Anda di halaman 1dari 7

Bodo amat? Buku yang banyak direkomendasikan oleh beberapa orang di media sosial saya.

Merupakan
buku terjemahan dari judul asli “The Subtle Art of Not Giving F*ck”, dengan tagline: Pendekatan yang
Waras Demi Menjalani Hidup yang Baik. Terdiri dari 9 bab, di setiap bab maupun sub-bab, pengarang
banyak memberikan contoh lewat cerita (orang lain ataupun pribadi) sebelum menjabarkan bagaimana
bersikap “bodo amat” itu, sehingga pesan yang akan disampaikan lebih mudah dimengerti. Berikut saya
tuliskan ringkasan yang menurut saya penting dari buku ini.

PRAKATA: JANGAN BERUSAHA

Jangan berusaha keras untuk memedulikan apa saja, kapan saja. Kenapa? Karena hal ini hanya akan
membuat diri jadi terlalu terikat pada hal-hal dangkal dan palsu. KUNCI: bukan tentang peduli banyak
hal, tapi memedulikan hal yang sederhana, benar, mendesak, dan penting. Bersikaplah masa bodoh.

PILIH PRIORITAS

Masa bodohlah dengan hal-hal yang tidak penting, yang telah kita pilah berdasarkan pengalaman kita.
Sikap selektif ini merupakan salah satu proses menjadi dewasa. Penyederhanaan saat proses
pendewasaan ini justru membuat kita lebih bahagia. Setelah kita paham dengan prioritas (hal yang
berpengaruh pada kehidupan), kita akan memiliki semangat untuk terus berjuang dalam mengatasi
kesulitan, rela menjadi berbeda, dan bersedia untuk gagal. Selanjutnya? Tertawalah, dan kembali
mengerjakan yang diyakini. INTI: bukan menghindari kesulitan, tapi justru menemukan hal sulit yang
bisa dihadapi dan dinikmati.

Jika Anda tidak menemukan sesuatu yang penuh arti, perhatian Anda akan tercurah untuk hal-hal yang
tanpa makna dan sembrono.

JANGAN ACUHKAN HAL NEGATIF

Bersikap masa bodoh bukan berarti acuh pada hal-hal negatif. Mengelakkan segala hal negatif yang
terjadi di sekitar kita (menutupinya dengan perasaan tetap positif), tidak akan menyelesaikan apapun.
Justru mengakui adanya hal negatif adalah langkah awal untuk dapat menyelesaikannya. Termasuk
menerima hal-hal yang memang tidak sempurna di sekitar kita, seperti kondisi yang ada pada kita, yang
kita anggap lebih buruk daripada orang lain (karena memang sudah bawaan dari lahir). Kita tetap harus
mengingat bahwa, kita punya kesempatan menggunakan kekurangan kita ini dengan sebaik mungkin.
Toh, orang-orang yang kita anggap memiliki hal yang lebih, belum tentu mampu memanfaatkannya
sebaik kita dengan segala adanya kita. INTI: hal yang dapat kita lakukan adalah dengan mengambil
kendali pikiran dan perasaan. Berani untuk tidak terlalu khawatir dan mencoba keluar dari
ketidaknyamanan. Jadi, apapun itu, fokus pada internal diri kita.

Emosi negatif adalah satu komponen kesehatan emosional yang harus ada. Menyangkal sisi negatif
sama dengan mengelakkan masalah, bukan menyelesaikannya.

Masalah bisa jadi nilai negatif dalam hidup kita, sedangkan kebahagiaan adalah nilai positif. Tetapi
pernahkah kita merasa terus bahagia tanpa penderitaan? Jika tanpa penderitaan di awalnya, apakah
kebahagiaan terasa manis? Nah, inilah mengapa jangan pernah acuhkan hal negatif.

Orang-orang mendambakan hal-hal yang ingin diraih dan seringkali lupa derita apa yang harus dilewati.
Orang seringkali terjebak dalam khayalan hasil, bukan proses. Membayangkan kemenangan, bukan
perjuangan. Jika kita menginginkan hal baik dan besar terjadi pada kita, jangan pikirkan “betapa
menyenangkannya nanti”, tapi siapkan juga “mental banting tulang” menikmati proses yang tidak
mudah. INTI: kegembiraan sejatinya bukan pada puncaknya, tapi proses pendakiannya.

Permasalahan yang kita hadapi pun terkadang sederhana atau rumit, tapi jangan pernah menyangkal
ataupun menyalahkan orang lain. Hal ini hanya membuat efek “masalah telah selesai” dalam jangka
waktu yang singkat. Menyangkal hanya menipu diri sendiri, dengan sengaja melupakan masalah tanpa
solusi. Sedangkan menyalahkan orang lain justru membuat diri menjadi tidak berdaya dan cenderung
tidak kuat, sehingga selalu bersembunyi dalam pikiran “tidak ada yang dapat dilakukan”, bahkan ketika
mampu. KONSEP: pecahkan setiap masalah, lalu berbahagialah.

Jangan berharap atau bermimpi tak pernah berjumpa dengan masalah saat hidup, karena setelah satu
masalah selesai, akan datang masalah lain. Berharaplah mendapakan masalah baik yang membangun.
Dan jangan pernah kita menghindari masalah, semakin lama kita menghindar dan semakin lama kita
mematikan rasa sakit, akan semakin besar rasa sakit ketika pada akhirnya kita benar-benar menghadapi
permasalahan tersebut.

TIPS:

Menentukan nilai yang baik,

nilai yang baik didasarkan pada kenyatan, sifatnya membangun, dan dapat dikendalikan.
Bagaimana mengatasi emosi negatif?

1. Ekspresikan dalam cara yang dapat diterima secara sehat.

2. Ungkapkan dengan cara yang selaras dengan nilai kita.

LAKUKAN PERUBAHAN

Perjalanan menemukan nilai baru yang lebih penting, menggiring kita pada banyak perubahan. Nilai pun
berganti. Perubahan ini pun sering memunculkan keraguan, “apakah nilai ini benar?” Pikiran kita
kemudian menafsirkannya dengan cara tertentu agar cocok dengan semua pengalaman, perasaan, dan
keyakinan kita. Untuk mencapai kecocokan, pikiran kita kadang menciptakan memori palsu. Keyakinan
kita bisa dipengaruhi dan ingatan kita tidak bisa diandalkan. INGAT: otak hanya dirancang agar efisien,
bukan akurat. Kita pun menjadi khawatir untuk melangkah, untuk membuktikan apakah selanjutnya kita
akan gagal atau tidak. Kita lebih nyaman berlama-lama meyakinkan diri, menghindari banyak rintangan
di luar sana. Hingga kenyamanan pikiran kita membuat kita seolah sudah paham tentang masa depan.
Kita terjebak menerima kepastian yang kita pikirkan saja. Sesungguhnya kita sedang menerima keraguan
tentang perasaan kita sendiri karena takut keliru. Yang pasti setiap keraguan menuntut tindakan.
Tindakan menuju kesuksesan tidak selamanya nyaman. Jadi, kalau sudah terlalu nyaman, mungkin perlu
tindakan ekstra lagi untuk keluar.

Ya, saya keliru tentang semua hal, lagi dan lagi, itu alasannya mengapa hidup saya menjadi lebih baik
(Michael Jordan).

Memulai perubahan yang baru dan baik, serta meninggalkan kebiasaan lama yang buruk, akan
memindahkan kepedulian kita ke tempat yang seharusnya. Memang akan ada penolakan internal atau
eksternal dalam perjalanannya. Tapi, inilah yang terbaik. Lakukan.

MASALAH: sebagian besar dari kita bertindak setelah termotivasi. Padahal motivasi bukan saja reaksi
tiga rantai (INSPIRASI → MOTIVASI → AKSI), tapi merupakan lingkaran. Jadi, aksi atau tindakan dapat
menciptakan inspirasi yang dapat memotivasi aksi selanjutnya. Dengan begitu, jika kita tidak mempunyai
inspirasi atau motivasi untuk melakukan sesuatu, JAWABAN: hanya dengan lakukan sesuatu. Paksakan
diri. Terus lakukan, bahkan dengan hal kecil atau ringan yang bisa dikerjakan. Awalnya pasti seakan tidak
tahu apa yang akan dilakukan, tapi bukankah hidup begitu? Kita tak pernah tahu segalanya, kita
berusaha dan terjadilah hal, lalu kita belajar, dan kita akan mengulangi fase itu lagi.
Jangan hanya duduk-duduk, lakukan sesuatu. Jawaban akan muncul.

Belajarlah untuk menahan rasa sakit yang ada, hal ini untuk memasukkan rasa sakit yang baru dalam
hidup Anda. Rasakan. Nikmati, terima dengan terbuka. Lalu lakukan.

BAB 6, Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

BAB 6, mulai menohok!

JANGAN PERCAYA KAMU ISTIMEWA

Menjadi istimewa saat ini menjadi sebuah tren, juga kebutuhan. Apalagi ditunjang dengan mudahnya
akses informasi (media sosial), sehingga membuat kita selalu ingin menampilkan keistimewaan kita. Kita
terlampau pusing jika orang lain tidak menganggap kita istimewa. Istimewa di sini berarti menganggap
semua hal baik terjadi karena dirinya semata. Ini tidak baik. Sayangnya, banyak orang tidak istimewa,
cenderung biasa-biasa saja. Kondisi ini mengakibatkan orang-orang yang mengecap dirinya tidak
istimewa, menjadi rapuh dan putus asa, karena keinginannya tidak tercapai. Buruknya, hal ini
mengakibatkan mereka memerlukan kompensasi, dengan tetap mengistimewakan diri karena
ketidakberdayaannya, seolah menjadi korban. Mereka pun ketergantungan.

Jika saya tidak akan menjadi istimewa atau luar biasa, lantas apa gunanya hidup?

Sebagian kecil orang berhasil unggul pada bidangnya bukan karena keyakinan bahwa mereka istimewa.
Mereka luar biasa karena terobsesi pada perbaikan. Dengan menerima bahwa mereka tidak istimewa
dan perlu perbaikan terus menerus, mereka merasa lebih baik. Hal penting yang perlu diterima lagi
adalah, rasa “tidak enak” yang harus kita jalani. Karena sejatinya, hal yang membaikkan itu “tidak melulu
menyenangkan”.

Pengistimewaan diri tidak hanya membawa seseorang berperan sebagai korban, tetapi ada yang justru
berperan sebagai sang pahlawan. Membantu orang lain setiap saat, demi mendapatkan apresiasi.
Sebaiknya, seseorang menentukan batasan. Batasan dapat dimulai dengan membuat penolakan.
Penolakan membuat hidup lebih baik, karena dapat mempersempit alternatif dan membuka
kesempatan untuk berkomitmen pada suatu nilai. INTI: kita semua harus peduli terhadap sesuatu, untuk
menghargainya. Dan untuk menghargai sesuatu, kita harus menolak apa yang bukan sesuatu tersebut.
Batasan juga bukan berarti tak lagi mau menolong. Justru, batasan membuat tegas, “memilih” bukan
“wajib” untuk selalu mendukung. Orang-orang dengan batasan kuat mampu mengendalikan emosi,
sehingga mendukung pertumbuhan masing-masing individual di lingkungannya dengan memberi
kesempatan memecahkan masalah mereka sendiri-sendiri.

CATATAN: bersikaplah rendah hati dalam penilaian Anda dan terima berbagai perbedaan dari banyak
orang. Sedapat mungkin kenalkan diri Anda dengan cara yang paling sederhana dan paling biasa.
Lepaskan diri Anda dari anggapan-anggapan bahwa Anda adalah insan yang selalu dinantikan, lepaskan
kesemuan itu. Awalnya akan terjadi penolakan diri, tapi setelahnya Anda akan merasa lebih baik.

Pengukuran yang benar tentang penghargaan diri seorang adalah saat ia mampu melihat bagian negatif
dari pribadinya, kemudian memperbaikinya.

BERKOMITMEN

Budaya konsumtif menyiratkan, semakin banyak semakin baik. Apakah benar? Tidak selalu. Saat
memilih, jika semakin banyak pilihan, justru semakin meresahkan, karena hasrat untuk mendapakan
kesempurnaan membuat kita meragukan pilihan kita. Pada akhirnya kita tidak memilih apapun. SOLUSI:
bersikap masa bodohlah dengan berkomitmen. Komitmen menuntut kita untuk fokus pada sedikit
bidang, sehingga kita akan memperoleh sensasi kedalaman suatu pengalaman. Jika dibanding dengan
mengejar pengalaman sebanyak-banyaknya tanpa fokus, komitmen membuat kita lebih memedulikan
yang benar-benar penting bagi hidup kita. PENTING: komitmen menghilangkan banyak alternatif
sehingga penilaian mudah dilakukan. Komitmen juga mengarahkan kita untuk terus fokus menggali.

Berkomitmen pada akhirnya membawa kita untuk bertanggungjawab dengan nilai yang telah kita pilih.
Saat kita memilih sendiri masalah yang kita hadapi, kita akan merasa lebih berkuasa. Berbeda ketika kita
merasa suatu nilai datang karena dipaksakan dan bertentangan dengan kehendak kita, kita merasa
menjadi korban dan menjadi sedih.

INTI:

Memilih tanggung jawab atas masalah yang dihadapi.

Memahami bahwa kadang kita bertanggung jawab atas hal-hal yang bukan kesalahan kita, “bukan
kesalahan kita” merujuk pada faktor eksternal yang tak bisa kita kendalikan. Sedangkan cara kita
bertanggung jawab terhadap apa yang akan kita lakukan adalah faktor internal dan sangat bisa kita
kendalikan.

Poin utama!

MATI ITU PASTI

Ketika kita tidak terlalu mencemaskan kematian, karena kematian adalah kepastian dan tidak dapat
dihindari, maka kita dapat memilih nilai kita dengan bebas, tidak dikendalikan oleh pencarian keabadian,
berusaha keras untuk menciptakan sesuatu tentang diri kita yang dapat dikenang oleh banyak orang.
Ketakutan akan kematian menandakan ketakutan akan kehidupan. Seseorang yang hidup secara penuh,
siap mati kapan saja. Mengingat kematian, bisa jadi patokan untuk mengambil nilai dalam hidup, untuk
menjawab apa yang akan diwariskan. Tentu, ini pertanyaan besar. Tidak semua orang meyiapkan, tapi
yang paling penting untuk menghadapi kenyaatan adalah dengan meyakini kita adalah bagian dari
sesuatu yang lebih agung. Percaya bahwa hidup hanyalah secuil proses dari hal yang amat besar. Jangan
terlalu tenggelam dalam perasaan diri ini adalah yang paling istimewa, perlu perhatian, seolah-olah kita
adalah pusat semesta. Tapi yakinlah kita ini adalah baigan dari hal yang lebih besar, sehingga kita bisa
lebih rendah hati dan terbuka. Mengingat kematian juga membantu kita untuk menilaikan diri untuk
mengingat pada hal-hal prioritas saja dan bersikap bodo amat pada hal di luar nilai yang dipegang.
Kematian pasti, oleh karenanya tidak perlu terlalu pusing dengan tuntutan dunia utnuk mencari
perhatian yang fana, fokuskan hidup dengan tindakan yang berdasar pada nilai-nilai baik yang kita telah
pilih.

Proses meringkas buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

Rekam jejak proses yang menyenangkan 🙂

PERTANYAAN-PERTANYAAN PADA DIRI SENDIRI

Menguji kesadaran diri,

#1: “emosi apa yang sedang saya rasakan?” (pemahaman terhadap emosi dasar)
#2: “mengapa kita merasakan emosi tersebut?” (membantu mengerti akar masalah dari emosi yang
menguasai diri kita)

#3: “mengapa saya menganggap ini sebagai kesuksesan atau kegagalan?”

(berhubungan dengan bagaimana kita memilih nilai yang mendasari penentuan standar kualitas diri)

Mengkaji ulang nilai yang dipilih,

#1: “bagaimana jika saya salah?”

(untuk membangkitkan kerendahan hati dan kasih sayang demi menyelesaikan permasalahan kita)

#2: “apa artinya jika saya keliru?”

(untuk mempertimbangkan apa jadinya dan seperti apa rasanya memiliki sebuah nilai yang
bertentangan dan berbeda, sehingga ada evaluasi)

#3: “apakah kekeliruan akan menciptakan permasalahan yang lebih baik atau buruk ketimbang
permasalahan saya sekarang, (baik untuk diri saya maupun orang lain)?” (untuk menentukan kesolidan
nilai)

INTI: banyak luangkan waktu untuk jujur dengan diri sendiri. Ajukan pertanyaan dan jawab! Jangan
banyak mengelak. Kebenaran memang terkadang menyakitkan, tapi lebih baik diketahui dan diakui
segera demi perbaikan.

Kita semua adalah pengamat yang paling buruk jika diminta mengamati diri sendiri. Saat kita marah,
cemburu, atau kecewa. Kadang kita justru menjadi orang terakhir yang mengetahui. Cara mengatasinya
adalah dengan terus bertanya pada diri sendiri. Namun penting diketahui pertanyaan hanya untuk
menertawakan pikiran kita saat itu bukan untuk membenci diri.

Anda mungkin juga menyukai