Anda di halaman 1dari 9

Character Ethic (Prinsip-prinsip dasar) Adanya prinsip-prinsip dasar yang positif dan orang hanya dapat mengalami keberhasilan

yang sejati dan kebahagiaan yang abadi bila mereka belajar mengintegrasikan prinsip-prinsip tersebut kedalam karakter dasar mereka. Contoh prinsip-prinsip dasar seperti : Integritas, Kerendahan Hati, Kesetiaan (loyal), Keadilan, Keberanian, Kesederhanaan, Kesopanan, dll Personality Ethic (Sikap dan Perilaku) Keberhasilan merupakan suatu fungsi kepribadian, citra masyarakat, sikap dan perilaku, keterampilan dan teknik, yang melicinkan proses-proses interaksi manusia. Personality Ethic mengambil 2 jalan : 1. Teknik hubungan manusia dan masyarakat 2. Sikap mental positif Paradigm / Paradigma (Cara pandang) Adalah representasi mental. Adalah model, pattern, atau kumpulan ide-ide yang menjelaskan satu aspect. Paradigma bisa diumpamakan sebagai peta dari kota atau wilayah sehingga jelas bahwa peta bukanlah wilayah itu sendiri. Kita melihat dunia bukan sebagaimana dunia adanya, melainkan sebagaimana kita adanya atau sebagaimana kita terkondisikan untuk melihatnya. Tidak pernah lengkap dan tidak pernah sama. Emotional Bank Account (Rekening Bank Emosional) Rekening Bank Emosional mencerminkan tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan. Seperti rekening keuangan di bank, kita memasukkan simpanan ke atau melakukan penarikan dari rekening ini. Perbuatan-perbuatan seperti berusaha untuk memahami terlebih dahulu, bersikap murah hati, menepati janji, dan bersikap setia. Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif ( Be Proactive ) Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku- pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang. Kebiasaan 2 :

Merujuk pada Tujuan Akhir ( Begin With The End in Mind ) Segalanya diciptakan dua kali pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dahulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupan hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsipprinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan. Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama ( Put First Thing First ) Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilainilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama. Kebiasaan 4 : Berfikir Menang/Menang ( Think Win Win ) Berfikir menang/menang adalah cara berfikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berfikir menang / menang adalah didasarkan pada kelimpahan kue yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang-menang artinya tidak berpikir egois (menang / kalah) atau berpikir seperti martir (kalah / menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung dengan istilah kita, bukannya aku. Berpikir manang / menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang / menang artinya berbagai informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan. Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih Dulu, Baru Dipahami (To Understand To Be Understood) Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.

Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi (Synergy) Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Sinergi adalah buah dari sikap saling menghargai sikap memahami dan bahkan memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar dari pada jumlah total dari bagian-bagiannya. hubungan-hubungan serta tim-tim seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 1/2), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih). Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji ( Sharpening The Saw ) Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah keluarga, kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga. [Stephen R. Covey]
Apa yang kita lihat belum tentu sama dengan yang dilihat oleh orang lain, teman kita, atau bahkan orang yang duduk di sebelah kita. Sekalipun obyek yang kita lihat sama, hasil atau respon yang muncul tidak selalu sama. Inilah kekuatan sebuah paradigma. Jika kita tidak mengerti paradigma orang lain maka kita akan berpikiran bahwa orang ini aneh, freak, atau seenaknya sendiri. Demikian pula dengan orang lain yang tidak bisa memahami paradigma berpikir kita. Berusaha memaksakan sudut pandang kita kepada mereka akan menghasilkan perdebatan dan permusuhan, sebaliknya jika kita berusaha memahami paradigma mereka maka kita akan mengerti mereka, menyelami mereka, dan mendapatkan hubungan yang lebih menyenangkan. Kita harus merubah sudut pandang dan cara berpikir kita terlebih dulu supaya bisa menjadi seseorang yang sangat efektif. Dan langkah pertama yang harus kita lakukan adalah merubah diri kita sendiri. Perubahan ini akan dirasakan oleh orang di sekitar kita yang kemudian dengan sendirinya akan berubah seiring dengan peningkatan kemampuan kita. Langkah terakhir adalah menjaga keseimbangan ini.

Kebiasaan adalah aktivitas yang dikerjakan tanpa perlu berpikir dulu dan 7 kebiasaan yang paling efektif menurut Covey :

1) Be proactive, jadilah proaktif yang menjadi kendali seseorang terhadap lingkungan dibanding situasi sekelilingmu yang mengendalikanmu, 2) Begin with the end in mind, mulai dengan akhir dipikiran atau disebut kepemimpinan pribadi. Dengan ini kamu dapat konsentrasi dan mempertimbangkan segala konsekwensinya sebelum bertindak, sehingga dapat produktif dan berhasil. 3) Put first things first, dahulukan Yang Utama atau manajemen pribadi untuk mengimplementasikan dan mengelola kebiasaan no.2 yang bersifat mental, dan kebiasaan no.3 bersifat fisik. 4) Think win-win, berpikir menang-menang atau kepemimpinan antar pribadi. Karena sasaran bergantung kepada hubungan dan kerjasama dengan lainnya, maka semua perlu bagian yang adil dan menguntungkan. 5) Seek first to understand and then to be understood, Berusaha mengerti dulu, baru minta dimengerti. Komunikasi adalah bagian penting, dan seperti analogi diagnosis dulu sebelum memberikan resep. 6) Synergize, wujudkan sinergi/ kerjasama yang kreatif. Kekuatan kerjasama lebih besar dari upaya per bagiannya, jadi galilah potensi dan kebaikan konstribusi orang lain. 7) Sharpen the saw, asahlah Gergaji keseimbangan pembaharuan diri, sehingga kebiasaan baik lainnya bisa tumbuh dan berkembang. 8) Tujuh kebiasaan pembangun kemenangan dijabarkan oleh Stephen R. Covey dalam bukunnya 7 Habits of Highly Effective People, merupakan esensi perwujudan dari upaya kita untuk menjadi seseorang yang seimbang, utuh, dan kuat, serta menciptakan sebuah tim yang saling melengkapi berdasarkan rasa saling menghormati. Hal ini adalah merupakan prinsip-prinsip dari karakter pribadi.

Habit 1 - Proactive Menjadi proaktif adalah sesuatu yang lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Proaktif berarti menyadari bahwa kita bertanggung jawab terhadap pilihan-

pilihan kita dan memiliki kebebasan untuk memilih berdasarkan prinsip dan nilai, dan bukan berdasarkan suasana hati atau kondisi di sekitar kita. Orangorang yang proaktif adalah agen-agen perubahan, dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak menjadi reaktif; mereka memilih untuk tidak menyalahkan orang lain. Habit 2 Start from the End Individu, keluarga, tim dan organisasi membentuk masa depan mereka dengan terlebih dahulu menciptakan sebuah visi mental untuk segala proyek, baik besar maupun kecil, pribadi atau antarpribadi. Mereka tidak sekedar hidup dari hari ke hari tanpa tujuan yang jelas dalam pikiran mereka. Mereka mengidentifikasi diri dan memberikan komitmen terhadap prinsip, hubungan, dan tujuan yang paling berarti bagi mereka. Habit 3 Put First thing first Mendahulukan yang utama berarti mengatur aktivitas dan melaksanakannya berdasarkan prioritas-prioritas yang paling penting. Apa pun situasinya, hal itu berarti menjalani kehidupan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip yang dirasakan paling berharga, bukan oleh agenda dan kekuatan sekitar yang mendesak saja. Habit 4 Think Win Win Berpikir menang-menang adalah kerangka pikiran dan hati yang berusaha mencari manfaat bersama dan saling menghormati di dalam segala jenis interaksi. Berpikir menang-menang adalah berpikir dengan dasar-dasar Mentalitas Berkelimpahan yang melihat banyak peluang, dan bukan berpikir dengan Mentalitas Berkekurangan dan persaingan yang saling mematikan. Karakter ini bukanlah berpikir secara egois (menang-kalah) atau seperti martir (kalah-menang). Karakter ini adalah berpikir dengan mengacu kepada kepentingan kita, bukan aku. Habit 5 Effective Communication Effective Communication yang dimaksud adalah berkomunikasi dengan empathy; berusaha memahami dulu, baru kemudian berusaha dipahami. Jika kita mendengar dengan maksud untuk memahami orang lain, dan bukan sekedar untuk mencai celah untuk menjawab, kita bisa memulai komunikasi dan pembentukan hubungan yang sejati. Peluang-peluang untuk berbicara secara terbuka dan untuk dipahami kemudian akan datang secara lebih alamiah dan mudah. Berusaha untuk memahami memerlukan pertimbangan matang; berusaha untuk dipahami memerlukan keberanian. Efektivitas terletak pada menyeimbangkan atau menggabungkan keduanya. Habit 6 Synergy Sinergi adalah alternatif ketiga bukan cara saya, cara Anda, tetapi sebuah

cara ketiga yang lebih baik daripada apa yang bisa kita capai sendiri-sendiri. Sinergi merupakan buah dari sikap menghormati, menghargai, dan bahkan merayakan adanya perbedaan di antara orang-orang. Sinergi bersangkut paut dengan upaya untuk memecahkan masalah, meraih peluang dan menyelesaikan perbedaan. Ini seperti kerja sama kreatif di mana 1 + 1 = 3, 11, 111, atau lebih banyak lagi. Sinergi juga merupakan kunci keberhasilan dari tim atau hubungan efektif mana pun. Sebuah tim yang bersinergi adalah sebuah tim yang saling melengkapi, di mana tim itu diatur sedemikian rupa sehingga kekuatan dari para anggotanya bisa saling menutupi kelemahankelemahannya. Dengan cara ini kita mengoptimalkan kekuatan, bekerja dengan kekuatan tersebut, dan membuat kelemahan dari masing-masing orang menjadi tidak relevan. Habit 7 Sharpen the Saw Mengasah gergaji berkenaan dengan upaya kita untuk memperbarui diri secara terus-menerus pada empat bidang dasar kehidupan: fisik, sosial/emosional, mental, dan spiritual. Ini adalah karakter yang meningkatkan kapasitas kita untuk menjalankan semua kebiasaan lain yang akan meningkatkan efektivitas kita. Tiga kebiasaan pertama (Proactive, Start form the End, Put First thing First) akan meningkatkan rasa percaya diri secara signifikan yang berujung kepada kemenangan pribadi (Private Victory). Ketiga karakter berikutnya (Think Winwin, Effective Communication, Sinergy) akan memperbaiki dan membina kembali hubungan tim menjadi lebih solid, lebih kreatif dan mencapai kemenangan publik (Public Victory). Kebiasaan ketujuh, jika dihayati secara mendalam, akan memperbarui enam kebiasaan yang pertama dan akan membuat kita benar-benar mandiri dan mampu untuk saling tergantung secara efektif. Karakter ini memperbarui integritas dan rasa aman seseorang yang berasal dari kedalaman dirinya sendiri (Karakter 1, 2 dan 3) dan memperbarui semangat maupun karakter untuk membentuk tim yang saling melengkapi (Karakter 4, 5 dan 6). 9) The 8th Habit 10) Tahun 2005, Stephen R. Covey menambah karakter ke delapan sebagai dimensi baru dalam mewujudkan pemahaman mengenai pribadi yang utuh. Karakter kedelapan memberi pola pikir dan perangkat keahlian untuk secara terus menerus menggali potensi yang ada di dalam diri manusia melalui semua peran dalam 4 Peran Kepemimpinan : Pertama, Panutan atau menyajikan keteladanan (individu, tim). Menjadi panutan mengilhami timbulnya kepercayaan tanpa memintanya. Jika orang hidup dengan prinsip-prinsip yang diwujudkan dalam karakter ke-8, kepercayaan, pengikat kehidupan ini, akan tumbuh dengan subur. Kepercayaan akan muncul kalau kita memang layak dipercaya. Secara singkat, mejadi panutan menghasilkan kewibawaan moral pribadi. Kedua, Perintis. Merintis jalan menciptakan keteraturan tanpa perlu

memaksakannya. Hal ini berarti bahwa jika orang mengaitkan identitas mereka dan terlibat dalam pembuata keputusan-keputusan strategis, khususnya mengenai nilai-nilai yang dipegang serta tujuan-tujuan prioritas tertinggi, mereka akan mengalami keterkaitan emosional. Manajemen dan motivasi merupakan urusan di dalam diri. Orang tidak perlu lagi diatur-atur dan dimotivasi dari luar. Merintis jalan menghasilkan kewibawaan moral visioner. Ketiga, Penyelaras. Menyelaraskan struktur, sistem, dan proses merupakan perwujudan dari upaya untuk memupuk organisasi dan semangat kepercayaan, visi, dan pemberdayaan. Menyeleraskan menghasilkan kewibawaan moral yang dilembagakan. Keempat, Pemberdaya. Memberdayakan adalah buah dari ketiga peran yang lain menjadi panutan, merintis jalan, dan menyelaraskan. Peran ini membebaskan potensi manusia tanpa memerlukan motivasi eksternal. Memberdayakan akan menghasilkan kewibawaan moral budaya. Kebiasaan 1, 2 dan 3 adalah sesuatu yang berhubungan dengan diri pribadi atau ke dalam. Kebiasaan ini wujud kemenangan pribadi yang diperlukan untuk berkembangnya karakter pribadi. Kebiasaan 4, 5 dan 6 adalah wujud kemenangan publik; kebiasaan ini juga berupa kerjasama dan komunikasi yang baik. Kebiasaan ke 7 (Asahlah Gergaji) adalah pembaharuan diri dalam bentuk: spiritual, mental, fisik dan sosial/emosional, yang semuanya memerlukan perawatan dan pertumbuhan. Karakter kita adalah gabungan dari kebiasaan (habits) kita.Merubah kebiasaan memang sulit, tapi bisa dikerjakan dengan komitmen yang sungguh kuat. Suatu kebiasaan (baik) bisa didefinisikan sebagai persilangan antara pengetahuan (knowledge) , keahlian (skills) dan keinginan (desire). Perubahan merupakan siklus proses dari menjadi dan melihat. Tujuan kita adalah bergerak secara progresif pada rangkaian dari ketergantungan menuju kemandirian kemudian saling-ketergantungan. Meskipun kemandirian adalah paradigma masyarakat kita saat ini, kita bisa menyempurnakan lebih banyak dengan kerjasama dan spesialisasi. Bagaimanapun, kita mesti mencapai keadaan kemandirian sebelum kita bisa memilih saling-ketergantungan. Kebiasaan 1, 2 dan 3 (Menjadi Proaktif, Mulai Dengan Akhir Dalam Pikiran, dan Dahulukan yang Utama) merupakan perlakuan dengan keunggulan pribadi. Itu adalah keunggulan diri sendiri yang diperlukan sehingga karakter berkembang. Keunggulan pribadi mendahului kemenangan publik. Kebiasaan 4, 5 dan 6 adalah lebih merupakan orientasi kepribadian dengan keunggulan publik dari kerja tim, kerjasama dan Komunikasi.

Kebiasaan 7 adalah kebiasaan dari Pembaharuan, menciptakan spiral keatas dari pertumbuhan dan perkembangan. Efektivitas terletak dalam keseimbangan dari Produksi (P) dan membangun Kapasitas Produksi (PC). Secara organisasi, Prinsip PC adalah untuk selalu merawat pekerja anda sebagaimana anda inginkan kepada mereka, agar merawat pelanggan terbaik anda. Kita mesti mengerti bahwa konstribusi terbaik dari pekerja kita - dalam hati dan pikiran mereka - adalah sebagaimana menjadi pekerja sukarela atau sepenuh hati, mereka bekerja karena menginginkan hal itu terjadi. Proses ini tumbuh secara evolusi, namun efeknya akan menjadi revolusioner. Ada dua teori dominan suatu pencapaian kesuksesan dalam literatur 200 tahun yang lalu, yakni etika kepribadian dan etika karakter. Etika kepribadian telah ada dari nenek moyang kita sejak Perang Dunia I. Sebelumnya, etika karakterlah yang lebih dominan. Sesuai dengan etika karakter, adalah sangat penting untuk memfokuskan pada menyatukan prinsip-prinsip kehidupan yang efektif kepada salah satu karakter. Prosesnya mungkin panjang, tetapi menjalani suatu karakter, termasuk cara pandang yang efektif tentang dunia, adalah perolehan suatu akar yang mana perilaku mengalir dan berlangsung begitu mendasar. Etika karakter melihat perkembangan tersendiri sebagai proses jangka panjang yang mendasari pencapaian hasil sesuai hukum memanen tanaman. Sesuai dengan etika kepribadian, disana suatu keahlian dan teknik bisa dipelajari dan menjadi citra publik, suatu kepribadian dan sikap bisa berkembang menghasilkan kesuksesan. Masalahnya, terkadang kita mungkin tidak berpendirian dan dangkal. Ide-ide itu bisa membantu ketika mereka mengalir secara alamiah dari suatu karakter yang baik dan motif-motif yang benar, tetapi itu menjadi hal yang tidak begitu penting (di etika kepribadian). Suatu paradigma adalah suatu model, teori atau penjelasan tentang sesuatu. Ini adalah lensa dari pendapat yang berkembang sebelumnya dari bangsa tentang bagaimana kita memandang dunia. Jika paradigma kita tidak dekat dengan kenyataan, sikap kita, perilaku dan tanggapan tidak akan menjadi efektif atau pas. Kita akan menjadi hilang sebagaimana seseorang yang mencoba berjalan di Chicago Kita hanya bisa menyelesaikan kemajuan berlipat (kuantum) dalam kehidupan kita jika kita menyelesaikan peralihan paradigma sehingga lebih akurat dan efektif dalam memandang dunia. Beberapa pergeseran paradigma mungkin terjadi cepat (kenyataan yang terang benderang), beberapa berjalan lambat (perubahan karakter). The Seven habits adalah suatu paradigma yang berpusat pada prinsip. Prinsip adalah pegangan tingkah laku manusia yang menjamin daya tahan, suatu nilai permanen -adalah hal mendasar. Dalam masyarakat kita, kita memiliki 3 penjelasan deterministik dari keterbatasan manusia: deterministik genetik, deterministik psikis dan deterministik lingkungan. Pada pemeriksaan yang lebih dekat, kita menemukan bahwa antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan), manusia memiliki kebebasan untuk memilih. Kita tidak memiliki fungsi pilot otomatis. Proaktivitas, sebagai sifat manusia, kita memberi

tanggapan terhadap kehidupan milik kita. Perilaku kita adalah suatu fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita bisa meletakkan perasaan kita kepada nilai- nilai. Kita memiliki inisiatif dan daya tanggap untuk membuat sesuatu terjadi. Pengalaman-pengalaman tersulit kita menjadi ujian dalam menempa karakter kita dan mengembangkan kekuatan jiwa (inner power). Ada tiga nilai penting dalam kehidupan: pengalaman (yang terjadi pada diri kita), kreativitas (menjadikan ada), sikap (tanggapan terhadap persoalan sulit). Itu semua, adalah bagaimana kita menanggapi kepada apa yang kita alami di dalam kehidupan. Ber-inisiatif berarti mengenali tanggapan (respon) kita agar sesuatu terjadi. Gunakan S(umber/akal) dan I(nisiatif). Proaktivitas berdiri pada realitas, namun juga mengetahui kita memi- liki kekuatan untuk memilih suatu tanggapan positif kepada sekeliling kita.

Anda mungkin juga menyukai