Anda di halaman 1dari 4

Jeremy Parmonangan

01071170151

Rangkuman buku :

“Respectable Sins”

Bab 8 & Bab 13


Kegelisahan dan Frustasi
Kurangnya Pengendalian Diri

Sebagai manusia kita tentunya seringkali merasa gelisah dan frustasi dalam
menghadapi berbagai situasi. Beberapa orang menganggap hal tersebut sebagai suatu
proses dari kehidupan tetapi cara pandang orang percaya memiliki pendapat yang
berbeda tentang hal itu. Gelisah dan frustasi merupakan dosa yang seringkali dilakukan
oleh manusia. Gelisah digolongkan sebagai dua hal karena dua alasan. Alasan yang
pertama adalah bahwa kegelisahan merupakan reaksi manusia yang tidak percaya
kepada Allah. Allah telah mengatur kehidupan manusia sedemikian rupa sehingga kita
bisa berada di posisi kita sekarang. Hal baik yang terjadi maupun hal yang menurut kita
buruk, semuanya itu telah diatur dan dijaga dengan seimbang oleh karunia-Nya. Yesus
pernah mengajarkan kita mengenai kegelisahan ataupun kekhawatiran di dalam nats
Matius 6:25-34 yang berisikan bahwa Bapa disurga memelihara burung-burung diudara
dan bunga-bunga bakung di padang, terlebih lagi manusia yang diciptakan bedasarkan
gambar dan rupa Allah. Manusia adalah prioritas utama Bapa surgawi dan kita tidak
boleh melupakan hal tersebut. Alasan kedua gelisah adalah dosa karena dengan
gelisah berarti kita kurang menerima pemeliharaan Allah dalam hidup kita. Allah
mengatur segala dan keadaan dalam alam semesta untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan
umat-Nya. Kita harus percaya bahwa semua yang terjadi dalam hidup kita adalah
bagian daripada rencana besar-Nya yang harus kita jalani dengan penuh syukur.
Memang adalah fakta bahwa berita agung ini seringkali diacuhkan bahkan oleh orang
percaya sekalipun dan situasi-situasi terpuruklah yang mendorong kita untuk merasa
gelisah. Memang sulit untuk mengerti bahwa rencana Tuhan adalah yang terindah
ketika kita mengalami kenestapaan penuh duka, tetapi kembali lagi kepada apa yang
alkitab katakan bahwa rencana Tuhan begitu luar biasanya sampai-sampai rencana
manusia hanya seharga butiran pasir di bumi yang luas. Saya juga tidak jarang
mengalami perasaan ini terlebih lagi jika saya tidak mengetahui hasil akhir dari suatu hal
yang sudah rencanakan sebelumnya. Seperti yang terdapat di Yesaya 55:8-10 rencana
Tuhan begitu hebat dan luarbiasa dan kita sebagai hamba-Nya haruslah percaya akan
keputusan-Nya dihidup kita. Jangan pernah memaksa Tuhan untuk mengikuti rencana
yang telah kita terapkan, namun cobalah untuk berdoa agar rencana yang kita miliki
diselaraskan dengan rencana yang Ia miliki agar kita jangan tersesat menuju jalan yang
salah. Jadi, ketika rencana yang kita miliki tidak sesuai dengan rencana Tuhan jangan
malah gelisah namun coba berterimakasih kepada Tuhan karena telah diingatkan
bahwa rencana kita memiliki perbedaan dengan milik-Nya. Ini adalah refleksi yang
besar untuk saya karena saya sendiri adalah seseorang yang senang merencanakan
sesuatu dengan matang sebelum melaksanakan hal tertentu dan ketika ada faktor-
faktor asing yang mengacaukan rencana saya saya akan langsung merasa gelisah.
Semoga setelah saya membaca ini saya dapat semakin percaya akan rencana-Nya dan
menghilangkan rasa geliah saya terhadap ketidakpastian. Biarlah besok dihadapi oleh
diri saya yang ada di esok hari. Tapi, jangan sampai kita lupa bahwa kita harus tetap
mendoakan situasi buruk yang kita alami dan berusaha sebisa mungkin untuk
mengatasi masalah yang kita hadapi. Tuhan mengajarkan kita untuk menggantungkan
harap kepada-Nya, bukan untuk diam dan menjadi batu terhadap permasalahan hidup
dengan harapan masalah tersebut akan hilang dengan sendirinya. Kekhawatiran
biasanya disertai dengan rasa frustasi, yaitu reaksi marah atau kesal yang diberikan
ketika rencana-rencana kita terhalang. Kekhawatiran itu sendiri adalah dosa terlebih lagi
frustasi. Frustrasi secara eksplisit adalah tindak protes kepada Allah bahwa DIa tidak
melakukan pekerjaan-Nya dengan baik. Saya sendiri sangat jarang mengalami frustrasi
tetapi saya tahu rasa itu akan datang jika saya mengalami problematika yang sangat
berat. Bacaan ini adalah peringatan halus dari Tuhan kepada saya untuk memperbaiki
sikap saya terhadap peristiwa yang tidak terduga sebelum dosa-dosa ini terulang
kembali. Sekarang kita masuk menuju bagian pengendalian diri yang kurang.
Pengendalian diri merupakan salah satu dosa yang sangat mudah ditemui dalam
kehidupan sehari-hari karena jaman sekarang kuasa dunia hampir semuanya dibungkus
dengan sangat cantik sehingga kita kehilangan pengendalian diri dan terjerumus
kedalam nafsu duniawi tersebut. Dalam definisinya sendiri pengendalian diri adalah
penguasaan atau pengendalian yang bijaksana terhadap kesukaan-kesukaan, impuls-
impuls dan hasrat-hasrat. Pengendalian diri alkitabiah, mencakup setiap bidang
kehidupan dan menuntut pertempuran yang tiada hentinya dengan nafsu-nafsu daging.
Pengendalian diri sendiri merupakan bagian daripada buah roh dengan arti manusia
percaya harus memiliki sifat ini dan sifat-sifat lainnya agar menjadi orang percaya yang
lengkap. Pengendalian diri tidak hanya mencangkup nafsu daging dan harta tetapi bisa
juga mencangkup hal-hal kecil yang memnperngaruhi keseharian kita seperti makanan
yang kita konsumsi, tugas yang kita kerjakan, tontonan yang kita tonton, dan lain
sebagainya. Contoh sederhananya adalah ketika seoseorang yang obesitas tidak
mampu berhenti memakan-makanan yang berlemak tinggi dan justru memperburuk
kondisi tubuhnya atau seseorang yang mempunyai penyakit paru karena merokok tetap
saja menyerah akan keinginannya untuk merokok dan memperburuk kondisi parunya.
Orang yang tidak mempunyai pengendalian diri tentu saja menjadi rawan dari segala
macam godaan (Amsal 25:28). Saya secara pribadi menganggap bahwa pengendalian
diri adalah sesuatu yang sangat sulit dicapai. Saya seringkali tergoda oleh nafsu
duniawi sehingga saya tidak berpikir panjang dalam mengambil keputusan yang baik.
Saya seringkali menyerah terhadap pengendalian diri dan pada akhirnya menempatkan
diri ditengah-tengah masalah yang seharusnya dapat dihindari andai saja saya mampu
mengendalikan diri saya dan tetap fokus. Tidak jarang saya bergumul mengenai hal ini
baik dengan berdoa bahkan berpuasa namun tetap saja saya jatuh ke lubang yang
sama. Saya merasa seperti terkunci dalam tubuh saya sendiri sehingga saya tidak bisa
mengontrol apa yang tubuh saya lakukan. Saya juga memiliki kurangnya pengendalian
terhadap lidah yang membuat saya terkadang mengeluarkan perkataan yang daopat
menyakiti perasaan orang lain. Walaupun itu tidak menjadi isu utama saya, tetapi hal
tersebut dapat memberburuk relasi saya dengan orang yang telah saya singgung
perasaannya. Buku ini juga membahas tentang pengendalian diri terhadap emosi
negatif seperti amarah. Saya sendiri bukanlah orang yang pemarah, bahkan bisa
dibilang saya hanya marah dalam hitungan jari seumur hidup saya. Karena jika saya
emosi, saya seringkali mengingat perkataan Allah yang terdapat dalam Yunus 4:4
“layakkah engkau marah?”. Saya mengerti bahwa marah bukanlah suatu dosa jika
dilakukan dengan benar dan didasari oleh hal yang benar pula. Tetapi jika saya
mengingat ayat ini saya merasa lebih tenang dan bisa berpikir kembali dengan rasional
apakah saya perlu marah atau tidak. Satu lagi yang menjadi permasalahan umum
terhadap pengendalian diri adalah pengendalian diri terhada harta. Banyak orang yang
tidak bisa mengendalikan pengeluaran finansialnya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak
dibutuhkan bisa karena diskon yang membuat harga barang tersebut manjadi lebih
murah, atau karena memang orang tersebut hanya memfokuskan dirinya terhadap hal-
hal yang dia inginkan bukan butuhkan. menyerah terhadap pengendalian diri yang satu
ini dapat membuat kita menjadi manusia yang tidak lagi memandang kebutuhan
esensial menjadi sesuatu yang penting. Yang penting adalah rasa senang yang dimiliki
ketika memenuhi hal yang kita inginkan atau paham hedonisme. Hedonisme adalah
pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan
mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-
perasaan yang menyakitkan. Saya sendiri tidak memiliki masalah terhadap
pengendalian diri yang satu ini karena saya selalu bisa menyeimbangkan pengeluaran
finansial saya baik kebutuhan maupun keinginan. Bab ini sungguh dapat saya relasikan
dengan kehidupan sehari-hari saya karena saya memang memiliki pengalaman yang
pahit karena pengendalian diri yang kurang. Saya berharap saya dapat menyembuhkan
diri saya dari penyakit ini dan dapat membuka potensi maksimal saya sebagai orang
percaya dan sebagai orang yang dapat mengerjakan sesuatu dengan efisien dan
terkontrol.

Anda mungkin juga menyukai