Anda di halaman 1dari 117

PORTFOLIO

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

Disusun oleh:

Eko Prayoga

1110103000059

Pembimbing UIN Pembimbing PKM Sukadiri

dr. Risahmawati, PhD dr. Zairin Rambe

dr. Fadli Irsyal

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FKIK UINSYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PERIODE 23 November – 26 Desember 2015


LEMBAR PENGESAHAN
PORTOFOLIO KEDOKTERAN KOMUNITAS

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran


dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk ujian modul
klinik Ilmu Kedokteran Komunitas

Disusun oleh:

Eko Prayoga

NIM: 1110103000059

Pembimbing UIN Pembimbing PKMJalan Emas

dr. Risahmawati, PhD dr. Zairin Rambe dr. Fadli

Penguji

dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERUINSYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

ii
IDENTITAS DIRI

Nama : Eko Prayoga

NIM : 1110103000059

TTL : Sekayu, 16 Januari 1990

Alamat : Jl. Merdeka 3 no 410

Program Studi : Pendidikan Dokter

Angkatan : 2010

Rotasi Klinik : Ilmu Kedokteran Komunitas

Periode : 23 November – 26 Desember 2015

Jakarta, Desember 2015

Eko Prayoga

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................... ii
IDENTITAS DIRI .......................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................ iv
KEGIATAN EKSTERNAL ............................................... 1
1. BP DEWASA/PROGRAM TB ................................................... 1
1.1.......................................................................................La
poran Kegiatan .............................................................. 1
1.2.......................................................................................Re
fleksi Kegiatan ............................................................... 4
2. BP ANAK .............................................................................. 13
2.1.......................................................................................La
poran Kegiatan .............................................................. 16
2.2.......................................................................................Re
fleksi Kegiatan ............................................................... 18
3. KIA ...................................................................................... 26
3.1.......................................................................................La
poran Kegiatan .............................................................. 26
3.2.......................................................................................Re
fleksi Kegiatan ............................................................... 29
4. FARMASI .............................................................................. 35
4.1.......................................................................................La
poran Kegiatan .............................................................. 35
4.2.......................................................................................Re
fleksi Kegiatan ............................................................... 39
KEGIATAN EKSTERNAL ............................................... 45
1. PENYULUHAN DOKCIL ......................................................... 46
1.1.......................................................................................La
poran Kegiatan .............................................................. 46
1.2.......................................................................................Re
fleksi Kegiatan ............................................................... 47
2. BIAS .................................................................................... 54
2.1.......................................................................................La
poran Kegiatan .............................................................. 54
2.2.......................................................................................Re
fleksi Kegiatan ............................................................... 56
3. POSYANDU ANAK ................................................................ 62

iv
3.1.......................................................................................La
poran Kegiatan .............................................................. 62
3.2.......................................................................................Re
fleksi Kegiatan ............................................................... 64
4. HOME VISIT ......................................................................... 72
4.1.......................................................................................La
poran Kegiatan .............................................................. 72
4.2.......................................................................................Re
fleksi Kegiatan ............................................................... 74
KEGIATAN MINI-CEX ................................................... 80
Refleksi Kegiatan Mini-CEX ..................................................... 81

ii
KEGIATAN INTERNAL

1
LAPORAN KEGIATAN

KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : BP umum

Tempat : PuskesmasJalan Emas

Tanggal : 26 November 2015

Deskripsi Kegiatan :

Pada tanggal 26 November 2015,sekitar pukul 08.00 WIB, kami mulai


melakukan kegiatan di puskesmas Jalan Emas. Hari ini saya mendapat bagian di
poli umum. Di dalam ruangan poli umum ini terdapat 2 meja dan 2 kursi dan satu
tempat tidur.saya berada di ruangan periksa untuk memeriksa pasien-pasien yang
ada. Hari itu banyak pasien yang datang dengan berbagai macam penyakit.
Namun saya tertarik untuk memilih kasus pasien bekas TB.

Pasien yang datang saat itu, adalah pasien yang sudah pernah mengunjungi
fasilitas pelayanan kesehatan di klinik maupun puskesmas jalan emas sebelum
nya. Sambil melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik,saya juga menganjurkan
untuk pasien melakukan pemeriksaan tambahan lanjutan untuk menegakan
diagnosis yang saya duga pada pasien ini. Saya melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik kemudian saya konfirmasi hasil yang saya dapat kepada
dr.Zairin selaku pembimbing saya di puskesmas Jalan Emas.

Jadi pasien yang datang hari ini adalah pasien yang pernah mengalami
sakit TB dan sudah konsumsi obat TB kemudian sudah di nyatakan sembuh.
Namun sekarang pasien mengeluh batuk-batuk lagi. Karena hal itu, yang ada di
pikiran saya ada kemungkinan pasien ini mengalami TB yang kambuh. Setelah
saya selesai anamnesis dan pemeriksaan fisik, saya menemui dr.zairin dan
menjelaskan apa yang saya duga. Karena hal itu kemudian dr.zairin meminta
pasien tersebut untuk melakukan rangkaian pemeriksaan berupa pemeriksaan
rontgen dan pemeriksaan dahak tiga kali yaitu sewaktu,pagi dan sewaktu. Karena

1
di puskesmas tidak ada sarana dan prasarana maka pasien di anjurkan untuk
periksa di laboratorium luar puskesmas.

Setelah 3 hari kemudian, pasien kembali ke puskesmas dan membawa


hasil pemeriksaan. Setelah saya dan dr.zairin melihat hasil pemeriksaan, ternyata
menurut dr.zairin, pasien ini tidak mengalami TB kambuh namun diagnosis yang
lain yaitu bisa Bronkiektasis ataupun Bronkhitis.

Diagnosis Holistik :

 Aspek personal:
Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 bulan yang lau.
Pasien kuatir karena batuk berdahaknya tidak kunjung sembuh padahal
sudah berobat 3 kali di dokter umum. Pasien memiliki harapan untuk
sembuh
 Aspek klinis:
Bronkitis
 Aspek faktor internal:
Pasien adalah seorang Perempuan, berusia 55 tahun
 Aspek faktor eksternal:
Pasien tinggal di perkampungan yang cukup padat dan rumah pasien
memiliki ventilasi yang kurang karena jendelanya tidak bisa dibuka
Keluarga pasien termasuk ke dalam ekonomi menengah kebawah, dengan
pendidikan terahir pasien adalah SD. Pasien terkadang memiliki kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
 Aspek skala fungsional:
Derajat 1

Tatalaksana:

Non-farmakologi:

- Istirahat yang cukup, dan selalu minum obat secara teraturselama 6 bulan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien
- Menganjurkan untuk menggunakan masker, atau selalu menutup mulut
dengan menggunakan lengan saat batuk dan bersin
- Tidak membuang dahak di sembarang tempat
- Selalu membuka jendela rumah agar ventilasi udara dalam rumah cukup
- Makan makanan yang bergizi, tidak ada pantangan makan
- Rutin menjemur alas tidur agar tidak lembab.

2
Farmakologi:

- R/ Ambroksol tab No. X


∫ 3 dd 1 tab 
- R/ Paracetamol tab 500 mg No. XV
∫ 3 dd 1 tab 

3
REFLEKSI KEGIATAN

KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : BP Umum

Tempat : Puskesmas Jalan Emas

Tanggal : 26 November 2015

Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :

Saat melakukan kegiatan kepanitraan klinik selama ini, saya banyak


menemui kasus TB (tuberkulosis), baik kasus TB paru maupun TB ektra paru.
Ketika melakukan kegiatan BP umum di puskesmas jalan emas ini, saya bisa
belajar untuk melengkapi form yang harus di isi untuk pasien TB berupa kartu
kontrol dan buku di puskesmas untuk kontrol keberapa obat KDT itu digunakan.
Karena saat di kepanitraan klinik,hal ini tidak dapat saya lakukan. Namun saat
kepanitraan klinik, saya jarang menemui kasus bekas TB yang gejala nya sangat
mirip dengan penyakit TB itu sendiri.

Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya benar antara lain
adalah mencoba mendiagnosis dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
saya dapat. Mekipun saya sempat terkecoh dengan riwayat penyakit pasien yang
dahulu. Saya juga mencoba menjelaskan tentang kemungkinan-kemungkinan
penyakit yang diderita pasien dengan bahasa sehari-hari, sehingga sebisa mungkin
pasien menjadi paham. Selain itu, saya juga menjelaskan pula mengenai anjuran-
anjuran yang sebaiknya dilakukan oleh pasien, dan berapa banyak obat yang harus
diminum, serta efek samping apa yang mungkin dapat timbul.

Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat
antara lain adalah saya terlalu yakin akan satu diagnosis, saya tidak memikirkan
kemungkinan diagnosis lain atau diagnosis banding yang lain. Saya juga masih
sedikit bingung jika menyimpulkan diagnosis sebelum dilakukan nya pemeriksaan
penunjang.

4
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis)
bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus
tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang
terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang
terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.

Secara umum penyebab bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan


dan faktor host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan
meliputi polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi
bakteri (Staphylococcus, Pertusis, Tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus
(RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi
udara meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis.
Sedangkan faktor penderita meliputi usia, jenis kelamin, kondisi alergi dan
riwayat penyakit paru yang sudah ada.
Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan
menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus, yang mengakibatkan diameter
bronkus menebal lebih dari 30-40% dari tebalnya didinding bronkus normal, dan
akan terjadi sekresi mukus yang berlebihan dan kental. Sekresi mukus menutupi
cilia, karena lapisan dahak menutupi cilia, sehingga cilia tidak mampu lagi
mendorong dahak keatas, satu-satunya cara mengeluarkan dahak dari bronki
adalah dengan batuk.
Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:
1.Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi
setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari
pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-kekuningan.
2.Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan
penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas
dengan aktivitas dan mulai batuk.
3.Gejala kelelahan, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit
kepala dapat menyertai gejala utama.
4.Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau
Bakteri

5
Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang
didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling
sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin
saja seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan
batuk mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.

Jenis Bronkitis:
1.Bronkitis akut
Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan
jalan napas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung
singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski
ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada
terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

2.Bronkitis kronik
Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di
masyarakat. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang
kronik, persisten dan progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis
yang sering dijumpai pada penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat
penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan bronkitis kronik yang dapat
memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi akut akan mempercepat kerusakan
yang telah terjadi, disamping itu kuman yang menyebabkan eksaserbasi juga
berpengaruh terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit ini berlangsung lebih
lama dibandingkan bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1 tahun dengan
frekuensi batu produktif 3 bulan selama 2 tahun berturut-turut.
Komplikasi Bronkitis
Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:
1.Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
2. Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
3.Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
4.Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.

6
Pengobatan
1. Antibiotika
a. Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan
pada protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai
reseptor pada bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat
transpeptidasi dari peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam
dinding sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati.
Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.
b.Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh
yang dramatis dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat
berkembang menjadi asam pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin.
Generasi awal mempunyai peran dalam terapi gram-negatif infeksi saluran
kencing. Generasi berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin,
enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan
spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi infeksi community-acquired
maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin
tersedia sebagai preparatparenteral yang memungkinkan penggunaanya secara
luas baik tunggal maupun kombinasi dengan agen lain.

2. Mukolitik dan Ekspektoran


Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini
menyebabkan peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus
sukar dikeluarkan secara alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat
memudahkan pengeluaran mukus.
Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan
cairan/eksudat infeksi. Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein
menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga menjadi encer. Mukus yang
encer akan mendesak dikeluarkan pada saat batuk, contoh mukolitik adalah
asetilsistein.
a.Ekspektoran
Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan muku dalam bronkus

7
sehingga mudah dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin.
Guaifenesin bekerja dengan cara mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum
sehingga meningkatkan efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari
saluran pernapasan.
Gejala sisa akibat TB masih sering ditemukan pada pasien pasca TB dalam
praktik klinik. Gejala sisa yang paling sering ditemukan yaitu gangguan faal paru
dengan kelainan obstruktif yang memiliki gambaran klinis mirip Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK). Inilah yang dikenal sebagai Sindrom Obstruksi Pasca
TB (SOPT).
Patogenesis timbulnya SOPT sangat kompleks, dinyatakan bahwa
kemungkinan penyebabnya adalah akibat infeksi TB yang dipengaruhi oleh reaksi
imunologis perorangan sehingga terjadi mekanisme makrofag aktif yang
menimbulkan reaksi peradangan nonspesifik yang luas. Peradangan yang
berlangsung lama ini menyebabkan proses proteolisis dan beban oksidasi sangat
meningkat untuk jangka lama sehingga destruksi matriks alveoli terjadi cukup
luas dan akhirnya mengakibatkan gangguan faal paru yang dapat dideteksi dengan
uji faal paru.. Puncak terjadinya gangguan faal paru pada pasien pasca TB terjadi
dalam waktu 6 bulan setelah diagnosis

Mengapa itu Terjadi:

Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan adalah karena terbatas nya sarana dan prasarana di
puskesmas, tidak seperti biasa nya di rumah sakit. Jika dipuskesmas, maka pasien
harus memeriksaan laboratarium di luar puskesmas dan kadang hal ini yang
membuat pasien malas untuk kembali lagi ke puskesmas karena merasa repot
harus bolak balik ke laboratorium dan puskesmas.

Hal Penting yang dapat Saya Pelajari dari Kasus Ini:

Ketika melakukan kegiatan di bagian BP umum ini, saya belajar dan lebih
memahami mengenai menetapkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Seharus nya dari anamnesis sudah bisa di dapatkan 80%
kemungkinan untuk diagnosis. Harus nya anamnesis yang saya lakukan bisa lebih

8
lengkap dan bisa menyingkirkan diagnosis banding yang lain ataupun bisa
mengarahkan ke suatu diagnosis kerja.

Apa yang Perlu dipelajari Lebih lanjut:

Saya menyadari bahwa kemampuan anamnesis saya masih kurang lancar,


sehingga saya sebaiknya harus lebih banyak membaca, agar kemampuan
anamnesis saya menjadi lebih baik dan lebih sistematis serta lebih terarah. Saya
juga perlu untuk lebih banyak mencoba berlatih untuk melakukan edukasi, agar
saya terbiasa menggunakan bahasa sehari hari dalam hal edukasi sehingga
membuat pasien lebih paham apa yang saya jelaskan.

Nilai Agama dan Profesionalisme yang Terkait:

Dari kasus ini, saya melihat bahwa dengan melakukan anamnesis yang
baik, dapat mencegah terjadi nya salah diagnosis. Di sini juga saya belajar
bagaimana memberikan edukasi yang baik, diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan pasien untuk berobat dan mencegah penularan pada anggota keluarga
yang lain. Untuk itu, sebagai seorang dokter yang juga merupakan seorang
comunicator, hendaknya kita harus menjelaskan penyakit pasien secara jelas
dengan bahasa yang sederhana agar pasien dapat memahaminya, serta
memberikan anjuran-anjuran yang bermanfaat.

Daftar Pustaka:
1. Pudjo A. Tuberkulosis. Dalam: Amin F. dkk. Editor. Pengantar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press. 2010.
2. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2011

9
3. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2014

LAMPIRAN

Kopi Rekam Medis:

Anamnesis:

 Identitas: pasien perempuan, berusia 55 tahun.


 Keluhan Utama: Batuk berdahak sejak ± 2 bulan yang lalu
 Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak
sejak ± 2 bulan yang lalu. Dahak berwarna kekuningan. Pasien
mengatakan, sempat pernah mengalami batuk berdarah 1x, darah berwarna
merah segar, hanya berupa bercak bercampur dahak saja. Darah hanya
sekitar setengah sendok makan. Pasien juga mengeluh kadang-kadang
merasa sesak napas, sesak dirasakan hilang timbul, tidak dipengaruhi
aktifitas dan perubahan posisi, sesak tidak dipengaruhi posisi, tidak
disertai bungi ngik-ngik. Keluhan disertai dengan demam. Demam
dirasakan tidak terlalu tinggi, terutama timbul pada sore atau malam hari.
Keluhan nyeri dada, pilek, mual, muntah, timbul benjolan pada leher,
nyeri tulang, kejang maupun penurunan kesadaran, semua disangkal oleh
pasien, serta tidak didapatkan keluhan pada BAB dan BAK pasien. Pasien
mengaku sekitar 1 bulan yang lalu, sudah berobat ke klinik dan diperiksa
oleh dokter umum, kemudian mendapat obat sirup hitam serta obat pil,
yang menurut pasien nama obat nya adalah parasetamol. Setelah obat-
obatnya habis, sekitar 1 minggu yang lalu pasien berobat ke klinik kembali
dan diperiksa oleh dokter umum yang berbeda. Pasien mengatakan obat
yang diberikan sama seperti sebelumnya. Namun tidak ada perbaikan juga,
lalu pasien kembali ke dokter umum tersebut namun tetap diberikan obat
yang sama.Karena merasa keluhanya tidak kunjung ada perbaikan,3 hari
yang lalu pasien kemudian berobat ke Puskesmas Jalan Emas. Setelah di
Periksa, pasien kemudian disarankan untuk dilakukan pemeriksaan

10
laboratorium, dahak dan foto Thoraks. Saat ini pasien datang ke
Puskesmas dengan membawa hasil-hasil pemeriksaannya tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya. Pasien pernah minum obat paru selama 6 bulan . Pasien
minum obat paru selama 6 bulan hingga selesai dan pasien sudah
dinyatakan sembuh dari penyakit TB. Riwayat alergi makanan maupun
obat, Riwayat sakit asma, kencing manis, darah tinggi, sakit jantung juga
disangkal.
 Riwayat Penyakit Keluarga: Menurut pasien, ayah pasien juga dahulu
pernah batuk-batuk lama seperti pasien namun sudah sembuh karena
minum obat. Riwayat minum obat paru selama 6 bulan pada anggota
keluarga yang lain sebelumnya disangkal. Riwayat alergi makanan
maupun obat, sakit asma, kencing manis, maupun sakit paru sebelumnya
juga disangkal. Ibu pasien meninggal karena sakit jantung dan darah
tinggi.
 Riwayat sosial dan kebiasaan: Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok.
Adik pasien yang tinggal serumah memiliki kebiasaan merokok sejak usia
20 tahun, sebanyak sekitar ½ bungkus/hari. Pasien tinggal di daerah
perkampungan yang tidak terlalu padat. Pasien mengaku, tempat
tinggalnya memiliki ventilasi yang kurang karena jendelanya tidak bisa
dibuka dan tidak terlalu lembab. Pasien mengaku, tetangga pasien ada
yang telah mengalami keluhan yang sama dengan pasien dan saat ini
sedang menjalani pengobatan rutin paru sebelumnya.

Pemeriksaan Fisik :

 Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos mentis


 Tanda vital: tekanan darah: 110/78 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit,
nafas 14 x/menit, suhu 36,8º C
 Konjungtiva pucat -/-, tidak teraba pembesaran KGB colli dan aksila.
Lain-lain dalam batas normal.
 Status lokalis paru:

11
o Inspeksi: Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi
sela iga (-), pelebaran sela iga (-)
o Palpasi : vocal fremitus hemithoraks kanan dan kiri simetris
o Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
batas paru-hepar: ICS VI línea mid-clavicularis dextra
batas paru-lambung: ICS VII línea axilaris anterior sinistra
o Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/- di ke dua
apeks paru, wheezing -/-

Pemeriksaan penunjang: Sputum BTA 3x: negatif

Diagnosis: bronkitis

Tatalaksana:

Non-farmakologi:

- Istirahat yang cukup


- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien
- Edukasi pasien mengenai cara batuk, yaitu dengan selalu menggunakan
masker, atau saat batuk dan bersin selalu menutup mulut dengan
menggunakan lengan
- Tidak membuang dahak di sembarang tempat, namun dibuang dengan
tempat khusus dan tertutup
- Memastikan ventilasi udara yang cukup dengan cara selalu membuka
jendela rumah
- Makan makanan yang bergizi, tidak ada pantangan makan
- Rutin menjemur alas tidur agar tidak lembab.

Farmakologi:

- R/ ambroxol tab No.


- ∫ 1 dd 3 tab 
- R/ parasetamol tab 500 mg No. XV
∫ 3 dd 1 tab 

12
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa ................................................ TTD .........................

Nama Pembimbing ................................................ TTD .........................

................................................ TTD .........................

13
LAPORAN KEGIATAN

KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : BP Anak

Tempat : Puskesmas Jalan Emas

Tanggal : 5 Desember 2015

Deskripsi Kegiatan :

Pada hari senin pagi sekitar pukul 07.45 WIB, kelompok kami telah
berkumpul di Puskesmas Jalan Emas. Kegiatan pelayanan di Puskesmas Jalan
Emas di mulai pada pukul 08.00 WIB, saat kegiatan pelayanan telah dimulai,
kami kemudian melaksanakan kegiatan dan tugas masing-masing sesuai dengan
jadwal roling kegiatan yang telah kami buat. Hari ini, saya mendapatkan jadwal
untuk bertugas di bagian BP Anak.

Semua pasien yang di periksa di BP anak, harus di timbang berat badanya,


diukur tinggi badanya dan suhu tubuhnya. Khusus pasien-pasien anak dibawah
usia 5 tahun ini, semua hasil pemeriksaan selain di tulis dalam berkas rekam
medik. Hari itu, terdapat 6 pasien anak yang saya periksa, salah satu diantaranya
datang dengan diagnosis diare akut tanpa dehidrasi. Saya tertarik untuk memilih
kasus ini karena menurut standar kompetensi dokter Indonesia tahun 2012 kasus
diare akut ini memiliki tingkat kemampuan 4A, sehingga sebagai seorang dokter
umum nantinya kita harus bisa untuk menegakkan diagnosis hingga melakukan
tatalaksana sampai tuntas. Selain itu, selama saya berada di RSUP Fatmawati,
kasus diare akut pada anak banyak terjadi di masyarakat dan tidak menutup
kemungkinan saat saya praktik nanti saya banyak menemui kasus diare akut pada
anak seperti ini.

Saya mencoba mendapatkan keterangan mengenai riwayat penyakit pada


pasien ini serta faktor resiko nya melalui anamnesis kepada ibu pasien. Setelah
saya merasa cukup untuk anamnesis, saya melakukan pemeriksaan fisik kepada
pasien. Karena pasien ini adalah pasien anak-anak usia 1 tahun, maka saya agak

14
sedikit kesulitan karena pasien rewel. Saya harus bersabar dan mencoba untuk
menenangkan pasien. Saya melakukan pemeriksaan fisik dengan posisi pasien
berbaringdi tempat tidur. Kemudian saya mencoba untuk menegakkan diagnosis
pada pasien dan menentukan tatalaksananya, dengan bimbingan oleh bidan dan
perawat.

Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan obat yang diberikan


kepada pasien, saya catat di dalam buku berkas rekam medik pasien, dan obat-
obat yang akan diberikan juga saya tulis di kertas resep. Selanjutnya saya
menjelaskannya kepada ibu pasien mengenai sakit yang dialami oleh pasien, dan
cara minum obatnya, serta anjuran-anjuran yang sebaiknya dilakukan dan
dihindari pasien.

Diagnosis Holistik :

 Aspek personal
Pasien datang dengan keluhan mencret sejak 1hari sebelum ke puskesmas.
Sehari bisa mencret sebanyak 5 kali.Mencret tidak di sertai darah dan tidak
disertai lendir. Ibu pasien berharap keluhan pasien tidak bertambah parah,
dan pasien dapat cepat sembuh
 Aspek klinis
Diare akut tanpa dehidrasi
 Aspek faktor internal
Pasien adalah seorang anak laki-laki, berusia 1 tahun.
 Aspek faktor eksternal
Sekitar 3 hari lalu, kakak pasien mengalami mencret. Pasien tinggal di
kawasan padat penduduk dan rumah pasien dekat dengan sungai yang
agak kotor, dimana warga sekitar sering buang air besar di sungai tersebut.
 Aspek skala fungsional
Derajat 1

Tatalaksana:

Non-farmakologi:

- Banyak minum, dan tetap beri makan seperti biasa

15
- Beri minum oralit tiap kali pasien buang air besar
- Banyak konsumsi buah pisang
- Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan. Namun jika terdapat
tanda seperti tiba-tiba anak menjadi lemas, tidak mau minum, mata tampak
cekung, bibir terlikat kering, anak harus segera dibawa berobat kembali.

Farmakologi:

- R/ Zinc syr fl No. I


∫ 1 dd 1 cth 
- R/ Lacto-B No. VI
∫ 2 dd 1 
- R/ Oralit No. III
∫ p.r.n. 

16
REFLEKSI KEGIATAN

KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : BP Anak

Tempat : Puskesmas Jalan Emas

Tanggal : 05Desember 2015

Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :

Saat mendapat kasus tersebut, saya berusaha mengaplikasikan ilmu apa


yang telah saya ketahui dan peroleh selama ini. Saya berusaha untuk mengingat-
ingat kembali tentang apa itu diare pada anak bagaimana diagnosis dan
penatalaksanaanya termasuk edukasi yang perlu diberikan pada orang tua pasien.
Setelah mendapatkan keterangan anamnesis dari ibu pasien, saya kemudian
melakukan pemeriksaan fisik. Setelah mendapat cukup informasi tentang keadaan
pasien tersebut, saya mencoba untuk menegakkan diagnosis pada pasien dan
menentukan tatalaksananya. Sebelum menjelaskannya kepada ibu pasien, saya
konfirmasikan terlebih dahulu kepada bidan selaku pembimbing saya di bagian
BP anak saat itu. Tak lupa hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan obat
yang diberikan kepada pasien, saya catat di dalam buku berkas rekam medik
pasien.

Pasien tersebut saya diagnosis dengan diare akut tanpa dehidrasi.


Kemudian setelah itu, saya jelaskan mengenai obat-obatan yang diberikan pada
pasien antara lain adalah sirup Zinc yang diminum 1x/hari sebanyak 1 sendok
takar (1 sendok takar mengandung zinc 20 mg), dan diberikan Lacto-B yang tiap
kemasan diminum 2x/hari. Saya juga mencoba memberi nasihat kepada ibu
pasien. Beberapa ini nasihat tersebut anjara lain yaitu banyak minum, dan tetap
beri makan seperti biasa, beri minum oralit tiap kali pasien buang air besar,
banyak konsumsi buah pisang, kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.
Namun jika terdapat tanda seperti tiba-tiba anak menjadi lemas, tidak mau minum,

17
mata tampak cekung, bibir terlikat kering, anak harus segera dibawa berobat
kembali.

Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya benar antara lain
adalah saya mencoba melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik lalu saya
menegakkan diagnosis sesuai dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan tersebut.
Saya mencoba menjelaskan tentang sakit apa yang dialami pasien kepada ibu
pasien, yaitu sakit diare akut. Saya juga mencoba menjelaskan obat-obat yang
digunakan, dan saya jelaskan bahwa saat ini pasien belum perlu diberikan obat
antibiotik terlebih dahulu.

Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat
antara lain adalah saya belum bisa menentukan penyebab diare akut pada pasien
ini, hal ini karena di puskesmas tidak ada fasilitas untuk periksa darah tidak
seperti yang biasa dilakukan di RSUP Fatmawati. Namun, berdasarkan yang saya
pelajari biasanya diare pada anak banyak disebabkan oleh virus maka saya tidak
memberikan antibiotik. Saya memberitahu pada ibu pasien bahwa anaknya sedang
sakit diare akut, namun saya tidak memberi tahu bahwa diare akut yang sedang
dialami pasien ini adalah jenis diare akut tanpa dehidrasi. Saya juga tidak bisa
menjelaskan apa penyebab diare pada anak ini.

Diare akut pada anak adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari
3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa
lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu1. Berdasarkan secara
klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
(disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi,
keracunan, imunodefisiensidan sebab-sebab lainnya 2. Untuk menentukan
diagnosis diare, kite perlu melakukan anamnesis yang lengkap dimanadalam
anamnesis diare akut, hal-hal yang perlu ditanyakan adalah sebagai berikut: lama
diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah.
Bila disertai muntah: volume dan frekuensi muntah. Kencing: biasa, berkurang,
jarang tau tidak kencing dalam 6-8 jam terahir. Makanan dan minuman yang
diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti
sesak, batu, pilek dan lain-lain1.

18
MTBS (manajemen terpadu balita sakit) merupakan suatu pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit di fasilitas kesehatan tingkat dasar.
MTBS ini berisi kombinasi tatalaksana kasus (kuratif) dengan perbaikan gizi,
imunisasi dan konseling (promotif, preventif). Pelaksana MTBS adalah dokter
atau paramedis (perawat, bidan). MTBS ini bukanlah untuk pasien rawat inap3.

Gambar Bagan MTBS untuk Kasus Diare

Tatalaksana untuk terapi diare tanpa dehidrasi antara lain adalah menerangkan 5
langkah terapi diare di rumah, sebagai berikut2:

19
20
Mengapa itu Terjadi:

Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan terjadi karena ada beberapa sarana dan prasarana yang
masih terbatas. Hal ini termasuk tidak ada nya sarana dan prasarana untuk
melakukan cek darah. Sehingga tidak dapat di lihat penyebab dari diare nya apa,
dan berakibat mempengaruhi dari tatalaksana nya itu sendiri.

Hal Penting yang dapat Saya Pelajari dari Kasus Ini:

Selama ini yang saya hanya mempelajari teori, dan ketika melakukan
kepaniteraan klinik di RSUP Fatmawati, kebanyakan kondisi disana hampir
serupa dengan apa yang terdapat pada teori. Namun, saat berada di Puskesmas
Jalan Emas ini, saya menyadari bahwa tidak selamanya kondisi dilapangan akan
selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan terutama untuk keterbatasan sarana
dan prasana.Saya jadi belajar bagaimana menyikapi keterbatasan yang ada dan
melatih agar tidak terlalu bergantung dari pemeriksaan penunjang untuk
menentukan diagnosis. Saya juga menyadari bahwa saya masih memiliki banyak
kekurangan dan keterbatasan.

Apa yang Perlu dipelajari Lebih lanjut:

Saya perlu untuk lebih banyak mencoba berlatih kembali, terutama


dengan kondisi yang terbatas seperti ini, contoh nya sarana dan prasarana yang
terbatas. Saya harus mengetahui bagaimana menyikapi kondisi yang terbatas ini
agar saat saya praktek di manapun saya dapat menjadi lebih siap dan tau apa yang
sebaiknya dilakukan. Dengan banyak berlatih terutama berlatih dalam hal
anamnesi, juga akan membuat saya kedepan nya nanti akan berpikir secara lebih
sistematik dan terarah. Saya juga menyadari bahwa saya harus lebih banyak
membaca dan mengulang-ulangnya, agar saya tidak mudah lupa.

21
Nilai Agama dan Profesionalisme yang Terkait:

Dari kasus ini, saya belajar bahwa saya harus banyak bersabar terutama
dalam menghadapi pasien-pasien anak yang biasanya kebanyakan kurang
kooperatif. Mencoba untuk berempati pada pasien dapat menciptakan kesan yang
baik, sehingga pasien akan lebih percaya kepada kita, dengan demikian anjuran-
anjuran yang kita sampaikan akan benar-benar didengarkan dan dikerjakan oleh
pasien

Daftar Pustaka:
1. Bambang S & Nurtjahjo B.S. Diare Akut. Dalam: Mohammad J., dkk. Buku
Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2012.
2. Dikertorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku
Saku Petugas Kesehata: Lintas Diare. Jakarta: Departemen Kesehatan RI,
2011.
3. Departemen Kesehatan RI. Buku Bagan: Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS). Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2008.

22
Feedback dari PembimbingPuskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Eko Prayoga TTD .........................

TTD .........................
Nama Pembimbing dr. Zairin Rambe

TTD .........................
dr.Fadli

TTD.........................
dr. Risahmawati

LAMPIRAN

23
Kopi Rekam Medis:

Anamnesis:

 Identitas: pasien anak laki-laki, berusia 1 tahun.


 Keluhan Utama: mencret sejak 1 hari sebelum datang ke puskesmas.
 Riwayat Penyakit Sekarang: pasien datang dengan keluahn mencret sejak
1 hari sebelum datang ke puskesma. Frekuensi buang air besar sekitar
5x/hari, tinja yang keluar tiap buang air besar tidak terlalu banyak,
konsistensi buang air besar cair diseertai ampas, berwarna kekuninga.
buang air besar tidak berbau busuk tidak disertai lendir maupun darah.
Keluhan tidak disertai dengan muntah, dan demam, batuk maupun pilek
sebelumnya. Menurut ibu pasien, pasien tidak rewel,masih aktif, masih
mau minum dan makan dengan baik, dan tidak terlihat lemas. Buang air
kecil tidak ada keluhan, terahir buang air kecil tadi pagi. Pasien belum
diperiksakan sebelumnya dan belum diberi obat apapun.
 Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien pernah mengalami mencret sebelumnya,
terahir dialami sekitar 2 tahun lalu. Pasien jarang mengalami batuk pilek.
Riwayat sakit asma, alergi obat maupun makan dan eksem disangkal.
 Riwayat Penyakit Keluarga: sekitar 3 hari yang lalu, kakak pasien juga
menglami mencret, saat ini sudah aga baikan. Riwayat sakit asma, alergi
obat maupun makan dan eksem pada anggota keluarga yang lain
disangkal.
 Riwayat imunisasi:
 Riwayat sosial dan kebiasaan: pasien tinggal di daerah perkampungan,
memiliki kamar mandi dan WC sendiri di dalam rumah. Rumah pasien
dekat dengan sungai yang agak kotor, dan warga sekitar terkadang sering
buang air besar di sungai tersebut. Air minum dari air sumur yang sudah
dimasak sebelumnya.

Pemeriksaan Fisik :

24
 Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos mentis
 Tanda vital: frekuensi nadi 96x/menit, nafas 25 x/menit, suhu 36,5º C
 Berat badan: 12 Kg, Tinggi badan: 77 cm
 Kelopak mata cekung -/-, mukosa bibir basah, turgor kembali cepat. Lain-
lain dalam batas normal. Status dehidrasi: kesan tanpa dehidrasi.

Diagnosis: Diare akut tanpa dehidrasi

Tatalaksana:

Non-farmakologi:

- Banyak minum, dan tetap beri makan seperti biasa


- Beri minum oralit tiap kali pasien buang air besar
- Banyak konsumsi buah pisang
- Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan. Namun jika terdapat
tanda seperti tiba-tiba anak menjadi lemas, tidak mau minum, mata tampak
cekung, bibir terlikat kering, anak harus segera dibawa berobat kembali.

Farmakologi:

- R/ Zinc syr fl No. I


∫ 1 dd 1 cth 
- R/ Lacto-B No. VI
∫ 2 dd 1 
- R/ Oralit No. III
∫ p.r.n. 

Dokumentasi

25
LAPORAN KEGIATAN

26
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : KIA

Tempat : Puskesmas Jalan Emas

Tanggal : 07Desember 2015

Deskripsi Kegiatan :

Pada hari Seninpagi sekitar pukul 08.00, kegiatan pelayanan di Puskesmas


Jalan Emas baru di mulai. Hari ini, saya sedang bertugas di bagian KIA. Di
ruangan KIA terdapat 2 meja, 4 kursi, 1 lemari,1 timbangan,1 alat ukur tinggi
badan,1 tensi meter,1 stetoskop, serta 1 bed periksa. Di Puskesmas jalan emas ini,
pasien yang berkunjung ke bagian KIA tidak banyak tetapi ada saja ibu hamil
yang datang untuk kontrol kehamilan dan untuk medical cek up mengenai keluhan
yang di alami ibu hamil saat ini, setiap hari akan ada pasien yang datang 4 sampai
8 pasien ibu hamil.

Pada hari itu, sekitar pukul 08.30, datang seorang ibu hamil berusia 30
tahun dengan usia kehamilan 7 minggu yang berencana untuk memeriksakan
kehamilannya. Selama hamil ini adalah kali ke 2 ibu ini memeriksakan
kehamilannya. Setelah melakukan ananmesis saya lanjutkan dengan melakukan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan status obstetri. Hasil dari pemeriksaan
tersebut saya catat di buku kesehatan ibu dan anak yang selalu dibawa oleh ibu
setiap kali kontrol, dan saya jugamencatat di kertas dokumen ante natal care.
Kemudian saya lakukan edukasi kepada ibu hamil tersebut apa pantangan dan apa
yang harus di lakukan saat hamil pada trimester pertama ini, dan setelah selesai
melakukan edukasi saya jugamemberikan resep untuk vitamin yang akan di bawa
pulang dan dikonsumsi rutin setiap hari nya yang berguna untuk kehamilan ibu
nn.

Saat di tempatkan di bagian kia pada hari itu saya berupaya melakukan
kegiatan dengan sebaik mungkin mengingat saya telah mendapatkan ilmu di
bagian kandungan dan kebidanan,jadi saya tidak merasa canggung untuk

27
melakukan anamnesis maupun pemeriksaan pada ibu hamil,tindakan yang saya
lakukan sudah baik mulai dari anamnesis, melakukan pemeriksaan tekanan darah,
pemeriksaan fisik ibu hamil, dan edukasi yang saya lakukan. Saya memeriksa
kehamilan di ruangan yang tertutup, pasien saya persilahkan untuk tidur dan
mengangkat baju nya sedikin untuk di lakukan pemeriksaan leopold,berhubung
usia kehamilan baru 7 minggu jadi saya melakukan pemeriksaan berdsarkan
kelayakan usia kehamilan.

Diagnosis Holistik :

 Aspek personal
Pasien datang karena ingin memeriksakan kondisi kehamilannya.
 Aspek klinis
G2P1A0 Hamil 7 minggu
 Aspek faktor internal
Pasien adalah seorang perempuan berusia 26 tahun.
 Aspek faktor eksternal
Pasien adalah seorang tamatan SMA. Tempat tinggal pasien cukup dekat
dengan puskesmas jalan emas. Suami pasien adalah seorang buruh
bangunan, jadi pasien sering ditinggal pergi bekerja oleh suaminya.
 Aspek skala fungsional
Derajat 1

Tatalaksana:

Non-farmakologi:

- Istirahat yang cukup, dan selalu menjaga kondisi kesehatanya.


- Segera berobat bila timbul gejala mulas, keluar air-air atau keluar darah
- Konsumsi makanan yang bergizi dan sehat.
- Minum suplemen secara teratur.
- Kontrol ulang 1 bulan kemudian.

28
Farmakologi:

- R/ vit.D tab No.XXX


∫ 1 dd 1 
- R/ as folat tab No. XXX
∫ 1 dd 1 

29
REFLEKSI KEGIATAN

KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : KIA

Tempat : Puskesmas Jalan Emas

Tanggal : 07Desember 2015

Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :

Saat saya mendapat kasus tersebut, sebenarnya saya cukup bingung


tentang apa yang harus saya lakukan. Saya berusaha mengingat kembali saat saya
mepelajari tentang pemeriksaan ante natal care saat saya menjalani kepaniteraan
klinik ilmu kebidanan dan kandungan. Setelah melakukan anamnesis saya
mendapatkan data mengenai HPHT (hari pertama haid terahir) pasien, sehingga
saya bisa menghitung perkiraan usia kehamilannya saat ini, dan kapan taksiran
persalinannya. Kemudian saya melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
status obsterti berupa pemeriksaan leopold dan memeriksa DJJ (denyut jantung
janin). Hasil dari pemeriksaan tersebut saya catat dalam buku kesehatan ibu dan
anak serta dalam berkas rekam medik dan kertas dokumen ante natal care.
Kemudian saya lakukan edukasi dan saya berikan resep untuk mendapatkan
suplemen dari apotek.

Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual


dan muntah selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan
terus berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan
membaik. Mual dan muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan
hingga berat. Mual dan muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan.
Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat
selama kehamilan, yang terjadi pada 1 %-2 % dari semua kehamilan atau 1-20
pasien per 1000 kehamilan.
Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan,
elektrolit, asam-basa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup

30
berat. Pada hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat
kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah,
hipokalemia dan ketonuria, sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di
rumah sakit.

Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya benar antara lain
adalah saya mencoba melakukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan berat
badan, tekanan darah, lingkar lengan atas, tanda edema, serta pemeriksaan status
generalis yang lain. Saat melakukan pemeriksaan status obstetri, saya lakukan di
tempat yang tertutup pada pasien dengan posisi pasien tidur terlentang diatas bed
periksa, saya berdiri di sisi kanan pasien, dan bagian perutnya saya buka bajunya.
Saya melakukan pemeriksaan leopold I-III, dan saya dengarkan DJJ nya.
Meskipun pemeriksaan leopold pada usia kehamilan 7 minggu seperti ini belum
bisa di periksa apa-apa, namun saya melakukan nya agar memberi sugesti pada
pasien ini bahwa dia di periksa oleh dokter. Kemudian saya beri anjuran seperti
Istirahat yang cukup, dan selalu menjaga kondisi kesehatanya, Segera berobat bila
timbul gejala mulas, keluar air-air atau keluar darah, Konsumsi makanan yang
bergizi dan sehat, Minum suplemen secara teratur, dan Kontrol ulang setidaknya 1
bulan kemudian.

Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat
antara lain adalah tidak melakukan pemeriksaan secara sistematis, jadi saya
melakukan anamnesis tidak secara berurutan, dan saya terkadang melompat-
lompat antara anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa riwayat pasien ada yang
tidak saya tanyakan seperti, riwayat kontrasepsi yang pernah dia pakai, bagaimana
kesiapan keluarga dalam menghadapi persalinan. Saya juga tidak menanyakan
apakah pasien pernah melakukan pemeriksaan USG selama kehamilan ini. Saya
juga tidak melakukan pemeriksaan Inspeksi vulva/perineum, pemeriksaan VT,
dan pemeriksaan Inspekulo. Saat memberikan edukasi saya juga tidak
menanyakan tentang persiapan persalinan nantinya serta rencana melakukan KB
setelah persalinan nanti.

Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan,


anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif

31
yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar
suami/pasangan atau anggota keluarga1. Untuk memantau kehamilan ibu, gunakan
buku KIA. Buku diisi setiap kali ibu melakukan kunjungan antenatal, lalu berikan
kepada ibu untuk disimpan dan dibawa kembali pada kunjungan berikutnya1.

Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan pertama antar lai meliputi:


Tanda vital (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, frekuensi napas), Berat
badan, Tinggi badan, Lingkar lengan atas (LILA), tanda edema, muka terlihat
pucat, Status generalis atau pemeriksaan fisik umum lengkap. Pemeriksaan fisik
umum pada kunjungan berikutnya yaitu Tanda vital (tekanan darah, suhu badan,
frekuensi nadi, pernafasan napas), Berat badan, EdemaPemeriksaan terkait
masalah yang telah teridentifikasi pada kunjungan sebelumnya1.

Pemeriksaan fisikobstetri pada kunjungan pertama meliputi: Tinggi fundus


uteri (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan >20 minggu), Vulva/perineum,
Pemeriksaan dalam (VT), Pemeriksaan inspekulo. Palpasi abdomen
menggunakan manuver Leopold I-IV. Auskultasi denyut jantung janin
menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia kehamilan > 16 minggu)1.

Memberikan suplemen 60 mg zat besi elemental, dan 400 μg asam folat


1x/hari. Suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dianjurkan untuk pencegahan
preeklampsia bagi semua ibu hamil. Serta beri ibu vaksin tetanus toksoid (TT)
sesuai status imunisasinya1.

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) wajib dimiliki oleh setiap ibu hamil,
karena materi konseling dan edukasi yang perlu diberikan tercantum di buku
tersebut.Pastikan bahwa ibu memahami hal-hal berikut, seperti Persiapan
persalinan (misalnya Siapa yang akan menolong persalinan, Dimana akan
melahirkan, Dukungan biaya), Pentingnya peran suami atau pasangan dan
keluarga selamakehamilan dan persalinan, Tanda-tanda bahaya yang perlu
diwaspadai (Sakit kepala lebih dari biasa, Perdarahan per vaginam, Gangguan
penglihatan, Pembengkakan pada wajah/tangan, Nyeri abdomen, Mual dan
muntah berlebihan, Demam, Janin tidak bergerak sebanyak biasanya), Penyakit
yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin misalnya hipertensi, TBC,

32
HIV, serta infeksi menular seksual lainnya, Perlunya menghentikan kebiasaan
yang berisiko bagi kesehatan,seperti merokok dan minum alkohol, Program KB
terutama penggunaan kontrasepsi pascasalin, Kesehatan ibu termasuk kebersihan,
aktivitas, dan nutrisi1.

Beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan adalah


karena kebijakan pemerintah, pemberian suplement hanya diberikan untuk 10
hari, sehingga jika pasien tidak melakukan kontrol kesehatan dia tidak akan
mendapat suplement. Di ruang KIA tidak terdapat alat untuk mengukur tinggi
badan dan tidak tersedia alat untuk melakukan pemeriksaan inspekulo. Kemudian
untuk pasien yang masih mengalami hiperemesis gravidarum, menurut bidan yang
membimbing saya tidak perlu diberikan suplemen zat besi karena akan membuat
pasien semakin mual. Hal ini masih membuat saya bingung, sehingga saya perlu
mencari referensi ataupun jurnal penelitian yang menyatakan hal ini.

Mengapa itu Terjadi:

Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan salah satunya terjadi karena merupakan kebijakan
pemerintah dalam menetapkan bahwa pemberian obat pada pasien yang
berkunjung di Puskesmas Jalan Emas ini maksimal hanya akan mendapat obat
sebnayak 30 biji. Beberapa sarana dan prasarana yang masih terbatas, juga ikut
mempengaruhi timbulnya perbedaan tersebut. Selain itu, karena pengalaman saya
yang masih kurang dan saya terkadang lupa, sehingga saya mengerjakannya
kurang sistematik dan masih ada beberapa hal yang mungkin tidak saya lakukan.

Hal Penting yang dapat Saya Pelajari dari Kasus Ini:

Dari kegiatan ini selain belajar mengenai cara pemeriksaan ante natal care
pada Ibu hamil, saya juga mempelajari bagaimana pengisian dokumen-dokumen
ante natal care. Selain itu saya juga belajar mengenai cara memberikan konseling,
informasi dan edukasi pada ibu hamil.

33
Apa yang Perlu dipelajari Lebih lanjut:

Saya perlu untuk lebih banyak mencoba berlatih melakukan pemeriksaan


antenatal care. Saya juga merasa perlu untuk belajar tentang PONED (pelayanan
obstetri dan neonatus emergensi dasar).

Nilai Agama dan Profesionalisme yang Terkait:

Dari kasus ini, saya belajar bahwa sebagai seorang dokter hendaknya kita
memeriksa pasien dengan gentleman dan harus sebisa mungkin tidak melakukan
tindakan-tindakan yang dapat memperburuk keadaan pasien, apalagi seorang Ibu
hamil seperti ini.

Daftar Pustaka:

1. Dikertorat Jendral Bina Kesehatan Ibu. Buku Saku: Pelayanan Kesehatan


Ibu di Fasilitas kesehtan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementerian
Kesehtan RI, 2013.

34
Feedback dari PembimbingPuskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Eko Prayoga TTD .........................

Nama Pembimbing dr. Zairin Rambe TTD .........................


.
dr. Fadli TTD .........................

dr.Risahmawati TTD.........................

LAMPIRAN

35
Kopi Rekam Medis:

Anamnesis:

 Identitas: pasien perempuan, berusia 26 tahun.


 Keluhan Utama: kontrol kehamilannya.
 Riwayat Penyakit Sekarang: pasien datang dengan untuk kontrol
kehamilannya. Pasien mengaku hamil 2 bulan. HPHT tanggal 15 Oktober
2015 (~ kehamilan 7 minggu). Pasien mengaku baru 2 kali melakukan
pemeriksaan ANC. Keluhan keluar darah, keluar air-air, keputihan, dan
perut terasa mulas semua disangkal. Pasien masih merasa ada gerakan
janin. Selama hamil tidak pernah mengalami sakit tekanan darah tinggi
maupun kencing manis. Selama hamil telah mendapat imunisasi T1.
 Riwayat Penyakit Dahulu: pasien tidak memilki riwayat sakit darah tinggi,
kencing manis, sakit jantung, sakit paru, sakit asma, alergi obat maupun
makan.
 Riwayat Penyakit Keluarga: riwayat sakit darah tinggi, kencing manis,
sakit jantung, sakit paru, sakit asma, alergi obat maupun makan pada
anggota keluarga yang lain semua disangkal.
 Riwayat Obstetri: G2P1A0
1) Melahirkan anak perempuan tahun 2010 pada usia kehamilan 9 bulan,
secara spontan ditolong oleh bidan.
2) Hamil ini
 Riwayat sosial dan kebiasaan: riwayat kebiasaan meroko, memakai
narkoba atau seks bebas semua disangkal oleh pasien. Riwayat kebiasaan
minum jamu-jamuan juga disangkal.

Pemeriksaan Fisik :

 Keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis


 Tanda vital: tekanan darah 100/80 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, nafas
20 x/menit
 Berat badan: 59Kg, LILA 20,5 cm
 Status Generalis dalam batas normal

36
Diagnosis: G2P1A0 hamil 7 minggu, janin presentasi tunggal hidup

Tatalaksana:

Non-farmakologi:

- Istirahat yang cukup, dan selalu menjaga kondisi kesehatanya.


- Segera berobat bila timbul gejala mulas, keluar air-air atau keluar darah
- Konsumsi makanan yang bergizi dan sehat.
- Minum suplemen secara teratur.
- Kontrol ulang etidaknya 1 bulan kemudian.

Farmakologi:

- R/ vit.D tab No.XXX


∫ 1 dd 1 
- R/ asam folat tab No. XXX
∫ 1 dd 1 

Dokumentasi

LAPORAN KEGIATAN

37
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiaatan : Farmasi

Tempat : Puskesmas Jalan Emas

Tanggal : 03 Desember 2015

Deskripsi Kegiatan :

Pada hari kamis pagi tanggal 03 Desember 2015 sekitar pukul 07:50
WIB ,kelompok kami pkm Jalan Emas sudah berkumpul di Puskesmas Jalan
Emas. Seperti kegiatan sehari-hari nya sebelum kami memulai kegiatan kami ,
kami selalu menemui dokter pembimbing kami di pkm tersebut. Dokter Zairin
selalu membimbing kami setiap pagi nya,dan memilah pembagian kegiatan setiap
hari nya, dan pada hari itu saya di tempatkan di bagian Farmasi oleh dokter Zairin.
Di bagian Farmasi saya tidak sendiri, tapi di temani oleh beberapa staf dari pkm
Jalan Emas, salah satu nya seorang Apoteker yang bernama mas A nto.

Di ruang apotek yang tidak terlalu besar ini terdapat meja,beberapa


kursi,komputer, lemari obat,dan segala perlengkapan yang dibutuhkan di ruang
apotek tersebut. Meski ruangan apotek ini tidak besar tapi jumlah dan persedian
obat yang ada bisa di bilang lengkap,baik dari segi jumlah maupun jenis obat yang
tersedia. Di apotek Jalan Emas melayani semua pemberian obat sesuai instruksi
resep yang diberikan oleh masing-masing dokter. Mulai dari dokter yang
menangani pasien dewasa, anak-anak, pasien gigi, ibu hamil, pasien HIV, dan
lain-lain. Disini saya banyak belajar dari mas Anto tentang obat-obat, dosis
pemberian obat, cara edukasi ke pasien untuk minum obat,dan banyak hal yang
dapat saya pelajari dari mas Anto.

Di hari itu,pasien yang datang ke pkm Jalan emas dan menukarkan resep
obat cukup bervariasi,mulai dari sakit Diare, Ispa, kontrol ibu hmil, sakit mata dan
lain-lain. Namun ada seorang pasien HIV yang menebus resep untuk mengobati
sakit nya tersebut. Dimana obat yang pasien ini gunakan adalah ARV, dan ARV

38
nya diberikan dalam bentuk puyer. Karna hal demikian saya tertarik untuk
mencoba mempelajari lebih lanjut.

Setelah saya menerima resep yang diberikan lalu saya konsulatsi ke mas
Anto bagaimana cara memberikan dan menyiapkan resep obat umtuk pasien
tersebut. Lalu setelah mas Anto membaca resep yang saya kasih ke beliau, beliau
langsung membuatkan obat ARV yang berisikan nevirapin itu menjadi puyer,
mas Anto memblender obat ARV dan membagi ke dalam 30 bungkus kecil yang
siap di minum, setelah proses blender selesai kemudian mas Anto menyiapkan
bungkus kecil dan membaginya sama banyak . setelah selesai membagi, bungkus
plastik kecil yang berisikan puyer ARV tersebut di press mengunakan alat press
bungkus plastik. DI pkm Jalan Emas dalam membuat sediaan obat puyer sudah
sangat modern karena sudah tidak lagi menggunakan alat seperti ulekan yang
harus di tumbuk dan dihaluskan hingga menjadi halus, melainkan diblender dalam
proses pengerjaan nya. Setelah semua selesai mas Anto memberikan edukasi
tentang minum obat ARV tersebut.

REFLEKSI KEGIATAN

39
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Farmasi

Tempat : Puskesmas Jalan Emas

Tanggal : 03 Desember 2015

Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :

Melakukan kegiatan di bagian farmasi adalah suatu kegiatan yang cukup


baru bagi saya, karena selama saya menjalani kegiatan kepanitraan klinik di
RSUP Fatmawati, ini adalah kali pertama yang saya melakukan kegiatan di depo
farmasi. Membuat resep bukanlah merupakan sesuatu hal baru bagi saya karena
saya sudah cukup sering membuatnya selama di kepanitraan klinik di RSUP
Fatmawati, tetapi untuk membuat sediaan puyer adalah suatu pengalaman baru
bagi saya, karena yang saya tahu cara membuat puyer adalah dengan cara
menumbuk dan menghaluskan nya menggunakan ulekan khusus puyer. Saya
masih sangat ingat dengan jelas pada saat kuliah preklinik, salah satu cara yang
digunakan dalam membuat sediaan puyer adalah dengan cara di tumbuk dan di
haluskan. Namun saat ini zaman sudah sangat maju dan perkembangan alat dalam
membantu pekerjaan sehari-hari semakin canggih, terutama dalam hal kegiatan
membuat puyer untuk pasien jadi lebih praktis. Setiap pasien yang membawa
resep obat langsung menaruh resep tersebut di tempat pengumpulan resep di
depan ruangan apotek, setelah itu petugas apotek menyiapkan semua obat yang
tertulis dalam resep tersebut. Setelah semua siap, pasien akan dipanggil, kemudian
diberi edukasi mengenai cara pemakaian obatnya.

Tindakan yang telah saya lakukan dalam membantu kegiatan di depo


Farmasi pada hari itu menurut saya sudah cukup benar antara lain adalah saya
mencoba memberi edukasi mengenai cara minum obat kepada setiap pasien,
seperti misalnya untuk obat salep mata dan tetes telinga sebaiknya digunakan
setelah mandi. Setiap pasien yang mendapat obat jenis sirup khusus nya pasien
anak juga selalu saya edukasi untuk pemakaian nya menggunakan sendok takar

40
sirup. Karena sendok takaran untuk meminum obat sirup sudah sesuai takaran
dosis yang telah di anjurkan

Ada beberapa Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih
kurang tepat antara lain adalah saya tidak memberikan label yang mencantumkan
nama & umur pasien pada setiap obat. Sehingga terkadang saya harus
memberikan penjelasan satu persatu kepada setiap pasien tatacara meminum obat.

Menurut peraturan menteri kesehatan yang telah di tetapkan no. 30 tahun


2014, Mengenai Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal
harus dilaksanakan oleh 1 orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab,
yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah
kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien,
baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan
Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas adalah 1
Apoteker untuk 50 pasien perhari1.

Selain itu, dalam peraturan Menteri Kesehatan no.30 tahun 2014 diatur
tentang sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi antara lain adalah Ruang
penerimaan resep yang didalam nya terdapat satu set meja dan kursi. Kemudian
ruang pelayanan resep dan peracikan obat yang didalamnya terdapat rak obat
sesuai kebutuhan dan meja peracikan, di dalam nya perlu disediakan juga
peralatan peracikan, timbangan obat, air mineral untuk pengencer, sendok obat,
bahan untuk mengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko
salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku
referensi/standar sesuai kebutuhan serta alat tulis secukupnya. Ruangan ini juga
harus diperhatikan dalam hal sirkulasi udara yang cukup dan mendapatkan cahaya
yang cukup.Ruangan yang lain yang di atur dalam PERMENKES ini adalah
ruangan untuk penyerahan obat, ruang konseling,ruang penyimpanan obat dan
bahan medis habis pakai serta ruang arsip.

Puyer adalah bentuk sediaan obat yang diracik. Puyer biasanya dibuat dari
obat dalam sediaan tablet yang kemudian digerus, lalu ditambah pengisi,

41
dicampur lalu dibagi sesuai dosis dan takaran kemudian dibungkus dengan kertas
puyer. Dokter menulis resep menentukan jumalh obat/dosis dalam puyer sesuai
dengan umur dan berat badan pasien, kemudian apoteker akan membuat puyer
tersebut dan memberikan kepada pasien. Tiap sediaan puyer tersebut dibagi
dengan cara menimbang dalam sekian bagian sehingga dari tiap bagian pada
masing-masing bungkus memiliki bagian yang sama rata, tidak lebih dan tidak
kurang. Dalah hal ini harus diperhatikan seluruh takarans serbuk itu ditimbang
satu persatu agar pembagian nya sama rata.

Ada beberapa perbedaan mengenai teori dan fakta yang ditemukan di


Puskesmas Jalan Emas, khususnya di bagian kefarmasianya, disini tidak di bagi
menjadi beberapa ruang seperti yang diatur dalam PERMENKES. Karena di
Puskemas Jalan Emas ini hanya ada satu ruangan untuk penyerahan obat dan
peracikan obat. Ruangan penyimpanan obat di Puskesmas Jalan Emas ini juga
masih kurang dalam hal tatanan udara, karena ventilasi udara yang masuk ke
ruangan kurang dan hanya mengandalkan dari air conditioner (AC). Dalam hal
membuat puyer, di Puskesmas Jalan Emas ini tidak terdapat timbangan obat
sehingga proses pembagian puyer hanya dilakukan berdasarkan perikiraan.

Mengapa itu Terjadi:

Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan terjadi karena masih ada beberapa sarana dan prasarana
yang masih terbatas sehingga belum memenuhi sesuai peraturan Menteri
Kesehatan.

Hal Penting yang dapat Saya Pelajari dari Kasus Ini:

Ketika menghadapi kenyataan bahwa keadaan dilapangan tidak sesuai


dengan teori yang selama ini kita pelajari, membuat kita berpikir sedikit lebih
keras dan harus menjadikan diri kita terbiasa akan keterbatasan yang ada. Hal
tersebut membuat kita berpikir untuk dapat memanfaatkan apa yang kita miliki
dan menggunakan nya yang ada dengan semaksimal mungkin.

Apa yang Perlu dipelajari Lebih lanjut:

42
Dengan segala keterbatasan yang ada, saya harus mulai pempelajari
beberapa alternatif obat ataupun cara yang lain bisa saya gunakan untuk
mengganti keterbatasan itu.

Nilai Agama dan Profesionalisme yang Terkait:

Sebagai seorang dokter, jika terdapat keterbatasan saat melakukan praktik


sebaiknya jangan mengeluh atau menggerutu. Sebaiknya kita harus memanfaatkan
yang ada dengan semaksimal mungkin.

Daftar Pustaka:

1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Puskesmas.
2. Susana E.S. & Adelina S. Ketepatan Kaddar Parasetamol dalam Sediaan
Puyer. Diakses tanggal 16 Agustus 2015. Diunduhdari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=199192&val=6570&title=Ketepatan%20Kadar%20Parasetamol
%20dalam%20Sediaan%20Puyer%20Secara%20Spektrofotometri
%20Ultraungu-Tampak
3. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Materi Pelatihan
Manajemen Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehantan RI,
2010
Dokumentasi :

43
44
Feedback dari PembimbingPuskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Eko Prayoga TTD .........................

dr.Zairin Rambe
TTD .........................
Nama Pembimbing
dr. Fadli
TTD .........................

TTD..........................
dr. Risahmawati

45
KEGIATAN EKSTERNAL

46
LAPORAN KEGIATAN

KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Pelatihan dokter kecil

Tempat : Puskesmas Jalan Emas

Tanggal : 01 Desember 2015

Deskripsi Kegiatan :

Kami melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan UKS di puskesmas.


Kegiatan ini dilakukan di dalam aula puskesmas. Di dalam aula puskesmas
terdapat dua buah meja panjang yang terletak di bagian depan dan kursi-kursi
untuk para siswa SD. Serta di lengkapi proyektor untuk menampilkan presentasi.
Kami mengundang sekitar 20-30 siswa dari SD negeri ataupun swasta. Kami
mengundang siswa kelas 4-5 SD dan siswa yang hadir didampingi oleh guru
pendamping.

Kegiatan ini kami adakan pada tanggal 01 Desember 2015 sekitar pukul
09.00. Acara kami awali dengan doa dan sambutan dari perwakilan guru
pembimbing para siswa yang hadir. Materi yang akan kami sampaikan adalah
mengenai dokter kecil, lalu tentan g kesehatan mata dan telinga serta kebersihan
diri. Saya mendapat bagian untuk presentasi materi kebersihan diri dan kesehatan
mata.Saya menyampaikan materi dengan menggunakan slide presentasi yang
ditampilkan ke layar oleh proyektor.

Saat presentasi, saya menampilkan beberapa gampar berupa poster


kesehatan contoh nya poster cara cuci tangan yang baik dan benar, waktu kapan
saja kita sebaik nya melakukan cuci tangan, cara sikat gigi yang baik dan benar
serta waktu kapan kita harus melakukan sikat gigi. Saya juga menampilkan slide
tentang kesehatan mata dan menampilkan contoh posisi duduk saat membaca
yang baik dan benar harus diperhatikan jarak nya agar tidak terlalu dekat yang
akan merusak mata. Di dalam presentasi tersebut saya juga mencontohkan
langkah cuci tangan dengan nyanyian “7 langkah cuci tangan” dan anak-anak

47
yang hadir mengikuti nya. Dengan ada nya nyanyian ini semoga anak-anak
menjadi lebih ingat bagaimana langkah cuci tangan yang baik dan benar.

Setelah presentasi selesai saya mereview kembali materi presentasi kepada


anak-anak tersebut dan Alhamdulillah mereka sudah lebih mengerti tentang
kebersihan diri dan kesehatan mata. Kemudian ada 3 siswa yang menanyakan
beberapa pertanyaan tentang dua materi tersebut lalu saya mencoba menjawab nya
dengan bahasa sehari hari agar mereka lebih paham dan tjdak bingung. Saya
senang melihat antusiasme anak-anak untuk mendengarkan penyuluhan ini.

48
REFLEKSI KEGIATAN

KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Pelatihan dokter kecil

Tempat : Puskesmas Jalan Emas

Tanggal : 01 Desember 2015

Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :

Dokter kecil adalah peserta didik yang dipilih guru guna


ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan
terhadap diri sendiri, keluarga, teman murid pada khususnya dan
sekolah pada umumnya. Usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah
upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan seta membentuk perilaku hidup
sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah dan perguruan
agama.menurut UU RI no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan Bab
V bagian ketiga belas pasal 45 ayat 1 : Kesehatan sekolah
diselenggarakan untuk meningkatkan ketidakmampuan hidup
sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga
peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara
harmonis dan optimal menjadi sumber daya yang lebih
berkualitas.

Kegiatan penyuluhan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang


beberapa kali pernah saya lakukan selama menjalani kepaniteraan klinik. Selama
ini saya melakukan penyuluhan dengan pesertanya kebanyakan adalah orang
dewasa dan materi yang disampaikan adalah tentang penyait tertentu. Melakukan
penyuluhan dengan tema kebersihan diri dan kesehatan mata yang diikuti oleh
para siswa adalah suatu pengalaman baru bagi saya. Dengan jumlah peserta anak-
anak yang tidak sedikit ini, cara penyampaian materi tentu harus menarik agar
mencuri perhatian mereka.

49
Tindakan yang telah dilakukan yang menurut saya benar antara lain adalah
memberi materi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta
memberikan beberapa gambar berupa poster kesehatan. Hal ini dilakukan agar
materi yang telah disampaikan menjadi mudah diingat dan kami berharap bahwa
para siswa akan mulai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. .

Tindakan yang dilakukan yang menurut saya masih kurang tepat antara
lain adalah tidak melakukan pre test dan post test untuk dapat menilai
pengetahuan mereka sebelum diberi materi, sehingga kami tidak dapat menilai
pengetahuan mereka sebelum diberikan materi ini dan apakah dengan
dipaparkanya materi ini pengetahuan mereka akan semakin bertambah atau tidak.
Selain itu, kami tidak melakukan evaluasi ulang untuk melihat adakah perbedaan
perilaku mereka setelah mendapatkan materi tentang kebersihan diri dan
kesehatan mata ini. Kami juga tidak melakukan praktek langsung contoh nya
praktek cuci tangan karena keterbatasan waktu dan tempat.

Beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan adalah kami
tidak dapat membandingkan antara hasil masukan dan luaran dari penyuluhan ini,
karena kami tidak melakukan pre test sebelum penyuluhan. Untuk melihat adanya
perubahan perilaku setelah dilakukannya penyuluhan, seharusnya kita juga
melakukan evaluasi ulang.

Mengapa itu Terjadi:

Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan terjadi karena kami hanya terfokus untuk memberikan
penyuluhan kebersihan diri sehingga kami kurang mempertimbangkan bagaimana
perubahan perilaku setelah dilakukannya penyuluhan ini.

Hal Penting yang dapat Saya Pelajari dari Kasus Ini:

Dari kegiatan penyuluhan ini saya belajar banyak hal anatara lain adalah
sebelum memberikan penyuluhan kami harus mempertimbangkan materi yang
tepat untuk diberikan segingga kegiatan penyuluhan tidak menjadi sia-sia. Saya
juga belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik sehingga para peserta dapat

50
terfokus dan menyimak penyuluhan ini. Saya juga belajar komunikasi dengan
peserta anak-anak, saya belajar bagaimana memusatkan perhatian mereka
terhadap materi yang diberikan.

Apa yang Perlu dipelajari Lebih lanjut:

Saya merasa harus belajar mengenai cara berkomunikasi terutama


terhadap pendengar yang banyak sehingga kedepannya nanti ketika melakukan
penyuluhan dapat maksimal.

Nilai Agama dan Profesionalisme yang Terkait:

Melalui kegiatan ini, saya menyadari pentingnya upaya promotif pada


masyarakat agar dapat merubah perilaku dan kebiasaan mereka. Sebagai seorang
dokter, tentunya kita juga harus melakukan upaya promotif ini. Kita juga harus
memiliki sifat yang ramah, sabar dan santun agar masayarakat terutama anak-
anak bersedia untuk mendengarkan nasihat kita.

Daftar Pustaka:

51
1. Depkes RI. 1995. Pedoman Pelatihan, Modul dan Materi
Dokter Kecil. Edisi II. Jakarta

2. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta, 2007.

Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Eko Prayoga TTD .........................


dr.Zarin Rambe
Nama Pembimbing
dr.Fadli TTD .........................

dr.Risahmawati TTD .........................

52
TTD.........................

LAPORAN
KEGIATAN
KINERJA
EKSTERNAL
PUSKESMAS

Nama kegiatan : BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)


Tempat : SD Islam Miftahul Khair
Tanggal : 28 November 2015

53
Deskripsi Kegiatan :

Kegiatan ini dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 28 November 2015.


Kegiatan ini dilakukan di 3 SD dekat puskesmas Jalan Emas. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh saya dan dua teman kelompok IKK serta dokter dan perawat
puskesmas jalan emas.

Hari Sabtu, tanggal 28 November 2015, saya bersama dua teman


kelompok IKK Puskesmas Jalan Emas yang lain diajak untuk mengikuti program
BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) di sebuah SD Islam didekat Puskesmas.
Kami bertiga berangkat dari puskesmas pukul 08.30 WIB bersama seorang dokter
umum di Puskesmas dan seorang perawat yang bertanggung jawab terhadap
program Imunisasi di Puskemas. Sebelumnya kami ikut belajar mempersiapkan
alat-alat dan bahan-bahan yang akan dibawa, spuit 3 cc, vaksin DT, vaksin TD,
dan kapas yang dibasahi air hangat.

Kami sampai sekolah tersebut jam 08.50 WIB disambut oleh kepala
sekolah dan guru dari SD tersebut. Setelah bersalaman, kemudian kami diantar
menuju ruangan kelas kosong untuk mempersiapkan imunisasi bagi kelas 1, 2 dan
3. Untuk pelaksanaan imunisasi tersebut, dilakukan secara bergilir dengan cara
memanggil anak-anak murid sesuai kelas ke ruangan. Dengan di panggil secara
bergilir, maka diharapkan pelaksanaan imunisasi dapat berjalan lancar, teratur dan
tertib.

Setelah sampai di ruangan kelas kosong yang menjadi ruang imunisasi,


saya dan teman-teman saya membantu menyiapkan vaksin. Persiapan untuk
imunisasi dilakukan mulai dari memasukkan sediaan vaksin DT dan TT ke dalam
spuit-spuit yang telah kami siapkan dari puskesmas. Ketika kami sedang
menyiapkan sediaan vaksin, dokter yang mendampingi kami melakukan absen
untuk mendata jumlah murid yang hadir dari tiap kelas. Setelah selesai di absen,
ternyata tidak semua anak murid kelas 1,2, dan 3 datang pada hari itu untuk
mengikuti program BIAS ini. Lalu kami tanyakan hal ini kepada guru disekolah
tersebut, guru di sekolah menjelaskan bahwa hari sabtu seharusnya murid masuk
seperti biasa namun karena ada progran BIAS sehingga murid diwajibkan untuk

54
hadir,tetapi ada beberapa dari murid tidak hadir dengan alasan sakit dan menurut
guru tersebut kebanyakan anak-anak tidak masuk karena takut untuk disuntik.

Setelah kami selesai menyiapkan sediaan vaksin, kami pun memulai


rangkaian acara imunisasi ini. Imunisasi dimulai dari murid-murid kelas 1 terlebih
dahulu untuk masuk ke kelas. Untuk murid kelas 1 ini kami menyuntikkan vaksin
DT pada 8 orang siswa dan siswi. Vaksin ini kami suntikkan secara intramuskular
(im) di otot deltoid pada lengan kiri setiap anak. Sebelum kami suntikkan vaksin,
kami secara singkat meemberikan edukasi tentang manfaat dan tujuan dilakukan
imunisasi ini yaitu untuk mencegah penyakit Difteri dan Tetanus. Alhamdulillah
murid-murid kelas 1 ini tidak banyak yang menangis ataupun takut untuk disuntik
sehingga dapat mempengaruhi teman-teman nya yang lain agar tidak takut di
suntik.

Setelah kami selesai melakukan imunisasi DT pada murid kelas 1, kami


melanjutkan dengan memanggil murid kelas 2. Murid kelas 2 ini akan diberikan
vaksin TT yang disuntikkan secara intramuskular (im) di otot deltoid pada lengan
kiri tiap anak. Murid kelas 2 yang hadir pada program BIAS ini hanya 8 orang.
Kemudian untuk murid kelas 3 yang hadir pada program ini hanya 5 orang. Untuk
murid kelas 3, kami memberikan vaksin TT juga.

REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)


Tempat : SD Islam Miftahul Khair
Tanggal : 28 November 2015

55
Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :

Pemberian Imunisasi sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah


Penyakit melalui kekebalan tubuh harus dilaksanakan secara terus menerus,
menyeluruh dan dilaksanakan sesuai standar, sehingga mampu memberikan
perlindungan kesehatan dan memutus mata rantai penularan penyakit. Salah satu
program yang tiap tahun rutin dilaksanakan adalah BIAS (Bulan Imunisaasi Anak
Sekolah).

Bias adalah bulan dimana seluruh kegiatan imunisasi dilaksanakan di


seluruh Indonesia yang perencanaannya dilakukan pada tanggal 14 Nopember
1997 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri
Agama dan Menteri Kesehatan.Imunisasi dalah pemberian vaksin dengan tujuan
agar mendapatkan perlindungan (kekebalan) dari penyakit infeksi yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Tujuan pelaksanaan BIAS adalah mempertahankan Eleminasi Tetanus


Neonaturum, pengendalian penyakit Difteri dan penyakit Campak dalam jangka
panjang melalui imunisasi DT, TT dan Campak pada anak sekolah.

Imunisasi yang diberikan pada BIAS ada tiga jenis yaitu:

1.   Campak pada anak kelas I

2.   DT pada anak kelas I

3.   TT pada anak kelas II dan III

Penyelenggaraan BIAS ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI


nomor 1059/Menkes/SK/IX/2004 dan mengacu pada himbauan UNICEF, WHO
dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal (MNTE) pada tahun 2005 di negara berkembang (insiden dibawah 1 per
1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun). BIAS adalah salah satu bentuk kegiatan
operasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada

56
bulan tertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah
Dasar (SD) atau sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 3 di seluruh Indonesia.

BIAS dilaksanakan 2 kali setahun yaitu pada Bulan September untuk


pemberian imunisasi Campak pada anak kelas I dan bulan November untuk
pemberian imunisasi DT pada anak kelas I, TT pada anak kelas II dan III. BIAS
dilaksanakan di seluruh Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) negeri
dan swasta, Institusi pendidikan setara SD lainnya (Pondok Pesantren, Seminari,
SDLB).

Sasaran kegiatan BIAS adalah seluruh anak Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta, Institusi pendidikan setara SD
lainnya (Pondok Pesantren, seminari, SDLB) laki-laki dan perempuan.

Untuk anak yang tidak sekolah pada pelaksanaan BIAS agar diajak ke
Puskesmas terdekat untuk mendapatkan imunisasi, sedangkan untuk anak yang
sakit pemberian imunisasi ditunda dan apabila sembuh agar diajak ke puskesmas
terdekat untuk diimunisasi.

Menurut saya tindakan yang saya lakukan bersama teman-teman


kelompok IKK sudah benar. Namun jika berdasarkan sasaran dari program BIAS
ini adalah seluruh siswa sekolah maka di sekolah yang kami kunjungi kemarin,
sasaran dari program BIAS ini tidak tercapai. Sasaran dari program BIAS ini tidak
tercapai karena banyak nya siswa-siswi yang tidak masuk sekolah sehingga tidak
semua siswa dan siswi mendapatkan imunisasi. Menurut bidan penanggung jawab
program ini,hal ini bisa disolusikan dengan cara membawa anak-anak yang tidak
masuk sekolah tersebut ke puskesmas untuk mendapatkan imunisasi sesuai
program BIAS. Namun hal ini perlu kesadaran dari orang tua siswa dan perlu
sosialisasi dari pihak sekolah terhadap orang tua siswa.

Saya melihat di sekolah yang kami kunjungi kemarin, baik dari pihak
sekolah maupun pihak puskesmas tidak mendata anak yang sudah melakukan
imunisasi ataupun yang belum melakukan imunisasi karena tidak masuk sekolah
saat dilakukan program BIAS ini. Karena tidak ada nya pendataan tersebut, maka

57
tidak diketahui siapa saja yang belum mendapatkan imunisasi sesuai program
BIAS.

Mengapa itu terjadi ?

Menurut saya hal tersebut terjadi karena kurang nya sosialisasi dari pihak
sekolah terhadap anak-anak dan orang tua siswa akan program BIAS ini.
Pendataan yang kurang juga menjadi masalah tidak tercapainya sasaran 100% dari
program BIAS yaitu 100% seluruh anak Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta, Institusi pendidikan setara SD lainnya (Pondok
Pesantren, seminari, SDLB) laki-laki dan perempuan. Pendataan seharusnya
dilakukan oleh pihak sekolah maupun pihak puskesmas agar dapat dipantau
berapa jumlah siswa yang sudah mengikuti program BIAS dan berapa jumlah
siswa yang belum mengikuti program BIAS.Jika didata dengan baik, maka siswa
yang tidak mengikuti program BIAS ini dapat di informasikan oleh pihak sekolah
untuk datang ke puskesmas dan mendapatkan vaksin.

Hal penting apa yang dapat saya pelajari dari kasus ini?

Saya mempelajari bahwa dalam mencapai kesuksesan suatu program yang


meliputi tujuan dan sasaran, maka dibutuhkan sosialisasi yang baik mengenai
program tersebut. Dalam hal program BIAS ini, betapa penting nya dilakukan
sosialisasi mengenai manfaat dan pentingnya imunisasi. Sebaiknya sosialisasi ini
juga dilakukan untuk anak-anak agar tidak takut disuntik dan dilakukan kepada
pihak orang tua agar menimbulkan kesadaran pada para orang tua akan betapa
penting nya imunisasi sehingga mereka akan mewajibkan anak-anak nya datang
dan mengikuti program BIAS. Selain itu pendataan juga sangat diperlukan dalam
pelaksanaan suatu program agar bisa menjadi evaluasi dalam program yang telah
dilakukan tersebut serta dapat meminimalisir anak-anak tidak mendapat vaksin.
Saya juga mempelajari bahwa dalam melaksanakan suatu program eksternal
puskesmas seperti ini, dibutuhkan kerja sama dan komunikasi yang baik antara
pihak sekolah, orang tua dan pihak puskesmas. Dalam melaksanakan program,
sumber daya manusia juga harus tetap diperhatikan agar semua tugas dapat
terlaksana dengan baik dan tidak ada yang terlewat.

58
Apa yang perlu saya pelajari lebih lanjut?

Yang perlu saya pelajari lebih lanjut adalah saya perlu banyak latihan
dalam melakukan imunisasi, mengingat imunisasi ini dilakukan pada anak-anak
yang biasanya masih takut akan suntikan. Sehingga diperlukan kesabaran dan
kelembutan dalam melakukan imunisasi ini agar anak-anak tidak merasa tegang
ataupun takut saat di suntik imunisasi. Saya juga perlu belajar lagi mengenai
imunisasi baik itu cara menyuntik, manfaat, efek samping. Hal ini perlu agar saya
bisa memberikan edukasi terhadap orang tua dan anak-anak itu sendiri.

Nilai agama dan profesionalisme apa yang terkait dengan kasus ini?

Penting nya persiapan yang matang sebelum melaksanakan kegiatan agar


tidak ada masalah yang muncul saat pelaksanaan kegiatan. Pembagian tugas juga
sangat penting dalam melaksanakan kegiatan agar semua tugas dapat dilakukan
dengan maksimal dan tidak ada tugas yang terlewat. Evaluasi setiap kegiatan yang
telah dilaksanakan juga penting agar kita dapat apakah ada kesalahan dalam
pelaksanaan kegiatan sehingga bisa kita perbaiki jika akan melakukan kegiatan
ataupun program yang lain. Cara komunikasi dengan audiens yang mayoritas
anak-anak juga penting agar kita terbiasa dengan audiens anak-anak.

Referensi

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015


tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Panduan Imunisasi di Indonesia. Edisi
Keempat. 2011.

Dokumentasi Kegiatan :

59
60
Feedback dari PembimbingPuskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Eko Prayoga TTD .........................

TTD .........................
dr. Zairin Rambe
Nama Pembimbing
TTD .........................
dr. Fadli

TTD...........................
dr. Risahmawati

61
LAPORAN KEGIATAN

KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Posyandu

Tempat : Posyandu Jati Uwung

Tanggal : 8 Desember 2015

Deskripsi Kegiatan :

Pada hari selasa pagi sekitar pukul 07.45 seperti biasa saya dan teman-
teman kelompok sudah tiba di Puskesmas Jalan Emas. Hari ini kami mendapat
jadwal untuk kegiatan eksternal, yaitu kegiatan Posyandu. Kami di bagi ke 2
posyandu. Saya dan satu teman saya mendapatkan tugas di Posyandu Jati Uwung.
Sekitar pukul 09.00 saya dan teman kelompok saya menuju posyandu dengan
menggunakan motor bersama satu orang bidan dari Puskesmas Jalan Emas.
Kegiatan yang dilakukan di posyandu ini adalah pemeriskaan anak-anak balita
serta pemberian imunisasi polio dan pentabio.

Saat tiba di posyandu,sudah ada 8 orang kader yang akan mendampingi


kami dalam kegiatan ini. Di posyandu sudah terdapat beberapa meja dan alat
untuk mengukur tinggi badan dan berat badan. Kemudian kami mengumupulkan
anak-anak dan mengatur agar anak-anak berbaris sehingga tertib. Anak-anak
berbaris untuk dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pada hari itu,
anak usia 0-4 tahun yang datang sekitar 45 anak. Setelah dilakukan pengukuran
berat badan dan tinggi badan, anak-anak itu mendapatkan bubur sumsum dari
kader posyandu. Selain mendapatkan bubur sumsum, anak-anak itu juga
mendapatkan susu bubuk untuk dibawa pulang ke rumah. Selain itu, ada satu anak
yang mendapatkan imunisasi pentabio dan polio. Ada juga satu orang anak yang
ingin mendapatkan imunisasi campak namun karena kami tidak membawa vaksin
nya dari puskesmas sehingga disarankan untuk melakukan imunisasi nya di

62
puskesmas. Selain itu ada juga seorang ibu yang ingin melakukan suntik KB,
namun kami tidak membawa peralatan untuk suntik KB sehingga kami
menyarankan pada ibu tersebut untuk melakukan suntik KB di puskesmas.

Saya mendapat kesempatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada


anak berupa pengukuran berat badan dan tinggi badan. Saat melakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan, saya melaporkan kepada teman
kelompok saya yang bertugas untuk mencatat di buku catatan kesehatan ibu dan
anak. Saya juga mendapat kesempatan untuk melakukan imunisasi polio yang
berupa sediaan tetes. Saat akan meneteskan imunisasi polio, saya berusaha untuk
menenangkan anak tersebut dan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dan
secara singkat tentang imunisasi polio kepada anak tersebut.

63
REFLEKSI KEGIATAN

KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Posyandu

Tempat : Posyandu Jati Uwung

Tanggal : 8 Desember 2015

Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :

Saat saya berada di RSUP Fatmawati untuk kepaniteraan klinik, saya


belajar tentang kesehatan ibu dan anak secara terpisah karena ada di stase yang
berbeda dan waktu yang berbeda juga. Dalam kegiatan posyandu ini, dua hal
tersebut dilakukan secara bersamaan. Di kegiatan posyandu ini, saya melakukan
pemeriksaan kesehatan ibu dan anak secara bersamaan. Saya banyak mendapat
pengalaman mengenai pengisian dan cara pembacaan chart yang ada di kartu
menuju sehat yang dimiliki oleh anak-anak. Saya juga mendapat kesempatan
melakukan imunisasi polio secara langsung kepada anak-anak. Dengan kegiatan
posyandu ini saya dapat melatih kemampuan komunikasi saya kepada anak-anak
ataupun kepada ibu-ibu yang mengikuti kegiatan posyandu ini.

Sewaktu saya melakukan kegiatan Posyandu ini, tindakan yang telah saya
lakukan yang menurut saya benar antara lain adalah melakukan pengukuran berat
badan dan tinggi badan yang penting untuk pertumbuhan anak dan selalu di catat
di buku kesehatan ibu dan anak agar dapat di pantau selalu pertumbuhan nya.

Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat
saat melakukan kegiatan posyandu ini antara lain adalah kurang nya persiapan
untuk kegiatan ini, contoh nya kami tidak membawa peralatan untuk suntik KB
dan vaksin campak.

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan


kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan

64
sumber daya manusia sejak dini. Posyandu juga merupakan tempat kegiatan
terpadu antara program Keluarga Berencana – Kesehatan di tingkat desa.

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan


dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS.
Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu
antaralain:
1) Kesehatan Ibu dan Anak

 Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi,


anak balita dan anak prasekolah
 Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena
kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan
tambahan vitamin dan mineral
 Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
 Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.

2) Keluarga Berencana

 Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan


perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena
melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko tinggi
 Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya

3) Immunisasi

 Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio
3x, dan campak 1x pada bayi.

4) Peningkatan gizi

65
 Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat
 Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori
cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang
menyusui
 Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun

5).Penanggulangan diare

Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan


Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu:

1. Kesehatan Ibu dan Anak


2. Keluarga Berencana
3. Immunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan Diare
6. Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan
air limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman
7. Penyediaan Obat essensial.

Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh Kader


Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada saat
penyelenggaraan Posyandu minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang. Jumlah
ini sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yang
mengacu pada sistim 5 langkah. Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah
serta para penanggungjawab pelaksanaannya secara sederhana dapat diuraikan
sebagai berikut1:

66
Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Apabila diperlukan, hari buka
Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan. Tempat penyelenggaraan
kegiatan Posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh
masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga,
halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di
pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secara
swadaya oleh masyarakat1.

 
Manfaat posyandu adalah memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB,
imunisasi, gizi, penanggulangan diare.

1. Kesehatan ibu dan anak

 Ibu:  Pemeliharaan kesehatan ibu di posyandu, Pemeriksaan kehamilandan


nifas, Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah darah, Imunisasi TT untuk ibu hamil.

 Pemberian Vitamin A: Pemberian vitanin A dosis tinggi pada bulan


Februari dan Agustus . Akibat dari kurangnya vitamin A adalah
menurunnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. (Dinas
Kesehatan RI. 2006: 95)

67
 Penimbangan Balita: Penimbangan balita dilakukan tiap bulan di posyandu
(Dinas Kesehatan RI. 2006: 95). Penimbangan secara rutin di posyandu
untuk pemantauan pertumbuhan dan mendeteksi sedini mungkin
penyimpangan pertumbuhan balita. Dari penimbangan yang kemudian
dicatat di KMS, dari   data tersebut dapat diketahui status pertumbuhan
balita (Dinas Kesehatan RI. 2006: 54), apabila penyelenggaraan posyandu
baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik
pula.

Beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan adalah tidak
dilakukan nya kegiatan untuk keluarga berencana karena kami tidak membawa
perlengkapan untuk suntik KB. Kurang terlaksana nya kegiatan imunisasi juga
terjadi pada kegiatan posyandu kemarin, karena kami hanya membawa untuk
imunisasi pentabio dan polio.

Mengapa itu Terjadi:

Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang
ditemukan dilapangan terjadi karena kurang nya persiapan kami saat sebelum
kegiatan posyandu ini. Karena seharus nya kegiatan posyandu ini meliputi
imunisasi untuk anak-anak dan juga pemeriksaan ataupun pelaksanaan untuk KB.

Hal Penting yang dapat Saya Pelajari dari Kasus Ini:

Dari kegiatan posyandu ini saya belajar mengenai cara pengelolaan


Posyandu, serta pemeriksaan kesehatan terutama pada Ibu hamil dan pada Anak
balita, pemberian Imunisasi sesuai jadwal yang dikeluarkan oleh departemen
kesehatan. Hal penting juga adalah perlu nya persiapan yang matang sebelum
melakukan kegiatan. Seharusnya kami siap sedia membawa perlengkapan untuk
suntik KB ataupun untuk imunisasi yang lain.

Apa yang Perlu dipelajari Lebih lanjut:

Saya harus banyak berlatih lagi dalam melakukan pemeriksaan kesehatan


ibu dan anak, pemberian imunisasi kepada anak-anak serta perhitungan status gizi.

68
Saya juga seharusnya membaca buku untuk pedoman posyandu agar lebih
mengetahui tentang posyandu secara lengkap.

Nilai Agama dan Profesionalisme yang Terkait:

Sebagai seorang dokter, kita harus bertindak sebagai seorang


communicator. Maka dari itu komunikasi merupakan kemampuan yang sangat
penting dan perlu terus ditingkatkan dalam diri kita sebagai dokter. Sebagaimana
dalam Islam juga kita harus mencontoh sifat Nabi Muhammad SAW yang salah
satu nya adalah dakwah. Dalam hal ini, kita sebagai dokter dapat memberikan
dakwah berupa pengetahuan dan nasihat mengenai kesehatan.

Daftar Pustaka:

1. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2011

Dokumentasi:

69
Feedback dari PembimbingPuskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Eko Prayoga TTD .........................

Nama Pembimbing dr.Zairin Rambe TTD .........................

dr. Fadli TTD .........................

dr.Risahmawati TTD..........................

LAPORAN KEGIATAN

70
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Kunjungan Rumah

Tempat : PKM Jalan Emas

Tanggal : 19 Desember 2015

Deskripsi kegiatan :

Pada hari sabtu tanggal 19 Desember 2015, sekitar pukul 07:30 WIB kami
telah sampai dan berkumpul di PKM Jalan Emas. Pada pukul 07:35, kami
mendapat pengarahan dari dr. Zairin mengenai kunjungan rumah yang sudah di
beritahukan pada pertemuan sebelum nya, sebelum memulai kegiatan kunjungan
rumah, terlebih dahulu kami diberitahukan bahwa rumah yang akan kami
kunjungi adalah rumah beberapa pasien PKM Jalan Emas yang sudah berulang
kali datang, karena penyakit nya yang membutuhkan pengobatan dan perawatan
yang berkelanjutan.

Pada hari itu kami melakukan kunjungan rumah secara tiba-tiba tanpa
pemberitahuan kepada keluarga pasien sebelum nya. Hal itu dikarenakan waktu
kunjungan yang sempit dan juga di PKM Jalan Emas waktu untuk melakukan
kunjungan rumah adalah setiap hari Jumat. Setelah kami tiba di rumah Tn. A yang
berumur 31 tahun, kami disabut dengan hangat dan ramah oleh ibu pasien. Lalu
dr. Zairin menjelaskan alasan kami melakukan kunjungan rumah adalah untuk
mengikuti dan memantau sudah sejauh mana pengobatan dan hasil yang di
peroleh dari pengobatan Tn. A.

Kemudian kami diperkenalkan kepada ibu dan pasien, setelah itu saya
meminta izin kepada ibu pasien dan pasien untuk melakukan anamnesis dan
melakukan pemeriksaan fisik serta melakukan pengisian berkas keluarga terhadap
Tn. A, setelah mendapat izin saya langsung melakukan apa yang harus saya
lakukan, setelah itu saya dapat menemukan beberapa masalah yang kesehatan
yang terdapat pada keluarga tersebut. Beberapa masalah yang kami temukan
antara lain adalah Tn. A mengalami suspek TB paru, rumah pasien sangat lembab,
ventilasi cahaya dan udara sangat kurang, dan keadaan ekonomi yang cukup sulit.

71
Lalu setelah selesai melakukan kunjungan rumah, kami saling berdiskusi dan
membahas kira-kira intervensi apa yang dapat kami lakukan pada Tn. A, lalu kami
memutuskan untuk memberi konseling tentang TB paru dan menganjurkan pasien
untuk datang berobat ke PKM Jalan Emas dan melakukan pemeriksaan penujang
yang nanti akan disarankan oleh Dokter PKM Jalan Emas, dan membuat ventilasi
yang cukup bagus untuk pencahayaan dan udara.

Diagnostik Holistik :

 Aspek personal :
Pasien dengan keluhan badan terasa lemas hampir tidak kuat untuk
berjalan selama hampir setengah tahun belakangan. Pasien kuatir dengan
keluhan nya, terkadang batuk dirasakan pasien, pasien memiliki harapan
untuk sembuh.
 Aspek klinis :
TB paru BTA (-) Kasus Baru
 Aspek faktor internal :
Pasien adalah seorang pria 31 tahun
 Aspek faktor eksternal :
Pasien di dalam rumah yang sangat lembab, memiliki ventilasi yang
kurang karena jendela juga sudah lama tidak dibuka, keluarga pasien
termasuk kedalam ekonomi kebawah dan terkadang pasien memiliki
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
 Aspek skala fungsional :
Derajat 1

Tatalaksana :

72
Non - Farmakologi

- Istirahat yang cukup, dan selalu minum obat secara teraturselama 6 bulan
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien
- Menganjurkan untuk menggunakan masker, atau selalu menutup mulut
dengan menggunakan lengan saat batuk dan bersin
- Tidak membuang dahak di sembarang tempat
- Eduksi tentang efek samping obat, dan menganjurkan untuk segera kontrol
bila timbul efek samping tersebut
- Selalu membuka jendela rumah agar ventilasi udara dalam rumah cukup
- Makan makanan yang bergizi, tidak ada pantangan makan
- Rutin menjemur alas tidur agar tidak lembab.

Farmakologi:

- R/ 4 KDT tab No. XXI


∫ 1 dd 3 tab 
- R/ Vitamin B6 tab No. VII
∫ 1 dd 1 tab

REFLEKSI KEGIATAN

73
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Kunjungan Rumah


Tempat : Puskesmas Jalan Emas
Tanggal : 19 Desember 2015
Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :

Saat melakukan kegiatan kepanitraan klinik di RS Fatmawati dan RS


Cisarua selama ini, saya banyak menemukan kasus TB paru maupun TB ekstra
paru. Ketika melakukan kunjungan rumah di PKM Jalan Emas ini, saya mendapat
pengalaman baru karena saya bisa memahami dan juga dapat membayangkan dan
meraba rasakan hal-hal yang di alami oleh pasien saya. Dimana saya dapat
menyaksikan secara langusng keadaan dan juga bagaimana masalah yang dihadapi
oleh pasien saya, sehingga saya dapat menentukan apa apa yang akan menjadi
pertimbangan saya dalam melakukan tindak lanjut dari permaslahan kesehatan
pasien saya. Selanjutnya akan saya berikan OAT KDT yang sesuai dengan fase
pengobatnya secara intensif.

Semua pasien yang berobat ke dalam program TB adalah pasien yang


sudah terlebih dahulu ditegakkan diagnosis tuberkulosisnya secara pasti, dimana
sebelumnya pasien telah dianamnesis dan dilakukan pemeriksaan fisik oleh
dokter, sehingga pasien yang dilakukan kunjungan rumah atau kontrol tidak
dilakukan pemeriksaan fisik secara komperhensif lagi. Sehingga saya melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien tersebut dengan cermat. Di dalam
ruangan kamar pasien ini ada tempat tidur yang kurang bersih, sehingga saat
melakukan pemeriksaan fisik saya melakukan nya dengan cara duduk. Setelah itu,
segala informasi yang saya peroleh saya catat dan tulis di buku catatan saya dan
dalam berkas status keluarga pasien. Kemudian saya melakukan edukasi dan
memberikan saran untuk pasien agar memeriksakan keluhan psien ke PKM Jalan
Emas dan melakukan pemeriksaan yang seharusnya dilakukan untuk menegakan
diagnosis pasti dari keluhan pasien.

74
Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya benar antara lain
adalah meskipun di dalam ruang kamar pasien kurang baik tempat tidur nya, saya
mencoba untuk melakukan pemeriksaan fisik dalam posisi pasien sedang duduk.
Saya mencoba menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien secara
sederhana, sehingga sebisa mungkin pasien menjadi paham. Saya juga
memberitahu pasien bahwa pasien harus minum obat secara teratur dan terus-
menerus selama 6 bulan penuh, dan jangan sampai putus berobat. Selain itu, saya
juga menjelaskan pula mengenai anjuran-anjuran yang sebaiknya dilakukan oleh
pasien, dan berapa banyak obat yang harus diminum, serta efek samping apa yang
mungkin dapat timbul dari minum obat tersebut.

Tuberkulosis adalah penyakit yang di sebakan oleh kuman Mycobacterium


Tuberkulosis yang sifat nya sistemik dan juga dapat mengenai banyak organ
tubuh dengan lokasi yang paling sering di paru 1. Gejala utama TB adalah batuk
yang waktu nya 2-3 minggu atau lebih, yang dapat pula diikuti dengan gejala-
gejala tambahan seperti dahak bercampur darah, sesak nafas, badan yang terasa
lemas, nafsu makan yang menurun, berat badan yag menurun, berkeringat pada
malam hari tanpa melakukan aktivitas fisik yang berlebihan, bisa disertai demam
lebih dari 1 bulan2.

Agar TB paru terdiagnosis semua pasien yang suspek TB harus melakukan


pemeriksaan 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut, yaitu dilakukan
pada sewaktu-pagi-sewaktu atau sering disebut SPS. Diagnosis TB paru pada
pasien dewasa dapat ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pemeriksaan
lainnya seperti foto dada, biakan serta uji kepekaan juga bisa dapat digunakan
untuk menegakan diagnosis TB. Amat sangat tidak di anjurkan mendiagnosis TB
hanya berdasarkan pemeriksaan foto dada saja2.

75
salah satu komponen DOTS adalah pengobatan jangka pendek dengan
cara menunjuk pengawas langsung minum obat, cara itu adalah untuk menjamin
keteraturan serta kepatuhan dalam meminum obat setiap hari nya. PMO adalah
orang yang mengawasi pasien agar meminum obat nya secara teratur sampai
selesai masa pengobatan nya, dan juga memberi dukungan terus menerus agar
pasien dapat meminum nya secara rutin. Memberi pengetahuan pada seluruh
anggota keluarga pasien yang mempunyai kecurigaan yang sama seperti pasien
dan segera membawa nya ke Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan.2

Mengapa itu terjadi :


Menurut pendapat saya, terdapat perbedaan anatara teori dan fakta yang
telah ditemukan di kenyataan nya adalah karena terbatas nya sarana dan prasarana
di Puskesmas , tidak seperti biasa yang di temukan di rumah sakit pada umumnya.
Jika di Puskesmas tidak semua mempunyai laboratorium yang memadai untuk
melakukan pemeriksaan yang dapat memudahkan dalam menegakan diagnosis
pasti.

Hal pentinga yang dapat saya pelajari dari kasus ini :


Pada kasus ini saya belajar dan bisa memahami apa yang dirasakan oleh
pasien TB selama ini yang mana mereka tinggal di dalam ruangan yang sangat
lembab dan pencahayaan serta ventilasi yang kurang,sehingga kuman TB dapat
dengan mudah menyerang pasien dengan faktor resiko tempat tinggal yang kurang
baik.

76
Apa yang perlu di pelajari lebih lanjut :
Saya memplajari bahwa tidak hanya obat yang di berikan kepada pasien
TB tapi juga edukasi untuk mengganti kebiasaan dan prilaku keseharian pasien,
contoh nya dengan memberikan edukasi kepada pasien untuk mengubah gaya
tempat tinggal agar menjadi tempat tinggal yang layak di huni.

Nilai agama dan profesionalisme yang terkait :


Dari kasus ini , saya belajar bagaimana cara memberikan edukasi yang tepat pada
pasien dalam mengubah kebiasaan bertempat tinggal yang layak dan bersih untuk
di tinggali.

Daftar Pustaka:
1. Pudjo A. Tuberkulosis. Dalam: Amin F. dkk. Editor. Pengantar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press. 2010.
2. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2011.

77
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

BERKAS KELUARGA

MODUL ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS KLINIK

Nama Mahasiswa : Eko Prayoga

Kelompok :10

Nama Pembimbing :dr. Risahmawati, PhD

Tanggalpertemuan : 19Desember 2015

TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH

I. Identitas keluarga

a. Nama kepala keluarga : Tn. Arie


b. Alamat rumah : Jln danau puso kelurhan bencongan kecamatan
bencongan indah Tangerang Banten
c. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah :

NO NAMA KEDUDUKA L/ UMU PENDIDIKA PEKERJAA KETERANGA


. N P R N N N

DALAM
KELUARGA

1. Tn. ARIE Kepala L 59 SD Pedagang Meninggal


Keluarga tahun

2. Ny. Istri P 54 SD Pedagang Istri


Napsiah tahun

78
3. Tn. Anak L 38 S1 - Belum
Davinci tahun Menikah

4. Ny. Priska Anak P 27 S1 Karyawan Belum


Tahun Menikah

5 Ny.yovan Anak P 25 S1 Karyawan Belum


a tahun Menikah

6 Tn. Anak L 31 S1 - Belum


Darma tahun Menikah

7 Tn. Agus Anak L 31 S1 - Belum


tahun Menikah

d. Bentuk keluarga : 1. keluarga inti


2. keluarga orang tua tunggal

3. keluarga ekstended

4. keluarga majemuk

5. bentuk keluarga lainnya

e. Siklus kehidupan Keluarga : 1. keluarga baru menikah


2. keluarga dengan bayi & balita

3. keluarga anak usia sekolah

4. keluarga dengan remaja

5.keluarga orang tua usia pertengahan

6. keluarga orang tua lansia

f. Deskripsi identitas keluarga:

79
Keluarga Merupakan seorang ibu yang tinggal dengan anak no 1,4, dan terakhir, Keluarga terdiri dari
7orang. Anak kedua dan ketiga bekerja di kalimantan dan anak no 1,4 dan 5 hanya tinggal dirumah saja
bersama ibu nya, karena anak yang ringgal bersama ibu nya sedang sakit dan mendapatkan perawatan dari ibu
nya setiap hari nya.ayah sudah meninggal kurang lebih dua tahun yang lalu.

Anak ke dua dan ketiga sudah tamat kuliah dan sekarang bekerja di kalimantan,mereka juga belum
menikah dan untuk membiayai keseharian dari keluarga ini ibu mendapat kiriman uang tiap bulan dari anak no
dua dan tiga yang bekerja di kalimantan. Ibu hanya berdiam dirumah saja dan tidak pula bekerja, hanya
mengasuh ke 3 anak nya yang sedang sakit, anak pertama dan ke lima sakit skizofrenia sejak 1 tahun yang lalu.

Anak pertama sakit karena patah hati dan di tambah ayah meniggal,anak kelima juga mendapat
gangguan serupa karena ayah meninggal,mereka tinggal di rumah kontrakan yang lumayan besar, dan mereka
sudah tinggal disana dengan cukup lama dengan harga sewa juga diberi murah oleh yang punya rumah
mengingat suami si ibu berteman baik dengan yang punya rumah.

g. Genogram:

II. Keadaan Rumah

a. Gambar denah bangunan rumah

b. Jenis lantai : 1. tanah dikeraskan

80
2. plesteran semen

3. ubin

4. keramik

5. marmer

c. Jenis atap : 1. seng

2. asbes

3. genteng

d. Jenis dinding : 1. anyaman

2. tripleks

3. kayu

4. bata tanpa plester

5. tembok dilapisi cat

e. Apakah dapat membaca tulisan/huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu
listrik pada siang hari ?

1. ya 2. tidak

f. Perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur : 1. < 20 % 2. > 20 %

Perbandingan luas jendela/lantai di ruang keluarga : 1. < 20 % 2.


> 20 %

Rumah keluarga berada didaerah yang tidak terlalu padat penduduk. Rumah ini
h. Deskripsi mengenai keadaan rumah:
sudah dibangun sekitar 20 tahun yang lalu. Rumah ini awalnya rumah ini awal nya punya
orang yang menjadi kenalan baik dari keluarga ini dan sudah direnovasi hingga menjadi
bangunan yang nyaman sejak 10 tahun yang lalu. Setelah 20 tahun berlalu rumah ini
81
akhirnya direnovasi karena banyak bagian bangunan yang sudah rusak. Saat ini rumah
sudah hampir banyak yang rapuh dan tinggal bgian teras, dapur dan kamar mandi yang
belum rusak parah. Pengaturan dan tataletak barang pada rumah ini masih belum tertata
rapi karena masih banyak yang harus di tata dan kondisi rumah tampak kurang bersih.
III. Keadaan Keluarga

a. Perencanaan keluarga

a.1. Apakah pasangan orang tua di keluarga melakukan perencanaan dalam


berkeluarga ?

1. ya 2. tidak

Bila ya, uraikan perencanaan yang dilakukan. Bila tidak, uraikan gambaran di
keluarga yang menunjukkan tidak adanya perencanaan keluarga

Menurut istri, ia tidak menggunakan kontrasepsi maupun mengatur jarak kehamilan,


namun hanya “sedapatnya” saja

a.2. Pengambil keputusan perencanaan keluarga adalah :

1. suami 2. istri

3. Berdua 4. orang tua suami atau orang tua istri

NB: Meski suami sebagai pengambil keputusan, namun keputusan adalah hasil
musyawarah keluarga

a.3. Apakah menggunakan kontrasepsi KB ?

1. ya dengan metode _______________ sudah berapa lama


_________________

2. tidak menggunakan metode kontrasepsi

82
b. Hubungan anggota keluarga

b.1. Gambar hubungan tiap anggota keluarga (family map) : Tidak ada masalah antar
anggota keluarga

b.2. Frekuensi berkumpulnya anggota keluarga :

1. setiap hari 2. 2-3 kali seminggu

3. 1 minggu sekali 4. 2-3 kali sebulan

5. 1 bulan sekali 6. 2-3 kali setahun (lebaran, libur


sekolah)

7. lainnya ____________

b.3. Keputusan dalam keluarga berdasarkan:

1. perintah ayah 2. perintah ibu

3. diskusi ayah-ibu 4. diskusi ayah-ibu-anak

5. keputusan keluarga besar 6. lainnya ____________

NB: saat sudah berdiskusi, istri pasien biasanya berkonsultasi dengan anak-anaknya
lewat telepon

b. Deskripsi mengenai Keadaan Keluarga:

Sekarang keluarga anak nomer dua dan tiga bekerja di kalimantan dan anak
anak yang sakit tinggal bersama ibu nya,dan setiap bulan sekali anak anak yang
bekerja mengirim uang untuk memenuhi kebutuhan ibu dan anak anak yang sakit.

IV. Pemenuhan kebutuhan keluarga

83
a. Kebutuhan ekonomi : 1. hingga primer 2. hingga sekunder 3. hingga tersier
4.lainnya_________

b. Kebutuhan pendidikan: 1. tidak terpenuhinya pendidikan dasar 9 th

2. hanya pendidikan dasar 9 th

3. pendidikan menengah

4. pendidikan tinggi

5. lainnya ________________

c. Kebutuhan spiritual : 1. tidak ada kegiatan ibadah dalam keluarga

2. kegiatan ibadah terserah masing-masing anggota


keluarga

3. orang tua mengarahkan kegiatan ibadah keluarga


(Ke gereja)

4. keluarga menjadi panutan agama/kepercayaan di


lingkungannya

5. lainnya ___________________________

d. Kebutuhan kesehatan : 1. tidak ada perencanaan khusus untuk kesehatan

2. datang ke pelayanan kesehatan / dokter tertentu


untuk kuratif saja

3. datang ke pelayanan kesehatan / dokter tertentu


untuk kuratif dan preventif

4. mempunyai buku / catatan kesehatan anggota


keluarga

5. lainnya _______________________

e. Deskripsi mengenai pemenuhan kebutuhan keluarga

84
Yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari nya ibu dan
anka anak yang sakit mendapatkan kiriman uang saku yang harus di hemat selama
menunggu pengiriman bulan depan

V. Gaya hidup keluarga

a. Kebiasaan makan dalam keluarga:

a.1. sumber : 1. selalu beli makanan jadi

2. makanan dirumah dan makanan jadi

3. makanan disiapkan dan dihidangkan di rumah

4. lainnya __________________

a.2. jenis : 1. lebih banyak lemak

2. lebih banyak sumber energi

3. lebih banyak sayur-sayuran dan buah

4. seimbang antara sumber energi, protein dan serat

5. lainnya ___________________________

a.3. jumlah : 1. masing-masing anggota keluarga kelebihan asupankalori


protein

2. masing-masing anggota keluarga kurangasupankalori protein

3. sesuai dengan kebutuhan kalori anggota keluarga

4. lainnya
____________________________________________________

b. Kebiasaan berolah raga:

1. tidak ada yang berolah raga

85
2. beberapa anggota keluarga jarang berolah raga, yaitu
__________________________

3. beberapa anggota keluarga berolah raga 1-2 x dalam seminggu, yaitu


_____________

4. beberapa anggota keluarga berolah raga 3 x dalam seminggu, yaitu


_____________

5. seluruh anggota keluarga berolah raga teratur 3 x dalam seminggu

6. lainnya ibu sering berjalan kaki berjualan keliling

c. Kebiasaan minum alkohol:

1. tidak 2. Ya

Daftar anggota keluarga yang memiliki kebiasaan minum alkohol

No Nama Sejak kapan Jenis/Mer Frekuensi Banyaknya/1x


. k minum

d. Kebiasaan merokok:

1. tidak 2.ya

Daftar anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok

No. Nama Sejak kapan Jenis Jumlah/hari

e. Deskripsi mengenai gaya hidup keluarga:


Kehidupan sehari hari ibu adalah mengurusi anak anak yang sakit dan
bertugas pula sebagai ibu rumah tangga. Hidup dengan sangat sederhana dan tidak
berlebihan.

86
VI. Lingkungan hidup keluarga

a. Lingkungan perumahan keluarga :

a.1. Jenis perumahan :

1. area tempat tinggal permanen 2. area tempat usaha/layanan


umum

3. area tempat tinggal non permanen 4. bukan area hunian

5. lainnya _______________________

a.2. Higiene lingkungan rumah :

1. sangat bersih dan teratur 2. bersih namun tidak teratur

3. kurang bersih 4. kumuh

5. lainnya _________________

a.3. Keamanan lingkungan perumahan :

1. sangat aman 2. aman dengan penjagaan

3. tidakaman 4. lainnya ________________

a.4. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah:

1. debu 2. asbes3. CO 4.Timbal

5. bising 6. getar 7. lainnya ____________

b. Lingkungan pekerjaan anggota keluarga:

87
b.1. Jenis pekerjaan :

1. bekerja sebagai profesional di kantor ________________

2. bekerja sebagai profesional di lapangan _______________

3. bekerja sebagai buruh /pekerjaan fisik di lapangan


__________________________

4. bekerja di rumah sebagai ____________________

5. Lainnya Pedagang kelilng

b.2. Risiko pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pekerjaannya adalah:

1. kecelakaan kerja 2. tidak ergonomis

3. paparan zat berbahaya 4. stress gedung pencakar langit

5. stress pengambil keputusan 6. lainnya

b.3. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah:

1. debu 2. asbes 3. CO 4.Timbal

5. bising 6. getar 7. lainnya ____________

c. Lingkungan sosial keluarga:

c.1. Keluarga menjadi anggota perkumpulan sosial di lingkungannya :

1. Tidak 2. Ya

bila ya sebutkan organisasi perkumpulannya :

1. arisan rt/rw

2. pengajian/ perkumpulan agama di rt/rw

3. arisan lain _______

4. pengajian/perkumpulan agama lainnya _____

5. perkumpulan etnik _____________

6. lainnya ________________

88
c.2. Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya :

1. sebagai panutan 2. dihormati sewajarnya

3. tidak dikenal 4. dikucilkan

5. lainnya __________________

c.3. Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah :

1. sebagai panutan masyakarakat

2. sebagai pemuka agama/ budaya

3. keadaan keluarga tidak seperti yang diharapkan

4. tidak tercukupinya kebutuhan hidup keluarga

5. lainnya __________________________

d. Deskripsi mengenai lingkungan hidup keluarga:

Pasien dan keluarga tinggal dilingkungan yang tidak padat dan interaksi antar
masyarakat yang cukup baik sehingga setiap warga mengenal satu sama lain. Kehidupan
bermasyarakat sehari-hari pasien dan keluarga dapat dibilang baik. Pasien dihormati
sewajarnya

VII. Masalah kesehatan yang ada dalam keluarga

(disusun sesuai dengan prioritas masalah yang akan dibahas)

1. TB paru ibu (Tn. A)

2. Skizofrenia (Tn. D)

3.Skizofrenia (Tn. D)

VIII. Rencana pemeliharaan kesehatan pada keluarga

Tujuan kegiatan Materi kegiatan Cara pembinaan Sasaran

89
individu

Memberikan program Edukasi dan konseling Di awasi sitiap hari Tn. A


kepatuhan minum minum obat nya dan
obat dan berprilaku kegiatan sehari hari
sehat setiap hari nya

90
91
KEGIATAN MINI-CEX

92
LAPORAN KEGIATAN

MINI CEX

Nama kegiatan : Mini CEX

Tempat : KPKM UIN Mandiri

Tanggal : 14 Desember 2015

Deskripsi Kegiatan :

Pada tanggal 14 Desember 2015,sekitar pukul 07.30 WIB, kami sudah tiba di KPKM
Reni Jaya. Kami akan melakukan kegiatan Mini CEX dibawah bimbingan dr.Fika. Kemudian
pada pukul 08.15 kami diberikan pasien untuk kami periksa mulai dari anmnesis,
pemeriksaan fisik hingga memberikan tatalaksana.

Pasien yang diberikan oleh dr.Fika kepada saya untuk mini CEX adalah seorang
perempuan dan seorang anak usia 10 bulan yang datang dengan ibu nya.Pasien pertama
seorang ibu usia 30 tahun dengan keluhan nyeri kepala. Saya melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik kemudian memberi tatalaksana dibawah bimbingan dr.Fika yang saat itu
ada di dalam ruangan untuk mendampingi.

Saya melakukan anamnesis pada pasien ini dengan keluhan nyeri kepala yang
dirasakan sejak 2 hari yang lalu.Nyeri kepala lebih dirasakan saat pasien beraktivitas.
Keluhan yang dirasakan pasien bukan keluhan yang pertama kali dirasakan pasien. Jika
keluhan ini kambuh, pasien hanya minum obat bodrex dan keluhan nya berurang. Pasien juga
mempunyai riwayat tekanan darah tinggi sejak 9 tahun yang lalu, namun pasien tidak pernah
kontrol dan tidak pernah minum obat untuk sakit tekanan darah tinggi nya. Saat anamnesis,
saya merasa masih banyak hal yang kurang saya tanyakan pada pasien yaitu faktor resiko
atapun kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab nyeri kepala pada pasien.

Setelah anamnesis, saya melakukan pemeriksaan fisik. Saya hanya memeriksa tanda
vital dan pemeriksaan jantung paru. Dalam pemeriksaan fisik, saya belum memeriksa hal
yang penting pada pasien dengan keluhan nyeri kepala. Seharus nya saya memeriksa
pemeriksaan seperti pemeriksaan nervus optikus untuk mengarah ke diagnosis migrain
ataupun pemeriksaan koordinasi dan gerak untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti
vertigo.

93
Diagnosis Holistik :

 Aspek personal:
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari yang lalu. Pasien merasa
khawatir dan merasa terganggu akan keluhan yang dirasakan saat ini.
 Aspek klinis:
cephalgia
 Aspek faktor internal:
Pasien adalah seorang perempuan, berusia 30 tahun
 Aspek faktor eksternal:
Pasien gemar makan makanan berlemak dan goreng-gorengan.
 Aspek skala fungsional:
Derajat 1

Tatalaksana:

Non-farmakologi:

- Istirahat yang cukup


- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien
- Memberi eduksi dan menganjurkan untuk rajin kontrol agar tekanan darah tinggi nya
bisa dipantau dan terkontrol
- Makan makanan yang bergizi, kurangi makan makanan yang berlemak dan gorengan.
- Edukasi jangan terlalu stress ataupun terlalu lelah.

Farmakologi:

- R/ ibuprofen tab No. XV


∫ 3 dd 1 tab 
- R/ Paracetamol tab 500 mg No. XV
∫ 3 dd 1 tab 

94
REFLEKSI KEGIATAN

MINI CEX PUSKESMAS

Nama kegiatan : Mini CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise)

Tempat : KPKM UIN MANDIRI

Tanggal : 14 Desember 2015

Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :

Pada hari ini saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan Mini CEX di KPKM
UIN di Reni Jaya, saya sudah datang di KPKM sejak jam 07:30, dan setelah berkenalan
dengan dokter KPKM, saya dan kelompok saya menunggu untuk mendapatkan pasien,
setelah itu kami di beri pasien untuk Kami periksa. Untuk Mini CEX yang pertama, saya
mendapatkan kasus tentang pasien Migrain. Pada Mini CEX yang kedua, saya mendapatkan
kasus penyakit pada anak yaitu kasus prolong fever. Tetapi saya lebih tertarik dengan kasus
yang pertama karna disamping ini adalah pasien pertama saya dengan keluhan sakit kepala
dan juga saya masih ragu dengan cara menegakan diagnosis saya.

Pada kegiatan Mini CEX pertama ini, saya lakukan di salah satu ruang periksa di
KPKM Reni Jaya. Saat saya melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, saya di dampingi
oleh dr.Fika selaku pembimbing. Kasus yang saya dapatkan saat itu adalah pasien seorang
perempuan berusia 30 tahun. Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak + 3 hari yang
lalu. Keluhan ini bukan keluhan yang pertama. Jika keluhan ini muncul, pasien hanya minum
obat bodrex dan merasa berkurang namun hanya berkurang sekitar satu jam kemudian
keluhan itu muncul lagi. Pasien ini juga mempunyai riwayat tekanan darah tinggi sejak 9
tahun yang lalu dan tidak terkontrol dengan obat. Kemudian saya melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada pasien tersebut sebelum ahirnya saya menegakkan diagnosis
cephalgia.

Untuk tatalaksananya saya memilih untuk memberinya obat ibuprofen, parasetamol


dan captopril. Saya memberikan obat ibuprofen dan parasetamol sebagai analgetik untuk
menngatasi nyeri kepala. Saya juga memberikan obat captopril untuk mengatasi tekanan
darah tinggi yang terdapat pada pasien Selain memberi obat, saya juga memberi beberapa
anjuran seperti jangan terlalu banyak pikiran, istirahat teratur.. Sewaktu saya melakukan Mini

95
CEX, tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya benar antara lain adalah saya
memberinya obat analgetik,yaitu ibuprofen dan parasetamol. Namun saya terlalu banyak
memberikan obat analgetik, karena seharusnya saya hanya memberikan satu jenis obat
analgetik saja tidak perlu sampai dua macam obat analgetik yang fungsi nya sama. Saya juga
mengajurkan pasien untuk istirahat yang cukup agar bisa meredakan keluhan pasien.

Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat saat
melakukan kegiatan Mini CEX ini antara lain adalah saya kurang menggali saat anamnesis
sehingga saya kurang mendapatkan data yang bisa mendukung dalam menentukan diagnosis.
Saya tidak menanyakan lokasi nyeri kepala nya apakah di semua sisi atau di satu sisi
sehingga saya hanya dapat menentukan diagnosis berupa cephalgia, tidak bisa menentukan
diagnosis migrein. Kemudian saya juga tidak menanyakan berapa kali serangan nyeri kepala
ini muncul dalam satu bulan, karena menurut pasien keluhan ini bukan keluhan yang pertama
dirasakan pasien. Saat anamnesis, dr.Fika menambahkan dengan cara menanyakan anamnesis
kepada pasien apakah jika melihat cahaya pasien merasa pusing atau tidak. Saya juga tidak
menanyakan penyebab dari nyeri kepala yang dirasakan pasien, contoh nya apakah pasien
sedang banyak pikiran atau sedang terlalu lelah sehingga muncul keluhan nyeri kepala.

Saat saya melakukan pemeriksaan fisik, saya hanya melakukan pemeriksaan tekanan
darah dan pemeriksaan jantung paru. Saya tidak melakukan pemeriksaan kuduk kaku yang
sebenarnya penting untuk menyingkirkan jenis sakit kepala yang dirasakan pasien. Kemudian
menurut teori yang saya pelajari, sebaiknya dilakukan pemeriksaan nervus kranialis yaitu
nervus optikus pada keluhan nyeri kepala, namun saya tidak melakukan pemeriksaan itu pada
pasien ini.

Kriteria Diagnosis Migren Tanpa Aura:


A. Sekurang-kurangnya 10 kali serangan termasuk B-D
B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau pengobatan yang
tidak adekuat) dan diantara serangan tidak ada nyeri kepala
C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya dua karakteristik sebagai berikut:
1. Lokasi unilateral
2. Sifatnya berdenyut
3. Intensitas sedang sampai berat
4. Diperberat dengan kegiatan fisik
D. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawah ini:

96
1. Mual atau dengan muntah
2. Fotofobia atau dengan fonofobia
E. Sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut dibawah ini:
1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan adanya
kelainan organik
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainan organik
tetapi pemeriksaan neroimaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak
menunjukkan kelaianan

Kriteria Diagnosis migrein dengan Aura


A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam B
B. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari karakteristik tersebut dibawah ini:
1. Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang menunjukkan disfungsi hemisfer
dan/atau batang otak
2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4 menit, atau 2 atau gejala
aura terjadi bersama-sama
3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebih dari satu gejala
aura terjadi, durasinya lebih lama. Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval
bebas nyeri kurang dari 60 menit, tetapi kadang kadang dapat terjadi sebelum aura.
C. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini:
1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik tidak menunjukkan adanya kelainan organik
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologik diduga adanya kelainan organik, tetapi
pemeriksaan neuroimagingdan pemeriksaan tambahan lainnya tidak menunjukkan
kelainan.
Beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan adalah saya kurang
menggali dalam anamnesis sehingga kurang mendapat data untuk dapat menentukan
diagnosis kerja berupa migrein dengan aura. Untuk tatalaksana migrein,selain dengan obat
dapat juga dilakukan dengan tatalaksana non farmako yaitu dengan menghindari faktor
pencetus yang dapat berupa stress. Pada pasien ini saya kurang menanyakan faktor pencetus
apa yang ada pada pasien ini.

97
Mengapa itu Terjadi:

Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang ditemukan
dilapangan salah satunya terjadi karena dalam praktinya saya masih sangat tidak
berpengalaman dalam menangani pasien. Saya masih banyak lupa untuk hal-hal apa saja
yang perlu ditanyakan dalam anamnesis. Padahal hal-hal itu penting ditanyakan untuk
mendapatkan diagnosis kerja dan menyingkirkan diagnosis banding. Dalam hal ini juga saya
masih bingung jika mendapat pasien dengan keluhan nyeri kepala karena saya belum
melewatkan stase neuro dan ilmu yang saya gunakan hanya berdasarkan dari ilmu saat saya
di pre-klinik.

Hal Penting yang dapat Saya Pelajari dari Kasus Ini:

Dari kegiatan Mini CEX ini saya diingatkan untuk tidak langsung menegakkan
diagnosis secara tergesa-gesa tanpa memikirkan kemungkinan diagnosis yang lain.
Seharusnya saya tetap mempertimbangkan kemungkinan-kemungkina diagnosis yang lain.
Hal ini tentu saja akan berpengaruhterhadap tatalaksana yang kita berikan pada pasien,
karena jika kita menetapkan diagnosis secara tepat maka pengobatan yang kita berikan tentu
tidak sesuai, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kesembuhan serta kekambuhan pasien.

Apa yang Perlu dipelajari Lebih lanjut:

Saya merasa harus banyak belajar lagi tentang penyakit neuro, meliputi anamnesis
dan pemeriksaan fisik yang lengkap, dan dalam menegakkan diagnosisnya yang benar dan
pengobatan apa yang harus dipilih. Apalagi seperti keluhan nyeri kepala yang kemungkinan
besar banyak terjadi di masyarakat. Dengan belajar dari pengalaman-pengalaman ini dan
diikiti dengan terus berlatih, saya merasa bahwa nantinya saya akan dapat berfikir secara
lebih sistematis dalam menangani pasien.

Nilai Agama dan Profesionalisme yang Terkait:

Melalui kegiatan ini, Saya diingatkan untuk terus memperbaiki diri, karena pada
dasarnya Allah SWT. tidak akan merubah saya kalo saya sendiri tidak pernah berusaha untuk
merubah diri saya sendiri. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Q.S. Ar-Rad: 11, yang
artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaanyang ada pada diri mereka sendiri”. Dalam hal ini juga di ingatkan agar kita sesama muslim

98
harus saling mengingatkan dan jika mempunyai masalah, sebaiknya diselesaikan dan meminta
pertolongan dari Allah SWT.

Daftar Pustaka:
1. Lumbantobing, SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta:
FKUI. 2008
2. Mardjono, M. Sidharta, P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2004
3. Sidharta, P. Neurologi klinis dalam praktek umum. Ed6. Jakarta: Dian Rakyat.
2008

99
LAMPIRAN

Kopi Rekam Medis:

Anamnesis:

 Identitas: pasien perempuan, berusia 30 tahun.


 Keluhan Utama: Nyeri kepala sejak± 2hariyang lalu
 Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhannyeri kepala sejak 2 hari
yang lalu. Nyeri kepala yang dirasakan menurut pasien biasanya muncul saat
aktivitas. Nyeri kepala dirasakan hingga tengkuk kepala. Jika keluhan ini muncul,
biasanya pasien minum obat bodrex dan setelah minum obat bodrex, keluhan
dirasakan berkurang. Menurut pasien, keluhan ini bukan keluhan yang pertama
dirasakan pasien dan keluhan ini sudah sering dirasakan oleh pasien
 Riwayat Penyakit Dahulu: . Pasien memiliki sakit tekanan darah tinggi sejak 9 tahun
yang lalu, namun pasien tidak minum obat dan tidak pernah kontrol untuk sakit
tekanan darah tinggi nya. Sakit jantung,kencing manis dan asma disangkal oleh
pasien.
 Riwayat Penyakit Keluarga: Menurut pasien, ibu pasien juga memiliki riwayat sakit
tekanan darah tinggi. Riwayat alergi makanan maupun obat, sakit asma, kencing
manis, maupun sakit jantung sebelumnya juga disangkal.
 Riwayat sosial dan kebiasaan: Pasien gemar makan makanan berlemak dan goreng-
gorengan. Pasien tidak merokok dan tidak minum alkohol.

Pemeriksaan Fisik :

 Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos mentis


 Tanda vital: tekanan darah: 140/100 mmHg, frekuensi nadi 78 x/menit, nafas 16
x/menit, suhu 36,7º C
 Konjungtiva pucat -/-, tidak teraba pembesaran KGB colli dan aksila. Lain-lain dalam
batas normal.
 Status lokalis paru:
o Inspeksi: Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi sela iga (-),
pelebaran sela iga (-)
o Palpasi : vocal fremitus hemithoraks kanan dan kiri simetris
o Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

100
batas paru-hepar: ICS VI línea mid-clavicularis dextra
batas paru-lambung: ICS VII línea axilaris anterior sinistra
o Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki -/- di ke dua apeks paru,
wheezing -/-

Diagnosis: cephalgia

Tatalaksana:

Non-farmakologi:

- Istirahat yang cukup


- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien
- Memberi eduksi dan menganjurkan untuk rajin kontrol agar tekanan darah tinggi nya
bisa dipantau dan terkontrol
- Makan makanan yang bergizi, kurangi makan makanan yang berlemak dan gorengan.
- Edukasi jangan terlalu stress ataupun terlalu lelah.

Farmakologi:

- R/ ibuprofen tab No.XV


- ∫ 3 dd 1 tab 
- R/ parasetamol tab 500 mg No. XV
∫ 3 dd 1 tab 

101
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Eko Prayoga TTD .........................

TTD .........................
Nama Pembimbing dr.Zairin Rambe

TTD .........................
dr.Fadli

TTD..........................
dr.Risahmawati

102
LAPORAN KEGIATAN

KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Mini CEX

Tempat : KPKM UIN Mandiri

Tanggal : 14 Desember 2015

Deskripsi Kegiatan :

Pada tanggal 14 Desember 2015,sekitar pukul 07.30 WIB, kami sudah tiba di KPKM
Reni Jaya. Kami akan melakukan kegiatan Mini CEX dibawah bimbingan dr.Fika. Kemudian
pada pukul 08.15 kami diberikan pasien untuk kami periksa mulai dari anmnesis,
pemeriksaan fisik hingga memberikan tatalaksana.

Pasien yang diberikan oleh dr.Fika kepada saya untuk mini CEX adalah seorang
perempuan dan seorang anak usia 10 bulan yang datang dengan ibu nya. Dalam laporan ini,
saya akan menceritakan tentang pasien Mini CEX saya yang kedua. Pasien mini cex saya
yang kedua adalah seorang anak perempuan usia 10 bulan. Pasien datang bersama ibu nya.
Menurut ibu pasien, keluhan yang dialami pasien adalah demam sejak 7 hari yang lalu.
Demam yang dirasakan biasanya muncul saat malam hari. Menurut ibu pasien, untuk keluhan
demam nya ini sudah diberikan obat oleh bidan namun hanya turun sementara demam nya
lalu muncul lagi. Selain itu, pada bibir pasien terdapat bercak putih sejak 2 hari yang lalu.

Setelah melakukan anamnesis, saya melakukan pemeriksaan fisik pada pasien.


Namun saat melakukan pemeriksaan fisik, masih ada hal-hal yang saya lupa untuk
melakukan nya. Setelah selesai anamnesis dan pemeriksaan fisik, sebenarnya menurut saya
untuk pasien ini dibutuhkan pemeriksaan laboratorium darah untuk dilihat penyebab
demamnya. Namun hal ini tidak dapat saya lakukan karena keterbatasan sarana dan prasarana
di KPKM. Sebenarnya saya masih ragu untuk memberikan antibiotik pada pasien ini karena
tidak ada nya hasil laboratorium yang menyatakan bahwa penyebab demam pada pasien
adalah bakteri, namun menurut dr.Fika di Indonesia hal seperti ini paling banyak terjadi
karena bakteri sehingga oleh dr.Fika ditambahkan antibiotik yaitu amoksisilin untuk pasien.

103
Diagnosis Holistik :

 Aspek personal:
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu. Ibu pasien merasa
khawatir dengan keadaan pasien yang demam nya naik turun.
 Aspek klinis:
Prolonged fever
 Aspek faktor internal:
Pasien adalah seorang anak perempuan, berusia 10 bulan
 Aspek Faktor Eksternal:

 Aspek skala fungsional:


Derajat 1

Tatalaksana:

Non-farmakologi:

- Banyak minum, dan tetap beri makan pendamping ASI seperti biasa
- Perhatikan kebersihan diri ibu pasien dan juga peralatan makan untuk pasien
- Edukasi kepada ibu pasien jika pasien menjadi lemas dan tidak aktif serta susah
makan dan minum, segera bawa ke dokter secepatnya.
- Edukasi kepada ibu pasien agar obat nya dihabiskan terutama antibiotik

Farmakologi:

- R/ Parasetamol syr No.I


∫ 3 dd 1 cth p.c 
- R/ Nistatin drops No. I
∫ 1 dd 1 
- R/ Amoksisilin syr No. I
- ∫ 2 dd 1 cth. 

104
REFLEKSI KEGIATAN

MINI CEX PUSKESMAS

Nama kegiatan : Mini CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise)

Tempat : KPKM UIN MANDIRI

Tanggal : 14 Desember 2015

Refleksikan perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan :

Pada hari ini saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan Mini CEX di KPKM
UIN di Reni Jaya, saya sudah datang di KPKM sejak jam 07:30, dan setelah berkenalan
dengan dokter KPKM, saya dan kelompok saya menunggu untuk mendapatkan pasien,
setelah itu kami di beri pasien untuk Kami periksa. Untuk Mini CEX yang pertama, saya
mendapatkan kasus tentang pasien Migrain. Pada Mini CEX yang kedua, saya mendapatkan
kasus penyakit pada anak yaitu kasus prolong fever.

Pada kegiatan Mini CEX pertama ini, saya lakukan di salah satu ruang periksa di
KPKM Reni Jaya. Saat saya melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, saya di dampingi
oleh dr.Fika selaku pembimbing. Kasus yang saya dapatkan saat itu adalah pasien seorang
anak laki-laki berusia 10bulan. Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu.
Demam biasanya muncul saat malam hari. Jika diberi obat parasetamol, demam turun namun
hanya sementara karena kemudian pasien menjadi demam lagi. Tidak ada bintik merah, tidak
mual dan muntah. Pada bibir pasien terdapat bercak putih. Menurut ibu pasien, bercak putih
tersebut sudah muncul sejak 3 hari yang lalu. Kemudian saya melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik pada pasien tersebut sebelum ahirnya saya menegakkan diagnosis
prolonged fever dan untuk bercak putih pada pasien saya diagnosis kandidiasis oral.

Untuk tatalaksananya saya memilih untuk memberikan obat parasetamol untuk


mengatasi demam nya, kemudian nistatin oral untuk bercak putih pada bibir pasien. Lalu
dokter Fika menyarankan untuk memberikan obat antibiotik. Selain memberi obat, saya juga
memberi beberapa anjuran kepada ibu pasien agar makanan pendamping asi tetap
dilanjutkan, kemudian saya juga menganjurkan kepada ibu pasien agar menjaga kebersihan
baik itu dari diri ibu nya sendiri ataupun peralatan untuk makan pasien.

105
Sewaktu saya melakukan Mini CEX, tindakan yang telah saya lakukan yang menurut
saya benar antara lain adalah saya memberinya obat sistemik,yaitu parasetamol kemudian
dilihat apakah ada perubahan atau tidak terhadap keluhan pasien. Saya juga menganjurkan
kepada ibu pasien untuk selalu meminum obat nya jika pasien masih demam dan untuk obat
antibiotik nya harus dihabiskan istirahat. Kemudian untuk keluhan bercak putih pada bibir
pasien saya memberikan obat nistatin drop yang berfungsi sebagai anti fungi.

Tindakan yang telah saya lakukan yang menurut saya masih kurang tepat saat
melakukan kegiatan Mini CEX ini antara lain adalah saya kurang menggali keluhan-keluhan
ataupun faktor resiko yang ada pada pasien saat anamnesis sehingga saya kurang
mendapatkan data yang bisa mendukung dalam menentukan diagnosis. Untuk keluhan bercak
putih pada pasien, saya tidak menanyakan tentang kebersihan ibu pasien ataupun kebersihan
peralatan makan pasien yang dapat menjadi kemungkinan penyebab dari keluhan yang
dirasakan pasien saat ini.

Saat saya melakukan pemeriksaan fisik, saya hanya melakukan pemeriksaan pada
bibir pasien dan pemeriksaan jantung paru. Saya tidak melakukan pemeriksaan suhu, padahal
hal ini sangat penting untuk pasien dengan keluhan demam.

Saat saya di RSUP Fatmawati, biasa nya setelah dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik maka dilakukan pemeriksaan laboratorium darah untuk menentukan
penyebab dari keluhan yang di derita pasien. Sehingga dari hasil laboratorium darah bisa di
tentukan penyebab demam pada pasien apakah dari bakteri, virus atau parasit. Hal ini penting
untuk acuan tatalaksana yang nanti nya akan diberikan pada pasien agar tatalaksana lebih
tepat.

Beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan adalah saya kurang
menggali dalam anamnesis sehingga kurang mendapat data untuk dapat menentukan
diagnosis kerja ataupun diagnosis banding. Untuk menentukan penyebab, juga seharusnya
dilakukan pemeriksaan laboratorium darah.

Mengapa itu Terjadi:

Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yang ditemukan
dilapangan salah satunya terjadi karena dalam praktinya saya masih sangat tidak
berpengalaman dalam menangani pasien. Saya masih banyak lupa untuk hal-hal apa saja
yang perlu ditanyakan dalam anamnesis. Padahal hal-hal itu penting ditanyakan untuk
106
mendapatkan diagnosis kerja dan menyingkirkan diagnosis banding. Saya juga masih lupa
dalam melakukan pemeriksaan fisik. Hal ini terjadi karena saya grogi dan tidak biasa jika
sedang memeriksa pasien di perhatikan oleh pembimbing. Keterbatasan sarana dan prasarana
di KPKM juga menjadi kendala dalam menentukan diagnosis pada pasien ini.

Hal Penting yang dapat Saya Pelajari dari Kasus Ini:

Dari kegiatan Mini CEX ini saya diingatkan untuk siap jika terdapat keterbatasan
sarana dan prasarana. Seperti kasus pasien ini saya tidak dapat menentukan penyebab demam
pada pasien namun saya harus memiliki alternatif lain untuk pengobatan pasien karena tidak
mungkin saya harus terpaku dari hasil laboratorium sedangkan terdapat keterbatasan sarana
dan prasarana seperti ini.

Apa yang Perlu dipelajari Lebih lanjut:

Saya merasa harus banyak belajar lagi tentang penyakit pada anak. Saya juga harus
belajar dan berlatih lebih banyak lagi dalam melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
sehingga ke depan nya saya dapat melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara
sistematis dan tidak ada yang terlewat atau lupa.

Nilai Agama dan Profesionalisme yang Terkait:

Melalui kegiatan ini, Saya diingatkan untuk terus memperbaiki diri, karena pada
dasarnya Allah SWT. tidak akan merubah saya kalo saya sendiri tidak pernah berusaha untuk
merubah diri saya sendiri. Hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Q.S. Ar-Rad: 11, yang
artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri”. Dalam hal ini juga di ingatkan agar kita
sesama muslim harus saling mengingatkan dan jika mempunyai masalah, sebaiknya
diselesaikan dan meminta pertolongan dari Allah SWT.

107
Daftar Pustaka:

1. Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja Siregar


& Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 2000.
2. Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Salemba Medika. Jakarta. 2002.

108
LAMPIRAN

Kopi Rekam Medis:

Anamnesis:

 Identitas: pasien anak perempuan, berusia 10bulan.


 Keluhan Utama: demam sejak 7 hari yang lalu.
 Riwayat Penyakit Sekarang: pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari yang
lalu sebelum ke KPKM. Demam dirasakan biasanya pada malam hari. Keluhan ini
sudah pernah dirasakan pasien 1 minggu yang lalu kemudian sudah diobati oleh bidan
diberikan obat parasetamol dan keluhan demam nya turun. Namun kemudian keluhan
demam nya muncul lagi. Keluhan ini tidak disertai mual dan muntah. Menurut ibu
pasien, pasien masih mau makan dan minum. Pasien juga masih aktif. Untuk buang
air besar dan buang air kecil pasien juga masih baik. Selain itu, menurut ibu pasien
sejak 2 hari yang lalu pada bibir pasien terdapat bercak putih.
 Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak pernah di rawat di rumah sakit. Pasien tidak
memiliki riwayat asma, ataupun alergi makanan dan obat.
 Riwayat Penyakit Keluarga: Menurut ibu pasien, dalam keluarga tidak ada yang
mengalami keluhan serupa seperti pasien.
 Riwayat imunisasi: Riwayat imunisasi lengkap sesuai usia pasien.
 Riwayat sosial dan kebiasaan: Pasien masih minum ASI dan diberikan makanan
pendamping ASI.

Pemeriksaan Fisik :

 Keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran kompos mentis


 Tanda vital: frekuensi nadi 96x/menit, nafas 25 x/menit, suhu : tidak di periksa
 Berat badan: 10,8 Kg, Panjang badan: tidak diperiksa
 Kelopak mata cekung -/-, mukosa bibir basah, terdapat bercak putih pada bibir pasien,
turgor kembali cepat. Lain-lain dalam batas normal. Status dehidrasi: kesan tanpa
dehidrasi.

Diagnosis: Prolong fever

109
Tatalaksana:

Non-farmakologi:

- Banyak minum, dan tetap beri makan pendamping ASI seperti biasa
- Perhatikan kebersihan diri ibu pasien dan juga peralatan makan untuk pasien
- Edukasi kepada ibu pasien jika pasien menjadi lemas dan tidak aktif serta susah
makan dan minum, segera bawa ke dokter secepatnya.
- Edukasi kepada ibu pasien agar obat nya dihabiskan terutama antibiotik

Farmakologi:

- R/ Parasetamol syr No.I


∫ 3 dd 1 cth p.c 
- R/ Nistatin drops No. I
∫ 1 dd 1 
- R/ Amoksisilin syr No. I
- ∫ 2 dd 1 cth. 

110
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Eko Prayoga TTD .........................

TTD .........................
Nama Pembimbing dr.Zairin Rambe

TTD .........................
dr.Fadli

TTD..........................
dr.Risahmawati

111

Anda mungkin juga menyukai