Disusun oleh:
Eko Prayoga
1110103000059
Disusun oleh:
Eko Prayoga
NIM: 1110103000059
Penguji
JAKARTA
2015
ii
IDENTITAS DIRI
NIM : 1110103000059
Angkatan : 2010
Eko Prayoga
iii
DAFTAR ISI
iv
3.1.......................................................................................La
poran Kegiatan .............................................................. 62
3.2.......................................................................................Re
fleksi Kegiatan ............................................................... 64
4. HOME VISIT ......................................................................... 72
4.1.......................................................................................La
poran Kegiatan .............................................................. 72
4.2.......................................................................................Re
fleksi Kegiatan ............................................................... 74
KEGIATAN MINI-CEX ................................................... 80
Refleksi Kegiatan Mini-CEX ..................................................... 81
ii
KEGIATAN INTERNAL
1
LAPORAN KEGIATAN
Deskripsi Kegiatan :
Pasien yang datang saat itu, adalah pasien yang sudah pernah mengunjungi
fasilitas pelayanan kesehatan di klinik maupun puskesmas jalan emas sebelum
nya. Sambil melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik,saya juga menganjurkan
untuk pasien melakukan pemeriksaan tambahan lanjutan untuk menegakan
diagnosis yang saya duga pada pasien ini. Saya melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik kemudian saya konfirmasi hasil yang saya dapat kepada
dr.Zairin selaku pembimbing saya di puskesmas Jalan Emas.
Jadi pasien yang datang hari ini adalah pasien yang pernah mengalami
sakit TB dan sudah konsumsi obat TB kemudian sudah di nyatakan sembuh.
Namun sekarang pasien mengeluh batuk-batuk lagi. Karena hal itu, yang ada di
pikiran saya ada kemungkinan pasien ini mengalami TB yang kambuh. Setelah
saya selesai anamnesis dan pemeriksaan fisik, saya menemui dr.zairin dan
menjelaskan apa yang saya duga. Karena hal itu kemudian dr.zairin meminta
pasien tersebut untuk melakukan rangkaian pemeriksaan berupa pemeriksaan
rontgen dan pemeriksaan dahak tiga kali yaitu sewaktu,pagi dan sewaktu. Karena
1
di puskesmas tidak ada sarana dan prasarana maka pasien di anjurkan untuk
periksa di laboratorium luar puskesmas.
Diagnosis Holistik :
Aspek personal:
Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 bulan yang lau.
Pasien kuatir karena batuk berdahaknya tidak kunjung sembuh padahal
sudah berobat 3 kali di dokter umum. Pasien memiliki harapan untuk
sembuh
Aspek klinis:
Bronkitis
Aspek faktor internal:
Pasien adalah seorang Perempuan, berusia 55 tahun
Aspek faktor eksternal:
Pasien tinggal di perkampungan yang cukup padat dan rumah pasien
memiliki ventilasi yang kurang karena jendelanya tidak bisa dibuka
Keluarga pasien termasuk ke dalam ekonomi menengah kebawah, dengan
pendidikan terahir pasien adalah SD. Pasien terkadang memiliki kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Aspek skala fungsional:
Derajat 1
Tatalaksana:
Non-farmakologi:
- Istirahat yang cukup, dan selalu minum obat secara teraturselama 6 bulan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien
- Menganjurkan untuk menggunakan masker, atau selalu menutup mulut
dengan menggunakan lengan saat batuk dan bersin
- Tidak membuang dahak di sembarang tempat
- Selalu membuka jendela rumah agar ventilasi udara dalam rumah cukup
- Makan makanan yang bergizi, tidak ada pantangan makan
- Rutin menjemur alas tidur agar tidak lembab.
2
Farmakologi:
3
REFLEKSI KEGIATAN
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya benar antara lain
adalah mencoba mendiagnosis dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
saya dapat. Mekipun saya sempat terkecoh dengan riwayat penyakit pasien yang
dahulu. Saya juga mencoba menjelaskan tentang kemungkinan-kemungkinan
penyakit yang diderita pasien dengan bahasa sehari-hari, sehingga sebisa mungkin
pasien menjadi paham. Selain itu, saya juga menjelaskan pula mengenai anjuran-
anjuran yang sebaiknya dilakukan oleh pasien, dan berapa banyak obat yang harus
diminum, serta efek samping apa yang mungkin dapat timbul.
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat
antara lain adalah saya terlalu yakin akan satu diagnosis, saya tidak memikirkan
kemungkinan diagnosis lain atau diagnosis banding yang lain. Saya juga masih
sedikit bingung jika menyimpulkan diagnosis sebelum dilakukan nya pemeriksaan
penunjang.
4
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus
tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang
terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang
terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.
5
Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang
didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling
sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin
saja seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan
batuk mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.
Jenis Bronkitis:
1.Bronkitis akut
Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan
jalan napas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung
singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski
ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada
terasa berat, dan batuk berkepanjangan.
2.Bronkitis kronik
Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di
masyarakat. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang
kronik, persisten dan progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis
yang sering dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat
penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan bronkitis kronik yang dapat
memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan mempercepat kerusakan
yang telah terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga
berpengaruh terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit ini berlangsung lebih
lama dibandingkan bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1 tahun dengan
frekuensi batu produktif 3 bulan selama 2 tahun berturut-turut.
Komplikasi Bronkitis
Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:
1.Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
2. Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
3.Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
4.Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.
6
Pengobatan
1. Antibiotika
a. Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan
pada protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai
reseptor pada bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat
transpeptidasi dari peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam
dinding sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati.
Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.
b.Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh
yang dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat
berkembang menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin.
Generasi awal mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran
kencing. Generasi berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin,
enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan
spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi infeksi community-acquired
maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin
tersedia sebagai preparatparenteral yang memungkinkan penggunaanya secara
luas baik tunggal maupun kombinasi dengan agen lain.
7
sehingga mudah dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin.
Guaifenesin bekerja dengan cara mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum
sehingga meningkatkan efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari
saluran pernapasan.
Gejala sisa akibat TB masih sering ditemukan pada pasien pasca TB dalam
praktik klinik. Gejala sisa yang paling sering ditemukan yaitu gangguan faal paru
dengan kelainan obstruktif yang memiliki gambaran klinis mirip Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK). Inilah yang dikenal sebagai Sindrom Obstruksi Pasca
TB (SOPT).
Patogenesis timbulnya SOPT sangat kompleks, dinyatakan bahwa
kemungkinan penyebabnya adalah akibat infeksi TB yang dipengaruhi oleh reaksi
imunologis perorangan sehingga terjadi mekanisme makrofag aktif yang
menimbulkan reaksi peradangan nonspesifik yang luas. Peradangan yang
berlangsung lama ini menyebabkan proses proteolisis dan beban oksidasi sangat
meningkat untuk jangka lama sehingga destruksi matriks alveoli terjadi cukup
luas dan akhirnya mengakibatkan gangguan faal paru yang dapat dideteksi dengan
uji faal paru.. Puncak terjadinya gangguan faal paru pada pasien pasca TB terjadi
dalam waktu 6 bulan setelah diagnosis
Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan adalah karena terbatas nya sarana dan prasarana di
puskesmas, tidak seperti biasa nya di rumah sakit. Jika dipuskesmas, maka pasien
harus memeriksaan laboratarium di luar puskesmas dan kadang hal ini yang
membuat pasien malas untuk kembali lagi ke puskesmas karena merasa repot
harus bolak balik ke laboratorium dan puskesmas.
Ketika melakukan kegiatan di bagian BP umum ini, saya belajar dan lebih
memahami mengenai menetapkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Seharus nya dari anamnesis sudah bisa di dapatkan 80%
kemungkinan untuk diagnosis. Harus nya anamnesis yang saya lakukan bisa lebih
8
lengkap dan bisa menyingkirkan diagnosis banding yang lain ataupun bisa
mengarahkan ke suatu diagnosis kerja.
Dari kasus ini, saya melihat bahwa dengan melakukan anamnesis yang
baik, dapat mencegah terjadi nya salah diagnosis. Di sini juga saya belajar
bagaimana memberikan edukasi yang baik, diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan pasien untuk berobat dan mencegah penularan pada anggota keluarga
yang lain. Untuk itu, sebagai seorang dokter yang juga merupakan seorang
comunicator, hendaknya kita harus menjelaskan penyakit pasien secara jelas
dengan bahasa yang sederhana agar pasien dapat memahaminya, serta
memberikan anjuran-anjuran yang bermanfaat.
Daftar Pustaka:
1. Pudjo A. Tuberkulosis. Dalam: Amin F. dkk. Editor. Pengantar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press. 2010.
2. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2011
9
3. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2014
LAMPIRAN
Anamnesis:
10
laboratorium, dahak dan foto Thoraks. Saat ini pasien datang ke
Puskesmas dengan membawa hasil-hasil pemeriksaannya tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya. Pasien pernah minum obat paru selama 6 bulan . Pasien
minum obat paru selama 6 bulan hingga selesai dan pasien sudah
dinyatakan sembuh dari penyakit TB. Riwayat alergi makanan maupun
obat, Riwayat sakit asma, kencing manis, darah tinggi, sakit jantung juga
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga: Menurut pasien, ayah pasien juga dahulu
pernah batuk-batuk lama seperti pasien namun sudah sembuh karena
minum obat. Riwayat minum obat paru selama 6 bulan pada anggota
keluarga yang lain sebelumnya disangkal. Riwayat alergi makanan
maupun obat, sakit asma, kencing manis, maupun sakit paru sebelumnya
juga disangkal. Ibu pasien meninggal karena sakit jantung dan darah
tinggi.
Riwayat sosial dan kebiasaan: Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok.
Adik pasien yang tinggal serumah memiliki kebiasaan merokok sejak usia
20 tahun, sebanyak sekitar ½ bungkus/hari. Pasien tinggal di daerah
perkampungan yang tidak terlalu padat. Pasien mengaku, tempat
tinggalnya memiliki ventilasi yang kurang karena jendelanya tidak bisa
dibuka dan tidak terlalu lembab. Pasien mengaku, tetangga pasien ada
yang telah mengalami keluhan yang sama dengan pasien dan saat ini
sedang menjalani pengobatan rutin paru sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik :
11
o Inspeksi: Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi
sela iga (-), pelebaran sela iga (-)
o Palpasi : vocal fremitus hemithoraks kanan dan kiri simetris
o Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
batas paru-hepar: ICS VI línea mid-clavicularis dextra
batas paru-lambung: ICS VII línea axilaris anterior sinistra
o Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/- di ke dua
apeks paru, wheezing -/-
Diagnosis: bronkitis
Tatalaksana:
Non-farmakologi:
Farmakologi:
12
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :
13
LAPORAN KEGIATAN
Deskripsi Kegiatan :
Pada hari senin pagi sekitar pukul 07.45 WIB, kelompok kami telah
berkumpul di Puskesmas Jalan Emas. Kegiatan pelayanan di Puskesmas Jalan
Emas di mulai pada pukul 08.00 WIB, saat kegiatan pelayanan telah dimulai,
kami kemudian melaksanakan kegiatan dan tugas masing-masing sesuai dengan
jadwal roling kegiatan yang telah kami buat. Hari ini, saya mendapatkan jadwal
untuk bertugas di bagian BP Anak.
14
sedikit kesulitan karena pasien rewel. Saya harus bersabar dan mencoba untuk
menenangkan pasien. Saya melakukan pemeriksaan fisik dengan posisi pasien
berbaringdi tempat tidur. Kemudian saya mencoba untuk menegakkan diagnosis
pada pasien dan menentukan tatalaksananya, dengan bimbingan oleh bidan dan
perawat.
Diagnosis Holistik :
Aspek personal
Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 1hari sebelum ke puskesmas.
Sehari bisa mencret sebanyak 5 kali.Mencret tidak di sertai darah dan tidak
disertai lendir. Ibu pasien berharap keluhan pasien tidak bertambah parah,
dan pasien dapat cepat sembuh
Aspek klinis
Diare akut tanpa dehidrasi
Aspek faktor internal
Pasien adalah seorang anak laki-laki, berusia 1 tahun.
Aspek faktor eksternal
Sekitar 3 hari lalu, kakak pasien mengalami mencret. Pasien tinggal di
kawasan padat penduduk dan rumah pasien dekat dengan sungai yang
agak kotor, dimana warga sekitar sering buang air besar di sungai tersebut.
Aspek skala fungsional
Derajat 1
Tatalaksana:
Non-farmakologi:
15
- Beri minum oralit tiap kali pasien buang air besar
- Banyak konsumsi buah pisang
- Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan. Namun jika terdapat
tanda seperti tiba-tiba anak menjadi lemas, tidak mau minum, mata tampak
cekung, bibir terlikat kering, anak harus segera dibawa berobat kembali.
Farmakologi:
16
REFLEKSI KEGIATAN
17
mata tampak cekung, bibir terlikat kering, anak harus segera dibawa berobat
kembali.
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya benar antara lain
adalah saya mencoba melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik lalu saya
menegakkan diagnosis sesuai dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan tersebut.
Saya mencoba menjelaskan tentang sakit apa yang dialami pasien kepada ibu
pasien, yaitu sakit diare akut. Saya juga mencoba menjelaskan obat-obat yang
digunakan, dan saya jelaskan bahwa saat ini pasien belum perlu diberikan obat
antibiotik terlebih dahulu.
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat
antara lain adalah saya belum bisa menentukan penyebab diare akut pada pasien
ini, hal ini karena di puskesmas tidak ada fasilitas untuk periksa darah tidak
seperti yang biasa dilakukan di RSUP Fatmawati. Namun, berdasarkan yang saya
pelajari biasanya diare pada anak banyak disebabkan oleh virus maka saya tidak
memberikan antibiotik. Saya memberitahu pada ibu pasien bahwa anaknya sedang
sakit diare akut, namun saya tidak memberi tahu bahwa diare akut yang sedang
dialami pasien ini adalah jenis diare akut tanpa dehidrasi. Saya juga tidak bisa
menjelaskan apa penyebab diare pada anak ini.
Diare akut pada anak adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari
3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu1. Berdasarkan secara
klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
(disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensidan sebab-sebab lainnya 2. Untuk menentukan
diagnosis diare, kite perlu melakukan anamnesis yang lengkap dimanadalam
anamnesis diare akut, hal-hal yang perlu ditanyakan adalah sebagai berikut: lama
diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah.
Bila disertai muntah: volume dan frekuensi muntah. Kencing: biasa, berkurang,
jarang tau tidak kencing dalam 6-8 jam terahir. Makanan dan minuman yang
diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti
sesak, batu, pilek dan lain-lain1.
18
MTBS (manajemen terpadu balita sakit) merupakan suatu pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit di fasilitas kesehatan tingkat dasar.
MTBS ini berisi kombinasi tatalaksana kasus (kuratif) dengan perbaikan gizi,
imunisasi dan konseling (promotif, preventif). Pelaksana MTBS adalah dokter
atau paramedis (perawat, bidan). MTBS ini bukanlah untuk pasien rawat inap3.
Tatalaksana untuk terapi diare tanpa dehidrasi antara lain adalah menerangkan 5
langkah terapi diare di rumah, sebagai berikut2:
19
20
Mengapa itu Terjadi:
Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan terjadi karena ada beberapa sarana dan prasarana yang
masih terbatas. Hal ini termasuk tidak ada nya sarana dan prasarana untuk
melakukan cek darah. Sehingga tidak dapat di lihat penyebab dari diare nya apa,
dan berakibat mempengaruhi dari tatalaksana nya itu sendiri.
Selama ini yang saya hanya mempelajari teori, dan ketika melakukan
kepaniteraan klinik di RSUP Fatmawati, kebanyakan kondisi disana hampir
serupa dengan apa yang terdapat pada teori. Namun, saat berada di Puskesmas
Jalan Emas ini, saya menyadari bahwa tidak selamanya kondisi dilapangan akan
selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan terutama untuk keterbatasan sarana
dan prasana.Saya jadi belajar bagaimana menyikapi keterbatasan yang ada dan
melatih agar tidak terlalu bergantung dari pemeriksaan penunjang untuk
menentukan diagnosis. Saya juga menyadari bahwa saya masih memiliki banyak
kekurangan dan keterbatasan.
21
Nilai Agama dan Profesionalisme yang Terkait:
Dari kasus ini, saya belajar bahwa saya harus banyak bersabar terutama
dalam menghadapi pasien-pasien anak yang biasanya kebanyakan kurang
kooperatif. Mencoba untuk berempati pada pasien dapat menciptakan kesan yang
baik, sehingga pasien akan lebih percaya kepada kita, dengan demikian anjuran-
anjuran yang kita sampaikan akan benar-benar didengarkan dan dikerjakan oleh
pasien
Daftar Pustaka:
1. Bambang S & Nurtjahjo B.S. Diare Akut. Dalam: Mohammad J., dkk. Buku
Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2012.
2. Dikertorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku
Saku Petugas Kesehata: Lintas Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI,
2011.
3. Departemen Kesehatan RI. Buku Bagan: Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2008.
22
Feedback dari PembimbingPuskesmas :
TTD .........................
Nama Pembimbing dr. Zairin Rambe
TTD .........................
dr.Fadli
TTD.........................
dr. Risahmawati
LAMPIRAN
23
Kopi Rekam Medis:
Anamnesis:
Pemeriksaan Fisik :
24
Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos mentis
Tanda vital: frekuensi nadi 96x/menit, nafas 25 x/menit, suhu 36,5º C
Berat badan: 12 Kg, Tinggi badan: 77 cm
Kelopak mata cekung -/-, mukosa bibir basah, turgor kembali cepat. Lain-
lain dalam batas normal. Status dehidrasi: kesan tanpa dehidrasi.
Tatalaksana:
Non-farmakologi:
Farmakologi:
Dokumentasi
25
LAPORAN KEGIATAN
26
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
Deskripsi Kegiatan :
Pada hari itu, sekitar pukul 08.30, datang seorang ibu hamil berusia 30
tahun dengan usia kehamilan 7 minggu yang berencana untuk memeriksakan
kehamilannya. Selama hamil ini adalah kali ke 2 ibu ini memeriksakan
kehamilannya. Setelah melakukan ananmesis saya lanjutkan dengan melakukan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan status obstetri. Hasil dari pemeriksaan
tersebut saya catat di buku kesehatan ibu dan anak yang selalu dibawa oleh ibu
setiap kali kontrol, dan saya jugamencatat di kertas dokumen ante natal care.
Kemudian saya lakukan edukasi kepada ibu hamil tersebut apa pantangan dan apa
yang harus di lakukan saat hamil pada trimester pertama ini, dan setelah selesai
melakukan edukasi saya jugamemberikan resep untuk vitamin yang akan di bawa
pulang dan dikonsumsi rutin setiap hari nya yang berguna untuk kehamilan ibu
nn.
Saat di tempatkan di bagian kia pada hari itu saya berupaya melakukan
kegiatan dengan sebaik mungkin mengingat saya telah mendapatkan ilmu di
bagian kandungan dan kebidanan,jadi saya tidak merasa canggung untuk
27
melakukan anamnesis maupun pemeriksaan pada ibu hamil,tindakan yang saya
lakukan sudah baik mulai dari anamnesis, melakukan pemeriksaan tekanan darah,
pemeriksaan fisik ibu hamil, dan edukasi yang saya lakukan. Saya memeriksa
kehamilan di ruangan yang tertutup, pasien saya persilahkan untuk tidur dan
mengangkat baju nya sedikin untuk di lakukan pemeriksaan leopold,berhubung
usia kehamilan baru 7 minggu jadi saya melakukan pemeriksaan berdsarkan
kelayakan usia kehamilan.
Diagnosis Holistik :
Aspek personal
Pasien datang karena ingin memeriksakan kondisi kehamilannya.
Aspek klinis
G2P1A0 Hamil 7 minggu
Aspek faktor internal
Pasien adalah seorang perempuan berusia 26 tahun.
Aspek faktor eksternal
Pasien adalah seorang tamatan SMA. Tempat tinggal pasien cukup dekat
dengan puskesmas jalan emas. Suami pasien adalah seorang buruh
bangunan, jadi pasien sering ditinggal pergi bekerja oleh suaminya.
Aspek skala fungsional
Derajat 1
Tatalaksana:
Non-farmakologi:
28
Farmakologi:
29
REFLEKSI KEGIATAN
30
berat. Pada hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat
kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah,
hipokalemia dan ketonuria, sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di
rumah sakit.
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya benar antara lain
adalah saya mencoba melakukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan berat
badan, tekanan darah, lingkar lengan atas, tanda edema, serta pemeriksaan status
generalis yang lain. Saat melakukan pemeriksaan status obstetri, saya lakukan di
tempat yang tertutup pada pasien dengan posisi pasien tidur terlentang diatas bed
periksa, saya berdiri di sisi kanan pasien, dan bagian perutnya saya buka bajunya.
Saya melakukan pemeriksaan leopold I-III, dan saya dengarkan DJJ nya.
Meskipun pemeriksaan leopold pada usia kehamilan 7 minggu seperti ini belum
bisa di periksa apa-apa, namun saya melakukan nya agar memberi sugesti pada
pasien ini bahwa dia di periksa oleh dokter. Kemudian saya beri anjuran seperti
Istirahat yang cukup, dan selalu menjaga kondisi kesehatanya, Segera berobat bila
timbul gejala mulas, keluar air-air atau keluar darah, Konsumsi makanan yang
bergizi dan sehat, Minum suplemen secara teratur, dan Kontrol ulang setidaknya 1
bulan kemudian.
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat
antara lain adalah tidak melakukan pemeriksaan secara sistematis, jadi saya
melakukan anamnesis tidak secara berurutan, dan saya terkadang melompat-
lompat antara anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa riwayat pasien ada yang
tidak saya tanyakan seperti, riwayat kontrasepsi yang pernah dia pakai, bagaimana
kesiapan keluarga dalam menghadapi persalinan. Saya juga tidak menanyakan
apakah pasien pernah melakukan pemeriksaan USG selama kehamilan ini. Saya
juga tidak melakukan pemeriksaan Inspeksi vulva/perineum, pemeriksaan VT,
dan pemeriksaan Inspekulo. Saat memberikan edukasi saya juga tidak
menanyakan tentang persiapan persalinan nantinya serta rencana melakukan KB
setelah persalinan nanti.
31
yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar
suami/pasangan atau anggota keluarga1. Untuk memantau kehamilan ibu, gunakan
buku KIA. Buku diisi setiap kali ibu melakukan kunjungan antenatal, lalu berikan
kepada ibu untuk disimpan dan dibawa kembali pada kunjungan berikutnya1.
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) wajib dimiliki oleh setiap ibu hamil,
karena materi konseling dan edukasi yang perlu diberikan tercantum di buku
tersebut.Pastikan bahwa ibu memahami hal-hal berikut, seperti Persiapan
persalinan (misalnya Siapa yang akan menolong persalinan, Dimana akan
melahirkan, Dukungan biaya), Pentingnya peran suami atau pasangan dan
keluarga selamakehamilan dan persalinan, Tanda-tanda bahaya yang perlu
diwaspadai (Sakit kepala lebih dari biasa, Perdarahan per vaginam, Gangguan
penglihatan, Pembengkakan pada wajah/tangan, Nyeri abdomen, Mual dan
muntah berlebihan, Demam, Janin tidak bergerak sebanyak biasanya), Penyakit
yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin misalnya hipertensi, TBC,
32
HIV, serta infeksi menular seksual lainnya, Perlunya menghentikan kebiasaan
yang berisiko bagi kesehatan,seperti merokok dan minum alkohol, Program KB
terutama penggunaan kontrasepsi pascasalin, Kesehatan ibu termasuk kebersihan,
aktivitas, dan nutrisi1.
Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan salah satunya terjadi karena merupakan kebijakan
pemerintah dalam menetapkan bahwa pemberian obat pada pasien yang
berkunjung di Puskesmas Jalan Emas ini maksimal hanya akan mendapat obat
sebnayak 30 biji. Beberapa sarana dan prasarana yang masih terbatas, juga ikut
mempengaruhi timbulnya perbedaan tersebut. Selain itu, karena pengalaman saya
yang masih kurang dan saya terkadang lupa, sehingga saya mengerjakannya
kurang sistematik dan masih ada beberapa hal yang mungkin tidak saya lakukan.
Dari kegiatan ini selain belajar mengenai cara pemeriksaan ante natal care
pada Ibu hamil, saya juga mempelajari bagaimana pengisian dokumen-dokumen
ante natal care. Selain itu saya juga belajar mengenai cara memberikan konseling,
informasi dan edukasi pada ibu hamil.
33
Apa yang Perlu dipelajari Lebih lanjut:
Dari kasus ini, saya belajar bahwa sebagai seorang dokter hendaknya kita
memeriksa pasien dengan gentleman dan harus sebisa mungkin tidak melakukan
tindakan-tindakan yang dapat memperburuk keadaan pasien, apalagi seorang Ibu
hamil seperti ini.
Daftar Pustaka:
34
Feedback dari PembimbingPuskesmas :
dr.Risahmawati TTD.........................
LAMPIRAN
35
Kopi Rekam Medis:
Anamnesis:
Pemeriksaan Fisik :
36
Diagnosis: G2P1A0 hamil 7 minggu, janin presentasi tunggal hidup
Tatalaksana:
Non-farmakologi:
Farmakologi:
Dokumentasi
LAPORAN KEGIATAN
37
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
Deskripsi Kegiatan :
Pada hari kamis pagi tanggal 03 Desember 2015 sekitar pukul 07:50
WIB ,kelompok kami pkm Jalan Emas sudah berkumpul di Puskesmas Jalan
Emas. Seperti kegiatan sehari-hari nya sebelum kami memulai kegiatan kami ,
kami selalu menemui dokter pembimbing kami di pkm tersebut. Dokter Zairin
selalu membimbing kami setiap pagi nya,dan memilah pembagian kegiatan setiap
hari nya, dan pada hari itu saya di tempatkan di bagian Farmasi oleh dokter Zairin.
Di bagian Farmasi saya tidak sendiri, tapi di temani oleh beberapa staf dari pkm
Jalan Emas, salah satu nya seorang Apoteker yang bernama mas A nto.
Di hari itu,pasien yang datang ke pkm Jalan emas dan menukarkan resep
obat cukup bervariasi,mulai dari sakit Diare, Ispa, kontrol ibu hmil, sakit mata dan
lain-lain. Namun ada seorang pasien HIV yang menebus resep untuk mengobati
sakit nya tersebut. Dimana obat yang pasien ini gunakan adalah ARV, dan ARV
38
nya diberikan dalam bentuk puyer. Karna hal demikian saya tertarik untuk
mencoba mempelajari lebih lanjut.
Setelah saya menerima resep yang diberikan lalu saya konsulatsi ke mas
Anto bagaimana cara memberikan dan menyiapkan resep obat umtuk pasien
tersebut. Lalu setelah mas Anto membaca resep yang saya kasih ke beliau, beliau
langsung membuatkan obat ARV yang berisikan nevirapin itu menjadi puyer,
mas Anto memblender obat ARV dan membagi ke dalam 30 bungkus kecil yang
siap di minum, setelah proses blender selesai kemudian mas Anto menyiapkan
bungkus kecil dan membaginya sama banyak . setelah selesai membagi, bungkus
plastik kecil yang berisikan puyer ARV tersebut di press mengunakan alat press
bungkus plastik. DI pkm Jalan Emas dalam membuat sediaan obat puyer sudah
sangat modern karena sudah tidak lagi menggunakan alat seperti ulekan yang
harus di tumbuk dan dihaluskan hingga menjadi halus, melainkan diblender dalam
proses pengerjaan nya. Setelah semua selesai mas Anto memberikan edukasi
tentang minum obat ARV tersebut.
REFLEKSI KEGIATAN
39
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
40
sirup. Karena sendok takaran untuk meminum obat sirup sudah sesuai takaran
dosis yang telah di anjurkan
Ada beberapa Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih
kurang tepat antara lain adalah saya tidak memberikan label yang mencantumkan
nama & umur pasien pada setiap obat. Sehingga terkadang saya harus
memberikan penjelasan satu persatu kepada setiap pasien tatacara meminum obat.
Selain itu, dalam peraturan Menteri Kesehatan no.30 tahun 2014 diatur
tentang sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi antara lain adalah Ruang
penerimaan resep yang didalam nya terdapat satu set meja dan kursi. Kemudian
ruang pelayanan resep dan peracikan obat yang didalamnya terdapat rak obat
sesuai kebutuhan dan meja peracikan, di dalam nya perlu disediakan juga
peralatan peracikan, timbangan obat, air mineral untuk pengencer, sendok obat,
bahan untuk mengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko
salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku
referensi/standar sesuai kebutuhan serta alat tulis secukupnya. Ruangan ini juga
harus diperhatikan dalam hal sirkulasi udara yang cukup dan mendapatkan cahaya
yang cukup.Ruangan yang lain yang di atur dalam PERMENKES ini adalah
ruangan untuk penyerahan obat, ruang konseling,ruang penyimpanan obat dan
bahan medis habis pakai serta ruang arsip.
Puyer adalah bentuk sediaan obat yang diracik. Puyer biasanya dibuat dari
obat dalam sediaan tablet yang kemudian digerus, lalu ditambah pengisi,
41
dicampur lalu dibagi sesuai dosis dan takaran kemudian dibungkus dengan kertas
puyer. Dokter menulis resep menentukan jumalh obat/dosis dalam puyer sesuai
dengan umur dan berat badan pasien, kemudian apoteker akan membuat puyer
tersebut dan memberikan kepada pasien. Tiap sediaan puyer tersebut dibagi
dengan cara menimbang dalam sekian bagian sehingga dari tiap bagian pada
masing-masing bungkus memiliki bagian yang sama rata, tidak lebih dan tidak
kurang. Dalah hal ini harus diperhatikan seluruh takarans serbuk itu ditimbang
satu persatu agar pembagian nya sama rata.
Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan terjadi karena masih ada beberapa sarana dan prasarana
yang masih terbatas sehingga belum memenuhi sesuai peraturan Menteri
Kesehatan.
42
Dengan segala keterbatasan yang ada, saya harus mulai pempelajari
beberapa alternatif obat ataupun cara yang lain bisa saya gunakan untuk
mengganti keterbatasan itu.
Daftar Pustaka:
43
44
Feedback dari PembimbingPuskesmas :
dr.Zairin Rambe
TTD .........................
Nama Pembimbing
dr. Fadli
TTD .........................
TTD..........................
dr. Risahmawati
45
KEGIATAN EKSTERNAL
46
LAPORAN KEGIATAN
Deskripsi Kegiatan :
Kegiatan ini kami adakan pada tanggal 01 Desember 2015 sekitar pukul
09.00. Acara kami awali dengan doa dan sambutan dari perwakilan guru
pembimbing para siswa yang hadir. Materi yang akan kami sampaikan adalah
mengenai dokter kecil, lalu tentan g kesehatan mata dan telinga serta kebersihan
diri. Saya mendapat bagian untuk presentasi materi kebersihan diri dan kesehatan
mata.Saya menyampaikan materi dengan menggunakan slide presentasi yang
ditampilkan ke layar oleh proyektor.
47
yang hadir mengikuti nya. Dengan ada nya nyanyian ini semoga anak-anak
menjadi lebih ingat bagaimana langkah cuci tangan yang baik dan benar.
48
REFLEKSI KEGIATAN
49
Tindakan yang telah dilakukan yang menurut saya benar antara lain adalah
memberi materi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta
memberikan beberapa gambar berupa poster kesehatan. Hal ini dilakukan agar
materi yang telah disampaikan menjadi mudah diingat dan kami berharap bahwa
para siswa akan mulai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. .
Tindakan yang dilakukan yang menurut saya masih kurang tepat antara
lain adalah tidak melakukan pre test dan post test untuk dapat menilai
pengetahuan mereka sebelum diberi materi, sehingga kami tidak dapat menilai
pengetahuan mereka sebelum diberikan materi ini dan apakah dengan
dipaparkanya materi ini pengetahuan mereka akan semakin bertambah atau tidak.
Selain itu, kami tidak melakukan evaluasi ulang untuk melihat adakah perbedaan
perilaku mereka setelah mendapatkan materi tentang kebersihan diri dan
kesehatan mata ini. Kami juga tidak melakukan praktek langsung contoh nya
praktek cuci tangan karena keterbatasan waktu dan tempat.
Beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan adalah kami
tidak dapat membandingkan antara hasil masukan dan luaran dari penyuluhan ini,
karena kami tidak melakukan pre test sebelum penyuluhan. Untuk melihat adanya
perubahan perilaku setelah dilakukannya penyuluhan, seharusnya kita juga
melakukan evaluasi ulang.
Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan terjadi karena kami hanya terfokus untuk memberikan
penyuluhan kebersihan diri sehingga kami kurang mempertimbangkan bagaimana
perubahan perilaku setelah dilakukannya penyuluhan ini.
Dari kegiatan penyuluhan ini saya belajar banyak hal anatara lain adalah
sebelum memberikan penyuluhan kami harus mempertimbangkan materi yang
tepat untuk diberikan segingga kegiatan penyuluhan tidak menjadi sia-sia. Saya
juga belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik sehingga para peserta dapat
50
terfokus dan menyimak penyuluhan ini. Saya juga belajar komunikasi dengan
peserta anak-anak, saya belajar bagaimana memusatkan perhatian mereka
terhadap materi yang diberikan.
Daftar Pustaka:
51
1. Depkes RI. 1995. Pedoman Pelatihan, Modul dan Materi
Dokter Kecil. Edisi II. Jakarta
52
TTD.........................
LAPORAN
KEGIATAN
KINERJA
EKSTERNAL
PUSKESMAS
53
Deskripsi Kegiatan :
Kami sampai sekolah tersebut jam 08.50 WIB disambut oleh kepala
sekolah dan guru dari SD tersebut. Setelah bersalaman, kemudian kami diantar
menuju ruangan kelas kosong untuk mempersiapkan imunisasi bagi kelas 1, 2 dan
3. Untuk pelaksanaan imunisasi tersebut, dilakukan secara bergilir dengan cara
memanggil anak-anak murid sesuai kelas ke ruangan. Dengan di panggil secara
bergilir, maka diharapkan pelaksanaan imunisasi dapat berjalan lancar, teratur dan
tertib.
54
hadir,tetapi ada beberapa dari murid tidak hadir dengan alasan sakit dan menurut
guru tersebut kebanyakan anak-anak tidak masuk karena takut untuk disuntik.
REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS
55
Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :
56
bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah
Dasar (SD) atau sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 3 di seluruh Indonesia.
Sasaran kegiatan BIAS adalah seluruh anak Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta, Institusi pendidikan setara SD
lainnya (Pondok Pesantren, seminari, SDLB) laki-laki dan perempuan.
Untuk anak yang tidak sekolah pada pelaksanaan BIAS agar diajak ke
Puskesmas terdekat untuk mendapatkan imunisasi, sedangkan untuk anak yang
sakit pemberian imunisasi ditunda dan apabila sembuh agar diajak ke puskesmas
terdekat untuk diimunisasi.
Saya melihat di sekolah yang kami kunjungi kemarin, baik dari pihak
sekolah maupun pihak puskesmas tidak mendata anak yang sudah melakukan
imunisasi ataupun yang belum melakukan imunisasi karena tidak masuk sekolah
saat dilakukan program BIAS ini. Karena tidak ada nya pendataan tersebut, maka
57
tidak diketahui siapa saja yang belum mendapatkan imunisasi sesuai program
BIAS.
Menurut saya hal tersebut terjadi karena kurang nya sosialisasi dari pihak
sekolah terhadap anak-anak dan orang tua siswa akan program BIAS ini.
Pendataan yang kurang juga menjadi masalah tidak tercapainya sasaran 100% dari
program BIAS yaitu 100% seluruh anak Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta, Institusi pendidikan setara SD lainnya (Pondok
Pesantren, seminari, SDLB) laki-laki dan perempuan. Pendataan seharusnya
dilakukan oleh pihak sekolah maupun pihak puskesmas agar dapat dipantau
berapa jumlah siswa yang sudah mengikuti program BIAS dan berapa jumlah
siswa yang belum mengikuti program BIAS.Jika didata dengan baik, maka siswa
yang tidak mengikuti program BIAS ini dapat di informasikan oleh pihak sekolah
untuk datang ke puskesmas dan mendapatkan vaksin.
Hal penting apa yang dapat saya pelajari dari kasus ini?
58
Apa yang perlu saya pelajari lebih lanjut?
Yang perlu saya pelajari lebih lanjut adalah saya perlu banyak latihan
dalam melakukan imunisasi, mengingat imunisasi ini dilakukan pada anak-anak
yang biasanya masih takut akan suntikan. Sehingga diperlukan kesabaran dan
kelembutan dalam melakukan imunisasi ini agar anak-anak tidak merasa tegang
ataupun takut saat di suntik imunisasi. Saya juga perlu belajar lagi mengenai
imunisasi baik itu cara menyuntik, manfaat, efek samping. Hal ini perlu agar saya
bisa memberikan edukasi terhadap orang tua dan anak-anak itu sendiri.
Nilai agama dan profesionalisme apa yang terkait dengan kasus ini?
Referensi
Dokumentasi Kegiatan :
59
60
Feedback dari PembimbingPuskesmas :
TTD .........................
dr. Zairin Rambe
Nama Pembimbing
TTD .........................
dr. Fadli
TTD...........................
dr. Risahmawati
61
LAPORAN KEGIATAN
Deskripsi Kegiatan :
Pada hari selasa pagi sekitar pukul 07.45 seperti biasa saya dan teman-
teman kelompok sudah tiba di Puskesmas Jalan Emas. Hari ini kami mendapat
jadwal untuk kegiatan eksternal, yaitu kegiatan Posyandu. Kami di bagi ke 2
posyandu. Saya dan satu teman saya mendapatkan tugas di Posyandu Jati Uwung.
Sekitar pukul 09.00 saya dan teman kelompok saya menuju posyandu dengan
menggunakan motor bersama satu orang bidan dari Puskesmas Jalan Emas.
Kegiatan yang dilakukan di posyandu ini adalah pemeriskaan anak-anak balita
serta pemberian imunisasi polio dan pentabio.
62
puskesmas. Selain itu ada juga seorang ibu yang ingin melakukan suntik KB,
namun kami tidak membawa peralatan untuk suntik KB sehingga kami
menyarankan pada ibu tersebut untuk melakukan suntik KB di puskesmas.
63
REFLEKSI KEGIATAN
Sewaktu saya melakukan kegiatan Posyandu ini, tindakan yang telah saya
lakukan yang menurut saya benar antara lain adalah melakukan pengukuran berat
badan dan tinggi badan yang penting untuk pertumbuhan anak dan selalu di catat
di buku kesehatan ibu dan anak agar dapat di pantau selalu pertumbuhan nya.
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat
saat melakukan kegiatan posyandu ini antara lain adalah kurang nya persiapan
untuk kegiatan ini, contoh nya kami tidak membawa peralatan untuk suntik KB
dan vaksin campak.
64
sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan
terpadu antara program Keluarga Berencana – Kesehatan di tingkat desa.
2) Keluarga Berencana
3) Immunisasi
Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio
3x, dan campak 1x pada bayi.
4) Peningkatan gizi
65
Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori
cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang
menyusui
Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun
5).Penanggulangan diare
66
Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Apabila diperlukan, hari buka
Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan. Tempat penyelenggaraan
kegiatan Posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh
masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga,
halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di
pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secara
swadaya oleh masyarakat1.
Manfaat posyandu adalah memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB,
imunisasi, gizi, penanggulangan diare.
67
Penimbangan Balita: Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di posyandu
(Dinas Kesehatan RI. 2006: 95). Penimbangan secara rutin di posyandu
untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin
penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang kemudian
dicatat di KMS, dari data tersebut dapat diketahui status pertumbuhan
balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 54), apabila penyelenggaraan posyandu
baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik
pula.
Beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan adalah tidak
dilakukan nya kegiatan untuk keluarga berencana karena kami tidak membawa
perlengkapan untuk suntik KB. Kurang terlaksana nya kegiatan imunisasi juga
terjadi pada kegiatan posyandu kemarin, karena kami hanya membawa untuk
imunisasi pentabio dan polio.
Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan terjadi karena kurang nya persiapan kami saat sebelum
kegiatan posyandu ini. Karena seharus nya kegiatan posyandu ini meliputi
imunisasi untuk anak-anak dan juga pemeriksaan ataupun pelaksanaan untuk KB.
68
Saya juga seharusnya membaca buku untuk pedoman posyandu agar lebih
mengetahui tentang posyandu secara lengkap.
Daftar Pustaka:
Dokumentasi:
69
Feedback dari PembimbingPuskesmas :
dr.Risahmawati TTD..........................
LAPORAN KEGIATAN
70
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS
Deskripsi kegiatan :
Pada hari sabtu tanggal 19 Desember 2015, sekitar pukul 07:30 WIB kami
telah sampai dan berkumpul di PKM Jalan Emas. Pada pukul 07:35, kami
mendapat pengarahan dari dr. Zairin mengenai kunjungan rumah yang sudah di
beritahukan pada pertemuan sebelum nya, sebelum memulai kegiatan kunjungan
rumah, terlebih dahulu kami diberitahukan bahwa rumah yang akan kami
kunjungi adalah rumah beberapa pasien PKM Jalan Emas yang sudah berulang
kali datang, karena penyakit nya yang membutuhkan pengobatan dan perawatan
yang berkelanjutan.
Pada hari itu kami melakukan kunjungan rumah secara tiba-tiba tanpa
pemberitahuan kepada keluarga pasien sebelum nya. Hal itu dikarenakan waktu
kunjungan yang sempit dan juga di PKM Jalan Emas waktu untuk melakukan
kunjungan rumah adalah setiap hari Jumat. Setelah kami tiba di rumah Tn. A yang
berumur 31 tahun, kami disabut dengan hangat dan ramah oleh ibu pasien. Lalu
dr. Zairin menjelaskan alasan kami melakukan kunjungan rumah adalah untuk
mengikuti dan memantau sudah sejauh mana pengobatan dan hasil yang di
peroleh dari pengobatan Tn. A.
Kemudian kami diperkenalkan kepada ibu dan pasien, setelah itu saya
meminta izin kepada ibu pasien dan pasien untuk melakukan anamnesis dan
melakukan pemeriksaan fisik serta melakukan pengisian berkas keluarga terhadap
Tn. A, setelah mendapat izin saya langsung melakukan apa yang harus saya
lakukan, setelah itu saya dapat menemukan beberapa masalah yang kesehatan
yang terdapat pada keluarga tersebut. Beberapa masalah yang kami temukan
antara lain adalah Tn. A mengalami suspek TB paru, rumah pasien sangat lembab,
ventilasi cahaya dan udara sangat kurang, dan keadaan ekonomi yang cukup sulit.
71
Lalu setelah selesai melakukan kunjungan rumah, kami saling berdiskusi dan
membahas kira-kira intervensi apa yang dapat kami lakukan pada Tn. A, lalu kami
memutuskan untuk memberi konseling tentang TB paru dan menganjurkan pasien
untuk datang berobat ke PKM Jalan Emas dan melakukan pemeriksaan penujang
yang nanti akan disarankan oleh Dokter PKM Jalan Emas, dan membuat ventilasi
yang cukup bagus untuk pencahayaan dan udara.
Diagnostik Holistik :
Aspek personal :
Pasien dengan keluhan badan terasa lemas hampir tidak kuat untuk
berjalan selama hampir setengah tahun belakangan. Pasien kuatir dengan
keluhan nya, terkadang batuk dirasakan pasien, pasien memiliki harapan
untuk sembuh.
Aspek klinis :
TB paru BTA (-) Kasus Baru
Aspek faktor internal :
Pasien adalah seorang pria 31 tahun
Aspek faktor eksternal :
Pasien di dalam rumah yang sangat lembab, memiliki ventilasi yang
kurang karena jendela juga sudah lama tidak dibuka, keluarga pasien
termasuk kedalam ekonomi kebawah dan terkadang pasien memiliki
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Aspek skala fungsional :
Derajat 1
Tatalaksana :
72
Non - Farmakologi
- Istirahat yang cukup, dan selalu minum obat secara teraturselama 6 bulan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien
- Menganjurkan untuk menggunakan masker, atau selalu menutup mulut
dengan menggunakan lengan saat batuk dan bersin
- Tidak membuang dahak di sembarang tempat
- Eduksi tentang efek samping obat, dan menganjurkan untuk segera kontrol
bila timbul efek samping tersebut
- Selalu membuka jendela rumah agar ventilasi udara dalam rumah cukup
- Makan makanan yang bergizi, tidak ada pantangan makan
- Rutin menjemur alas tidur agar tidak lembab.
Farmakologi:
REFLEKSI KEGIATAN
73
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS
74
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya benar antara lain
adalah meskipun di dalam ruang kamar pasien kurang baik tempat tidur nya, saya
mencoba untuk melakukan pemeriksaan fisik dalam posisi pasien sedang duduk.
Saya mencoba menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien secara
sederhana, sehingga sebisa mungkin pasien menjadi paham. Saya juga
memberitahu pasien bahwa pasien harus minum obat secara teratur dan terus-
menerus selama 6 bulan penuh, dan jangan sampai putus berobat. Selain itu, saya
juga menjelaskan pula mengenai anjuran-anjuran yang sebaiknya dilakukan oleh
pasien, dan berapa banyak obat yang harus diminum, serta efek samping apa yang
mungkin dapat timbul dari minum obat tersebut.
75
salah satu komponen DOTS adalah pengobatan jangka pendek dengan
cara menunjuk pengawas langsung minum obat, cara itu adalah untuk menjamin
keteraturan serta kepatuhan dalam meminum obat setiap hari nya. PMO adalah
orang yang mengawasi pasien agar meminum obat nya secara teratur sampai
selesai masa pengobatan nya, dan juga memberi dukungan terus menerus agar
pasien dapat meminum nya secara rutin. Memberi pengetahuan pada seluruh
anggota keluarga pasien yang mempunyai kecurigaan yang sama seperti pasien
dan segera membawa nya ke Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan.2
76
Apa yang perlu di pelajari lebih lanjut :
Saya memplajari bahwa tidak hanya obat yang di berikan kepada pasien
TB tapi juga edukasi untuk mengganti kebiasaan dan prilaku keseharian pasien,
contoh nya dengan memberikan edukasi kepada pasien untuk mengubah gaya
tempat tinggal agar menjadi tempat tinggal yang layak di huni.
Daftar Pustaka:
1. Pudjo A. Tuberkulosis. Dalam: Amin F. dkk. Editor. Pengantar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press. 2010.
2. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2011.
77
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
BERKAS KELUARGA
Kelompok :10
I. Identitas keluarga
DALAM
KELUARGA
78
3. Tn. Anak L 38 S1 - Belum
Davinci tahun Menikah
3. keluarga ekstended
4. keluarga majemuk
79
Keluarga Merupakan seorang ibu yang tinggal dengan anak no 1,4, dan terakhir, Keluarga terdiri dari
7orang. Anak kedua dan ketiga bekerja di kalimantan dan anak no 1,4 dan 5 hanya tinggal dirumah saja
bersama ibu nya, karena anak yang ringgal bersama ibu nya sedang sakit dan mendapatkan perawatan dari ibu
nya setiap hari nya.ayah sudah meninggal kurang lebih dua tahun yang lalu.
Anak ke dua dan ketiga sudah tamat kuliah dan sekarang bekerja di kalimantan,mereka juga belum
menikah dan untuk membiayai keseharian dari keluarga ini ibu mendapat kiriman uang tiap bulan dari anak no
dua dan tiga yang bekerja di kalimantan. Ibu hanya berdiam dirumah saja dan tidak pula bekerja, hanya
mengasuh ke 3 anak nya yang sedang sakit, anak pertama dan ke lima sakit skizofrenia sejak 1 tahun yang lalu.
Anak pertama sakit karena patah hati dan di tambah ayah meniggal,anak kelima juga mendapat
gangguan serupa karena ayah meninggal,mereka tinggal di rumah kontrakan yang lumayan besar, dan mereka
sudah tinggal disana dengan cukup lama dengan harga sewa juga diberi murah oleh yang punya rumah
mengingat suami si ibu berteman baik dengan yang punya rumah.
g. Genogram:
80
2. plesteran semen
3. ubin
4. keramik
5. marmer
2. asbes
3. genteng
2. tripleks
3. kayu
e. Apakah dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu
listrik pada siang hari ?
1. ya 2. tidak
Rumah keluarga berada didaerah yang tidak terlalu padat penduduk. Rumah ini
h. Deskripsi mengenai keadaan rumah:
sudah dibangun sekitar 20 tahun yang lalu. Rumah ini awalnya rumah ini awal nya punya
orang yang menjadi kenalan baik dari keluarga ini dan sudah direnovasi hingga menjadi
bangunan yang nyaman sejak 10 tahun yang lalu. Setelah 20 tahun berlalu rumah ini
81
akhirnya direnovasi karena banyak bagian bangunan yang sudah rusak. Saat ini rumah
sudah hampir banyak yang rapuh dan tinggal bgian teras, dapur dan kamar mandi yang
belum rusak parah. Pengaturan dan tataletak barang pada rumah ini masih belum tertata
rapi karena masih banyak yang harus di tata dan kondisi rumah tampak kurang bersih.
III. Keadaan Keluarga
a. Perencanaan keluarga
1. ya 2. tidak
Bila ya, uraikan perencanaan yang dilakukan. Bila tidak, uraikan gambaran di
keluarga yang menunjukkan tidak adanya perencanaan keluarga
1. suami 2. istri
NB: Meski suami sebagai pengambil keputusan, namun keputusan adalah hasil
musyawarah keluarga
82
b. Hubungan anggota keluarga
b.1. Gambar hubungan tiap anggota keluarga (family map) : Tidak ada masalah antar
anggota keluarga
7. lainnya ____________
NB: saat sudah berdiskusi, istri pasien biasanya berkonsultasi dengan anak-anaknya
lewat telepon
Sekarang keluarga anak nomer dua dan tiga bekerja di kalimantan dan anak
anak yang sakit tinggal bersama ibu nya,dan setiap bulan sekali anak anak yang
bekerja mengirim uang untuk memenuhi kebutuhan ibu dan anak anak yang sakit.
83
a. Kebutuhan ekonomi : 1. hingga primer 2. hingga sekunder 3. hingga tersier
4.lainnya_________
3. pendidikan menengah
4. pendidikan tinggi
5. lainnya ________________
5. lainnya ___________________________
5. lainnya _______________________
84
Yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari nya ibu dan
anka anak yang sakit mendapatkan kiriman uang saku yang harus di hemat selama
menunggu pengiriman bulan depan
4. lainnya __________________
5. lainnya ___________________________
4. lainnya
____________________________________________________
85
2. beberapa anggota keluarga jarang berolah raga, yaitu
__________________________
1. tidak 2. Ya
d. Kebiasaan merokok:
1. tidak 2.ya
86
VI. Lingkungan hidup keluarga
5. lainnya _______________________
5. lainnya _________________
a.4. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah:
87
b.1. Jenis pekerjaan :
b.2. Risiko pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pekerjaannya adalah:
b.3. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah:
1. Tidak 2. Ya
1. arisan rt/rw
6. lainnya ________________
88
c.2. Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya :
5. lainnya __________________
c.3. Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah :
5. lainnya __________________________
Pasien dan keluarga tinggal dilingkungan yang tidak padat dan interaksi antar
masyarakat yang cukup baik sehingga setiap warga mengenal satu sama lain. Kehidupan
bermasyarakat sehari-hari pasien dan keluarga dapat dibilang baik. Pasien dihormati
sewajarnya
2. Skizofrenia (Tn. D)
3.Skizofrenia (Tn. D)
89
individu
90
91
KEGIATAN MINI-CEX
92
LAPORAN KEGIATAN
MINI CEX
Deskripsi Kegiatan :
Pada tanggal 14 Desember 2015,sekitar pukul 07.30 WIB, kami sudah tiba di KPKM
Reni Jaya. Kami akan melakukan kegiatan Mini CEX dibawah bimbingan dr.Fika. Kemudian
pada pukul 08.15 kami diberikan pasien untuk kami periksa mulai dari anmnesis,
pemeriksaan fisik hingga memberikan tatalaksana.
Pasien yang diberikan oleh dr.Fika kepada saya untuk mini CEX adalah seorang
perempuan dan seorang anak usia 10 bulan yang datang dengan ibu nya.Pasien pertama
seorang ibu usia 30 tahun dengan keluhan nyeri kepala. Saya melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik kemudian memberi tatalaksana dibawah bimbingan dr.Fika yang saat itu
ada di dalam ruangan untuk mendampingi.
Saya melakukan anamnesis pada pasien ini dengan keluhan nyeri kepala yang
dirasakan sejak 2 hari yang lalu.Nyeri kepala lebih dirasakan saat pasien beraktivitas.
Keluhan yang dirasakan pasien bukan keluhan yang pertama kali dirasakan pasien. Jika
keluhan ini kambuh, pasien hanya minum obat bodrex dan keluhan nya berurang. Pasien juga
mempunyai riwayat tekanan darah tinggi sejak 9 tahun yang lalu, namun pasien tidak pernah
kontrol dan tidak pernah minum obat untuk sakit tekanan darah tinggi nya. Saat anamnesis,
saya merasa masih banyak hal yang kurang saya tanyakan pada pasien yaitu faktor resiko
atapun kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab nyeri kepala pada pasien.
Setelah anamnesis, saya melakukan pemeriksaan fisik. Saya hanya memeriksa tanda
vital dan pemeriksaan jantung paru. Dalam pemeriksaan fisik, saya belum memeriksa hal
yang penting pada pasien dengan keluhan nyeri kepala. Seharus nya saya memeriksa
pemeriksaan seperti pemeriksaan nervus optikus untuk mengarah ke diagnosis migrain
ataupun pemeriksaan koordinasi dan gerak untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti
vertigo.
93
Diagnosis Holistik :
Aspek personal:
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu. Pasien merasa
khawatir dan merasa terganggu akan keluhan yang dirasakan saat ini.
Aspek klinis:
cephalgia
Aspek faktor internal:
Pasien adalah seorang perempuan, berusia 30 tahun
Aspek faktor eksternal:
Pasien gemar makan makanan berlemak dan goreng-gorengan.
Aspek skala fungsional:
Derajat 1
Tatalaksana:
Non-farmakologi:
Farmakologi:
94
REFLEKSI KEGIATAN
Pada hari ini saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan Mini CEX di KPKM
UIN di Reni Jaya, saya sudah datang di KPKM sejak jam 07:30, dan setelah berkenalan
dengan dokter KPKM, saya dan kelompok saya menunggu untuk mendapatkan pasien,
setelah itu kami di beri pasien untuk Kami periksa. Untuk Mini CEX yang pertama, saya
mendapatkan kasus tentang pasien Migrain. Pada Mini CEX yang kedua, saya mendapatkan
kasus penyakit pada anak yaitu kasus prolong fever. Tetapi saya lebih tertarik dengan kasus
yang pertama karna disamping ini adalah pasien pertama saya dengan keluhan sakit kepala
dan juga saya masih ragu dengan cara menegakan diagnosis saya.
Pada kegiatan Mini CEX pertama ini, saya lakukan di salah satu ruang periksa di
KPKM Reni Jaya. Saat saya melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, saya di dampingi
oleh dr.Fika selaku pembimbing. Kasus yang saya dapatkan saat itu adalah pasien seorang
perempuan berusia 30 tahun. Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak + 3 hari yang
lalu. Keluhan ini bukan keluhan yang pertama. Jika keluhan ini muncul, pasien hanya minum
obat bodrex dan merasa berkurang namun hanya berkurang sekitar satu jam kemudian
keluhan itu muncul lagi. Pasien ini juga mempunyai riwayat tekanan darah tinggi sejak 9
tahun yang lalu dan tidak terkontrol dengan obat. Kemudian saya melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada pasien tersebut sebelum ahirnya saya menegakkan diagnosis
cephalgia.
95
CEX, tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya benar antara lain adalah saya
memberinya obat analgetik,yaitu ibuprofen dan parasetamol. Namun saya terlalu banyak
memberikan obat analgetik, karena seharusnya saya hanya memberikan satu jenis obat
analgetik saja tidak perlu sampai dua macam obat analgetik yang fungsi nya sama. Saya juga
mengajurkan pasien untuk istirahat yang cukup agar bisa meredakan keluhan pasien.
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat saat
melakukan kegiatan Mini CEX ini antara lain adalah saya kurang menggali saat anamnesis
sehingga saya kurang mendapatkan data yang bisa mendukung dalam menentukan diagnosis.
Saya tidak menanyakan lokasi nyeri kepala nya apakah di semua sisi atau di satu sisi
sehingga saya hanya dapat menentukan diagnosis berupa cephalgia, tidak bisa menentukan
diagnosis migrein. Kemudian saya juga tidak menanyakan berapa kali serangan nyeri kepala
ini muncul dalam satu bulan, karena menurut pasien keluhan ini bukan keluhan yang pertama
dirasakan pasien. Saat anamnesis, dr.Fika menambahkan dengan cara menanyakan anamnesis
kepada pasien apakah jika melihat cahaya pasien merasa pusing atau tidak. Saya juga tidak
menanyakan penyebab dari nyeri kepala yang dirasakan pasien, contoh nya apakah pasien
sedang banyak pikiran atau sedang terlalu lelah sehingga muncul keluhan nyeri kepala.
Saat saya melakukan pemeriksaan fisik, saya hanya melakukan pemeriksaan tekanan
darah dan pemeriksaan jantung paru. Saya tidak melakukan pemeriksaan kuduk kaku yang
sebenarnya penting untuk menyingkirkan jenis sakit kepala yang dirasakan pasien. Kemudian
menurut teori yang saya pelajari, sebaiknya dilakukan pemeriksaan nervus kranialis yaitu
nervus optikus pada keluhan nyeri kepala, namun saya tidak melakukan pemeriksaan itu pada
pasien ini.
96
1. Mual atau dengan muntah
2. Fotofobia atau dengan fonofobia
E. Sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut dibawah ini:
1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan adanya
kelainan organik
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainan organik
tetapi pemeriksaan neroimaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak
menunjukkan kelaianan
97
Mengapa itu Terjadi:
Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang ditemukan
dilapangan salah satunya terjadi karena dalam praktinya saya masih sangat tidak
berpengalaman dalam menangani pasien. Saya masih banyak lupa untuk hal-hal apa saja
yang perlu ditanyakan dalam anamnesis. Padahal hal-hal itu penting ditanyakan untuk
mendapatkan diagnosis kerja dan menyingkirkan diagnosis banding. Dalam hal ini juga saya
masih bingung jika mendapat pasien dengan keluhan nyeri kepala karena saya belum
melewatkan stase neuro dan ilmu yang saya gunakan hanya berdasarkan dari ilmu saat saya
di pre-klinik.
Dari kegiatan Mini CEX ini saya diingatkan untuk tidak langsung menegakkan
diagnosis secara tergesa-gesa tanpa memikirkan kemungkinan diagnosis yang lain.
Seharusnya saya tetap mempertimbangkan kemungkinan-kemungkina diagnosis yang lain.
Hal ini tentu saja akan berpengaruhterhadap tatalaksana yang kita berikan pada pasien,
karena jika kita menetapkan diagnosis secara tepat maka pengobatan yang kita berikan tentu
tidak sesuai, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kesembuhan serta kekambuhan pasien.
Saya merasa harus banyak belajar lagi tentang penyakit neuro, meliputi anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang lengkap, dan dalam menegakkan diagnosisnya yang benar dan
pengobatan apa yang harus dipilih. Apalagi seperti keluhan nyeri kepala yang kemungkinan
besar banyak terjadi di masyarakat. Dengan belajar dari pengalaman-pengalaman ini dan
diikiti dengan terus berlatih, saya merasa bahwa nantinya saya akan dapat berfikir secara
lebih sistematis dalam menangani pasien.
Melalui kegiatan ini, Saya diingatkan untuk terus memperbaiki diri, karena pada
dasarnya Allah SWT. tidak akan merubah saya kalo saya sendiri tidak pernah berusaha untuk
merubah diri saya sendiri. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Q.S. Ar-Rad: 11, yang
artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaanyang ada pada diri mereka sendiri”. Dalam hal ini juga di ingatkan agar kita sesama muslim
98
harus saling mengingatkan dan jika mempunyai masalah, sebaiknya diselesaikan dan meminta
pertolongan dari Allah SWT.
Daftar Pustaka:
1. Lumbantobing, SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta:
FKUI. 2008
2. Mardjono, M. Sidharta, P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2004
3. Sidharta, P. Neurologi klinis dalam praktek umum. Ed6. Jakarta: Dian Rakyat.
2008
99
LAMPIRAN
Anamnesis:
Pemeriksaan Fisik :
100
batas paru-hepar: ICS VI línea mid-clavicularis dextra
batas paru-lambung: ICS VII línea axilaris anterior sinistra
o Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/- di ke dua apeks paru,
wheezing -/-
Diagnosis: cephalgia
Tatalaksana:
Non-farmakologi:
Farmakologi:
101
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :
TTD .........................
Nama Pembimbing dr.Zairin Rambe
TTD .........................
dr.Fadli
TTD..........................
dr.Risahmawati
102
LAPORAN KEGIATAN
Deskripsi Kegiatan :
Pada tanggal 14 Desember 2015,sekitar pukul 07.30 WIB, kami sudah tiba di KPKM
Reni Jaya. Kami akan melakukan kegiatan Mini CEX dibawah bimbingan dr.Fika. Kemudian
pada pukul 08.15 kami diberikan pasien untuk kami periksa mulai dari anmnesis,
pemeriksaan fisik hingga memberikan tatalaksana.
Pasien yang diberikan oleh dr.Fika kepada saya untuk mini CEX adalah seorang
perempuan dan seorang anak usia 10 bulan yang datang dengan ibu nya. Dalam laporan ini,
saya akan menceritakan tentang pasien Mini CEX saya yang kedua. Pasien mini cex saya
yang kedua adalah seorang anak perempuan usia 10 bulan. Pasien datang bersama ibu nya.
Menurut ibu pasien, keluhan yang dialami pasien adalah demam sejak 7 hari yang lalu.
Demam yang dirasakan biasanya muncul saat malam hari. Menurut ibu pasien, untuk keluhan
demam nya ini sudah diberikan obat oleh bidan namun hanya turun sementara demam nya
lalu muncul lagi. Selain itu, pada bibir pasien terdapat bercak putih sejak 2 hari yang lalu.
103
Diagnosis Holistik :
Aspek personal:
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu. Ibu pasien merasa
khawatir dengan keadaan pasien yang demam nya naik turun.
Aspek klinis:
Prolonged fever
Aspek faktor internal:
Pasien adalah seorang anak perempuan, berusia 10 bulan
Aspek Faktor Eksternal:
Tatalaksana:
Non-farmakologi:
- Banyak minum, dan tetap beri makan pendamping ASI seperti biasa
- Perhatikan kebersihan diri ibu pasien dan juga peralatan makan untuk pasien
- Edukasi kepada ibu pasien jika pasien menjadi lemas dan tidak aktif serta susah
makan dan minum, segera bawa ke dokter secepatnya.
- Edukasi kepada ibu pasien agar obat nya dihabiskan terutama antibiotik
Farmakologi:
104
REFLEKSI KEGIATAN
Pada hari ini saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan Mini CEX di KPKM
UIN di Reni Jaya, saya sudah datang di KPKM sejak jam 07:30, dan setelah berkenalan
dengan dokter KPKM, saya dan kelompok saya menunggu untuk mendapatkan pasien,
setelah itu kami di beri pasien untuk Kami periksa. Untuk Mini CEX yang pertama, saya
mendapatkan kasus tentang pasien Migrain. Pada Mini CEX yang kedua, saya mendapatkan
kasus penyakit pada anak yaitu kasus prolong fever.
Pada kegiatan Mini CEX pertama ini, saya lakukan di salah satu ruang periksa di
KPKM Reni Jaya. Saat saya melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, saya di dampingi
oleh dr.Fika selaku pembimbing. Kasus yang saya dapatkan saat itu adalah pasien seorang
anak laki-laki berusia 10bulan. Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu.
Demam biasanya muncul saat malam hari. Jika diberi obat parasetamol, demam turun namun
hanya sementara karena kemudian pasien menjadi demam lagi. Tidak ada bintik merah, tidak
mual dan muntah. Pada bibir pasien terdapat bercak putih. Menurut ibu pasien, bercak putih
tersebut sudah muncul sejak 3 hari yang lalu. Kemudian saya melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada pasien tersebut sebelum ahirnya saya menegakkan diagnosis
prolonged fever dan untuk bercak putih pada pasien saya diagnosis kandidiasis oral.
105
Sewaktu saya melakukan Mini CEX, tindakan yang telah saya lakukan yang menurut
saya benar antara lain adalah saya memberinya obat sistemik,yaitu parasetamol kemudian
dilihat apakah ada perubahan atau tidak terhadap keluhan pasien. Saya juga menganjurkan
kepada ibu pasien untuk selalu meminum obat nya jika pasien masih demam dan untuk obat
antibiotik nya harus dihabiskan istirahat. Kemudian untuk keluhan bercak putih pada bibir
pasien saya memberikan obat nistatin drop yang berfungsi sebagai anti fungi.
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat saat
melakukan kegiatan Mini CEX ini antara lain adalah saya kurang menggali keluhan-keluhan
ataupun faktor resiko yang ada pada pasien saat anamnesis sehingga saya kurang
mendapatkan data yang bisa mendukung dalam menentukan diagnosis. Untuk keluhan bercak
putih pada pasien, saya tidak menanyakan tentang kebersihan ibu pasien ataupun kebersihan
peralatan makan pasien yang dapat menjadi kemungkinan penyebab dari keluhan yang
dirasakan pasien saat ini.
Saat saya melakukan pemeriksaan fisik, saya hanya melakukan pemeriksaan pada
bibir pasien dan pemeriksaan jantung paru. Saya tidak melakukan pemeriksaan suhu, padahal
hal ini sangat penting untuk pasien dengan keluhan demam.
Saat saya di RSUP Fatmawati, biasa nya setelah dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik maka dilakukan pemeriksaan laboratorium darah untuk menentukan
penyebab dari keluhan yang di derita pasien. Sehingga dari hasil laboratorium darah bisa di
tentukan penyebab demam pada pasien apakah dari bakteri, virus atau parasit. Hal ini penting
untuk acuan tatalaksana yang nanti nya akan diberikan pada pasien agar tatalaksana lebih
tepat.
Beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan adalah saya kurang
menggali dalam anamnesis sehingga kurang mendapat data untuk dapat menentukan
diagnosis kerja ataupun diagnosis banding. Untuk menentukan penyebab, juga seharusnya
dilakukan pemeriksaan laboratorium darah.
Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang ditemukan
dilapangan salah satunya terjadi karena dalam praktinya saya masih sangat tidak
berpengalaman dalam menangani pasien. Saya masih banyak lupa untuk hal-hal apa saja
yang perlu ditanyakan dalam anamnesis. Padahal hal-hal itu penting ditanyakan untuk
106
mendapatkan diagnosis kerja dan menyingkirkan diagnosis banding. Saya juga masih lupa
dalam melakukan pemeriksaan fisik. Hal ini terjadi karena saya grogi dan tidak biasa jika
sedang memeriksa pasien di perhatikan oleh pembimbing. Keterbatasan sarana dan prasarana
di KPKM juga menjadi kendala dalam menentukan diagnosis pada pasien ini.
Dari kegiatan Mini CEX ini saya diingatkan untuk siap jika terdapat keterbatasan
sarana dan prasarana. Seperti kasus pasien ini saya tidak dapat menentukan penyebab demam
pada pasien namun saya harus memiliki alternatif lain untuk pengobatan pasien karena tidak
mungkin saya harus terpaku dari hasil laboratorium sedangkan terdapat keterbatasan sarana
dan prasarana seperti ini.
Saya merasa harus banyak belajar lagi tentang penyakit pada anak. Saya juga harus
belajar dan berlatih lebih banyak lagi dalam melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
sehingga ke depan nya saya dapat melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara
sistematis dan tidak ada yang terlewat atau lupa.
Melalui kegiatan ini, Saya diingatkan untuk terus memperbaiki diri, karena pada
dasarnya Allah SWT. tidak akan merubah saya kalo saya sendiri tidak pernah berusaha untuk
merubah diri saya sendiri. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Q.S. Ar-Rad: 11, yang
artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri”. Dalam hal ini juga di ingatkan agar kita
sesama muslim harus saling mengingatkan dan jika mempunyai masalah, sebaiknya
diselesaikan dan meminta pertolongan dari Allah SWT.
107
Daftar Pustaka:
108
LAMPIRAN
Anamnesis:
Pemeriksaan Fisik :
109
Tatalaksana:
Non-farmakologi:
- Banyak minum, dan tetap beri makan pendamping ASI seperti biasa
- Perhatikan kebersihan diri ibu pasien dan juga peralatan makan untuk pasien
- Edukasi kepada ibu pasien jika pasien menjadi lemas dan tidak aktif serta susah
makan dan minum, segera bawa ke dokter secepatnya.
- Edukasi kepada ibu pasien agar obat nya dihabiskan terutama antibiotik
Farmakologi:
110
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :
TTD .........................
Nama Pembimbing dr.Zairin Rambe
TTD .........................
dr.Fadli
TTD..........................
dr.Risahmawati
111