mandiri berjalan secara baik, profesional, dan memberikan
kontribusi bagi pengembangan pendidikan kepramukaan.
3) Mengelola hak kekayaan intelektual secara profesional, kooperatif,
dan berkeadilan.
4) Memperpanjang sertifikat Merk Gerakan Pramuka (habis Januari
2024).
g. Strategi Komunikasi dan Apresiasi:
1) Menjaga dan menjamin citra dan reputasi di lingkungan internal dan
eksternal Gerakan Pramuka.
2) Melakukan upaya dan gerakan “Sadar Komunikasi” bagi seluruh
anggota.
3) Menjadi akun media sosial sebagai kantor berita.
4) Memiliki Sistem Informasi Manajemen (SIM).
5) Menerapkan keterbukaan informasi publik dan pelayanan publik di
organisasi Gerakan Pamuka sebagai upaya menjaga kepercayaan
publik.
h. Strategi Gerakan Kerelawanan:
1) Melakukan transformasi gerakan kerelawanan dalam segala
aspeknya.
2) Memantapkan gerakan lingkungan hidup sebagai kewajiban semua
anggota.
3) Membangun Pramuka Peduli secara besar, modern, dan dipercaya
publik.
4) Berperanserta memberantas penyakit-penyakit masyarakat seperti
narkoba, radikalisme-terorisme, dan lain-lain.
i. Strategi Keunggulan Internasional:
1) Berpartisipasi aktif dalam berbagai forum dan kegiatan organisasi
kepramukaan dunia, Asia-Pasifik, ASEAN, dan antar dua negara.
2) Berperan secara aktif dalam berbagai kegiatan penentuan
kebijakan kepramukaan di tingkat dunia.
3) Memperkokoh jejaring dengan berbagai organisasi kepramukaan di
luar negeri.
j. Strategi Advokasi
1) Membentuk Lembaga Bantuan Hukum Gerakan Pramuka dan
mengelola jejaring pengacara aktivis Pramuka.
2) Mengambil langkah-langkah hukum atas permasalah hukum yang
dihadapi Gerakan Pramuka.
BAB VI
RENCANA AKSI /
TINDAKAN
Prioritas 4:
Penguatan Organisasi, Hukum, Administrasi, dan Kesekretariatan
a. Organisasi dan Hukum
1) Review peraturan dan petunjuk yang ada selama 1 tahun (2019).
2) Menyusun peraturan organisasi tentang pola penyusunan peraturan
organisasi Gerakan Pramuka yang dikeluarkan pada tahun 2020.
3) Melakukan pembinaan keorganisasian secara sistematis dan
intensif bagi seluruh Fungsionaris organisasi, baik Kwartir, alat
kelengkapan, dan organisasi pendukung.
4) Melakukan pembinaan dan pendampingan dalam proses
penggantian pengurus Kwartir Daerah agar tepat waktu dan sesuai
prosedur yang benar.
5) Memperkokoh organisasi dan manajemen Gerakan Pramuka yang
didukung sumberdaya dan kinerja yang berkualitas dan disiplin
dalam menerapkan regulasi dan/atau pedoman/panduan organisasi
Gerakan Pramuka di seluruh jajaran kwartir dan gugus depan
sesuai dengan perkembangan zaman.
6) Membentuk lembaga akreditasi mandiri Gerakan Pramuka.
7) Membentuk Lembaga Bantuan Hukum.
8) Melakukan advokasi aktif atas pelanggaran terhadap kepramukaan,
terutama terhadap pelanggaran hak kekayaan intelektual Gerakan
Pramuka.
9) Memulai proses akreditasi atas Gugus Depan (satuan organisasi
dan satuan pendidikan) dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan
(satuan pendidikan) di 20 % titik.
10) Menjadi tuan rumah Raimuna ASEAN.
11) Memiliki satu gudep terakreditasi per kwartir cabang di 50%
kabupaten/kota.
b. Administrasi dan Kesekretariatan
1) Memisahkan dan membagi dengan tegas antara lembaga Kwartir
dan lembaga Sekretariat Kwartir secara personil dan tata kerjanya.
2) Menyiapkan sistem kepegawaian Sekretariat Kwartir yang kokoh
dan profesional sesuai jalur karier: fungsional kependidikan,
administratif, dan usaha.
3) Menyusun sistem administrasi yang baru.
4) Membangun sistem kearsipan yang modern dan terdigitalisasi.
5) Melakukan pencatatan aset secara baik.
6) Melakukan pengamanan terintegrasi terhadap arsip, dokumentasi
dan materi yang terkait dengan Gerakan Pramuka.
Prioritas 7:
Peningkatan Kapasitas dan Gerakan Kerelawanan dan Kepedulian Pramuka
Membentuk Pramuka Peduli dari tingkat nasional hingga tingkat cabang
secara merata dengan dukungan infrastruktur yang dibutuhkan, serta
membangun gerakan kerelawanan yang besar dan modern dengan
mengumpulkan donasi publik yang terkelola secara transparan dan
berintegritas.
a. Penanggulangan Bencana
1) Menyiapkan materi pendidikan Penanggulangan Bencana menjadi
bagian materi kursus dan pelatihan diseluruh tingkatan.
2) Meningkatkan pengelolaan Crisis Center Pramuka Peduli
Penanggulangan Bencana.
3) Melaksanakan aksi peduli Penanggulangan Bencana.
4) Pendataan anggota Pramuka Peduli di seluruh jajaran kwartir.
5) Mendorong terbentuknya Wadah Pramuka Peduli minimal 80 % dari
total kwartir cabang seluruh Indonesia.
6) Meningkatkan SDM tenaga pengelola dan pendidik melalui
pelaksanaan pendidikan/pelatihan Penanggulangan Bencana di
tingkat nasional dan mendorong pelaksanaan Pendidikan/Pelatihan
Penanggulangan Bencana di tingkat regional/wilayah.
7) Mengembangkan kerjasama dengan BNPB/BPBD, Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan (Basarnas/Kantor SAR) dan organisasi
relawan penanggulangan bencana yang lain.
b. Kemanusiaan
1) Penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) Pramuka Peduli
Kemanusiaan.
2) Pelaksanaan Aksi Pramuka Peduli (Karya Bakti Pramuka) pada hari
raya keagamaan, dan tahun baru.
3) Pelaksanaan program Bumbung Kemanusiaan Gerakan Pramuka
secara berkala.
4) Aksi Pramuka Peduli yatim piatu dan kaum dhuafa, operasi katarak,
sunatan massal, operasi bibir sumbing, dan bantuan kemanusiaan
lainnya
5) Penggalakan program Pustaka Berjalan dan pembinaan
kewirausahaan (pemberdayaan ekonomi masyarakat)
6) Pembinaan anak jalanan
c. Pelestarian Lingkungan Hidup
1) Materi pendidikan Lingkungan Hidup menjadi materi kursus dan
pelatihan diseluruh tingkatan.
2) Sosialisasi buku Panduan Program Gugus Depan Ramah
Lingkungan.
3) Penerapan Program Gudep Ramah Lingkungan di seluruh jajaran
kwartir. Pencapaiannya menjadi bagian instrumen penilaian Gugus
Depan Tergiat dan Akreditasi.
4) Meningkatkan SDM penggiat dan pengelola lingkungan hidup
melalui pelatihan dan lokakarya di tingkat nasional dan mendorong
pelaksanaan Pendidikan/Pelatihan Lingkungan Hidup di tingkat
regional/wilayah.
5) Melancarkan program Gerakan Menanam SATU JUTA pohon
“SATU Pramuka SATU pohon”.
6) Pelaksanaan aksi peduli lingkungan hidup di seluruh jajaran kwartir.
7) Diupayakan Bumi Perkemahan memiliki “Learning Center”
pendidikan lingkungan hidup dan kepemilikan ARBORETUM.
8) Menerapkan standar ramah lingkungan pada seluruh kegiatan
kepramukaan dan bangunan dari gugus depan hingga tingkat
nasional.
BAB VII
PENUTUP