JEREMY PARMONANGAN
01071170151
PUSKESMAS PANONGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
BAB I
ILUSTRASI KASUS
A. Indentitas Pasien
Nama : Bpk. J
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Serdang kulon
Pekerjaan : petugas satpam
Puskesmas : Puskesmas Panongan
No. Rekam Medis : 0039750
B. Anamnesis
Pemeriksaan dilakukan secara alloanamnesis dan autoanamnesis di Puskesmas Panongan,
Tangerang, tanggal 23 Maret 2019, pada jam 8.55 WIB.
Riwayat kebiasaan
Pasien mengkonsumsi kopi hitam 3 kali sehari untuk menjaganya tetap terbangun
selama jam kerja berlangsung. Pasien tidak merokok, mengkonsumsi minuman
keras ataupun menggunakan obat terlarang.
Diagnosis
Diagnosis kerja : Insomnia primer
Diagnosis banding : Obstructive Sleep Apnea
C. PemeriksaanFisik
- Status general
Keadaan umum : pasien datang bersama istrinya dengan keadaan lemas
Kesadaran : compos mentis
- Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 36.5°C
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86x /menit
Lajunafas : 16x /menit
- Berat badan : 63 kg
- Kepala
Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
Hidung : normal, tidak ada polip maupun deviasi septum
Telinga : normal
Mulut : normal, tidak ada cyanosis
Leher : normal, tidak ada pembengkakan
- Thorax
Inspeksi : Bentuk normal, tidak ada barrel chest, gerakan dada
simetris
Paru
Inspeksi : normal
Palpasi : tactile fremitus pada kedua lapang paru anterior dan
posterior
normal
Perkusi : suara sonor pada seluruh lapang paru(posterior)
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tanpa ronchi, rales, dan crackles
Jantung
Inspeksi : normal
Palpasi : ictus kordis tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan kerana pasien tidak bersedia
Auskultasi : suara jantung normsl S1 & S2, tidak ada murmur dan
gallop
Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen datar, tidak ada luka atau bekas operasi,
tidak ada spider navi
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada perbesaran hati,
limpa,
dan ginjal
Perkusi : suara timpani pada seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus normal, tidak ada metallic sound
Ekstremitas
Atas (tangan) : normal, tidak ada massa, jejas, bekas operasi, tidak
cyanosis
Bawah (kaki) : normal, tidak ada massa, jejas, bekas operasi, tidak
Cyanosis
D. RESUME
Pasien laki-laki bernama J, berumur 24 tahun datang dengan keluhan lemas dan
mengantuk di siang hari sejak 1 bulan yang lalu. Pasien kesulitan mempertahankan tidur
lebih dari 2-3 jam minimal 4 hari dalam seminggu. Saat ditanya mengenai gejala lain
yang dirasakan pasien mengeluhkan dirinya kehilangan nafsu makan karena tubuhnya
terasa lemas. Pasien belum mengkonsumi obat dan hanya mengandalkan jamu racikan
ibunya.
BAB II
ULASAN PENYAKIT
Insomnia Primer
Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau susah tidur ini
dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita insomnia. Pola tidur,
kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur seringkali menjadi penyebab dari
jenis insomnia primer ini.
Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya kondisi medis.
Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan dementia dapat menyebabkan
terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10 orang. Selain itu masalah fisik seperti
penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia
sekunder ini dan biasanya mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau
susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan
yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang terlarang
ataupun penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang
menderita insomnia.
2.2 Patofisiologi
Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat perjalanan jauh atau
pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh,
sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal,
mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.
2.3 Diagnosis
Sebagai tambahannya, dokter akan melengkapi kuisioner untuk menentukan pola tidur
dan tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika tidak dilakukan pengisian kuisioner, untuk
mencapai tujuan yang sama Anda bisa mencatat waktu tidur Anda selama 2 minggu.
Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menemukan adanya suatu permasalahan yang
bisa menyebabkan insomnia. Ada kalanya pemeriksaan darah juga dilakukan untuk
menemukan masalah pada tyroid atau pada hal lain yang bisa menyebabkan insomnia.
Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan dilakukan pemantauan dan
pencatatan selama tidur yang mencangkup gelombang otak, pernapasan, nadi, gerakan
mata, dan gerakan tubuh
2.4 Pengobatan
1. Non Farmakoterapi
a. Terapi Tingkah Laku
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan
mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku
ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk
penderita insomnia.
Terapi tingkah laku meliputi
- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.
- Teknik Relaksasi.
Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat
biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu
mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu
Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.
- Terapi kognitif.
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan
pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada
konseling tatap muka atau dalam grup.
- Restriksi Tidur.
Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan
di tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan
untuk beraktivitas.
Diagnosa insomnia primer dapar dibuat bedasarkan keluhan mengantuk disiang hari dan
terasa lemas disertai berkurangnya nafsu makan. Pasien kesulitan untuk tidur dan untuk
mempertahankan tidur lebih dari 3-4 jam setidaknya 5 kali dalam seminggu selama 1
bulan terakhir. Gejal pasien mulai muncul ketika pasien mulai bekerja menjadi satpam
dengan 3 jam kerja yang berbeda.
Untuk terapi non medikantosa pasien dianjurkan untuk mengatur jam tidur yang
konsisten sesuai jam kerta pasien dan merelaksasikan diri sebelum beristirahat seperti
mandi dengan air hangat atau membaca buku. Untuk terapi medikantosa pasien
mengkonsumsi Zolpidem oral 6.25 mg sebelum tidur mlam selama 14 hari
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA