Pendahuluan
Latar Belakang
Secara umum, DM pada kehamilan dibagi menjadi dua kelompok yaitu DM yang
memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (Diabetes Melitus Hamil/
DMH/ DM pragestasional) dan DM yang baru ditemukan saat hamil (DM gestasional/DMG).
Diabetes melitus gestasional didefinisikan sebagai suatu gangguan toleransi glukosa berbagai
tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu
mendapat insulin atau tidak. Definisi ini berlaku dengan tidak memandang apakah pasien
diabetes melitus hamil yang mendapat terapi insulin atau diet saja, juga apabila pada pasca
persalinan keadaan intoleransi glukosa masih menetap. Demikian pula ada kemungkinan
pasien tersebut sebelum hamil sudah terjadi intoleransi glukosa. Meskipun memiliki
perbedaan pada awal perjalanan penyakitnya, baik penyandang DM tipe 1 dan 2 yang hamil
maupun DMG memiliki penatalaksanaan yang kurang lebih sama.
Seperdelapan dari kehamilan DMG berakhir dengan abortus, sedangkan sepertiga dari
kehamilan aterm melahirkan bayi yang mati sebelum ditemukannya insulin. Pada kehamilan
trimester pertama kadar glukosaakan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon
terhadap transportasi glukosa dariibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga
diagnosis ditentukan secarakebetulan pada saat pemeriksaan rutin.1
Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada para pembaca
mengenai anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, etiologi, epidemiologi,
working diagnosis, differential diagnosis, manifestasi klinik, patofisiologi, penatalaksanaan,
prognosis dan edukasi mengenai Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
Skenario 2
Seorang wanita usia 31 tahun G1P0A0 dengan usia gestasional 25 minggu mengeluh sering
lemas-lemas sejak 2 minggu yang lalu. Saat malam sulit tidur karena terbangun tiap 2-3 jam
untuk BAK, leher sering terasa kering sehingga sering minum 7-8 gelas air dari jam 22.0006.00 WIB. Pasien juga mengeluh adanya gatal pada daerah kemaluan dan peningkatan berat
badan 50 kg menjadi 57kg dalam 1 bulan.
Anamnesis
Anamnesa merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien.
Anamnesis bisa dilakukan pada pasien itu sendiri yang disebut Auto Anamnesa apabila pasien
dalam kondisi sadar dan baik, bisa juga melalui keluarga terdekat atau orang yang bersama
pasien selama ia sakit apabila pasien dalam kondisi tidak sadar atau kesulitan berbicara
disebut dengan Allo Anamnesa.2
Dengan dilakukanya anamnesis maka 70% diagnosis dapat ditegakkan. Sedangkan
30%nya lagi didapatkan dari pemeriksaan fisik, lab, dan radiologi (kalau diperlukan). Hal
yang perlu ditanyakan dokter pada saat anamnesis antara lain:2
Keluhan utama yakni gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan
penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan
pertolongan serta menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. Hal ini
merupakan dasar untuk memulai evaluasi pasien.
Riwayat pribadi merupakan segala hal yang menyangkut pribadi pasien seperti
data diri pasien seperti nama, tanggal lahir, umur, alamat, suku, agama, dan
pendidikan.
Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit yang pernah di derita pasien
pada masa lampau yang mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialami
sekarang.
Riwayat keluarga meliputi segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter
dan kontak antara anggota keluarga mengenai penyakit yang dialami.
perjalanan penyakit yang di derita pasien. Berikut beberapa pertanyaan yang perlu
dianjurkan:
o Ditanyakan keluhan utama pasien seperti yang di atas.
o Menanyakan banyak makan, minum dan banyak kencing.
o Adakah peningkatan berat badan.
o Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki.
o Apakah terasa cepat lelah dan lemah setiap waktu
o Menanyakan adanya keluarga yang terkena DM.
o Menanyakan apakah adanya buram, katarak, buta, retinopati, glaucoma.
o Menanyakan adanya bengkak pada kaki, urin yang berkurang dan lemas.
o Menanyakan adanya riwayat sakit jantung (nyeri dada kiri).
o Menanyakan adanya hipertensi.
o Menanyakan adanya luka yang sukar sembuh, jaringan parut pada kulit dan luka
yang bau.
o Menanyakan apakah ada batuk >3 minggu.
Sesuai dengan kasus didapati hasil anamnesis adalah seorang wanita usia 31 tahun
G1P0A0 dengan usia gestasional 25 minggu mengeluh sering lemas-lemas sejak 2 minggu
yang lalu. Saat malam sulit tidur karena terbangun tiap 2-3 jam untuk BAK, leher sering
terasa kering sehingga sering minum 7-8 gelas air dari jam 22.00-06.00 WIB. Pasien juga
mengeluh adanya gatal pada daerah kemaluan dan peningkatan berat badan 50 kg menjadi
57kg dalam 1 bulan.
Pemeriksaan Fisik
Meliputi 3 bagian yaitu :
1. Pemeriksaan Umum
Menilai keadaan umum pasien: baik/buruk, yang perlu diperiksa dan dicatat adalah tandatanda vital, yaitu:
Kesadaran penderita
Kompos mentis (sadar sepenuhnya), Apatis (pasien tampak segan, acuh tak acuh
terhadap lingkunganya), Delirium (penurunan kesadaran
disertai kekacauan
Kesakitan yang dialami pasien, dapat dilihat dari raut wajah pasien dan keluhan
pasien ketika datang.
Tanda vital seperti : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu pasien sangat
penting.2
Tekanan darah
Tekanan darah tinggi (hipertensi) banyak ditemukan pada DM dan mempermudah
terjadinya gangguan ginjal. Bila ada gangguan saraf otonom, tekanan darah bisa
mendadak turun pada saat berubah posisi dari tidur ke posisi berdiri. Akibatnya
bisa pusing sampai rasa gelap seperti mau pingsan, pengukuran tekanan darah
kadang perlu diulang berkali-kali dengan cara yang tepat.3
Pemeriksaan nadi
Keadaan aliran darah paling penting diketahui dengan pemeriksaan nadi. Apabila
dokter tidak menemukan denyut nadi pada tungkai bawah, kemungkinaan besar
sudah ada penurunan aliran darh karena kerusakan dinding atau pembuntuan
pembuluh darah. Pembuluh darah nadi yang menyempit kadang bisa diketahui
dengan menggunakan stetoskop. Suara bising aliran darah akan terdengar,
misalnya di daerah leher untuk aliran darah ke otak, atau di daerah tungkai untuk
aliran ke kaki.3
2. Pemeriksaan Lokal
Inspeksi
Pada inspeksi identifikasikan warna kulit dan kondisi kulit apakah kering,normal atau
lembab. Apakah ada atrofi otot atau hipertrofi otot. Apakah ada lesi kulit seperti ulkus,
gangren, dsb.
Palpasi
Lakukan pemeriksaan suhu raba dan raba pulsasi kaki yaitu a. dorsalis pedis dan a.
tibialis posterior.
Refleks
Lakukan pemeriksaan sensibilitas dengan monofilament untuk mengetahui apakah
saraf pasien masih berfungsi. Lakukan juga refleks fisiologis pada ekstremitas bawah
yaitu pemeriksaan refleks ankle dan refleks lutut dengan menggunakan palu refleks,
serta pemeriksaan refleks babinsky.
Mata
Dokter harus bisa melakukan pemeriksaan awal pada mata. Penggunaan
opthalmoscope diperlukan untuk melihat keadaan retina.
Kaki
Mencari dan mengobati luka kaki secara dini penting sekali untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut dan tidak timbul bisul atau borok yang dapat mengakibatkan
tindakan amputasi, infeksi atau luka kecil harus ditangani denga serius. Sepatu yang
tidak pas harus cepat diganti karena bisa menimbulkan luka.
Dokter juga memeriksa apakah ada gangguan saraf atau neuropati pada kaki
dengan berbagai alat untuk memeriksa refleks kaki, saraf perasa terhadap rasa raba,
getar, nyeri, dan lain-lain.
Kaki yang bengkak mungkin adalah tanda adanya ganguan pada ginjal atau
jantung. Bisa pula disebabkan kakrena kekurangan albumin dalam darah akibat
penyakit hati atau ginjal. Infeksi jari kaki yang kering mengecil dan berwarna hitam
atau disebut gangren akibat aliran darah sudah tidak ada lagi karena buntu total tidak
bisa disembuhkan, kecali amputasi.
Pemeriksaan fisik yang diketahui dari skenario adalah TD : 130/80 mmHg, HR :
Pemeriksaan Penunjang1
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah yaitu dengan mengukur kadar
glukosa darah atau plasma dimana kadar normal gula darah puasa adalah 80-110 mg/dL dan
gula darah sewaktu adalah 110-160 mg/dL. Pemeriksaan trigliserida (<200 mg/dL) dan
pemeriksaan kolesterol total (<200 mg/dL) juga dapat dilakukan untuk memperyakin
diagnosa. Selain itu, pemeriksaan urin rutin juga dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
ada keton dalam urin pasien. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat
digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme
karbohidrat (mis. diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat
(kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi
karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh
mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.
Skrining selektif seharusnya digunakan pada diabetes gestasional seperti skrining
diabetes pada umumnya. Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut:
A. American Diabetes Association (2005) dengan menggunakan :
1. Pasien diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam
kemudian. Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan
tes toleransi glukosa oral. Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita
dengan diabetes gestational.
2. Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g beban glukosa
oral, kemudian diperiksa kadar gula darahnya. Dimana American Diabetes
Association mengusulkan dua jenis yaitu tes toleransi 1 jam, 2 jam dan 3 jam.
Pemeriksaan
Puasa
1 jam
2 jam
3 jam
Polihidramnion
b) Riwayat umum
Working Diagnosis4
Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
DM tipe 4 atau diabetes gestasional, adalah diabetes yang terjadi pada wanita hamil
yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Meskipun diabetes tipe ini sering membaik
setelah persalinan, sekitar 50% wanita mengidap kelainan ini tidak akan kembali ke
nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Bahkan, jika membaik setelah persalinan, risiko
untuk mengalami DMT 2 setelah sekitar 5 tahun pada waktu mendatang lebih besar daripada
normal.
Penyebab DMG dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar
estrogen serta hormon pertumbuhan yang terus-menerus tinggi selama kehamilan. Hormon
pertumbuhan dan estrogen menstimulasi pelepasan insulin yang berlebihan mengakibatkan
penurunan responsivitas seluler. Hormon pertumbuhan juga memiliki beberapa efek antiinsulin, misalnya sebagai contoh perangsangan glikogenesis (penguraian glikogen) dan
stimulasi jaringa lemak adiposa. Adinodektin, derivat protein plasma dari jaringan adiposa,
berperan penting dalam pengaturan konsentrasi insulin terhadap perubahan metabolisme
glukosa dan hiperglikemi yang terlihat pada DMG. Semua faktor ini mungkin berperan
menyebabkan hiperglikemi pada DMG. Wanita yang mengidap DMG mungkin sudah
memiliki gangguan subklinis pengendalian glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul.
DMG dapat menimbulkan efek negatif pada kehamilan dengan meningkatkan
malformasi kongenital, lahir mati, dan bayi bertubuh besar untuk masa kehamilan (BMK),
yang dapat menyebabkan masalah persalinan. DMG secara ruitn diperiksa selama
pemeriksaan medis prenatal. Hasil obsteric yang baik tergantung pada pengendalian glikemik
maternal yang baik serta berat badan sebelum kehamilan. Wanita yang mengalami DMG
ditangani dengan pengaturan diet, pemberian insulin, atau keduanya sesuai kebutuhan.
Penggunaan agens anti-glikemik oral seperti sufonilurea (gliburid) selain insulin untuk wanita
hamil yang tidak mampu mencapai kondisi glikemik terkontrol hanya dengan pengaturan diet
tengah teliti. Temuan memperkirakan gliburid sama efektifnya dengan insulin untuk
10
11
yang berlebihan akibat makanan yang masuk tidak dapat ditekan; fungsi sel alfa tetap
bnirmal. Untuk alasan yang tidak diketahui, pasien NIDDM tidak mengalami ketoasidosis.
Pada keadaan dekompensata mereka rentan terhadap sindroma koma hiperosmolar,
nonketotik. Satu hipotesis yang menjelaskan tidak adanya ketoasidosis selama stres adalah
bahwa hati resisten terhadap glukagon sehingga kadar malonil-CoA tetap tinggi, menghambat
oksidasi asam lemak-jalur ketogenik. Jika penurunan berat badan dapat dipicu, pasien dapat
diobati dengan diit saja. Sebagian besar pasien yang gagal dengan terapi diet memberi respon
terhadap sulfonilurea, tetapi perbaikan hiperglikemia pada kebanyakan penderita tidak cukup
untuk mengendalikan diabetes. Karena itu, sejumlah besar pasien NIDDM diterapi dengan
insulin.
Gambaran klinis. Manifestasi DM bervariasi dari pasien ke pasien. Pertolongan medis
sering dicari karena gejala yang berkaitan dengan hiperglikemi (poliuria, polidipsi, polifagia),
tetapi kejadian pertama mungkin berupa dekompensasi metabolik akut yang menyebabkan
koma diabetik. Kadang-kadang penampakan awal berupa penyulit degenertif seperti
neuropati tanpa hiperglikemia bergejala. Kekacauan metabolik pada DM disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif dan kelebihan glukagon absolut atau relatif. Normalnya
terdapat peningkatan rasio molar glukagon terhadap insulin yang menyebabkan
dekompensasi metabolik. Perubahan rasi ini dapat disebabkan oleh penurunan insulin atau
kenaika konsentrasi glukagon, sendiri-sendiri atau bersama-sama. Secara konseptual,
perubahan respon biologik terhadap salah satu hormon dapat menyebabkan efek serupa.
Karena itu resistensi insulin dapat menyebabkan efek metabolik seperti peningkatan rasio
glukagon/insulin meskipun rasio kedua hormon dalam plasma yang dinilai dengan
Immunoassay tidak jelas abnormal atau bahkan menurun (glukagon aktif secara biologik,
insulin relatif inaktif)
Epidemiologi1
Prevalensi diabetes melitus gestasional sangat bervariasi dari 1-14%, tergantung dari
subjek yang diteliti dan terutama dari kriteria diagnosis yang digunakan. Dengan
menggunakan kriteria yang sama yaitu yang digunakan oleh American Diabetes Association
prevalensi berkisar antara 2-3%. Penelitian di Makassar menggunakan kriteria yang sedikit
berbeda melaporkan angka prevalensi sebesar 2,0%. Ksanti melakukan studi retrospektif pada
37 wanita hamil yang dikelola sebagai DMG di RS UPN Dr. Cipto Mangunkusumo dalam
12
rentang tahun 2000-2003. DMG lebih banyak didapatkan diatas usia 32 tahun dan lebih dari
50% memiliki riwayat keluarga DM.
Kejadian DMG juga sangat erat hubungannya dengan ras dan budaya seseorang.
Contoh yang khas adalah DMG pada orang kulit putih yang berasal dari Amerika bagian
barat hanya 1,5-2% sedangkan penduduk asli Amerika yang berasal dari barat daya Amerika
mempunyai angka kejadian sampai 15%. Pada ras Asia, Afrika Amerika dan Spanyol
insidens DMG sekitar 5-8% sedangkan pada ras Kaukasia sekitar 1,5%.
Etiologi5
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta
(organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu
pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk
membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah.
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa
progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula
darah, tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa bagi
memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah
normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah. Namun, jika
pankreas tidak dapat
memproduksi
insulin
mengatasi efek
dari
peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan
GDM.
Patofisiologi1
Pada kehamilan terjadi resistensi insulin fisiologi akibat peningkatan hormon-hormon
kehamilan (human placental lactogen/ HPL, progeteron, kortisol, prolaktin) yang mencapai
puncaknya pada trisemester ketiga kehamilan. Tidak berbeda dengan patofisiologi DMT 2,
pada DMG juga terjadi gangguan sekresi sel beta pancreas. Kegagalan sel beta ini dipikirkan
karena bebrapa hal diantaranya : 1) autoimun, 2) kelainan genetik, dan 3) resistensi insulin
kronik. Studi oleh Xiang melaporkan bahwa pada wanita dengan DMG mengalami gangguan
kompensasi produksi insulin oleh sel-beta sebesar 67% dibandingkan kehamilan normal. Ada
sebagian kecil populasi wanita ini yang anti body isclet sel (1,6-3,8%). Sedangkan sekitar 5%
13
dari populasi DMG diketahui memiliki gangguan sel beta akibat defek pada sel beta seperti
mutasi pada glukokinase.
Resistensi insulin selama kehamilan merupakan mekanisme adaptif tubuh untuk
menjaga asupan nutrisi ke janin. Resistensi insulin kronik sudah terjadi sebelum kahamilan
pada ibu-ibu dengan obesitas. Kebanyakan wanita ada DMG memiliki kedua jenis resistensi
insulin ini yaitu kronik dan fisiologis sehingga resistensi insulinnya biasa lebih berat
dibandingkan kehamilan normal. Kondisi ini akan membaik segera partus dan akan kembali
ke kondisi awal setelah selesai masa nifas, dimana konsentrasi HPL sudah kembali seperti
awal.
Gejala klinik1
Sebenarnya diabetes melitus gestasional jarang sekali menunjukkan gejala apapun.
Namun jika pun ada gejala, gejalanya adalah sebagai berikut:
Poliuria
14
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.
Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita,
terutama pada waktu malam. Untuk mekanisme lihat gambar 05 dibawah ini.
Polidipsi
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya sebabrasa haus
ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu
penderita minum banyak.
Polifagia
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam
darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, oleh karena itu penderita selalu merasa lapar.
Komplikasi
Komplikasi akibat DMG bisa berlaku pada janin dan juga pada ibu.
Komplikasi
janin
termasuk
makrosomia,
hipoglikemia
neonatal,
kematian
15
Penatalaksanaan1
Non Farmakologi
Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu oleh spesialis penyakit
dalam, spesialis obstetric ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak. Tujuan penatalaksanaan
adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, kesakitan dan kematian
perinatal.
Penatalaksanaan harus dimulai dengan terapi nutrisi medik yang diatur oleh ahli gizi.
Secara umum, pada trimester pertama tidak diperlukan penambahan asupan kalori.
Sedangkan pada ibu hamil dengan berat badan normal secara umum memerlukan tambahan
300 kcal pada trimester kedua dan ketiga. Jumlah kalori yang dianjurkan adalah 30 kcal/berat
badan saat hamil. Pada mereka yang obese dengan indeks massa tubuh > 30 kg/m2 maka
pembatasan kalori perlu dilakukan yaitu jumlah kalori hanya 25 kcal/kg berat badan. Asupan
karbohidrat sebaiknya terbagi sepanjang hari untuk mencegah ketonemia yang berdampak
pada perkembangan kognitif bayi.
Aktifitas fisik selama kehamilan sempat menjadi topik yang kontroversial karena
beberapa tipe olahraga seperti sepeda ergometer, senam aerobik dan treadmill dapat memicu
kontraksi uterus. Para ahli menyarankan pada setiap ibu hamil yang sedang berolahraga untuk
meraba perut selama berolahraga agar dapat mendeteksi kontraksi subklinis dan bila ada
segera menghenntikan olahraganya. Namun, mengingat dampak positif yang didapat dengan
berolah raga (penurunan A1c, glukosa puasa dan 1 jam post prnadial), ADA menyarankan
untuk melanjutkan aktifitas fisik sedang pada ibu hamil tanpa kontraindikasi medis maupun
obstetric.
Farmakologi
Sasaran glukosa darah yang ingin dicapai adalah konsentrasi glukosa plasma puasa
<105 mg/dL dan 2 jam setelah makan <120 mg/dL. Apabila sasaran tersebut tidak tercapai
maka perlu ditambahkan insulin. Beberapa klinik menganjurkan apabila konsentrasi glukosa
plasma puasa >130 mg/dL dapat segera simulai dengan insulin.
16
17
Pencegahan1,5
1. Primer : untuk mengurangi obesitas dan BB.
2. Sekunder : deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anti rokok, perawatan.
3. Tersier : Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi, gangren dan amputasi,
pemeriksaan optalmologist, albuminuria monitor penyakit ginjal, kontrol hipertensi, status
metabolic dan diet rendah protein, pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi untuk
mengontrol medikasi
Prognosis
Kehamilan kedua dalam waktu 1 tahun dari kehamilan sebelumnya yang
mempunyai DMG memiliki tingkat kekambuhan tinggi. Wanita didiagnosa dengan
DMG memiliki peningkatan risiko terkena diabetes melitus di masa depan.
Wanita yang membutuhkan insulin pengobatan sewaktu kehamilan karena didiagnosa
dengan
GDM
mempunyai
mempunyai
antibodi
yang
risiko
terkait
tinggi
untuk
dengan
mendapat
diabetes
diabetes karena
(seperti
telah
antibodi terhadap
dekarboksilase glutamat, islet sel antibodi dan / atau antigen insulinoma-2), berbanding
wanita dengan dua kehamilan sebelumnya dan pada wanita yang gemuk.
Kesimpulan
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan diabetes yang sering dialami oleh
wanita semasa hamil yang disebabkan oleh karena hormon-hormon yang dihasilkan oleh
plasenta menghambat kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat dipindahkan ke dalam sel.
Penderita DMG rata-rata hampir tidak menemukan gejala, apabila ada gejala pun gejala nya
kurang lebih sama dengan gejala DM pada umumnya yaitu polifagia, polidipsi, poliuria
hanya saja pada DMG biasanya ditemukan berat badan sama meningkat. Skrining perlu
dilakukan pada semua wanita hamil dengan menggunakan prosedur TTGO. Wanita hamil
pada skenario menunjukkan gejala-gejala yang sesuai dengan DMG. Penatalaksanaan yang
bisa dilakukan pasien tersebut sesuai dengan intepretasi WHO adalah dengan perencanaan
selama 1 minggu, kemudian dilihat GD nya apabila menurun tetap lakukan perencanan
makanan, namun apabila meningkat bisa mulai lakukan terapi insulin.
18
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Edisi ke-5. Jilid ke-2. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.1953-5
2. Santoso Mardi. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang penerbit yayasan
diabetes Indonesia. 2004. h. 56-7, 80-1
3. Tandra H. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2007.h. 37-8
4. Corwin EJ. Patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC. 2009. h. 629-30
5. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Jakarta: EGC. 2013. Bab
337. h. 25, 2201
6. Behrman, Kliergman, Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson. Vol 1. Edisi ke-15. Jakarta:
EGC. 2012. h. 551