Anda di halaman 1dari 3

Siapakah Anda?

Saya adalah Aprilian Indro Wicaksono anak pertama dari dua bersaudara, dilahirkan dari keluarga
yang sederhana, dibesarkan dan dididik dengan pendekatan agama yang cukup kuat, memberikan
pembentukan karakter yang berlandaskan kepada ketuhanan.

Saat usia saya menginjak 17 tahun, kedua orang tua saya bercerai, yang mana memberikan pukulan
cukup keras dalam kehidupan saya, namun untungnya saya dititipkan pada kedua orang nenek dan
kakek saya yang selalu memberikan nasehat-nasehat dan pemahaman akan nilai-nilai kehidupan,
mendorong dan menyemangati untuk terus berfikir dan bertindak positif, dan Alhamdulillah dalam
kondisi yang serba terbatas dan keadaan keluarga yang tidak lagi utuh, saya berhasil berprestasi dan
membuktikan bahwa sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak bisa berprestasi, dalam kondisi
apapun.

Konsep diri positif

Saya selalu berupaya untuk melihat masalah dari banyak perspektif, hal yang sangat saya hindari
adalah membuat keputusan yang tergesa-gesa dan membiarkan nafsu atau emosi saya memimpin
saya dalam pengambilan keputusan. Menilai masalah dari sudut pandang yang paling rasional, dan
mengambil keputusan dari kondisi yang paling minim dampak negatifnya.

Mendahulukan pendekatan yang persuasif, membuka hati dan pikiran untuk menampung sebanyak-
banyaknya fakta dan informasi, bersikap netral dan tidak berpihak, meski terkadang saya dituntut
untuk membela anggota keluarga saya sendiri.

Konsep diri negatif

Mendahulukan orang lain meski hak-hak saya dikorbankan, terlalu khawatir terhadap perasaan
orang lain, menghabiskan energi yang saya miliki untuk menyelesaikan masalah orang lain. Sulit
dalam membuat keputusan yang cepat terutama keputusan yang berkaitan dengan perasaan atau
kondisi seseorang.

Banyak yang berfikir saya bukan orang yang kooperatif, tapi sesungguhnya saya hanya pendengar
yang baik, dan tidak akan memberikan solusi sebelum saya mengerti situasi dan faktor-faktor yang
memicu masalah.

Hal yang saya suka dan tidak suka

Yang saya sukai adalah aktualisasi diri terhadap informasi dan pengetahuan terbaru dari beragam
bidang, mengelola atau memimpin sekelompok orang, membagikan ilmu dan pengalaman, melihat
orang-orang disekitar saya tersenyum, mendamaikan dua orang yang berselisih, memberikan
kesempatan orang lain untuk berkembang dengan memotivasi dan memberikan literasi.

Saya tidak suka kondisi yang memaksa saya untuk fokus pada 1 pekerjaan atau kegiatan dalam
jangka waktu yang lama atau berulang-ulang. Saya tidak suka penilaian yang subjektif.
Orang yang paling berpengaruh dalam hidup saya

Ayah saya, banyak sekali nasehat dan pengalaman yang beliau bagikan menjadi pedoman yang selalu
saya pegang dan ikuti, ayah saya merupakan contoh hidup yang luar biasa, banyak hal yang saat ini
saya jalani merupakan petunjuk dan nasehat-nasehat beliau.

Orang yang saya kagumi adalah atasan saya di tempat saya saat ini bekerja (Pak Sukma)

Alasan saya mengagumi beliau adalah karena kemampuan analisis, strategis, kreativitas, dan
pengalaman beliau dalam menganalisa suatu masalah, mencari dan menemukan solusi, pengambilan
keputusan, pengembangan gagasan menjadi sebuah prototipe yang kemudian diuji dan dapat
diterapkan dengan sangat baik.

Nilai-nilai yang diterapkan sejak saya kecil

Yakni ketakwaan, karena sebaik-baiknya bekal adalah takwa, dengan keyakinan bahwa setiap jengkal
kehidupan kita selalu diawasi maka secara spiritual ketakwaan ini menjadi pelindung atau batas
antara baik dan buruk, benar dan salah, hitam dan putih, dosa dan pahala, dan yang terpenting surga
dan neraka.

Hingga saat ini lisan saya pun sulit mengucapkan satu saja kata kotor, dan dimana pun saya berada
saya tetap terjaga di dalam koridor-koridor perbuatan dan tindakan yang baik.

Cita-cita yang telah saya capai

Saya bisa menikah di usia 25 tahun, saya mendapatkan pekerjaan yang sudah saya impikan sejak
saya masih duduk di bangku SMP, memiliki anak, memiliki kendaraan dan tempat tinggal yang layak,
kesempatan untuk terus membahagiakan orang tua.

Yang belum tercapai

Saya ingin membangun usaha yang dapat memberikan dampak sosial dan agama, kegiatan usaha
yang tidak membelenggu saya dalam urusan yang melalaikan agama saya, kegiatan usaha yang
dapat mensejahterakan orang banyak, kegiatan usaha yang di dalamnya bisa tersampaikan dakwah
islam.

Upaya dalam mewujudkan cita-cita

Saat ini saya sedang mempersiapkan untuk memulai usaha kuliner yang keuntungannya nanti akan
saya pergunakan untuk menyantuni anak yatim. Saya berencana untuk melibatkan atau
memperkerjakan anak-anak yatim dalam kegiatan usahanya. Memberikan pelatihan dan pendidikan
mengenai wirausaha kepada anak-anak yatim sehingga mereka memeliki semangat yang kuat untuk
bisa berdikari dan tidak terus bergantung kepada belas kasihan orang lain.
Kepribadian Saya

Sebenarnya saya adalah pribadi yang introvert, namun dalam beberapa kondisi yang menuntut saya
untuk dapat membangun suasana yang hangat dan akrab saya dapat bertransformasi menjadi orang
yang ekstrovert dan ceria. Saya sejatinya buka orang yang mudah bergaul, namun apabila pergaulan
adalah jalan untuk bisa mewujudkan cita-cita saya, saya tidak sungkan untuk berkumpul dan bergaul
dengan banyak orang. Terkadang orang yang belum mengenal saya dengan baik menilai saya
memiliki banyak kepribadian, yang sesungguhnya saya katakan saya adalah seorang introvert.

Cara mengendalikan emosi

Dengan melihat dan menilai masalah dari banyak sudut pandang

Kecerdasan secara emosional

Saya dapat katakan “YA” sejauh ini saya sudah berpengalaman menjadi pemimpin selama kurang
lebih 3 tahun di 2 perusahaan yang berbeda, kondisi yang tidak mudah ketika harus memimpin
banyak orang dengan beragam karakter dan kepribadian, terkadang ada masalah dan situasi yang
menuntut sebuah keputusan yang harus diambil berdasarkan penilaian yang subjektif, dimana emosi
atau perasaan yang lebih mendominasi dalam pengambilan keputusan ini, sejatinya saya tidak
menyukai opsi ini, namun sebagai pemimpin kita harus mampu melakukan pengambilan keputusan
yang cepat.

Kendala dalam mencapai kecerdasan emosional

Sulitnya dalam menilai benar atau salah, baik atau buruk sebuah keputusan, intuisi terkadang gagal
melihat pokok permasalahan yang substansial dan cenderung melihat masalah dari sudut pandang
yang jauh lebih general atau besar. Butuh waktu dan pengalaman untuk mampu mengasah intuisi
lebih tajam dan terukur sehingga penilaian emosi yang subjektif menjadi lebih optimal.

Upaya untuk memiliki kecerdasan emosional

Berlatih dengan terlibat di dalam organisasi, berhadapan dengan orang-orang, melibatkan diri dalam
masalah namun tetap dalam posisi yang netral. Belajar, karena sejatinya ilmu juga yang membantu
kita memahami baik dan buruk, benar dan salahnya sebuah keputusan.

Kegagalan dalam pengendalian emosi

Hampir saya lakukan, namun tidak sampai terjadi. Ditengah-tengah tindakan atas reaksi emosi yang
saya alami saya menyadarinya dan berupaya untuk berhenti sejenak dan bersikap lebih tenang
dengan merubah sudut pandang. Mengambil alih emosi dengan akal pikiran dan meninggalkan
setiap keputusan yang ingin segera diambil yang sebelumnya sudah dibuat atas dasar emosi.

Anda mungkin juga menyukai