Anda di halaman 1dari 18

1

Diabetes Melitus Gestasional pada Wanita Hamil


Stacia Cicilia
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510
Kelompok F6/102012132
staciabeep@yahoo.com

Pendahuluan
Latar Belakang
Secara umum, DM pada kehamilan dibagi menjadi dua kelompok yaitu DM yang
memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (Diabetes Melitus Hamil/
DMH/ DM pragestasional) dan DM yang baru ditemukan saat hamil (DM gestasional/DMG).
Diabetes melitus gestasional didefinisikan sebagai suatu gangguan toleransi glukosa berbagai
tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu
mendapat insulin atau tidak. Definisi ini berlaku dengan tidak memandang apakah pasien
diabetes melitus hamil yang mendapat terapi insulin atau diet saja, juga apabila pada pasca
persalinan keadaan intoleransi glukosa masih menetap. Demikian pula ada kemungkinan
pasien tersebut sebelum hamil sudah terjadi intoleransi glukosa. Meskipun memiliki
perbedaan pada awal perjalanan penyakitnya, baik penyandang DM tipe 1 dan 2 yang hamil
maupun DMG memiliki penatalaksanaan yang kurang lebih sama.
Seperdelapan dari kehamilan DMG berakhir dengan abortus, sedangkan sepertiga dari
kehamilan aterm melahirkan bayi yang mati sebelum ditemukannya insulin. Pada kehamilan
trimester pertama kadar glukosaakan turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon
terhadap transportasi glukosa dariibu ke janin. Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga
diagnosis ditentukan secarakebetulan pada saat pemeriksaan rutin.1

Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada para pembaca
mengenai anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, etiologi, epidemiologi,
working diagnosis, differential diagnosis, manifestasi klinik, patofisiologi, penatalaksanaan,
prognosis dan edukasi mengenai Diabetes Melitus Gestasional (DMG).
Skenario 2
Seorang wanita usia 31 tahun G1P0A0 dengan usia gestasional 25 minggu mengeluh sering
lemas-lemas sejak 2 minggu yang lalu. Saat malam sulit tidur karena terbangun tiap 2-3 jam
untuk BAK, leher sering terasa kering sehingga sering minum 7-8 gelas air dari jam 22.0006.00 WIB. Pasien juga mengeluh adanya gatal pada daerah kemaluan dan peningkatan berat
badan 50 kg menjadi 57kg dalam 1 bulan.
Anamnesis
Anamnesa merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien.
Anamnesis bisa dilakukan pada pasien itu sendiri yang disebut Auto Anamnesa apabila pasien
dalam kondisi sadar dan baik, bisa juga melalui keluarga terdekat atau orang yang bersama
pasien selama ia sakit apabila pasien dalam kondisi tidak sadar atau kesulitan berbicara
disebut dengan Allo Anamnesa.2
Dengan dilakukanya anamnesis maka 70% diagnosis dapat ditegakkan. Sedangkan
30%nya lagi didapatkan dari pemeriksaan fisik, lab, dan radiologi (kalau diperlukan). Hal
yang perlu ditanyakan dokter pada saat anamnesis antara lain:2

Keluhan utama yakni gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan
penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan
pertolongan serta menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. Hal ini
merupakan dasar untuk memulai evaluasi pasien.

Riwayat pribadi merupakan segala hal yang menyangkut pribadi pasien seperti
data diri pasien seperti nama, tanggal lahir, umur, alamat, suku, agama, dan
pendidikan.

Riwayat sosial mencakup keterangan mengenai pekerjaan, aktivitas, perkawinan,


lingkungan tempat tinggal, dan lain-lain.

Riwayat penyakit dahulu merupakan riwayat penyakit yang pernah di derita pasien
pada masa lampau yang mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialami
sekarang.

Riwayat keluarga meliputi segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter
dan kontak antara anggota keluarga mengenai penyakit yang dialami.

Pada riwayat penyakit sekarang dapat menanyakan mengenai:


sejak kapan muncul gangguan atau gejala-gejala tersebut
frekuensi serangan atau kualitas penyakit
sifat serangan atau kuantitas penyakit
lamanya penyakit tersebut diderita
perjalanan penyakitnya, riwayat pengobatan sebelumnya
lokasi sakitnya
akibat yang timbul
gejala-gejala yang berhubungan
Anamnesis dilakukan untuk menggali informasi yang lebih dalam mengenai

perjalanan penyakit yang di derita pasien. Berikut beberapa pertanyaan yang perlu
dianjurkan:
o Ditanyakan keluhan utama pasien seperti yang di atas.
o Menanyakan banyak makan, minum dan banyak kencing.
o Adakah peningkatan berat badan.
o Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki.
o Apakah terasa cepat lelah dan lemah setiap waktu
o Menanyakan adanya keluarga yang terkena DM.
o Menanyakan apakah adanya buram, katarak, buta, retinopati, glaucoma.
o Menanyakan adanya bengkak pada kaki, urin yang berkurang dan lemas.
o Menanyakan adanya riwayat sakit jantung (nyeri dada kiri).
o Menanyakan adanya hipertensi.
o Menanyakan adanya luka yang sukar sembuh, jaringan parut pada kulit dan luka
yang bau.
o Menanyakan apakah ada batuk >3 minggu.

Sesuai dengan kasus didapati hasil anamnesis adalah seorang wanita usia 31 tahun
G1P0A0 dengan usia gestasional 25 minggu mengeluh sering lemas-lemas sejak 2 minggu
yang lalu. Saat malam sulit tidur karena terbangun tiap 2-3 jam untuk BAK, leher sering
terasa kering sehingga sering minum 7-8 gelas air dari jam 22.00-06.00 WIB. Pasien juga
mengeluh adanya gatal pada daerah kemaluan dan peningkatan berat badan 50 kg menjadi
57kg dalam 1 bulan.
Pemeriksaan Fisik
Meliputi 3 bagian yaitu :
1. Pemeriksaan Umum
Menilai keadaan umum pasien: baik/buruk, yang perlu diperiksa dan dicatat adalah tandatanda vital, yaitu:

Kesadaran penderita
Kompos mentis (sadar sepenuhnya), Apatis (pasien tampak segan, acuh tak acuh
terhadap lingkunganya), Delirium (penurunan kesadaran

disertai kekacauan

motorik, dan siklus tidur bangun yang terganggu),Somnolen (keadaan mengantuk


yang masih dapat pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti,
pasien akan tertidur lagi), Sopor/stupor (keadaan mengantuk yang dalam, pasien
masih dapat dibangunkan tetapi dengan rangsangan yang kuat, rangsang nyeri,
tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban
verbal yang baik).

Kesakitan yang dialami pasien, dapat dilihat dari raut wajah pasien dan keluhan
pasien ketika datang.

Tanda vital seperti : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu pasien sangat
penting.2
Tekanan darah
Tekanan darah tinggi (hipertensi) banyak ditemukan pada DM dan mempermudah
terjadinya gangguan ginjal. Bila ada gangguan saraf otonom, tekanan darah bisa
mendadak turun pada saat berubah posisi dari tidur ke posisi berdiri. Akibatnya

bisa pusing sampai rasa gelap seperti mau pingsan, pengukuran tekanan darah
kadang perlu diulang berkali-kali dengan cara yang tepat.3
Pemeriksaan nadi
Keadaan aliran darah paling penting diketahui dengan pemeriksaan nadi. Apabila
dokter tidak menemukan denyut nadi pada tungkai bawah, kemungkinaan besar
sudah ada penurunan aliran darh karena kerusakan dinding atau pembuntuan
pembuluh darah. Pembuluh darah nadi yang menyempit kadang bisa diketahui
dengan menggunakan stetoskop. Suara bising aliran darah akan terdengar,
misalnya di daerah leher untuk aliran darah ke otak, atau di daerah tungkai untuk
aliran ke kaki.3
2. Pemeriksaan Lokal

Inspeksi
Pada inspeksi identifikasikan warna kulit dan kondisi kulit apakah kering,normal atau
lembab. Apakah ada atrofi otot atau hipertrofi otot. Apakah ada lesi kulit seperti ulkus,

gangren, dsb.
Palpasi
Lakukan pemeriksaan suhu raba dan raba pulsasi kaki yaitu a. dorsalis pedis dan a.
tibialis posterior.
Refleks
Lakukan pemeriksaan sensibilitas dengan monofilament untuk mengetahui apakah
saraf pasien masih berfungsi. Lakukan juga refleks fisiologis pada ekstremitas bawah
yaitu pemeriksaan refleks ankle dan refleks lutut dengan menggunakan palu refleks,
serta pemeriksaan refleks babinsky.

3. Pemeriksaan Fisik Tambahan


Dokter melakukan pemeriksaan fisik dengan fokus pada organ tubuh yang sering
terkena komplikasi akibat diabetes. Misalnya, mata, kaki, jantung, saraf, serta pembuluh
darah.3

Mata
Dokter harus bisa melakukan pemeriksaan awal pada mata. Penggunaan
opthalmoscope diperlukan untuk melihat keadaan retina.

Tinggi dan berat badan


Dokter akan mengukur tinggi dan dapat menimbang berat badan Anda.
Perubahan berat badan yang cepat bisa merupakan indikasi perubahan dalam kontrol
GD. Kenaikan berat badan yang signifikan pada wanita hamil dapat menjadi salah
satu faktor resiko DMG.

Pemeriksaan organ dalam


Dokter perlu memeriksa fisik, termasuk keadaan tiroid, keadaan jantung, dan
apakah ada pembesaran hati yagn sering ditemukan pada DMT 2.

Kaki
Mencari dan mengobati luka kaki secara dini penting sekali untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut dan tidak timbul bisul atau borok yang dapat mengakibatkan
tindakan amputasi, infeksi atau luka kecil harus ditangani denga serius. Sepatu yang
tidak pas harus cepat diganti karena bisa menimbulkan luka.
Dokter juga memeriksa apakah ada gangguan saraf atau neuropati pada kaki
dengan berbagai alat untuk memeriksa refleks kaki, saraf perasa terhadap rasa raba,
getar, nyeri, dan lain-lain.
Kaki yang bengkak mungkin adalah tanda adanya ganguan pada ginjal atau
jantung. Bisa pula disebabkan kakrena kekurangan albumin dalam darah akibat
penyakit hati atau ginjal. Infeksi jari kaki yang kering mengecil dan berwarna hitam
atau disebut gangren akibat aliran darah sudah tidak ada lagi karena buntu total tidak
bisa disembuhkan, kecali amputasi.
Pemeriksaan fisik yang diketahui dari skenario adalah TD : 130/80 mmHg, HR :

78x/menit, sedangkan yang lainnya dalam keadaan normal.

Pemeriksaan Penunjang1
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah yaitu dengan mengukur kadar
glukosa darah atau plasma dimana kadar normal gula darah puasa adalah 80-110 mg/dL dan
gula darah sewaktu adalah 110-160 mg/dL. Pemeriksaan trigliserida (<200 mg/dL) dan
pemeriksaan kolesterol total (<200 mg/dL) juga dapat dilakukan untuk memperyakin

diagnosa. Selain itu, pemeriksaan urin rutin juga dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
ada keton dalam urin pasien. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat
digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme
karbohidrat (mis. diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat
(kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi
karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh
mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.
Skrining selektif seharusnya digunakan pada diabetes gestasional seperti skrining
diabetes pada umumnya. Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil menurut:
A. American Diabetes Association (2005) dengan menggunakan :
1. Pasien diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam
kemudian. Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan
tes toleransi glukosa oral. Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan wanita
dengan diabetes gestational.
2. Tes toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g beban glukosa
oral, kemudian diperiksa kadar gula darahnya. Dimana American Diabetes
Association mengusulkan dua jenis yaitu tes toleransi 1 jam, 2 jam dan 3 jam.
Pemeriksaan
Puasa
1 jam
2 jam
3 jam

Kadar Gula darah (mg/dL)


>95
>180
>155
>140

Tabel 1. Hasil Intrepretasi Tes Toleransi Glukosa Oral1


Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu tersebut menderita diabetes melitus. Tes
tersebut dilakukan pada awal kehamilan kemudian diulangi lagi pada usia
kehamilan 34 minggu.
B. World Health Organization (WHO)

Merekomendasikan kriteria diagnostik menggunakan tes beban glukosa oral 75 g.


Diabetes gestasional didiagnosis bila:
Pemeriksaan
Puasa
2 jam

Kadar Gula darah (mg/dL)


>126
>140
Tabel 2. Hasil Intrepretasi Menurut WHO1

Pencarian diabetes gestational dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan ibu hamil


dan meyakinkan seorang ibu untuk melakukan pemeriksaan skrining untuk tes setelah
melahirkan.
Wanita dengan diabetes melitus gestasional hammpir tidak pernah memberikan
keluhan, sehingga perlu dilakukan skrining. Semua wanita hamil sebaiknya harus dilakukan
skrining untuk diabetes mellitus gestasional. Beberapa klinik menganjurkan skrining diabetes
melitus gestasional hanya dilakukan pada mereka dengan resiko tinggi diabetes melitus
gestasional. Pada mereka dengan resiko tinggi, skrining sebaiknya sudah dimulai pada saat
pertama kali datang ke klinik tanpa memandang umur kehamilan. Apabila hasil tes normal,
maka perlu dilakukan tes ulangan pada minggu kehamilan antara 24-28 minggu. Sedang pada
mereka yang tidak beresiko tinggi tidak perlu dilakukan skrining.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien di skenario menunjukkan gula
darah puasa 130mg/dL, gula darah 2 jam pp 150 mg/dL. Pada pemeriksaan urin juga
ditemukan ketonuria (+).
Faktor Resiko1
a) Faktor resiko obstetri

Riwayat keguguran beberapa kali

Riwayat melahirkan bayi meninggal tanpa sebab jelas

Riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan

Riwayat melahirkan bayi > 4000 gram

Riwayat pre eklamsia

Polihidramnion

b) Riwayat umum

Usia saat hamil > 30 tahun

Riwayat DM dalam keluarga

Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya

Infeksi saluran kemih berulang saat hamil

Working Diagnosis4
Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
DM tipe 4 atau diabetes gestasional, adalah diabetes yang terjadi pada wanita hamil
yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Meskipun diabetes tipe ini sering membaik
setelah persalinan, sekitar 50% wanita mengidap kelainan ini tidak akan kembali ke
nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Bahkan, jika membaik setelah persalinan, risiko
untuk mengalami DMT 2 setelah sekitar 5 tahun pada waktu mendatang lebih besar daripada
normal.
Penyebab DMG dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar
estrogen serta hormon pertumbuhan yang terus-menerus tinggi selama kehamilan. Hormon
pertumbuhan dan estrogen menstimulasi pelepasan insulin yang berlebihan mengakibatkan
penurunan responsivitas seluler. Hormon pertumbuhan juga memiliki beberapa efek antiinsulin, misalnya sebagai contoh perangsangan glikogenesis (penguraian glikogen) dan
stimulasi jaringa lemak adiposa. Adinodektin, derivat protein plasma dari jaringan adiposa,
berperan penting dalam pengaturan konsentrasi insulin terhadap perubahan metabolisme
glukosa dan hiperglikemi yang terlihat pada DMG. Semua faktor ini mungkin berperan
menyebabkan hiperglikemi pada DMG. Wanita yang mengidap DMG mungkin sudah
memiliki gangguan subklinis pengendalian glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul.
DMG dapat menimbulkan efek negatif pada kehamilan dengan meningkatkan
malformasi kongenital, lahir mati, dan bayi bertubuh besar untuk masa kehamilan (BMK),
yang dapat menyebabkan masalah persalinan. DMG secara ruitn diperiksa selama
pemeriksaan medis prenatal. Hasil obsteric yang baik tergantung pada pengendalian glikemik
maternal yang baik serta berat badan sebelum kehamilan. Wanita yang mengalami DMG
ditangani dengan pengaturan diet, pemberian insulin, atau keduanya sesuai kebutuhan.
Penggunaan agens anti-glikemik oral seperti sufonilurea (gliburid) selain insulin untuk wanita
hamil yang tidak mampu mencapai kondisi glikemik terkontrol hanya dengan pengaturan diet
tengah teliti. Temuan memperkirakan gliburid sama efektifnya dengan insulin untuk

10

menurunkan komplikasi obstetrik, tanpa meningkatkan risiko malformasi kongenital,


meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikan keamanan agens ini atau
lainnya.
Differential Diagnosis
Diabetes Melitus Tipe 1 (DMT 1)/ Diabetes Melitus tergantung insulin (IDDM)1
Diabetes mellitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketiadaan absolute
insulin. Penyakit ini disebut diabetes mellitus dependen insulin (IDDM). Pengidap penyakit
ini harus mendapatkan insulin pengganti. Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang
tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan perbandingan laki-laki sedikit lebih
banyak daripada wanita. Karena insidens diabetes tipe I memuncak pada usia remaja dini,
maka dahulu bentuk ini disebut sebagai diabetes juvenile. Namun, diabetes tipe I dapat
timbul pada segala usia.
Diabetes tipe I diperkirakan timbul akibat destruksi autoimun sel-sel beta pulau
Langerhans yang dicetuskan oleh lingkungan. Serangan autoimun dapat timbul setelah
infeksi virus misalnya gondongan (mumps), rubella, sitomegalovirus kronik, atau setelah
pajanan obat atau toksin (misalnya golongan nutrosamin yang terdapat pada daging yang
diawetkan.
Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT 2)/ Diabetes Melitus tidak tegantung insulin (NIDDM) 5
Kelainan ini biasanya mulai pada pertengahan umur atau lebih. Pasien khas biasanya
gemuk. Gejala mulai lebih bertahap dibanding pada diabetes tergantung insulin (IDDM), dan
diagnosis sering dibuat jika individu tanpa gejala ditemukan mempunyai peningkatan glukosa
plasma pada pemeriksaan laboratorium urin. Berlawanan dengan IDDM, kadar insulin
plasma normal hingga tinggi dalam istilah absolut, meskipun lebih rendah dari yang
diperkirakan untuk kadar glukosa plasma; jadi terdapat defisiensi insulin relatif. Dengan kata
lain, jika kadar glukosa plasma pada penderita nodiabetik meningkat hingga kadar serupa
yang ditemukan pada pasien diabetik, nilai insulin lebih tinggi pada kelompok normal.
Keadaan ini mencerminkan defek sekresi insulin yang disebutkan sebelumnya pada NIDDM.
Metabolisme glukagon pada diabetes tidak tergantung insulin adalah kompleks. Sementara
konsentrasi plasma puasa dapat diturunkan oleh sejumlah besar insulin, respon glukagon

11

yang berlebihan akibat makanan yang masuk tidak dapat ditekan; fungsi sel alfa tetap
bnirmal. Untuk alasan yang tidak diketahui, pasien NIDDM tidak mengalami ketoasidosis.
Pada keadaan dekompensata mereka rentan terhadap sindroma koma hiperosmolar,
nonketotik. Satu hipotesis yang menjelaskan tidak adanya ketoasidosis selama stres adalah
bahwa hati resisten terhadap glukagon sehingga kadar malonil-CoA tetap tinggi, menghambat
oksidasi asam lemak-jalur ketogenik. Jika penurunan berat badan dapat dipicu, pasien dapat
diobati dengan diit saja. Sebagian besar pasien yang gagal dengan terapi diet memberi respon
terhadap sulfonilurea, tetapi perbaikan hiperglikemia pada kebanyakan penderita tidak cukup
untuk mengendalikan diabetes. Karena itu, sejumlah besar pasien NIDDM diterapi dengan
insulin.
Gambaran klinis. Manifestasi DM bervariasi dari pasien ke pasien. Pertolongan medis
sering dicari karena gejala yang berkaitan dengan hiperglikemi (poliuria, polidipsi, polifagia),
tetapi kejadian pertama mungkin berupa dekompensasi metabolik akut yang menyebabkan
koma diabetik. Kadang-kadang penampakan awal berupa penyulit degenertif seperti
neuropati tanpa hiperglikemia bergejala. Kekacauan metabolik pada DM disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif dan kelebihan glukagon absolut atau relatif. Normalnya
terdapat peningkatan rasio molar glukagon terhadap insulin yang menyebabkan
dekompensasi metabolik. Perubahan rasi ini dapat disebabkan oleh penurunan insulin atau
kenaika konsentrasi glukagon, sendiri-sendiri atau bersama-sama. Secara konseptual,
perubahan respon biologik terhadap salah satu hormon dapat menyebabkan efek serupa.
Karena itu resistensi insulin dapat menyebabkan efek metabolik seperti peningkatan rasio
glukagon/insulin meskipun rasio kedua hormon dalam plasma yang dinilai dengan
Immunoassay tidak jelas abnormal atau bahkan menurun (glukagon aktif secara biologik,
insulin relatif inaktif)
Epidemiologi1
Prevalensi diabetes melitus gestasional sangat bervariasi dari 1-14%, tergantung dari
subjek yang diteliti dan terutama dari kriteria diagnosis yang digunakan. Dengan
menggunakan kriteria yang sama yaitu yang digunakan oleh American Diabetes Association
prevalensi berkisar antara 2-3%. Penelitian di Makassar menggunakan kriteria yang sedikit
berbeda melaporkan angka prevalensi sebesar 2,0%. Ksanti melakukan studi retrospektif pada
37 wanita hamil yang dikelola sebagai DMG di RS UPN Dr. Cipto Mangunkusumo dalam

12

rentang tahun 2000-2003. DMG lebih banyak didapatkan diatas usia 32 tahun dan lebih dari
50% memiliki riwayat keluarga DM.
Kejadian DMG juga sangat erat hubungannya dengan ras dan budaya seseorang.
Contoh yang khas adalah DMG pada orang kulit putih yang berasal dari Amerika bagian
barat hanya 1,5-2% sedangkan penduduk asli Amerika yang berasal dari barat daya Amerika
mempunyai angka kejadian sampai 15%. Pada ras Asia, Afrika Amerika dan Spanyol
insidens DMG sekitar 5-8% sedangkan pada ras Kaukasia sekitar 1,5%.
Etiologi5
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta
(organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu
pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk
membantu mencegah ibu dari mengembangkan gula darah rendah.
Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa
progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula
darah, tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa bagi
memproduksi sumber energi.
Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah
normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah. Namun, jika
pankreas tidak dapat

memproduksi

insulin

yang cukup untuk

mengatasi efek

dari

peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan
GDM.
Patofisiologi1
Pada kehamilan terjadi resistensi insulin fisiologi akibat peningkatan hormon-hormon
kehamilan (human placental lactogen/ HPL, progeteron, kortisol, prolaktin) yang mencapai
puncaknya pada trisemester ketiga kehamilan. Tidak berbeda dengan patofisiologi DMT 2,
pada DMG juga terjadi gangguan sekresi sel beta pancreas. Kegagalan sel beta ini dipikirkan
karena bebrapa hal diantaranya : 1) autoimun, 2) kelainan genetik, dan 3) resistensi insulin
kronik. Studi oleh Xiang melaporkan bahwa pada wanita dengan DMG mengalami gangguan
kompensasi produksi insulin oleh sel-beta sebesar 67% dibandingkan kehamilan normal. Ada
sebagian kecil populasi wanita ini yang anti body isclet sel (1,6-3,8%). Sedangkan sekitar 5%

13

dari populasi DMG diketahui memiliki gangguan sel beta akibat defek pada sel beta seperti
mutasi pada glukokinase.
Resistensi insulin selama kehamilan merupakan mekanisme adaptif tubuh untuk
menjaga asupan nutrisi ke janin. Resistensi insulin kronik sudah terjadi sebelum kahamilan
pada ibu-ibu dengan obesitas. Kebanyakan wanita ada DMG memiliki kedua jenis resistensi
insulin ini yaitu kronik dan fisiologis sehingga resistensi insulinnya biasa lebih berat
dibandingkan kehamilan normal. Kondisi ini akan membaik segera partus dan akan kembali
ke kondisi awal setelah selesai masa nifas, dimana konsentrasi HPL sudah kembali seperti
awal.

Gambar 1. Patofisiologi DMG


Sumber: diunduh dari www.medicastore.com pada tanggal 22 November 2014 pukul 22.00 WIB

Gejala klinik1
Sebenarnya diabetes melitus gestasional jarang sekali menunjukkan gejala apapun.
Namun jika pun ada gejala, gejalanya adalah sebagai berikut:

Peningkatan berat badan secara signifikan


Peningkatan berat badan secara signifikan bisa menjadi salah satu faktor resiko
terjadinya diabetes melitus gestasional. Selain itu peningkatan berat badan bisa
disebabkan oleh peningkatan berat badan sang bayi akibat dari penerimaan glukosa yang
berlebihan yang ada di dalam darah ibu.

Poliuria

14

Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.
Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita,
terutama pada waktu malam. Untuk mekanisme lihat gambar 05 dibawah ini.

Polidipsi
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya sebabrasa haus
ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu
penderita minum banyak.

Polifagia
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam
darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, oleh karena itu penderita selalu merasa lapar.

Komplikasi
Komplikasi akibat DMG bisa berlaku pada janin dan juga pada ibu.
Komplikasi

janin

termasuk

makrosomia,

hipoglikemia

neonatal,

kematian

perinatal, kelainan bawaan, hiperbilirubinemia, polisitemia, hypocalcemia, dan sindrom


gangguan pernapasan. Makrosomia, yang didefinisikan sebagai berat lahir > 4.000 g,
terjadi pada 20-30% bayi yang ibunya menderita DMG. Faktor-faktor lain yang dapat
diperlihat pada ibu yang memicukan peningkatan insiden kelahiran janin makrosomia
termasuk hiperglikemia, Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang lebih tua,
multiparitas. Dengan ini, kasus makrosomia dapat menyebabkan untuk morbiditas janin
meningkat sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu, dan meningkatkan risiko kelahiran
secara sactio caesaria. Hipoglikemia neonatal dapat terjadi dalam beberapa jam setelah
dilahirkan . Hal ini adalah karena ibu yang hiperglikemia dapat menyebabkan janin
hiperinsulinemia Komplikasi jangka panjang pada janin dengan ibu DMG termasuk
peningkatan risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas. 1,6
Komplikasi pada ibu DMG meliputi hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan
risiko kelahiran secara sactio caesaria. Hipertensi ini mungkin terkait dengan resistensi
insulin. Oleh karena itu, intervensi yang menunjukkan peningkatkan sensitivitas insulin
dapat membantu mencegah komplikasi ini. Selain itu, wanita dengan riwayat DMG
memiliki peningkatan risiko diabetes setelah kehamilan dibandingkan dengan populasi
umum, dengan tingkat konversi hingga 3% per tahun.1

15

Penatalaksanaan1
Non Farmakologi
Penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara terpadu oleh spesialis penyakit
dalam, spesialis obstetric ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak. Tujuan penatalaksanaan
adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, kesakitan dan kematian
perinatal.
Penatalaksanaan harus dimulai dengan terapi nutrisi medik yang diatur oleh ahli gizi.
Secara umum, pada trimester pertama tidak diperlukan penambahan asupan kalori.
Sedangkan pada ibu hamil dengan berat badan normal secara umum memerlukan tambahan
300 kcal pada trimester kedua dan ketiga. Jumlah kalori yang dianjurkan adalah 30 kcal/berat
badan saat hamil. Pada mereka yang obese dengan indeks massa tubuh > 30 kg/m2 maka
pembatasan kalori perlu dilakukan yaitu jumlah kalori hanya 25 kcal/kg berat badan. Asupan
karbohidrat sebaiknya terbagi sepanjang hari untuk mencegah ketonemia yang berdampak
pada perkembangan kognitif bayi.
Aktifitas fisik selama kehamilan sempat menjadi topik yang kontroversial karena
beberapa tipe olahraga seperti sepeda ergometer, senam aerobik dan treadmill dapat memicu
kontraksi uterus. Para ahli menyarankan pada setiap ibu hamil yang sedang berolahraga untuk
meraba perut selama berolahraga agar dapat mendeteksi kontraksi subklinis dan bila ada
segera menghenntikan olahraganya. Namun, mengingat dampak positif yang didapat dengan
berolah raga (penurunan A1c, glukosa puasa dan 1 jam post prnadial), ADA menyarankan
untuk melanjutkan aktifitas fisik sedang pada ibu hamil tanpa kontraindikasi medis maupun
obstetric.
Farmakologi
Sasaran glukosa darah yang ingin dicapai adalah konsentrasi glukosa plasma puasa
<105 mg/dL dan 2 jam setelah makan <120 mg/dL. Apabila sasaran tersebut tidak tercapai
maka perlu ditambahkan insulin. Beberapa klinik menganjurkan apabila konsentrasi glukosa
plasma puasa >130 mg/dL dapat segera simulai dengan insulin.

16

Gambar 2. Indikasi Penggunaan Insulin1


Jenis insulin yang dipakai adalah insulin human. Insulin analog belum dianjurkan
untuk wanita hamil mengingat struktur asam aminonya berbeda dengan insulin human.
Perbedaan struktur ini menimbulkan perbedaan afinitas antara insulin analog dan insulin
human terhadap reseptor insulin dan reseptor IGF-1. Mengingat kerja Human Placental
Lactogen (HPL) melalui reseptor IGF-1, maka perubahan afinitas ini dikhawatirkan dapat
mempengaruhi janin atau kehamilan. Beberapa studi tentang pemakaian insulin lispro
menunjukkan dapat memperbaiki profil glikemia dengan episode hipoglikemia yang lebih
sedikit, pada usia kehamilan 14-32 minggu. Namun dirasa masih perlu penelitian jangka
panjang untuk menilai keamanannya pada kehamilan dan FDA mengkategorikan
keamanannya di tingkat B.
Dosis dan frekuensi pemberian insulin dangat tergantung dari karakteristik rerata
konsentrasi glukosa darah setiap pasien. Berbeda dengan diabetes hamil pregestasional,
pemberian insulin pada diabetes melitus pregestasional selain dosis yang lebih rendah juga
frekuensi pemberian lebih sederhana. Pemberian insulin kombinasi kerja singkat dan kerja
sedang seperti Mixtard (novo-Nordik) atau Humuin 30-70 (Eli Lilly) dilaporkan sangat
berhasil.
Kendali glikemik ketat sangat dibutuhkan pada smeua wanita diabetes melitus dengan
kehamilan. Penting sekali memantau glukosa darah sendiri oleh pasien di rumah, terutama
pada mereka yang mendapat suntikan insulin. Pasien perlu dibekali dengan alat meter
(Reflectance meter) untuk memantau glukosa darah sendiri di rumah. Penggunaan HbA1c
sebagai pemantauan belum menunjukkan dampak yang signifikan dalam kendali glukosa
darah.

17

Pencegahan1,5
1. Primer : untuk mengurangi obesitas dan BB.
2. Sekunder : deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anti rokok, perawatan.
3. Tersier : Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi, gangren dan amputasi,
pemeriksaan optalmologist, albuminuria monitor penyakit ginjal, kontrol hipertensi, status
metabolic dan diet rendah protein, pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi untuk
mengontrol medikasi
Prognosis
Kehamilan kedua dalam waktu 1 tahun dari kehamilan sebelumnya yang
mempunyai DMG memiliki tingkat kekambuhan tinggi. Wanita didiagnosa dengan
DMG memiliki peningkatan risiko terkena diabetes melitus di masa depan.
Wanita yang membutuhkan insulin pengobatan sewaktu kehamilan karena didiagnosa
dengan

GDM

mempunyai

mempunyai

antibodi

yang

risiko
terkait

tinggi

untuk

dengan

mendapat

diabetes

diabetes karena

(seperti

telah

antibodi terhadap

dekarboksilase glutamat, islet sel antibodi dan / atau antigen insulinoma-2), berbanding
wanita dengan dua kehamilan sebelumnya dan pada wanita yang gemuk.

Kesimpulan
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan diabetes yang sering dialami oleh
wanita semasa hamil yang disebabkan oleh karena hormon-hormon yang dihasilkan oleh
plasenta menghambat kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat dipindahkan ke dalam sel.
Penderita DMG rata-rata hampir tidak menemukan gejala, apabila ada gejala pun gejala nya
kurang lebih sama dengan gejala DM pada umumnya yaitu polifagia, polidipsi, poliuria
hanya saja pada DMG biasanya ditemukan berat badan sama meningkat. Skrining perlu
dilakukan pada semua wanita hamil dengan menggunakan prosedur TTGO. Wanita hamil
pada skenario menunjukkan gejala-gejala yang sesuai dengan DMG. Penatalaksanaan yang
bisa dilakukan pasien tersebut sesuai dengan intepretasi WHO adalah dengan perencanaan
selama 1 minggu, kemudian dilihat GD nya apabila menurun tetap lakukan perencanan
makanan, namun apabila meningkat bisa mulai lakukan terapi insulin.

18

Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Edisi ke-5. Jilid ke-2. Jakarta: Interna Publishing; 2009. h.1953-5
2. Santoso Mardi. Pemeriksaan fisik diagnosis. Jakarta: Bidang penerbit yayasan
diabetes Indonesia. 2004. h. 56-7, 80-1
3. Tandra H. Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2007.h. 37-8
4. Corwin EJ. Patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC. 2009. h. 629-30
5. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi ke-13. Jakarta: EGC. 2013. Bab
337. h. 25, 2201
6. Behrman, Kliergman, Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson. Vol 1. Edisi ke-15. Jakarta:
EGC. 2012. h. 551

Anda mungkin juga menyukai