SKENARIO 2
OLEH :
KELOMPOK 2
DOSEN TUTOR :
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARMASIN
2021
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK
Keadaan umum :
Pada saat pasien datang ke kita maka liat terlebih dahulu keadaan umum
pasien apakah GCS pasien normal? Pasien masih sadar, ataukah pasien lemas,
lesu, pucat, letargi atau bahkan tidak sadarkan diri?
Apabila pasien datang dengan pucat maka perlu diperhatikan adalah tentang
kemungkinan adanya ketidakstabilan hemodinamik yang memerlukan
intervensi emergensi dan stabilisasi dengan resusitasi cairan ataupun transfusi.
Perlu diperhatikan apakah pasien mengalami gangguan kesadaran, gangguan
status mental, sesak, pucat, dan badannya dingin.
Kemudian ukur tanda vital pasien = HR (pada pasien anemia biasanya
takikardi karena merupakan bentuk kompensasi tubuh untuk memenuhi suplai
oksigen yang menurun), RR (biasanya meningkat pada pasien anemia), Suhu,
Tekanan darah
Kepala : nilai konjungtiva pasien, nilai sudut bibir apakah ada cheilitis, pada
THT apakah ada perdarahan hidung dan gusi berdarah
Leher : apakah da pembesaran kelenjar limfe
Thorax : inspeksi apakah bentuk dada simetris kiri kanan dan apakah
pergerakan napas normal? Adakah sisi yang tertinggal?, palpasi apakah
gerakan dada simetris? Fremitus vocal kedua lapang paru menurun?, Perkusi
apakah suara sonor?, dan auskultasi apakah vesikuler? ada mengi ataupun
ronkhi?
Jantung : inspeksi iktus kordis, palpasi iktus kordis, perkusi untuk menentukan
batas jantung, dan auskultasi apakah ada tambahan suara jantung
Abdomen : inspeksi bagaimana bentuk perut pasien dan kulitnya apakah ada
perubahan warna? Apakah da bekas luka, massa, dan apakah terlihat pulsasi
vena dan gerakan peritaltik usus. Auskultasi untuk menilai apakah da suara
bising usus yang berlebih. Perkusi untuk menentukan batas hepar dengan
organ lain, dapat dilakukan pemeriksaan seperti shifting dullness atau fluid
wave untuk menilai apakah da hepatomegaly,palpasi umum dan khusus untuk
mengetahui apakah da nyeri dan untuk menilai keadaan organ sperti hepar,
spleen, nyeri ketok ginjal, nyeri tekan pada apendix.
Ekstremitas : apakah ada akral dingin atau pucat? Perhatikan kuku pasien
apakah berbentuk kecung (koilonychias)
(nana) done
12. Badan lemas, lelah, ngantuk, dll. Mennhorraggia : mens yang berlebihan. Pada
saat haid 30 ml darah, Prostaglandin kelebihan bisa menyebabkan kram perut,
penyempitan pembuluh darah yang membuat rasa pusing, estrogen menyebabkan
turunnya gula darah (dzaky)
Sering lambat makan, asupan2 makan tidak sebaik di rumah. Asupan zat besi yang
dimakan pasien mengalami kurang. Kelebihan darah saat menstruasi durasinya lebih
banyak bisa mengakibatkan besi dalam tubuh. Produksi eritrosit yang mengandung
besi berkurang dari jumlah maupun kualitasnya (dira)
7. kemungkinan pasien mengalami keluhan yang ringan saja, namun beberapa wajtu
pasien meraskan keluhan nya semakin berat bauru mendatangi ke dokter untuk
menanyakan keluhan yang dialaminya itu (syafina)
13. Jika terjadi pengikatan o2 darah dengan hemoglobin, kekurangan sel darah merah
yang.. pendarahan yang banyak saat mengalami mens. didduga dapat membuat
anggota tubuh menjadi kering. (Aysca)
Anak kos aktivitas lebih banyak terpapar debu alkohol pada parfum menggosok kulit
berlebihan, kulit kering mengurangi kelembaban pada kulit kita. Faktor menggunakan
air panas saat mandi, kasus anemia pasokan O2 ke jaringan, efek samping obat2 an
yang lain (dira)
Msih remaja biasanya tampil lebih cantik seperti menggunakan produk kosmetik
tertentu dapat bermanfes yang sudah disebutkan tadi , rambut kering bisa jadi kulit
kepala pasien tidak cukup memproduksi cukup minyak (cibro)
5. Ada, seiring bertambahnya usia maka kebutuhan akan tenaga akan semakin
bertambah. Namun semakin bertambahnya usia pula kinerja tubuh akan semakin
menurun karena adanya degenerasi organ karena proses penuaan. Maka hal ini akan
menyebabkan seseorang yang semakin tua akan semakin mudah lelah dan
lemas.Jurnal kesehatan pada tahun 2013 dinyatakan pada usia lebih dari 35 tahun
kondisi fisik seseorang akan menurun, daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit
tidak lagi optimal dan rentan terhadap komplikasi penyakit. Mnrut UU No 13 th 1998
Pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia yang dinamakan lanjut usia adalah
seseorang yang mencapai usia diatas 60 tahun.Namun keluhan pasien yang lelah yang
kemungkinan disebabkan oleh kurang darah/eritrosit dan transport O2 yang kurang
tidak ada hubungannya dengan usia pasien karena pasien masih dalam usia yang
produktif.
Apakah ada hubungan antara keluhan pasien dengan jenis kelamin?.Berdasarkan uji
statistic yang dilakukan ppada sebuah jurnal didapati hubunan antara jenis kelamin
dengan kejadian anemia.Perempuan lebih dominan mengalami kehilangan
darah/anemia dengan gejala mudah lelah, sering pusing daripada laki-laki hal ini
dikarenakan perempuan mengalami menstruasi, menyusui, dan hamil yang dapat
meningkatkan kebutuhan faktor pembentuk sel darah merah seperti zat besi (Fe),
kobalamin (vit B12), dan asam folat (B9). Adapun menstruasi yang dapat
menyebabkan anemia adalah menstruasi yang waktunya memanjang dengan volume
yang banyak atau menorrhagia atau siklus yang tidak normal atau metrorragia. Fase
fase tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan pembentuk sel darah.
(nana) done
1. 19 tahun berasa lemah ceoat lelah kemungkinan besar mengalami anemia, bisa saja
ada gangguan pemmbentukan eritrosit karena sumsum tulang, bisa juga adanya
pengeluaran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya atau hemolisis, pasien juga
mengalami kekurangan asupan gizi dalam tubuh seperti kalori yang mungkin
membuat ngantuk dan lemas tubuh. Kekurangan suplai oksigen di otak. Kos banyak
aktivitas bisa mengantuk lemas saat beraktivitas berlebihan (Iis)
Apabila zat besi ini berkurang makan akan menyebabkan terganggunya pembentukan
heme dan hemoglobin, sehingga kadar hemoglobin dalam eritrosit akan berkurang
dan transporter O2 ke paru paru, organ vital dan jaringan akan berkurang juga. Pada
saat kekurangan oksigen, sebagian jaringan tubuh akan melakukan metabolism
anaerob. Pada proses anaerob ini, dihasilkan lebih sedikit ATP yaitu hanya sebanyak
2 ATP dari tiap molekul glukosa. Akibatnya jaringan kekurangan energy atau ATP
yang menjadi sumber dalam beraktifitas. Sehingga pasien mengeluhkan lemas
diakibatkan otot yang kekurangan nutrisi.
Pada kebiasaan makan pasien yang jarang mengonsumsi daging maka dapat dicurigai
selain pasien kekurangan zat besi pasien juga dapat kekurangan vit B12(kobalamin).
Kobalamin sangat penting bagi tubuh dan hrs ditemukan dari makanan karena tubuh
tidak dapat memproduksi kobalamin sendiri. Kobalamin merupakan prokursor dalam
pembentukan tetrahidrofolat dari bentuk awalnya yaitu methy tetrahidrofolat untuk
pembentukan DNA.
Selain kebiasaan makanan dan gangguan reabsorpsi karena zat zat yang menghambat
penyerapan zat besi juga karena
(nana) done
2. hal ini terjadi karena kekurangan hemoglobin. Hemoglobin yaitu protein khusus
yang berguna untuk mengikat oksigen dan mengangkutnya ke seluruh tubuh lewat
bantuan sel darah merah. Ketika tubuh mengalami kekurangan hemoglobin, otomatis
semua sel dan jaringan tubuh akan kekurangan oksigen. Sehingga terjadilah pusing
karena oksigennya tidak sampai ke otak.
Kurangnya pasokan hemoglobin ini membuat jantung harus bekerja ekstra keras
untuk mengalirkan darah beroksigen sehingga jantung akan terasa berdebar (iman)
10. Mengonsumsi pasien yang kaya protein, yang mengandung zat besi sebagai bahan
utama pembentukan zat besi, hewani (heme) dan nabati (non heme). Anak kos kita
saranin untuk mengonsumsi protein2 nabati, makan-makan cepat saji dikurangi terlalu
banyak ragam dan ngga tau sumbernya dapat menyebabkan menurun produksi sel
darah mara, kurangi kopi dan teh, meningkatkan absorbsi, diimbangi dengan sayuran
dan buah--0buahan. daoat menyediakan suplemen zat besi. Dapat membantu
mencegah anemia, mengonsumsi tablet tambah darah . Minum air 8 gelas perhari,
istirrahat yang cukup dan teratur (nabila)
Kepatuhan minum obat hingga 6 bulan pertama untuk memastikan zat besi kembali
normal, konsumsi vit c tomat dan jeruk, kalau masih dirasa kurang bisa mengonsumsi
suplemen.
Px Lab
hb : 6,7
Ht 17%
leukosit 5000
Eritrosit 3,4 jt
trombosit 560.000
MCV 71,4
MCH 22,3
MCHC 31,2
RDW 15,9
MPV 12,4
Basofil 0
eusinofil 0,6
Neutrofil batang 0,9
Neutrofil segmen 74,4
monosit 7,2
Problem tree
1. Definisi
Anemia secara umum didefinisikan sebagai berkurangnya konsentrasi
hemoglobin didalam tubuh. Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai
penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer (penurunan oxygen carrlting capacity. Secara praktis anemia
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung
eritrosit (red cell courtt). Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang
timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis. karena
cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan
pembentukan hemoglobin berkurang. ADB ditandai oleh anemia hipokromik
mikrositer dan hasil laboratorium yang menunjukkan cadangan besi
kosong./andro Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya
saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin
sumsum tulang./nana
2. Etiologi
Etiologi anemia
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau
hemoglobin. Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen
dan tidak berfungsi secara normal (hipoksemia).
Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi berikut ini:
• Produksi sel darah merah yang kurang.
• Kekurangan zat besi, vitamin B12, atau asam folat
• Kehilangan darah secara berlebihan.
• Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat (yang mungkin disebabkan
oleh masalah sistem kekebalan tubuh)
• Penyakit jangka panjang (kronis) seperti penyakit ginjal kronis, kanker,
radang borok usus besar, atau radang sendi
• Terdapat masalah pada sumsum tulang seperti limfoma, leukemia,
myelodysplasia, multiple myeloma, atau anemia aplastic
• Pengeluaran darah yang lambat (misalnya, karena periode menstruasi yang
berat atau tukak lambung)
• Kehilangan banyak darah secara tiba-tiba
terdapat enam faktor yang sering menyebabkan kejadian anemia, pertama
adalah rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya, yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi makanan sumber zat besi. Zat gizi lain yang
menyebabkan terjadinya anemia adalah kekurangan vitamin A, vitamin C,
asam folat, riboflavin, dan vitamin B12. Kedua, penyerapan zat besi yang
rendah, disebabkan komponen penghambat di dalam makanan seperti fitat.
Rendahnya zat besi pada bahan makanan nabati menyebabkan zat besi tidak
dapat diserap dan digunakan oleh tubuh. Ketiga, malaria terutama pada anak-
anak dan wanita hamil. Keempat, parasit seperti cacing (hookworm) dan
lainnya (skistosomiasis). Kelima, infeksi akibat penyakit kronis maupun
sistemik (misalnya: HIV/AIDS). Keenam, gangguan genetik seperti
hemoglobinopati dan sickle cell trait.
anemia disebabkan malabsorspi besi, hal ini disebabkan oleh asam lambung
dan penyerapan besi dibagian usus halus /ashfia
3. Epidemiologi
angka terjadi anemia di indonesia cukup tinggi, prevalensi anemia 32% 3-4
dari 10 remaja menderita anemia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya
aktivitas dr remaja tersebut. anemia merupakan masalah masyarakat di dunia,
anak kurang dr 4 thn 34%, 56% anak dibawah umur 5 tahun dapat menderita
anemia. 41% dibawah 5 tahun dan 24%-35% anak sekolah menderita anemia.
apabila terlambat ditanggulangi anemia dapat menyebabkan kematian. anemia
defisiensi besi, di afrika laki laki dewasa 6%, laki di indonesia. wanita tidak
hamil atau remaja aktif akrrifa 20%, amerika latin 21%, indonesia 25%.
wanita hamil 39% amerika latin. dari data terbilang indonesia termasuk tingkat
tinggi. /dira
anemia tertinggi ditemuka pada akhir masa bayi dan awal masa kanan2 karena
terdapat defisiensi besi pada masa kehamilan, penggunaan susu formula
dengan kadar besi yang berkurang. ditemukan ABD pada masa remaja,
diperbesar pada kekurangan darah atau menstruasi. 2017 menunjukan
prevalensi ABD bayi 40-45%. 2018 ABD bayi 6-12 bulan, anak anak, balita
61%, 48,1%. /abay
anemia 47,9% prevalensi remaja putri, kelompok umum. remaja putra 23%.
anemia merupakan salah satu /iis
prevalensi anemia negara mau 9%, 34% negara berkembang. anak anak 27%,
wanita hamil, wanita tidak hamil 30%. WHO prevalensi 50% tahun 2025. /fina
4. Faktor resiko
pertama, usia kurangnya zat besi. prematur dapat menyebabkan kurang zat
besi. seperti kebutuhan yang berkurang atau absorpsi. makanan yang
berkurang. infeksi parasit. wanita dewasa bisa karena menstruasi. bisa karena
kegemukan karena penurunan aktivitas yang menurunkan pelepasan besi.
4. vegetarian, kurang makan daging, ikan dan makanan yang kaya akan
mengandung zat besi. faktor resiko bisa karena penyerapan yang buruk,
kekurangan zat gizi sepeerti vitamin A, B dan folaat. bisa karena penyakit
kanker, HIV /fina
5. Patogenesis
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang
berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap
akan menyebabkan cadangan besi terus berkurang. Perkembangan kekurangan
zat besi dapat dibagi menjadi tiga tahap.
1. Tahap Pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau store iron deficiency,
ditandai dengan berkurangnya cadangan besi. Terjadi keseimbangan besi
negatif, di mana kebutuhan (atau kehilangan) besi melebihi kemampuan
tubuh untuk menyerap besi dari makanan. Tahap ini dihasilkan dari
sejumlah mekanisme fisiologis, termasuk kehilangan darah, kehamilan,
lonjakan pertumbuhan yang cepat pada remaja, atau asupan zat besi yang
tidak memadai. Dalam keadaan ini defisit besi harus dibuat dengan
memobilisasi besi dari tempat penyimpanan RE. Selama periode ini,
simpanan zat besi—yang dicerminkan oleh kadar feritin serum atau
munculnya zat besi yang dapat diwarnai pada aspirasi sumsum tulang—
menurun. Selama simpanan besi ada dan dapat dimobilisasi, serum iron,
total iron-binding capacity (TIBC), dan kadar protoporfirin sel darah merah
tetap dalam batas normal. Pada tahap ini, morfologi dan indeks sel darah
merah normal. Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya masih normal.
Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme. Feritin serum
menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
kekurangan besi masih normal.
2. Tahap Kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient
erythropoietin atau iron limited erythropoiesis, didapatkan suplai besi yang
tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis. Simpanan besi sumsum tidak
ada bila kadar feritin serum <15 g/L. Selama besi serum tetap dalam kisaran
normal, sintesis hemoglobin tidak terpengaruh meskipun simpanan besi
berkurang. Setelah saturasi transferin turun menjadi 15-20%, sintesis
hemoglobin menjadi terganggu. Ini adalah periode eritropoiesis yang terjadi
saat kekurangan zat besi. Ketika simpanan besi menjadi habis, serum iron
mulai turun. Secara bertahap, TIBC meningkat, seperti halnya kadar
protoporfirin sel darah merah. Evaluasi yang cermat dari apusan darah tepi
mengungkapkan penampilan pertama sel mikrositik, dan jika teknologi
laboratorium tersedia, seseorang akan menemukan retikulosit hipokromik
dalam sirkulasi. Secara bertahap, hemoglobin dan hematokrit mulai turun,
mencerminkan anemia defisiensi besi.
3. Tahap Ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia.
Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak
cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari gambaran tepi
darah didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang progresif. Bila terdapat
anemia sedang (hemoglobin 10-13 g/dL), sumsum tulang tetap
hipoproliferatif. Dengan anemia yang lebih parah (hemoglobin 7-8 g/dL),
hipokromia dan mikrositosis menjadi lebih menonjol, sel target dan sel
darah merah yang cacat (poikilosit) muncul pada apusan darah sebagai
bentuk cerutu atau pensil, dan sumsum eritroid menjadi semakin tidak
efektif. Akibatnya, dengan anemia defisiensi besi berkepanjangan yang
parah, hiperplasia eritroid dari sumsum berkembang.
Peran utama besi pada mamalia adalah membawa O2 sebagai bagian
dari hemoglobin. O2 juga diikat oleh mioglobin di otot. Besi adalah elemen
penting dalam enzim yang mengandung besi, termasuk sistem sitokrom di
mitokondria. Tanpa besi, sel kehilangan kapasitasnya untuk transpor elektron
dan metabolisme energi. Pada sel eritroid, sintesis hemoglobin terganggu,
mengakibatkan berkurangnya pengiriman O2 ke jaringan. Oksigenasi yang
berkurang menyebabkan kebutuhan eritropoetin yang besar dan merangsang
sumsum tulang untuk memproduksi eritrosit. Hingga manifestasi klinis anemia
muncul. Gejala dan tanda anemia bergantung pada derajat keparahan dan
kecepatan terjadinya anemia, juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala akan
lebih ringan pada anemia yang terjadi perlahan-lahan, karena ada kesempatan
bagi mekanisme homeostatik untuk menyesuaikan dengan berkurangnya
kemampuan darah membawa oksigen.
6. Manifestasi klinis
kebanyakan anak anak dengan defisiensi besi pada usia 12 bulan tidak
menunjukan. pertama, kuku sendok atau kuku menjadi rapuh dan cekung
seperti sendok. kedua terjadi atropi pada lidah dan lidah licin juga
menghilangnya papil lidah. ketida peradangan pada sudut mulut ada bercak
keputihan. keempat disfagia. defisiensi besi ada sistem hematologi, pada bayi
dan remaja menurunnya fungsi intelektual. /iis
gejala anemia atau anemik sindrom yaitu gejala yang timbul karena jenis
anemia karena penurunan kadar hb pada titik tertentu. gejala umum karena
anoksia dan kompensasi tubuh pada hb, gejala nya yaitu kita akan merasakan
lesu, palpitasi, takikardi, angina pektoris. organ yang terkena sistem saraf,
sakit kepala, pusing, telinga mendenging, kelemahan otot, lesu, perasaan
dingin pada ekstremitas. urogenital, menstruasi dan libido yang turun. warna
kulit pucat dan elastisitas menurun. /dira
7. Diagnosis
diagnosis ada tiga tahap. anemnesis, mengetahui anemia dari perilaku atau
keseharian
pemeriksaan lab, menentukan anemia dengan memntukan kadar hemoglobin,
kadar zat besi. sudah mencakup anemnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan lab. /jahe
kriteria diagnosis ABD, pertama kadar hb kurang dari normal kurang dr 30%
kadar serum kurang dr 5, saturasi kurang dari 15%. ABD menurun karena
saturasi transfer kurang dari 16%, kadar serum kurang dr 12. minimal ada dua
dari 3 yaitu serum dan .. /iman
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium merupakan penunjang
diagnostik pokok dalam diagnosis anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari:
1). Pemeriksaan penyaring (screening test):
2). Pemeriksaan darah seri anemia;
3). Pemeriksaan sumsum tulang;
4). Pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan Penyaring, untuk kasus anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, indeks eritrosit dan hapusan darah tepi. Dari sini dapat dipastikan
adanya anemia serta jenis morfologik anemia tersebut yang sangat berguna
untuk pengarahan diagnosis lebih lanjut.
Pemeriksaan Darah Seri Anemia, meliputi hitung leukosit, trombosit, hitung
retikulosit dan laju endap darah. Sekarang sudah banyak dipakai automatic
hematology analyzer yang dapat memberikan presisi hasil yang lebih baik.
Pemeriksaan Sumsum Tulang, pemeriksaan ini memberikan informasi yang
sangat berharga mengenai keadaan sistem hematopoesis. Pemeriksaan ini
dibutuhkan untuk diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan
sumsum tulang mutlak diperlukan untuk diagnosis anemia aplastik, anemia
megaloblastik, serta pada kelainan hematologi yang dapat mensupresi sistem
eritroid.
Pemeriksaan Khusus, Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus,
misalnya pada: Anemia defisiensi besi: serum iron. TIBC (total iron binding
capacity), saturasi transferin, protoporfirin eritrosit, feritin serum, reseptor
transferin dan pengecatan besi pada sumsum tulang (Perl's stain). . Anemia
megaloblastik: folat serum, vitamin B 12 serum, tes supresi deoksiuridin dan
tes Schilling. . Anemia hemolitik: bilirubin serum, tes Coomb, elektroforesis
hemoglobin dan lain-lain. . Anemia aplastik: biopsi sumsum tulang. Juga
diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti misalnya
pemeriksaan faal hati, faal ginjal atau faal tiroid. /andro
pemeriksaan fisik, bisa dilihat anemis atau tidak. ikterus ada atau tida,
limadenopati. stomatitis angularis atau tidak. atrofi lidah. pem penunjang,
pemeriksaan hb, eritrosit, kadar peritin serum, pemeriksaan sumsum tulang.
akibat yang merugikan, misal bayi 0-9 tahun, remaja 10-19 tahun. bayi ada
gangguan perkembangan motorik dan kemampuan belajar dan psikologis.
remaja karena kemampuan belajar, aktivitas fisik, sistemm pertahanan tubuh
pd penyakit infeksi, penurunan daya tahan thdp keletihan. wanita hamil,
meningkatkan rasa kesakitan dan kematian janin, resiko janin bb lahir
rendah. /nana
8. Klasifikasi
Klasifikasi anemia juga dapat terbagi berdasarkan karakteristik bentuk sel darah
merah yang diproduksi, meliputi:
1.Makrositik (sel darah merah besar), contohnya anemia megaloblastik, anemia
defisiensi B12 dan folat, anemia karena penyakit hati, dan anemia karena
hipotiroidisme.
2.Mikrositik (sel darah merah terlalu kecil), contohnya anemia sideroblastik, anemia
defisiensi besi, dan thalasemia.
3.Normositik (sel darah merah berukuran normal), contohnya anemia karena
perdarahan (anemia hemoragik), anemia karena penyakit kronis atau infeksi, anemia
hemolitik autoimun, dan anemia aplastik.
Ada pula yang membagi jenis anemia mengikuti penyebab mendasarnya, yaitu
anemia karena ganguan pembentukan eritrosit di sumsum tulang,
anemia karena perdarahan (kehilangan banyak darah dari dalam tubuh),
dan anemia yang disebabkan oleh proses penghancuran eritrosit sebelum waktunya.
3. Anemia aplastik
Dimana kondisi tubuh berhenti memproduksi cukup sel darah merah sehat yang baru.
Kondisi ini terjadi akibat adanya kerusakan atau kelainan pada sumsum tulang berisi
komponen darah, mulai dari eritrosit, leukosit, dan trombosit.hal ini dapat
memperlambat atau mematikan produksi sel darah baru. Karena bisa saja sumsum
tulangnya kosong (aplastik) atau mengandung sangat sedikit sel darah (hipoplastik).
5. Anemia thalasemia
anemia yang diturunkan dalam keluarga. saat tubuh membuat bentuk hemoglobin
yang tidak normal. Akibatnya, sel-sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan benar
dan tidak membawa cukup oksigen. Sel darah abnormal disebabkan oleh mutasi
genetik atau hilangnya gen penting tertentu dalam faktor pembuatan darah.
8.Diamond Blackfan Anemia (DBA) yaitu kelainan darah langka yang biasanya
didiagnosis pada anak-anak selama tahun pertama kehidupan mereka. Diduga tidak
cukup membuat cukup sel-darah merah. DBA dapat diturunkan melalui keluarga.
Sekitar separuh pasien anak didiagnosis dengan gangguan gen yang abnormal telah
diidentifikasi dan dapat berkontribusi pada penyebab DBA. Pada anak-anak lain
dengan DBA, tidak ada gen abnormal ditemukan dan penyebabnya tidak diketahui.
9. Anemia fanconi.
jika Perempuan dengan anemia ini mungkin menstruasinya lebih lambat dari
perempuan lain dan mengalami kesulitan untuk hamil atau menjalani persalinan. juga
mungkin mengalami menopause dini.
10. Anemia sideroblastik yaitu jenis anemia langka, ditandai dengan adanya kelebihan
zat besi. Hal ini disebabkan oleh sumsum tulang yang menghasilkan sel darah imatur
(sideroblas) berbentuk cincin, bukannya kepingan cakram seperti sel darah merah
yang sehat (eritrosit). Pada orang yang memiliki anemia sideroblastik, tubuhnya
memiliki zat besi tetapi tidak dapat memasukkannya ke dalam hemoglobin.
Hemoglobin adalah protein yang dibutuhkan sel darah merah untuk mengangkut
oksigen secara efisien.
9. Tata laksana
PENATALAKSANAAN
Terapi terhadap anemia defisiensi besi adalah:
c. Pengobatan lain
- Pola makan: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi
protein terutama yang berasal dari protein hewani.
- Vitamin C: vitamin c diberikan 3 x 100 mg per hari untuk
meningkatkan absorpsi besi.
- Transfusi darah: Anemia defisiensi besi jarang memerlukan transfusi
darah. Indikasi pemberiannya:
- Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman gagal jantung
- Anemia yang sangat simptomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing
yang sangat menyolok
- Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat seperti
pada kehamilan trimester akhir atau preoperasi.
Jenis darah yang diberikan adalah PRC (Packed Red Cell) untuk
mengurangi bahaya overload.
/nana done
rekomendasi pemberian suplementasi pada anak, usia balita 2-5 tahun. usia
yang masih 2-5 tahun, pemberian .. 2x perminggu. 5-12 tahun dosis 18 mg.
untuk remaj 12-18 tahun 60 mg, pemberian 2x perminggu selama 3 bulan.
pemberian parenteral, pemberian transfusi darah saat keadaan anemia yang
dapat mempengaruhi dari terapinya. diberikan saat keadaan dapat
membahayakan hiper. anemia berat dimana kadar hb kurang dr 4. /iman
10. Prognosis
prognosis anemia secara umum prognosis nya baik dan dapat disembuhkan di
beberapa kasus. tingkat keparahan dan kesehatan pada pasien tsb. prognosis
ABD, baik jika penyebab nya karena kekurangan besi dan dilakukan
penanganan yang adekuat. manifestasi klinis akan membaik saat memperikan
preparat besi atau fe. jika mengalami kegagalan bisa jadi karena diagnosis
yang salah, dosis obat kurang adekuat, obat sudah kadaluarsa, pasien
mengalami perdaharan yang tidak teratasi atau pendarahan yang tidak nampak,
mengalami penyakit ganas, penyakit hati, ginjal, tiroid, kurangnya besi dan
asam folat. pasien jika diberikan banyak antasida yang berlebihan pada usus
terganggu karena kurannya besi pada tubuh /nabila
11. Kompilkasi
kelemahan berat, koplikasi pertama pada orang yang mengalami anemia,
pasien jadi susah aktivitas karena lelah dan lemas. karena bagian tubuh kurang
o2. rentan kena infeksi. komplikasi dan gangguan kehamilan, karena kurang
asam folat. ibu nya bisa depresi pasca kehamilan dan gangguan bayi saat lahir
yaitu prematur sebelum minggu ke 37. kandungan zat besi pada bayi, hasil test
pada kemampuan mental. ketiga, gangguan jantung sebagai komplikasi, detak
jantung yang tidak tepat atau tidak teratur. jika anemia dibiarkan, maka
jantung akan mengalami perbesaran atau gagal jantung danbisa fatal.
kematian, anemia bawaan contohnya anemia sel sabt, kehilangan darah tanpa
penganan yang baik dapat menyebabkan kematian.
komplikasi ABD ada bbrp kondisi yang membahayakan, pertama masalah
jantung pada gangguan irama jantung. konplikasi kehamilan pada ibu dan
janin yang akan lahir pd bb yang rendah. gangguan pertumbuhan dan rentan
terkena infeksi pada bayi dan anak anak. terkahir depresi. /abay
12. Pencegahan
pencegahan ADB yaitu meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan,
hewani dalam umlah yang cukup. hewani tergolong dalam jumlah mahal maka
bisa diganti dengan alternatif lain. aneka ragam makanan yang mengandung
vitamin. bisa mengonsumsi vitamin yang. dapat menyebabkan penyerapan.
buah-buahan. mengonsumsi makanan seperti yang mengandung fosfat.
meningkatkan suplemen. /iman
e. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis
langkah baru dalam mencegah dan menanggulangi anemia, salah satu pilihannya
adalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian
bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan hemoglobin
DAFTAR PUSTAKA