Oleh:
Awab Zakie Habibie
105103003399
Pembimbing:
Dr. Mohammading . SpA
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk
memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
karena gangguan primer otot jantung atau beban jantung yang berlebihan atau kombinasi
keduanya. Gagal jantung kongestif pada bayi dan anak merupakan kegawatdaruratan yang
sangat sering dijumpai oleh petugas kesehatan dimanapun berada. Keluhan dan gejala sangat
bervariasi sehingga sering sulit dibedakan dengan akibat penyakit lain di luar jantung.
Gagal jantung merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang banyak dijumpai
dan menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas utama baik di negara maju maupun di
negara sedang berkembang.
Pada laporan kasus, penyaji akan menyampaikan gagal jantung yang terjadi pada
seorang anak perempuan berusia 4 tahun 7 bulan.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. SF
: 4 tahun 7 bulan
Jenis kelamin
: perempuan
Alamat
Agama
: Islam
Pendidikan
: Belum sekolah
: 25 Febuari 2010
: 25 febuari 2010
AYAH
IBU
Tn. S(36 tahun)
Ny. H (34 tahun)
Islam
Islam
Jl. Gurame III no 40
Jl. Gurame III
Pamulang
Selatan
SMA
Pengojek
< 1.000.000
1
-
Tangerang
Pamulang
no
40
Tangerang
Selatan
SMA
Buruh cuci
< 500.000
1
-
DATA KELUARGA
Keterangan :
1. Kakak pertama lahir prematur dan sering sakit-sakitan dan meninggal pada usia 8 bulan
2. Kakak kedua lahir cukup bulan namun sering sakit kejang dan meninggal pada usia 6
bulan.
3. Saat ini pasien tinggal bersama ibu,ayah , kakek, nenek , adik perempuan dari ayah ,dan
tiga orang kakaknya . Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari berasal dari penghasilan
ayah dan ibu pasien.
III. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Sesak yang semakin memberat sejak satu minggu sebelum masuk Rumah Sakit
(SMRS)
Empat hari SMRS ibu pasien menyatakan sesak semakin memberat dibanding
dua hari sebelumnya. pasien hanya duduk tidak mau bermain , pasien tidak mau
berbaring pasien lebih nyaman dalam posisi duduk . pasien tidak bisa tidur karena jika
tidur pasien akan sesak . sementara itu perut pasien membuncit , tangan dan kaki makin
bengkak , selain itu wajah pasien membulat bengkak terutama matanya. Pasien juga
batuk-batuk yang semakin sering terutama saat malam hari , batuk tidak berdahak dan
pasien sering minta minum walupun hanya minum sedikit sedikit . pasien hanya BAK 1
kali selama satu hari berwarna coklat pekat seperti teh dan jumlahnya sedikit. BAB tidak
ada keluhan .
Satu bulan SMRS pasien pertama sesak , awalnya pasien nampak sering
terlihat gelisah, namun beberapa saat kemudian pasien nampak sesak pada saat itu pasien
masih bisa bermain dengan teman ataupun kakaknya, pada malam hari pasien masih bisa
tidur terlentang . Sesak tidak mengeruarkan suara ngik, demam disangkal , Semakin hari
sesak semakin memberat sehingga pasien cenderung lebih diam, sementara itu ibu pasien
menyatakan perut pasien membesar , tangan dan kaki terlihat bengkak. Pada saat itu ibu
pasien membawa pasien ke dokter spesialis penyakit dalam dan dari dokter tersebut
pasien mendapat obat supaya pipis ibu pasien tidak tau nama obat tersebut. selama
mengkonsumsi obat tersebut kurang lebih satu minggu sesak berkurang dan bengkak di
kaki dan perut mengecil pasien bisa beraktifitas kembali seperti bermain.
Beberapa hari setelah tidak mengkonsumsi obat tersebut pasien perut pasien
mulai membesar kembali dan pasien tampak gelisah dan lebih banyak diam dibanding
bermain., pasien masih bisa beristirahat dan tidak terganggu saat tidur .
Pada usia 8 bulan pasien sering tampak lebih lemah dan tiba-tiba tidak merespon
seperti pingsan. keluhan tersebut muncul setelah pasien menagis , setelah itu bibir pasien
nampak kebiruan, setelah pingsan ibu pasien menyatkan padan pasien menjadi agak
panas dan setelah beberapa saat tertidur atau beristirahat pasien terbagun terbagun dan
bisa berespon lagi jika dipanggil. keluhan tersebut dirasakan pada kira-kira sampai usia
sembilan setengah bulan. Kejang disangkal.
Pada usia pasien lebih dari 2,5 tahun-sekarang , pada saat pasien sudah bisa
berjalan pasien nampak lebih pendiam jika dibandingkan teman sebayanya dan pasien
sering nampak lelah saat bermain dan jika lelah pasien akan terdiam. ibu pasien
menyangkal jika pasien lelah pasien jongkok. Pasien sering batuk pilek dan demam
ringan.
8-9,5 bulan
2,5 tahun
1 bulan SMRS
I minggu
SMRS
sering tampak
lebih lemah
dan tiba-tiba
tidak merespon
seperti pingsan
sering nampak
cepat lelah saat
bermain
Sesak
sesak semakin
memberat
sering baru
pilek dan
demam ringan
perut pasien
membesar ,
tangan dan kaki
terlihat bengkak
perut pasien
membuncit ,
tangan dan
kaki makin
bengkak ,
selain itu
wajah pasien
membulat
bengkak
terutama
matanya
Riwayat Nutrisi:
Pasien diberi ASI sejak lahir sampai usia 2 tahun 6 bulan. Mulai makan selain
ASI sejak usia kurang dari 1 bulan yaitu berupa buah buahan dan makana lunak seperti
pisang dan bubur sesekali pasien diberi air putih atau susu formula. Usia Sembilan bulan
pasein sudah makan nasi, sayur, tempe, dan tahu. Sebelum sakit, pasien makan tiga kali
per hari; setiap kali makan nasi satu centong, sayur satu sendok sayur, tempe atau tahu
satu potong, telur kadang-kadang, daging dan ikan tidak pernah. Pasien tidak suka susu
formula. Setelah sakit nafsu makan pasien makan pasien berkurang.
Kesan asupan nutrisi tidak seimbang dan tidak sesuai usia
Riwayat Imunisasi:
BCG
:-
DPT
:-
Hepatitis B
:-
Polio
Campak
: belum
: 4 bulan
Duduk
: 7 bulan
Berdiri
: 12 bulan
Berjalan
: 18 bulan
Berbicara
: 17 bulan (1 kata)
Kesan
TB (-)
Hipertensi (-)
Keadaan umum : Tampak sakit Berat , sianosis (-),tampak gelisah, sesak terengahEngah dan bengkak
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Frekuensi nadi
Suhu
: 36,6 oC ( telinga )
Status gizi
Berat badan
: 11 Kg
Panjang badan
: 56 cm
Lingkar kepala
: 46 cm
Penilaian klinis :
a.
b.
c.
d.
e.
Status generalis :
Kepala
penyebaran merata
Mata
Telinga
Hidung
Tenggorokan
: mulut pucat (-), Mukosa mulut lembab, faring hiperemis -/-, T1-T1,
Leher
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas kanan jantung : sela iga IV linea 1 jari lateral linea sternalis
dextra
Batas kiri jantung : sela iga V, linea midklavikula sinistra
Batas pinggang jantung : sela iga III, linea parasternalis sinistra
Auskultasi
Paru
Inspeksi
: Tampak simetris saat statis dan dinamis, retraksi suprasternal (+), iga
gambang (-) pengguann otot Bantu napas +
Perkusi
Auskultasi
: Suara napas vesikuler, rhonki +/+ basah halus di kedua basal paru,
wheezing -/
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal
Hematologi
Hemoglobin
9.3 g/dl
9,9 g/dl
10.5 g/dl
Hematokrit
Leukosit
30%
8500/ul
33%
7800/ul
35%
12.2/ul
35-43 %
5.5-15.5 ribu/uL
Trombosit
Eritrosit
VER/HER/
36.000/ul
3.60 juta/ul
71.000/ul
3.99 juta/ul
46.000/ul
4.16 juta/ul
82.5 fl
25.8 pg
31.3 g/dl
20 g/dl
82.7 fl
24.8 pg
30.0 g/dl
20 g/dl
84.5 fl
25.2 pg
29.8 g/dl
21.7 g/dl
55%
40%
6%
52%
42%
6%
45%
49%
7%
KHER/RDW
VER
HER
KHER
RDW
Hitung jenis
Netrofil
Limfosit
Monosit
Kimia klinik
Fungsi hati
Protein total
Albumin
Globulin
Fungsi ginjal
Ureum
Kreatinin
GDS
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
25/2/10
26/2/10
7.88
3.29
4.58
19 mg/dL
0,3 mg/dL
95
27/2/10
Nilai normal
150-440 ribu/uL
3.70-5.70 juta/uL
73.0-101.0 fl
23.0-31.0 pg
28.0-32.0 g/dl
11.5-14.5 g/dl
50-70 %
20-40 %
2-8 %
6.00-8.00 g/dl
3.40-4.80 g/dl
2.50-3.00 g/dl
20-40 mg/dL
0.6-1.5 mg/dL
60-100
133
3,97
110
135-147 mmol/L
3.10-5.10 mmol/L
95-108
mmol/L
Urinalisa
Urobilinogen
Protein urin
0.2 u/dl
Negatif
<1
Negatif
Berat jenis
Bilirubin
1.010
Negatif
1.003-1.030
Negatif
Keton
Negatif
Negatif
Nitrit
Negatif
Negatif
pH
Leukosit
6
Negatif
4,8-7,4
Negatif
10
Darah
Negatif
Negatif
Glukosa
Negatif
Negatif
Warna
Kejernihan
Sedimen urin
Epitel
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Kuning
Jernih
Kuning
Jernih
+1
2-3
1-2
Negatif
0-5/LPB
0-2/LPB
Negatif
Kristal
Negatif
Negatif
Bakteri
Negatif
Negatif
EKG :
Sinus ritme
HR: 125
Right axis deviation
P wave : 0.04
Interval P-R : 0.12
QRS : 0.04 , Q patologis (-),
ST segment : incerased (-) depressed (-)
T wave : inverted (-)
RBBB / LBBB : (-)
Ekg : RAD
B. Foto thoraks
11
VI. RESUME
SF, anak perempuan 4 tahun 7 bulan datang, BB: 11 kg, TB 86 datang dengan
keluhan keluhan Sesak yang semakin memberat sejak satu minggu sebelum masuk
Rumah Sakit (SMRS).
Satu minggu SMRS pasien nampak sesak, saat itu dirasa sesak semakin
memberat saat bermain dan pasien nampak cepat lelah. Pada malam hari pasien masih
bisa tidur terlentang walupun sesekali pasien terbangun dari tidurnya saat sesak pasien
tidak ngeluarkan suara ngiik,. sementara itu pasien juga batuk pilek, batuk paling
sering batuk pada malam hari sampai pasien susah beristirahat , batuk kering tidak
berdahak, sementara pilek hanya sedikit berwarna bening , demam disangkal . Pasien
tidak ada keluhan susah makan atau malas minum , buang air kecil dan buang air besar
lancar . perut pasien membesar , tangan dan kaki membengkak.
Empat hari SMRS ibu pasien menyatakan sesak semakin memberat. , pasien
tidak mau berbaring pasien lebih nyaman dalam posisi duduk . pasien tidak bisa tidur
karena jika tidur pasien akan sesak . sementara itu perut pasien membuncit , tangan dan
12
kaki makin bengkak , selain itu wajah pasien membulat bengkak terutama matanya.
Pasien juga batuk-batuk yang semakin sering terutama saat malam hari , batuk tidak
berdahak dan pasien sering minta minum walupun hanya minum sedikit sedikit . pasien
hanya BAK 1 kali selama satu hari berwarna coklat pekat seperti teh dan jumlahnya
sedikit. BAB tidak ada keluhan .
Satu bulan SMRS pasien pertama sesak , awalnya pasien nampak sering
terlihat gelisah, namun beberapa saat kemudian pasien nampak sesak pada saat itu pasien
masih bisa bermain, demam disangkal , perut pasien membesar , tangan dan kaki terlihat
bengkak. saat itu ibu pasien membawa pasien ke dokter spesialis dan mendapat obat .
selama mengkonsumsi obat tersebut sesak berkurang dan bengkak di kaki dan perut
mengecil pasien bisa beraktifitas kembali seperti bermain.
Pada usia 8-9,5 bulan pasien sering tampak lebih lemah dan pingsan. keluhan
tersebut muncul setelah pasien menagis , setelah itu bibir pasien nampak kebiruan.
Pada usia pasien lebih dari 2,5 tahun-sekarang , pada saat pasien sudah bisa
berjalan pasien nampak lebih pendiam jika dibandingkan teman sebayanya dan pasien
sering nampak lelah saat bermain .pasien sering sakit batuk pilek.
Penilaian nutrisi tidak seimbang dan gizi kurang,
Penilaian tumbuh kembang: terdapat kegagalan dalam perkembangan psikomotor
Mata
Hidung
Jantung
Paru
retraksi suprasternal (+), perkusi redup pada kedua lapang paru , terdapat rhonki +/+
basah halus di kedua basal paru,
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
13
Pemeriksaan penunjang :
- Anemia mikrositik hipokrom
- Trobositopenia
- Hiponatremi
- Hipoalbumin
- EKG : RAD
- RO : cardiomegali dan udem paru
VII. DIAGNOSIS
- Acut lung edema ec Congestive heart failure FC. IV ec suspect Penyakit Jantung Bawaan
sianotik dd /. Penyakit jantung rematik
- Anemia mikrositik hipokrom ec susspec penyakit kronis dd/ defisiensi FE
- Gizi buruk
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Echocardiograpy
- Asto
- Konsdul cardio
- Konsul gizi
- Konsul tumbuh kembang
IX. TATALAKSANA
Non medikamentosa :
Bed rest
- O2 2 liter/menit
- Diet : Makan lunak 1200 kal/ hari
- Balance diuresis
Medikamentosa :
- IVFD : - Furosemid 3x 10 mg iv
- Spirinolactone 2x12,5 mg IV
- Captopril 3x5 mg IV ( 0,3-0,5 mg/kgbb)
- Ampisilin 4x250 mg
- Kloramfenicol 4x200 mg
X. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad malam
14
Ad fungsionam
: dubia ad malam
Ad sanactionam
: dubia ad malam
Follow up
26 februari
2010 jam 8
Sesak +,
KU/Kes ; TSB/CM
belum tidur
terlentang, anak
lebih suka duduk
Td : 80/50 mmhg
Batuk +
demam (-),
Acut lung
O2 2 liter/menit
edema
ec
Diet : Makan lunak 1200
Congestive kal/ hari
heart failure
FC. IV ec
MIVFD : suspect
Furosemid 3x 10 mg iv
Penyakit
Spirinolactone 2x12,5 mg
Jantung
IV
Bawaan
15
(-/-)
Abdomen: buncit , tegang
sedikit berkurang , turgor
cukup, BU (+) normal,
hepar membesar -1/2,
limpa ttm
Ekskremitas: akral hangat
(+/+),
(+/+)
Edem ( -/-)
BC Per12jam
25-feb :22.00
Input : oral
: 600 cc
Inpus : -
(+/+)
Bc : -65
IWL : 165 cc
26-feb :10.00
Laju diuresis :
-------------------------------------------------------- 3, 7cc/kgBB/ jam
BC Per12jam
Input : oral
26-feb :10.00
26-feb :22.00
27 februari
2010 7:30
WIB
: 450 cc
Inpus : -
Bc : - 15
IWL : 165 cc
Laju diuresis :
-------------------------------------------------------- 2,7 cc/kgBB/ jam
S
Sesak berkurang,
KU/Kes ; TSS/CM
Td : 80/50 mmhg
Batuk +
demam (-), anak
lebih suka duduk
Acut lung
O2 2 liter/menit
edema
ec
Diet : Makan lunak 1200
Congestive kal/ hari
heart failure
FC. IV ec
MIVFD : suspect
Furosemid 3x 10 mg iv
Penyakit
Spirinolactone 2x12,5 mg
Jantung
IV
Bawaan
16
(-/-)
Abdomen: cembung ,
tegang berkurang , turgor
cukup, BU (+) normal,
hepar membesar -1/2,
limpa ttm
Ekskremitas: akral hangat
(+/+),
(+/+)
Edem ( -/-)
BC Per12jam
26-feb :22.00
Input : oral
: 500 cc
Inpus : -
(+/+)
Bc : -65
Laju diuresis : 3, 7cc/kgBB/ jam
27-feb :10.00
BC Per12jam
27-feb :10.00
Input : oral
: 400 cc
Inpus : -
Bc : -65
IWL : 165 cc
27-feb :22.00
BAB III
ANALISIS KASUS
Dari ilustrasi kasus diatas maka didapatkan dapat data yang mendukung diagnosis sebagai
berikut :
A. Acut lung edema ec Congestive heart failure FC. IV ec suspect Penyakit Jantung Bawaan
sianotik dd /. Penyakit jantung rematik
Hal ini didasarkan pada dari anamnesis didapatkan keluhan sesak semakin memberat saat
bermain dan pasien nampak cepat lelah. , pasien terbangun dari tidurnya saat sesak , pasien
tidak mau berbaring pasien lebih nyaman dalam posisi duduk . pasien tidak bisa tidur karena
jika tidur pasien akan sesak .hal ini sesauai dengan keluhan sesak yang berhubungan dengan
penyakit gagal jantung congesiteve dengan fungsional clas NYHA IV yakni gangguan pada
saat istirahat pasien tidak dapat melakukan aktivitas . adanya keluhan
perut pasien
membuncit , tangan dan kaki makin bengkak , selain itu wajah pasien membulat bengkak
terutama matanya. Memunjukan adanya asites dan edema anasarka yang menujukan
17
kegagalan jantung dalam mengatur sirkulasi. Adanya batuk tidak berdahak yang menyertai
sesak biasanya terjadi pada edema paru .
Arah diagnosis gagal jantung lebih ditegaskan lagi dari hasil pemeriksaan fisik yang
diperoleh keadaan umum Tampak sakit berat , sesak Tekanan darah dengan TD 90/60 mmHg
, Frekuensi nadi : 120 kali/menit, regular, isi kurang, Frekuensi napas: 44 kali/menit, cepat
dan dangkal dengan dispneu, bibir pucat, jvp meningkat, retraksi dinding dada, suara ronki
paru basah halus., kesan batas jantung yang melebar, serta didapat asites dan edema anasarka.
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan hasil rongen menujukan keadaan udem paru dan
kardiomegali. Adanya hipoalbumin mejelaskan adanya edema yang terjadi.
Namun demikian penyebab (etiologi) dari gagal jantung ini masih dalam observasi apakah
karena kelainan jantung bawaan atau kelainan jantung didapat hal ini didasarkan dari
anamnesa pasien dengan riwayat kebiruan saat menagisdan sering pinsan . namun
kemungkinan untuk penyakit jantung rematik pun masih dapat terjadi dengan adanya riwayat
batuk pilek yang sering. Oleh karena itu diusulkan pemeriksaan tambahan CRP, ASTO,
urin/feses rutin, elektrolit, dan ureum / creatinin serum, sehingga diharapkan dapat diketahui
etiologinya.
Tatalaksana pada pasien ini diberikan 02 2 liter per menit sebagai terapi oksigen pada pasien
CHF dengan keadaan sesak. Selain itu dilakukan balance cairan untuk monitoring dan
restriksi cairan yang ada dalam tubuh.
Terapi medika mentosa yang diberikan berupa furosemide ( 1-3 mg/ kg bb) dan sprinolacton
(1-3 mg/kg bb) diberikan sebagai diuretic untuk merekriksi cairan yang terdapat pada pasien
chf ini.
Pemberian captropril ACE I sebagai vesodilator yang ditujukan untuk memperbaiki preload
dan afterload sehingga didapatkan manfaat efek hemodinamik berupa peningkatan indeks
jantung dan ideks pemompaan , efek fungsional meningkatkan fraksi ejeksi ventrikel selain
itu efek terhadap ginjal dapat meningkatkan filtrasi glomerolus .
Selain obat diuretic dan vasodilator pada pasien ini jaga diberikan anti boiotik berupa
Ampisilin 4x250 mg ditujukan sebagai pegobatan profilaksis karena pada pasien ini
dicuriagai mengalami penyakit jantung rematik dengan riwayat sering batuk pilek saat usia 2
tahun. Dsedangkan pemberian Kloramfenicol 4x200 mg merupakan pengobatan profilaksis
karena pada pasien ini didapatkan keadaan gizi yang buruk dan hal itu merupakan factor
resiko untuk terjadinya infeksi .
18
BAB IV
TINJAUAN PUSTASKA
CONGESTIVE HEART FAILURE
DEFINISI
Gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk
memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh
karena gangguan primer otot jantung atau beban jantung yang berlebihan atau kombinasi
keduanya. (1)
Untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, jantung yang bertindak sebagai pompa
sentral akan memompa darah untuk menghantarkan bahan-bahan metabolisme yang
diperlukan ke seluruh jaringan tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk
dikeluarkan dari tubuh. (2)
Beban jantung yang berlebihan pada preload atau beban volume terjadi pada defek dengan
pirau kiri ke kanan, regurgitasi katup, atau fistula arteriovena. Sedangkan beban yang
19
berlebihan pada afterload atau beban tekanan terjadi pada obstruksi jalan keluar jantung,
misalnya stenosis aorta, stenosis pulmonal atau koarktasio aorta. (2)
Gagal jantung kongestif pada bayi dan anak merupakan kegawatdaruratan yang sangat
sering dijumpai oleh petugas kesehatan dimanapun berada. Keluhan dan gejala sangat
bervariasi sehingga sering sulit dibedakan dengan akibat penyakit lain di luar jantung. (3)
Gagal jantung yang merupakan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung
(cardiac output=CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Penurunan CO
mengakibatkan volume darah yang efektif berkurang.
Untuk mempertahankan fungsi sirkulasi yang adekuat, maka di dalam tubuh terjadi suatu
refleks
homeostasis
atau
mekanisme
kompensasi
melalui
perubahan-perubahan
20
1. Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau
bersamaan yaitu :
Beban tekanan
Beban volume
Aneurisma ventrikel
Disinergi ventrikel
21
keluar ganda, atresia tricuspid atau trunkus arteriosus biasanya juga terjadi pada periode ini.
(1)
Periode Anak
Gagal jantung pada penyakit jantung bawaan jarang dimulai setelah usia 1 tahun. Di negara
maju, karena sebagian besar pasien dengan penyakit jantung bawaan yang berat sudah
dioperasi, maka praktis gagal jantung bukan menjadi masalah pada pasien penyakit jantung
bawaan setelah usia 1 tahun. (1)
Patofisiologi Gagal Jantung
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem tubuh
melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak mampu
memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai dengan dengan
satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan
patologik berupa penurunan fungsi jantung.
Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan
untuk meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan pembuluh darah perifer
dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan aktivasi dari mekanisme
kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam oleh ginjal dan aktivasi
system saraf adrenergik. (3)
Kemampuan jantung untuk memompa darah guna memenuhi kebutuhan tubuh ditentukan
oleh curah jantung yang dipengaruhi oleh empar faktor yaitu: preload; yang setara dengan isi
diastolik akhir, afterload; yaitu jumlah tahanan total yang harus melawan ejeksi ventrikel,
kontraktilitas miokardium; yaitu kemampuan intrinsik otot jantung untuk menghasilkan
tenaga dan berkontraksi tanpa tergantung kepada preload maupun afterload serta frekuensi
denyut jantung.
Dalam hubungan ini, penting dibedakan antara kemampuan jantung untuk memompa (pump
function) dengan kontraktilias otot jantung (myocardial function). Pada beberapa keadaan
ditemukan beban berlebihan sehingga timbul gagal jantung sebagai pompa tanpa terdapat
depresi pada otot jantung intrinsik. Sebaliknya dapat pula terjadi depresi otot jantung
22
intrinsik tetapi secara klinis tidak tampak tanda-tanda gagal jantung karena beban jantung
yang ringan. (1)
Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan aktivitas
saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta pelepasan arginin vasopressin
yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan tekanan darah
yang adekuat. Penurunan kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah jantung yang
selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan penurunan volume darah arteri yang
efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral. (4)
Vasokonstriksi dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah
sedangkan peningkatan preload akan meningkatkan kontraktilitas jantung melalui hukum
Starling. Apabila keadaan ini tidak segera teratasi, peninggian afterload, peninggian preload
dan hipertrofi/ dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal
jantung yang tidak terkompensasi.(4)
Manifestasi Klinik Gagal Jantung
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya gagal
jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua ventrikel
mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung. (1,6)
Pada bayi, gejala Gagal jantung biasanya berpusat pada keluhan orang tuanya bahwa bayinya
tidak kuat minum, lekas lelah, bernapas cepat, banyak berkeringat dan berat badannya sulit
naik. Pasien defek septum ventrikel atau duktus arteriosus persisten yang besar seringkali
tidak menunjukkan gejala pada hari-hari pertama, karena pirau yang terjadi masih minimal
akibat tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis yang masih tinggi setelah beberapa
minggu (2-12 minggu), biasanya pada bulan kedua atau ketiga, gejala gagal jantung baru
nyata.
Anak yang lebih besar dapat mengeluh lekas lelah dan tampak kurang aktif, toleransi
berkurang, batuk, mengi, sesak napas dari yang ringan (setelah aktivitas fisis tertentu),
sampai sangat berat (sesak napas pada waktu istirahat).
23
Pasien dengan kelainan jantung yang dalam kompensasi karea pemberian obat gagal jantung,
dapat menunjukkan gejala akut gagal jantung bila dihadapkan kepada stress, misalnya
penyakit infeksi akut. (1)
Pada gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri yang terjadi karena adanya gangguan
pemompaan darah oleh ventrikel kiri, biasanya ditemukan keluhan berupa perasaan badan
lemah, berdebar-debar, sesak, batuk, anoreksia, keringat dingin.
Tanda obyektif yang tampak berupa takikardi, dispnea, ronki basah paru di bagian basal,
bunyi jantung III, pulsus alternan. Pada gagal jantung kanan yang dapat terjadi karena
gangguan atau hambatan daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan
menurun, tanpa didahului oleh adanya Gagal jantung kiri, biasanya gejala yang ditemukan
berupa edema tumit dan tungkai bawah, hepatomegali, lunak dan nyeri tekan; bendungan
pada vena perifer (vena jugularis), gangguan gastrointestinal dan asites. Keluhan yang timbul
berat badan bertambah akibat penambahan cairan badan, kaki bengkak, perut membuncit,
perasaan tidak enak di epigastrium. (2)
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
Pada kasus akut, gejala yang khas ialah gejala edema paru yang meliputi : dyspnea,
orthopnea, tachypnea, batuk-batuk dengan sputum berbusa, kadang-kadang hemoptisis,
ditambah gejala low output seperti : takikardi, hipotensi dan oliguri beserta gejala-gejala
penyakit penyebab atau pencetus lainnya seperti keluhan angina pectoris pada infark miokard
akut. Apabila telah terjadi gangguan fungsi ventrikel yang berat, maka dapat ditemukn pulsus
alternan. Pada keadaan yang sangat berat dapat terjadi syok kardiogenik.(4)
Diagnosis Gagal Jantung
24
Bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami gangguan
pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan. Tanda yang penting adalah
takikardi (150x/mnt atau lebih saat istirahat), serta takipne (50x/mnt atau lebih saat istirahat).
Pada prekordium dapat teraba aktivitas jantung yang meningkat.
Bising jantung sering ditemukan pada auskultasi, yang tergantung dari kelainan struktural
yang ada. Terdapatnya irama derap merupakan penemuan yang berarti, khususnya pada
neonatus dan bayi kecil. Ronki juga sering ditemukan pada gagal jantung. Bendungan vena
sistemik ditandai oleh peninggian tekanan vena jugular, serta refluks hepatojugular.
Kedua tanda ini sulit diperiksa pada neonatus dan bayi kecil, tampak sianosis perifer akibat
penurunan perfusi di kulit dan peningkatan ekstraksi oksigen jaringan ekstremitas teraba
dingin, pulsasi perifer melemah, tekanan darah sistemik menurun disertai penurunan capillary
refill dan gelisah. Pulsus paradoksus (pirau kiri ke kanan yang besar), pulsus alternans
(penurunan fungsi ventrikel stadium lanjut). Bising jantung menyokong diagnosis tetapi tidak
adanya bising jantung tidak dapat menyingkirkan bahwa bukan gagal jantung. (1,3)
Foto dada : dengan sedikit perkecualian, biasanya disertai kardiomegali. Paru tampak
bendungan vena pulmonal. (1)
Pada tahun 1994, New York Heart Association mempublikasikan revisi dari klasifikasi
fungsional penderita gagal jantung :34
Klasifikasi Fungsional
I.
II.
25
III.
. Pembatasan pada aktivitas fisik : walaupun pasien nyaman saat istirahat, sedikit
melakukan aktivitas biasa saja dapat menimbulkan gejala.
IV.
Anak-anak dengan gagal jantung sering disertai gangguan pertumbuhan dan tidak ada
kenaikan berat badan. Hal ini dapat disebabkan antara lain :5
1. Pemasukan energi yang buruk karena dispne atau keletihan;
2. Penyerapan terganggu karena perfusi usus yang tidak adekuat;
3. Peningkatan kebutuhan kalori bila dispne atau menderita karena infeksi konkomitan.
26
1. Tirah baring, posisi setengah duduk. Sedasi kadang diperlukan : Luminal 2-3
mg/kgBB/dosis tiap 8 jam selama 1-2 hari.
2. Oksigen. Diberikan oksigen 30-50% dengan kelembaban tinggi supaya jalan nafas tidak
kering dan memudahkan sekresi saluran nafas keluar.
3. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
4. Pembatasan cairan dan garam. Dianjurkan pemberian cairan sekitar 70-80% dari
kebutuhan. Restriksi gram jangan terlalu ketat, pada anak garam <0,5 g/hari.
5. Pemantauan hemodinamik yang ketat. Pengamatan dan pencatatan secara teratur pada
berat badan, kesadran, tekanan darah, frekuensi denyut jantung, pernafasan, nadi perifer,
keseimbangan asam basa
6. Hilangkan faktor yang memperberat : atasi demam, anemia, infeksi jika ada.
7. Penatalaksanaan diit pada penderita yang disertai malnutrisi, memberikan gambaran
perbaikan pertumbuhan tanpa memperburuk gagal jantung kongestif bila diberikan makanan
pipa yang terus-menerus.
Penatalaksanaan secara medikamentosa dapat dengan pemberian obat anti gagal jantung
seperti diuretik, vasodilator, dan digitalis.2,3
Diuretik dipergunakan untuk mengurangi preload, karena bersifat menahan kalium, perlu
diperhatikan kadar kalium dalam darah. Obat yang dapai digunakan diantaranya Furosemid
0,5-2 mg/kgBB/dosis i.v. (2-4 kali per hari), atau 1-2 mg/kgBB/dosis oral (1-3 dosis terbagi).
Dapat pula diberikan diuretik hemat kalium Spironolakton 2-3 mg/kgBB/hari (oral) dalam 23 dosis terbagi. Kombinasi Furosemid dan Spironolakton biasa digunakan.1,3
Vasodilator bekerja dengan cara mengurangi preload (golongan venodilator) dan/atau
afterload (golongan arteriodilator). Pemberian vasodilator memerlukan pengamatan yang
ketat terhadap pengisian jantung dan tekanan darah arteri. Vasodilator terdiri dari vasodilator
arterioral (hidralazin), venodilator (nitrogliserin, isosorbid dinitrat), dan gabungan (kaptopril,
enalapril).1,3
Digitalis merupakan obat anti gagal jantung yang paling banyak dipakai pada bayi dan anak.
Bersifat inotropik positif dan kronotropik negatif yang akan meningkatkan curah jantung.
27
Preparat yang sering diuganak adalah Digoxin dengan dosis pada anak 0,04 0,05
mg/kgBB/hari.1,2,3
Pengaturan diit pada penderita penyakit jantung tidak kalah pentingnya dari penatalaksanaan
secara medikamentosa. Tujuan memberikan diit pada penderita penyakit jantung adalah :6
1. Untuk memberikan cukup makanan agar anak tumbuh dan berkembang optimal, tanpa
memberatkan beban jantung.
2. Mengurangi dan mencegah retensi garam / air dalam jaringan tubuh dan menurunkan
tekanan darah bila ada hipertensi.
3. Menyiapkan anak dengan kelainan jantung bawaan sehingga kondisinya memungkinkan
untuk tindakan operasi.
Pembedahan :
- Penyakit jantung bawaan (paliatif, korektif)
- Penyakit jantung didapat (valvuloplasti, penggantian katup)
Komplikasi Gagal Jantung
Pada bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami gangguan
pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan. Pada gagal jantung kiri
dengan gangguan pemompaan pada ventrikel kiri dapat mengakibatkan bendungan paru dan
selanjutnya dapat menyebabkan ventrikel kanan berkompensasi dengan mengalami hipertrofi
dan menimbulkan dispnea dan gangguan pada sistem pernapasan lainnya. Pada gagal jantung
kanan dapat terjadi hepatomegali, ascites, bendungan pada vena perifer dan gangguan
gastrointestinal. (1,3,6)
Prognosis Gagal Jantung
Pada sebagian kecil pasien, gagal jantung yang berat terjadi pada hari/ minggu-minggu
pertama pasca lahir, misalnya sindrom hipoplasia jantung kiri, atresia aorta, koarktasio aorta
atau anomali total drainase vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka, terapi
medikmentosa saja sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan segera setelah pasien
28
stabil. Kegagalan untuk melakukan operasi pada golongan pasien ini hampir selalu akan
berakhir dengan kematian. (1,3)
Pada gagal jantung akibat PJB yang kurang berat, pendekatan awal adalah dengan terapi
medis adekuat, bila ini terlihat menolong maka dapat diteruskan sambil menunggu saat yang
bik untuk koreksi bedah. (1,4)
Pada pasien penyakit jantung rematik yang berat yang disertai gagal jantung, obat-obat gagal
jantung terus diberikan sementara pasien memperoleh profilaksis sekunder, pengobatan
dengan profilaksis sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung. (1)
DAFTAR PUSTAKA
1. Oesman I.N, 1994. Gagal Jantung. Dalam buku ajar kardiologi anak. Binarupa Aksara.
Jakarta. Hal 425 441
2. Abdurachman N. 1987. Gagal Jantung. Dalam Ilmu Penyakit Dalam. Balai penerbit FKUI.
Jakarta. Hal 193 204
3. Ontoseno T. 2005. Gagal Jantung Kongestif dan Penatalaksanaannya pada Anak.
Simposium nasional perinatologi dan pediatric gawat darurat. IDAI Kal-Sel. Banjarmasin.
Hal 89 103
29
4. Kabo P, Karim S. 1996. Gagal Jantung Kongestif. Dalam : EKG dan penanggulangan
beberapa penyakit jantung untuk dokter umum. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 187 205
5. Price, Sylvia A 1994. Gangguan Fungsi Mekanis Jantung dan Bantuan Sirkulasi. Dalam :
Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. EGC. Jakarta. 582 593
6. Mappahya, A.A. 2004. Dari Hipertensi Ke Gagal Jantung. Pendidikan Profesional
Berkelanjutan Seri II. FKUH. Makassar. 2004.
7. Sukman Tulus Putra, dkk. Gagal Jantung pada Bayi dan Anak dalam Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak, Edisi I, Jakarta, Badan Penerbit IDAI, 2005. hal : 143 146.
8. Bambang Madiyono, dkk. Gagal Jantung dalam Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi
dan Anak, Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2005. hal : 55 61.
9. American Heart Association. 1994 Revisions to Classification of Functional Capacity and
Objective Assessment of Patients With Diseases of the Heart.
Downloaded from : http://www.americanheart.org/
10. Moore, Mary Courtney. Penyakit Jantung dalam Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi,
Edisi II, alih bahasa Liniyanti D. Oswari, Jakarta, Hipokrates, 1997. hal : 274 276.
11. IGK. Suandi. Diit pada Penyakit Jantung, dalam Seri Gizi Klinik Diit pada Anak Sakit,
Jakarta, EGC, 1999. hal : 75 80.
30