BENNY SIHOMBING
110100057
PENYUSUN
Adril Arsyad Hakim
Ronald Sitohang
Emir Taris Pasaribu
Hasanul Arifin
M. Fidel Ganis Siregar
Cut Aria Arina
Hidayat S
Iqbal Pahlevi Nasution
Almaycano Ginting
Halomoan Hutagalung
Yoan Carolina
Bungaran Sihombing
Abdurrahim R Lubis
Syahmirsa Warli
Syafrizal
Richard Hutapea
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
0
SL. V. GUS. 1
KETERAMPILAN KLINIK
KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN (HISTORY TAKING)
PENYAKIT SISTEM GENITOURINARI
Abdurrahim R Lubis, Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli
I. PENDAHULUAN
History taking pada pemeriksaan genitourinari berbeda pada anak, dewasa dan
orang tua. Kasus yang sering terjadi pada anak adalah kelainan kongenital dan batu
buli-buli. Pada laki-laki usia tua sering terjadi Benign Prostat Hyperplasia (BPH)
dan pada semua umur secara umum dapat terjadi trauma, infeksi, batu dan tumor.
Kelainan pada saluran kemih atas memberi keluhan yang berbeda dengan saluran
kemih bawah. Umumnya keluhan pada saluran kemih atas adalah nyeri karena
obstruksi batu sedangkan pada saluran kemih bawah laki-laki tua paling sering
disebabkan oleh BPH. Tumor ginjal pada anak disebut tumor Wilms dan pada orang
dewasa disebut tumor Grawitz dengan manifestasi klinis berupa hematuri, benjolan
di pinggang dan nyeri.
A. History taking keluhan utama yaitu :
1. Keluhan Umum
Keluhan umum dapat berupa lemah, lekas merasa capek , lesu, anoreksia, mual
dan muntah serta rasa gatal dikulit. Gejala ini sering pula diikuti oleh diare,
dehidrasi ataupun sembab baik di muka ataupun juga di kaki dan di perut.
2. Nyeri dan ketidaknyamanan
Rasa sakit didaerah pinggang dapat dikeluhkan pada keadaan pembendungan
urine. Kolik ginjal ditandai dengan rasa sakit yang selalu dimulai pada daerah
lumbal, pada sudut antara iga XII denagn vertebra (sudut costo-vertebral), menjalar
keperut bagian bawah, sela paha, scrotum/labia dan tungkai atas. Rasa sakit ini
selalu berupa serangan yang dapat disertai rasa mual, muntah dan bayak
berkeringat. Gerakan tubuh akan memperberat rasa sakit. Diantara serangan masih
dapat dirasakan berat didaerah pinggang.
Rasa sakit didaerah supra pubik atau uretra dapat terjadi pada peradangan
kandung kemih ataupun uretra seperti pada pengeluaran pus, darah ataupun batu.
Rasa sakit ini menjalar kebawah abdomen, perineum dan glans penis. Kadang rasa
sakit ini timbul sewaktu, pada awal, selama tau pada akhir miksi yang menetesnetes dan sering seperti rasa terbakar. Keadaan ini disebut stranguria yang sering
dijumpai pada sistitis maupun uretritis.
3. Perubahan Jumlah dan Tampilan Urine
Perubahan jumlah urine dapat berupa poliuria, dimana jumlah urine
mencapai 2 liter atau lebih /24 jam,oligouria kurang dari 400 ml/24 jam, anuria
kurang dari 100 ml/24 jam dan anuria total dimana urine sama sekali tidak ada.
Perubahan Tampilan urine dapat berupa perubahan warna seperti hematuria
yaitu urine yang berwarna merah, piuria, berwarna putih seperti pus maupun
chyluria berwarna putih seperti susu. Perubahan tampilan urine dapat juga dalam
bentuk urine bercampur batu atau berpasir.
4. Gangguan dalam BAK
Gangguan BAK dapat berupa keluhan perobahan frekwensi seperti
polakisuria, sering mendesak untuk BAK, atau pun nokturia, sering harus bangun
dari tidur malam untuk BAKmelebihi 3 kali. Pancaran urine dapat melemah sampai
1
menetes-netes pada orang tua dengan hipertrofi prostat ataupun striktura uretra.
Inkontinensia urine berarti BAK yang tidak dapat ditajan keluarnya atau sekan-akan
tidak disadari keluarnya. Disuria berarti BAK yang nyeri.
5. Kelainan atau gangguan fungsi genitalia eksterna
Dapat berupa adanya luka, benjolan, massa didaerah kemaluan.
Keterangan
20 menit
10 menit
20 menit
90 menit
Instruktur
Mahasiswa
IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004
V. PERALATAN DAN BAHAN
1. Audiovisual
2. Pensil / pulpen
3. Formulir history taking
4. Pasien Simulasi.
PENGAMATAN
Ya
Tidak
A. PERKENALAN
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien /
keluarga pasien
2. Menempatkan pasien pada posisi yang benar sesuai
kondisinya
- Kondisi pasien berjalan sendiri
- Pasien di kursi roda / dipapah / memegang urine bag
- Pasien diantar dengan tempat tidur sorong.
3. Menanyakan identitas pasien
B. MENANYAKAN KELUHAN UTAMA
1. Menanyakan keluhan utama pada pasien atau
pasien : Sulit berkemih
keluarga
SL. V. GUS. 2
KETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM GENITOURINARI
Abdurrahim R Lubis, Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisik sistem Genitourinari meliputi pemeriksaan fisik secara
umum terhadap organ lain dan khusus terhadap organ yang termasuk dalam sistem
Genitourinari secara sistematis meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan transiluminasi
yang menyeluruh untuk menghindari luputnya tanda-tanda penting.
Keterangan
Narasumber
20 menit
90 menit
Instruktur
mahasiswa
IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004
10
D. PEMERIKSAAN PENIS
1. INSPEKSI
1. Amati glans penis dan meatus uretra.
2. Jika belum disirkumsisi tarik foreskin kebelakang
3. Amati apakah ada ulkus/ skar
4. Amati posisi meatus, normal terletak di ujung glans penis.
5. Amati ukuran penis.
6. Amati apakah ada sekret uretra. k
2. PALPASI
1. Raba apakah ada pembesaran kelenjar limfe inguinal.
2. Raba penis dan uretra apakah ada benjolan.
3. Lakukan pengurutan untuk memeriksa adanya sekret pada uretra.
E. PEMERIKSAAN SKROTUM
1. INSPEKSI
1. Posisikan pasien dalam keadaan berdiri
2. Amati apakah kedua testis ada, biasanya posisi yang satu lebih rendah dari
yang lain.
3. Amati apakah ada pembesaran testis atau skorotum, dalam keadaan nornal
testis kiri dapat lebih besar dibanding yang kanan.
4. Amati adanya radang pada skrotum.
2. PALPASI
1. Raba skrotum dengan menggunakan seluruh ujung jari kedua tangan
2. Raba kedua testis, epididimis dan kelainan lain, tentukan ukuran,
konsistensi dan apakah ada rasa sakit.
3. TRANSILUMINASI
1. Dilakukan di ruangan yang gelap
2. Senter dari belakang skrotum.
F. DOKUMENTASI
1. Mencatat hal hal yang ditemukan
2. Menyimpulkan hasil pemeriksaan
3. Menjelaskan tindakan pemeriksaan selanjutnya.
12
13
PENGAMATAN
Ya
Tidak
= Mahasiswa melakukan
= Mahasiswa tidak melakukan
SL. V. GUS. 3
14
KETERAMPILAN KLINIK
HISTORY TAKING PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KELAINAN / INFEKSI MENULAR SEKSUAL
Richard Hutapea
I. PENDAHULUAN
Melatih mahasiswa untuk melakukan keterampilan klinik anamnesis /
berkomunikasi dengan pasien mengenai kelainan / penyakit infeksi menular
seksual. Untuk mencapai tujuan anamnesis tersebut, kita perlu mempunyai
keterampilan melakukan komunikasi yang efektif.
Dasar komunikasi efektif
Tujuan :
a) Membantu penderita merasa dilayani dengan baik sehingga tercipta suasana
yang nyaman.
b) Mendapat kepercayaan penderita sehingga mendapat semua keterangan yang
dibutuhkan yang nantinya berguna untuk penegakkan diagnosis yang benar
Caranya dengan meningkatkan keterampilan kita dalam :
Komunikasi verbal : adalah cara kita berbicara dan mengajukan pertanyaan pada
penderita yaitu berupa :
- kata kata yang sopan
- kata-kata yang mudah dipahami
- ajukan setiap kali satu pertanyaan, jangan dua sekaligus
- hindari pertanyaan yang menghakimi
Dalam komunikasi verbal ada pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
Pertanyaan terbuka adalah suatu bentuk pertanyaan yang memungkinkan
penderita memberikan jawaban yang lebih panjang.
Contoh : Apa yang anda rasakan ?
Obat apa saja yang anda minum ?
Pertanyaan tertutup adalah suatu bentuk pertanyaan yang jawabanya kata Ya atau
Tidak.
Contoh : Apakah pembengkakan itu sakit ?
Komunikasi non verbal: adalah ketrampilan bahasa tubuh untuk menghadapi
penderita.
Contoh : pancaran mata dan mimik wajah.
Jadi hal-hal yang perlu dilakukan pada anamnesis ini adalah :
1. Melakukan anamnesis dengan sopan dan hormat.
2. Menciptakan suasana pribadi dengan penderita,kerahasiaan yang mendasar
sehingga wawancara harus dilakukan ditempat yang tenang dan jauh dari
gangguan.
3. Dengan penuh perhatian menyimak hal yang dikatakan pasien,tunjukan
bahwa anda sedang mendengarkan ,jangan menunjukkan rasa khawatir atau
sambil menulis sementara penderita (pasien)
berbicara dan jangan
memutuskan pembicaraanya.
15
7.Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit di daerah
genital lain, misalnya mengeluarkan duh tubuh/nanah dari kemaluan atau luka
atau lecet, bengkak di daerah lipatan paha, benjolan/jengger ayam
8.Riwayat keluarga:pada dugaan IMS yang ditularkan lewat ibu kepada bayinya.
II.TUJUAN KEGIATAN
II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan history
taking mengenai kelainan / penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS).
II.2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui cara melakukan history taking.
2. Menerapkan dasar komunikasi efektif .
3. Meningkatkan keterampilan dalam berkomunikasi verbal dan non verbal.
4. Menemukan keluhan utama dan keluhan tambahan yang berhubungan dengan
penyakit IMS.
5. Menegakkan diagnosis secara tepat berdasarkan sindrom yang ditemukan.
6. Menemukan / menentukan faktor perilaku risiko tinggi.
7. Mengidentifikasi mitra seksual pasien.
8. Meyakinkan pasien agar terjalin komunikasi yang baik dalam pengobatan.
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu
20 menit
10 menit
20 menit
90 menit
Keterangan
Nara sumber
Narasumber
Instruktur dan
Mahasiswa
Instruktur,
Mahasiswa
18
20
21
PENGAMATAN
Ya
Tidak
6
7
8
9
Note:
Ya
= Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
22
SL. V. GUS. 4
KETERAMPILAN KLINIK PEMASANGAN KATETER
Abdurrahim R Lubis, Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli
I. PENDAHULUAN
Kateter adalah suatu pipa dari karet atau silikon yang didalamnya mempunyai
saluran untuk jalan air. Dimasukkan lewat uretra sampai ke vesica urinaria untuk
mengeluarkan urine karena pasien tidak bisa buang air kecil. Ada beberapa tipe
kateter tetapi yang paling sering digunakan adalah Folley kateter. Folley kateter
mempunyai 2 atau 3 saluran air. Saluran yang pertama untuk mengisi balon yang
akan mengembang dibagian ujung kateter yang berada didalam vesica urinaria bila
diisi air. Saluran kedua untuk mengeluarkan urine dari dalam vesica urinaria. Bila
mempunyai saluran ketiga, digunakan untuk memasukkan cairan kedalam vesica
urinaria dengan tujuan irigasi.
Indikasi memasang kateter adalah bila penderita tidak bisa buang air kecil
(retensi urin).
Kontra indikasi memasang kateter adalah penderita mengalami trauma panggul
atau trauma perineum dengan keluar darah dari uretra.
II. TUJUAN KEGIATAN
II. 1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan
pemasangan kateter dengan baik dan benar.
II. 2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Mengetahui persiapan pemasangan kateter.
2. Mengetahui indikasi/ kontraindikasi pemasangan kateter.
3. Memasang kateter dengan baik dan benar
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu
(menit)
20 menit
23
Keterangan
Narasumber
tentang
10 menit
Narasumber
20 menit
90 menit
IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004
V. PERALATAN DAN BAHAN
1. Manikin
2. Meja / troli ukuran sedang.
3. Linen penutup steril untuk penutup meja.
4. Kateter sesuai dengan ukuran
5. Urine bag
6. Disposable syringe 20 cc
7. Xylocaine jelly 2 % 1 tube
8. Sarung tangan
9. Kapas yang dibasahi larutan sublimat/savlon.
10. Pinset anatomi steril
11. Linen penutup berlubang (Perforated surgical drape) dan linen penutup.
12. Aquabidest 15 cc dan kapas alkohol
13. Plaster.
24
VII.TEKNIK PELAKSANAAN
A. PERKENALAN
1. Sapa dan perkenalkan diri.
2. Tanyakan identitas pasien dan cocokkan dengan data rekam medik.
3. Informasikan tindakan yang dilakukan dan minta persetujuan pasien.
B. PERSIAPAN PASIEN
1. Posisikan pasien terlentang (supine) dan buka celana.
2. Tutup anggota gerak bawah pasien dengan linen penutup.
C. PERSIAPAN DOKTER
1. Berdiri di sebelah kanan pasien.
2. Pakai sarung tangan dengan metode hand to hand pada tangan kanan saja.
3. Pegang vial aquabidest dengan tangan kiri, bersihkan bagian atasnya dengan
kapas alkohol, tusukkan jarum dan ambil larutan sebanyak 15 cc.
4. Simpan vial di luar daerah steril, pasang kembali tutup jarum dan letakkan
syringe di atas meja.
5. Pakai sarung tangan dengan metode glove to glove untuk tangan kiri
(sekarang
kedua tangan sudah memakai sarung tangan).
D. MEMASANG KATETER
1. Cuci penis dengan kapas sublimat / savlon.
2. Tutup daerah genital dengan linen penutup bolong.
3. Tarik penis kearah lutut 45o terhadap pelvis
4. Masukkan xylocaine jelly 2 % 1 tube ke dalam uretra dan tunggu 3 menit.
5. Dengan menggunakan pinset masukkan kateter ke dalam uretra
sampaimencapai cabang Y.
6. Isi balon kateter dengan aquabidest 15 cc melalui saluran balon.
7. Tarik kateter sampai terdapat tahanan.
8. Setelah urine keluar sambungkan kateter dengan urine bag.
E. SETELAH KATETER TERPASANG
1. Fiksasikan kateter ke lipat paha dengan memakai plaster.
2. Gantungkan urine bag di pinggir tempat tidur.
3. Buang perlengkapan habis pakai dan perlengkapan tidak habis pakai
dibersihkan kembali.
F. DOKUMENTASI
1. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan kateter.
2. Jenis dan ukuran kateter.
3. Jumlah urin yang keluar.
4. Warna dan kekeruhan urine.
5. Respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan.
6. Nama dokter yang bertugas.
25
26
PENGAMATA
N
Ya
Tidak
F. DOKUMENTASI
1. Menuliskan tanggal dan waktu pemasangan kateter
3. Jenis dan ukuran kateter
3. Jumlah urin yang keluar
4. Warna dan kekeruhan urine
5. Respon pasien terhadap tindakan yang dilakukan
6. Nama dokter yang bertugas
Note :
Ya = mahasiswa melakukan
Tidak = mahasiswa tidak melakukan
27
SL. V. GUS. 5
KETERAMPILAN KLINIK
INSPEKSI, PALPASI DAN PENGAMBILAN SPESIMEN KELAINAN /
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) PADA PRIA
Richard Hutapea
I. PENDAHULUAN
Dua hal penting yang harus diperhatikan ialah kerahasiaan pribadi pasien,
dan sumber cahaya yang baik untuk pemeriksaanya. Terdapat dua perbedaan
mendasar pada anatomi dan pemeriksaan pasien pria dan wanita.
Anatomi tractus urogenital laki-laki :
28
A. Pengambilan Spesimen
Pasien dengan gejala duh tubuh genital :
Pria :
Mula-mula meatus dibersihkan dengan kain kasa bersih dan kering. Duh tubuh
uretra diambil dengan sengkelit yang telah dibakar sampai membara dan
didinginkan kembali (steril) / dimasukkan ke dalam orificium uretra eksternum
sedalam 1-2 cm (melewati fosa navicularis) untuk keperluan pembuatan sedian
hapus (yang akan diwarnai dengan pewarnaan Gram), maupun sediaan biakan.
II.TUJUAN KEGIATAN
II.1.TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen kelainan/ Infeksi Menular
Seksual (IMS) pada pria dengan sistematis dan benar.
II.2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Menemukan kelainan akibat penyakit Infeksi Menular Seksual.
2. Menelusuri kelainan akibat penyakit Infeksi Menular Seksual sesuai
dengan history taking yang disampaikan oleh pasien.
3. Melakukan pengambilan spesimen kelainan / Infeksi Menular Seksual.
4. Mencatat dan menyimpulkan pemeriksaan fisik genital yang didapat.
30
10 menit
20 menit
90 menit
Keterangan
Nara sumber
Nara sumber
Instruktur,mahasi
swa
Instruktur,mahasi
swa.
IV. RUJUKAN
1. Daili,SF, Wresti, I B M, Farida, Z, Jubianto, J. Penyakit Menular Seksual,
Balai Penerbit FK UI : Jakarta ; 1997
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Penatalaksanaan
Infeksi Menular Seksual : Jakarta ; 2004
3. Family Health International, DepKes RI/DITJEN P2MPL,United States
Agency for International Development, Pelatihan Managemen Klinik Infeksi
31
4.
5.
6.
7.
B. PERSIAPAN
1. Persilahkan pasien untuk membuka pakaian dalam.
2. Perhatikan pakaian dalam apakah ada sekret/ bercak, warna bercak,
jumlah bercak banyak /sedikit.
3. Persilahkan pasien berbaring.
4. Pemeriksa memakai sarung tangan.
5. Sediakan peralatan untuk pengambilan spesimen.
C. INSPEKSI dan PALPASI
1. Amati dan palpasi daerah lipat paha : apakah ada benjolan, bila ya :
konsistensinya, ukurannya, nyeri/nyeri tekan, mobilitas dan tanda-tanda
radang pada kulit di atasnya.
2. Amati daerah pubis dan sekitarnya (apakah ada pedikulosis, folikulitis,
kutil kelamin atau lesi kulit lainnya).
3. Amati skrotum: apakah asimetris atau ada lesi superfisial.
4. Raba testis & epididimis dengan lembut (ladies hand).
5. Amati penis dari pangkal sampai ujung.
6. Pegang penis dengan jari telunjuk dan ibu jari, tarik preputium ke
proksimal bila menutupi o.u.e naikkan
sedikit ke atas, amati
subpreputium dan o.u.e apakah ada : kemerahan, edema, ektropion dan
sekret yang keluar
7. Bila ada sekret perhatikan : jumlahnya (banyak/sedikit), warna (kuning
kehijauan / kuning/putih), kekentalannya (encer/ kental) dan jenis sekret
(purulen/mukopurulen).
8. Bila tidak ada sekret urut uretra dengan lembut.
9. Amati daerah anus dan perineum (kutil kelamin /lesi lain).
D. PENGAMBILAN SPESIMEN
1. Bersihkan meatus dengan kain kasa bersih dan kering.
2. Ambil sengkelit.
3. Bakar sengkelit sampai membara di atas lampu bunsen (api spiritus).
4. Dinginkan sengkelit.
5. Masukkan sengkelit ke dalam o.u.e sedalam 1-2 cm (melewati fosa
navicularis.
6. Ambil kaca objek.
7. Apuskan duh tubuh uretra ke atas kaca objek.
8. Fiksasi hapusan tersebut di atas lampu bunsen (api spritus) dan siap
untuk pewarnaan Gram.
E. DOKUMENTASI
1. Catat hasil pemeriksaan yang ditemukan
2. Buat diagnosis/diagnosis banding
3. Catat tanggal pengambilan spesimen
4. Jelaskan anjuran selanjutnya
33
VIII. LEMBAR
PENGAMATAN
PEMERIKSAAN
FISIK
DAN
PENGAMBILAN SPESIMEN KELAINAN/ INFEKSI MENULAR
SEKSUAL PADA PRIA
No
LANGKAH/TUGAS
A. PERKENALAN
1. Menyapa dengan ramah dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan identitas pasien, pekerjaan, alamat dan keluhan
utama.
3. Menginformasikan tindakan yang akan dilakukan dan minta
persetujuan.
B. PERSIAPAN
1. Mempersilahkan pasien untuk membuka pakaian dalam
2. Memperhatikan pakaian dalam apakah ada sekret/ bercak,
warna bercak, jumlah bercak banyak /sedikit.
3. Mempersilahkan pasien berbaring
4. Memakai sarung tangan
5. Menyediakan peralatan untuk pengambilan spesimen.
C. INSPEKSI DAN PALPASI
1. Mengamati dan palpasi daerah lipat paha : apakah ada
benjolan, bila ya : konsistensinya, ukurannya, nyeri/nyeri
tekan, mobilitas dan tanda-tanda radang pada kulit di
atasnya.
2. Mengamati daerah pubis dan sekitarnya (apakah ada
pedikulosis, folikulitis, kutil kelamin atau lesi kulit lainnya).
34
PENGAMATAN
Ya
Tidak
3.
Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
35
SL. V. GUS. 6
KETERAMPILAN KLINIK SIRKUMSISI
Bungaran Sihombing, Syahmirsa Warli
I. Pendahuluan
Sirkumsisi merupakan tindakan untuk membuang foreskin. Tujuannya untuk
membuang dan mencegah terbentuknya smegma pada sulcus coronarius. Smegma
merupakan kotoran yang dapat memicu terjadinya kanker penis. Kanker penis
banyak terjadi pada laki laki yang tidak disirkumsisi. Dorsumsisi merupakan
tindakan untuk memotong foreskin bagian dorsal, hal ini lazim dilakukan pada
penderita fimosis. Hipospadi merupakan kontraindikasi dilakukan sirkumsisi karena
kulit pda bagian dorsal penis akan digunakan untuk uretroplasti.
II. TUJUAN KEGIATAN
II.1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai latihan ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan tindakan
sirkumsisi secara mandiri.
II. 2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa mampu :
1. Menyiapkan peralatan sirkumsisi.
2. Mengetahui indikasi/ kontraindikasi sirkumsisi.
3. Melakukan tindakan sirkumsisi.
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
36
Waktu
Keterangan
20 menit
10 menit
Narasumber
20 menit
Instruktur,
mahasiswa
90 menit
Mahasiswa
Instruktur
IV. RUJUKAN
1. Bickley LS, Szilagyi PG. Guide to Physical Examination and History Taking.
9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007
2. Hanno et al. Clinical Manual of Urology 3rd ed, McGraw Hill ; 2001
3. Tanagho, McAninch. Smiths General Urology, 16th ed, McGraw Hill ; 2004
V. PERALATAN DAN BAHAN
1. Manekin
2. Meja/troli ukuran sedang.
3. Linen penutup meja steril.
4. Sarung tangan steril .
5. Larutan antiseptik.
6. (Povidon iodine 10%) 10 cc.
37
F. DOKUMENTASI
1. Catat tanggal dan waktu pelaksanaan
2. Nama dokter yang melakukan
3. Anjuran tindakan selanjutnya.
PENGAMATAN
Ya
Tidak
Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan
40
41