NIM : 24210009
KELAS : 24.2A.06
TUGAS :RESUME “THE 7 HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE
PEOPLE” HER CHARACTER BUILDING
Pertama saya akan sekilas membahas tentang penulis buku ini, Stephen R
Covey adalah penulis buku “Seven Habits of Highly Effective People”. Ia lahir 24
Oktober 1923 di Salt Lake City, Utah, AS. Setelah terbit buku suksesnya, kemudian
ia mendirikan Covey Leadership Center di tempat kelahirannya. Ia adalh guru
manajemen pribadi yang paling berpengaruh abad millenium ini. Buku ini mampu
menjadi cetak biru bagi siapapun yang berminat untuk mengembangkan dirinya.
Tujuh kebiasaan efektif kelihatan mudah dimengerti, tetapi tidak mudah
dilaksanakan, namun inspirasi dan aspirasi dalam bukunya mampu menuntun orang
dalam mencari kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat.
Bersikap proaktif adalah hal yang lebih dari sekedar mengambil inisiatif.
Bersikaf proaktif artinya bertanggung jawan atas prilaku kita sendiri (di masa lalu,
sekarang, maupun mada mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan
prinsip-prinsip seta nilai-nilai ketimbangan pada suasana hati atau keadaan. Orang-
orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi
korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka
lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia
yang unik hingga kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas dan
dengan menggunakan pendekatan dari dalam ke luar untuk menciptakan perubahan.
Mereka bertekat menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang
merupakan keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.
Contohnya pada saat pengumuman nilai akhir semester 2, nilai mata kuliah
Character Building saya E nilai itu sangat menjadi tekanan bagi saya, namun dengan
kita menerapkan kebiasaan “beproaktif” kita tidak boleh terlalu kecewa berlarut-
larut. Saya harus segera kembali pada keadaan seperti biasa dan segera mencari
solusi yang tepat untuk masalah ini. Mungkin ini salah satu kesempatan saya untuk
intropeksi diri agar menuju hasil yang baik. Dengan “beproaktif” saya insha allah
akan menjadi pribadi yang bijaksana dan saya akan terus menerapkan prinsip ini di
kehidupan sehari-hari.
Segalanya diciptakan dua kali – pertana secara mental, kedua secar fisik.
Individu, keluarga, tim dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing
dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental.
Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas
dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-
nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuannya yang paling penting bagi mereka
sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksankannya. Suatu
pernyataan misi adlah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat
disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataan misi ini adalah
keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan
budaya kesamaan mis, visi, dan nilai-nilai, adalah ini dari kepemimpinan.
Contohnya pada saat saya gagal seeksi masuk PTN padahal saya sangat ingin
sekali berkuliah di PTN. Pada saat saya dinyatakan tidak masuk PTN saya merasa
kaget dan kecewa, saya merasa bahwa itu kesempatan terakhir saya untuk seleksi di
PTN. Namun saya menaydari kenapa saya tidak bisa lolos seleksi PTN itu, meskipun
pada saat itu saya ingin dan mau masuk PTN tapi sebenarnya saya tidak
menvisualisasikan tujuan aya itu dalam benak pikiran saya. Hal itu menyebabkan
kekuatan pikiran saya tidak terlalu kuat sehingga akhirnya terbentuklah langkah yang
seharusnya tidak saya ambil. Keadaanitu akhirnya bisa menjadi pengalaman dalam
hidup saya, agar selalu menjadi orang “begin with the end mind”.
Prinsip ini mengajarkan agar kita tidak egois saat melakukan sesuatu
misalnya saat kita membicarakan kemana kita harus kuliah dengan keluarga, saat itu
kita tidak boleh egois dengan pendapat kita dan malah keras kepala dan menolak
saran keluarga. Dengan prinsip “berpikir menang-menang” maka kita harus memberi
kesempatan keluarga untuk memberi sara tempat kuliah dan menerima sara itu
sebagai solusi.
Contoh kasus sederhananya, saat berada di rumah sakit ada pihak keluarga
pasien yang banyak maunya dan saya yang melihat berfikir bahwa pihak keluarga
tersebut tidak memahami bahwa para perawat sedang kelelahan. Tapi apabila mereka
menerapkan prinsip “pahamilah, baru kamu dipahami” maka mereka akan mencoba
memahami pasien itu terlebih dahulu saat pasien itu sudah dipahami maka klien juga
akan memahaminya.
Prinsip sinergi ini mengharuskan kita untuk mampu bersinergi atau bekerja
sama dengan banyak orang untuk melakukan sesuatu yang produktif. Sinergi ini
tidak hanya berhubungan dengan satu orang saja, tetapi dengan banyak orang
sehingga kita akan terbiasa dengan “team work”.
Apabila kita sudah menerapkan ketujuh habits diatas kita tidak boleh berhenti sampai
disitu saja, kita harus selalu mengembangkan diri serta pembaharuan harus dilakukan
untuk menajdi lebih baik.