Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin.
Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan
uretra.

Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan
berupa urine (air kemih).

Sistem urinaria terdiri atas:

Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.


Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh informasi atau mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan klien tentang sistem perkemihan.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sistem perkemihan
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa sistem perkemihan
c. Mahasiswa mampu menentukan intervensi sistem perkemihan
d. Mahasiswa mampu membuat dokumentasi sistem perkemihan

1
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian

1. Identitas
Biasanya gangguan pada sistem perkemihan dapat terjadi pada segala rentan usia, dan
gangguan pada sistem perkemihan jenis kelamin perempuan lebih rentan terkena penyakit
infeksi saluran perkemihan dibanding laki laki. Sedangkan, laki laki lebih rentan terkena
penyakit kelamin di bandingkan perempuan,karena perempuan memiliki uretra (saluran
terakhir yang membuang urin ke luar tubuh) yang lebih pendek daripada laki-laki, hal ini
membuat bakteri lebih mudah mencapai kandung kemih perempuan. Selain itu, uretra
perempuan juga berada lebih dekat ke anus.

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya klien dengan gangguan sistem perkemihan mengeluh lemah, mual dan
perasaan panas di perut,merasa nyeri saat BAK.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien mengeluh poliuri (sering miksi) yang terasa sakit, nyeri seperti terbakar
saat BAK, sering BAK sedikit-sedikit, suhu tubuh meningkat, keletihan, sakit kepala,haus
berlebihan dan Oliguri (jumlah urine yang keluar kurang dari normal, minimal urine
keluar kurang lebih 400 cc),Stranguri (miksi sering tetapi sedikit-sedikit, lambat dan
sakit),Urgensi (pasien berkeinginan untuk miksi, tetapi tidak terkontrol untuk
keluar),Nokturi (pasien terbangun tengah malam untuk miksi).

c. Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya klien dengan gangguan sistem perkemihan memiliki riwayat penyakit batu
ginjal yang menyebabkan obstruksi urine, riwayat penyakit ginjal sebelumnya, riwayat
menggunakan obat-obatan.

2
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien dengan penyakit sistem perkemihan Perlu dikaji riwayat kesehatan
keluarga yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit sistem perkemihan seperti
hipertensi, diabetes mellitus, dan kanker kandung kemih.

e. Kaji riwat nyeri


Biasanya klien dengan gangguan sistem gangguan mengeluh Nyeri yang disebabkan oleh
kelainan yang terdapat pada organ urogenitalia dirasakan sebagai nyeri lokal (nyeri yang
dirasakan di sekitar organ tersebut) atau berupa referred pain (nyeri yang dirasakan jauh
dari tempat organ yang sakit). Inflamasi akut pada organ padat traktus urogenitalia
seringkali dirasakan sangat nyeri, hal ini disebabkan karena regangan kapsul yang
melingkupi organ tersebut. Maka dari itu, pielonefritis, prostatitis, maupun epididimitis
akut dirasakan sangat nyeri, berbeda dengan organ berongga sperti buli-buli atau uretra,
dirasakan sebagai kurang nyaman/discomfort.

Nyeri Ginjal
Nyeri ginjal terjadi akibat regangan kapsul ginjal. Regangan kapsul ini dapat terjadi pada
pielonefritis akut yang menumbulkan edema, pada obstruksi saluran kemih yang menjadi
penyebab hidronefritis, atau pada tumor ginjal.

Nyeri Kolik
Nyeri kolik terjadi pada spasmus otot polos ureter karena gerakan peristaltik yang
terhambat oleh batu, bekuan darah atau corpus alienum lain. Nyeri ini sangat sakit, namun
hilang timbul bergantung dari gerakan perilstaltik ureter. Nyeri tersebut dapat dirasakan
pertama tama di daerah sudut kosto-vertebra, kemudian menjalar ke dinding depan
abdomen, ke regio inguinal hingga ke daerah kemalian. Sering nyeri ini diikuti keluhan pada
sistem pencernaan, seperti mual dan muntah.

Nyeri Vesika
Nyeri vesika dirasakan pada daerah suprasimfisis. Nyeri terjadi akibat overdistensi vesika
urinaria yang mengalami retensi urin atau terdapatnya inflamasi pada buli buli. Nyeri muncul
apabila buli-buli terisi penuh dan nyeri akan berkurang pada saat selesai miksi. Stranguria
adalah keadaan dimana pasien merasakan nyeri sangat hebat seperti ditusuk-tusuk pada
akhir miksi dan kadang disertai hematuria.

3
Nyeri Prostat
Nyeri prostat disebabkan karena inflamasi yang mengakibatkan edema kelenjar postat dan
distensi kapsul prostat. Lokasi nyeri sulit ditentukan, namun umunya diaraskan pada
abdomen bawah, inguinal, perineal, lumbosakral atau nyeri rektum. Nyeri prostat ini sering
diikuti keluhan miksi seperti frekuensi, disuria dan bahkan retensi urine.

Nyeri testis/epididimis
Nyeri dirasakan pada kantong skrotum dapat berupa nyeri primer (yakni berasal dari
kelainan organ di kantong skrotum) atau refered pain (berasal dari organ di luar skrotum).
Nyeri akut primer dapat disebabkan oleh toriso testis atau torsio apendiks testis,
epididimitis/orkitis akut, atau trauma pada testis. Inflamasi akut pada testis atau epididimis
menyebabkan pergangan pada kapsulnya dan sangat nyeri. Nyeri testis sering dirasakan
pada daerah abdomen, sehingga sering dianggap disebabkan kelainan organ abdominal.
Blunt pain disekitar testis dapat disebabkan varikokel, hidrokel, maupun tumor testis.

Nyeri penis
Nyeri yang dirasakan pada penis yang sedang flaccid (tidak ereksi) biasanya merupakan
refered pain dari inflamasi pada mukosa buli buli atau ueretra, terutama pada meatus uretra
eksternum. Nyeri pada ujung penis dapat disebabkan parafimosis atau keradangan pada
prepusium atau glans penis. Sedangkan nyeri yang terasa pada saat ereksi mungkin
disebabkan oleh penyakit Peyronie atau priapismus (ereksi terus menerus tanpa diikuti
ereksi glans).

4
3. Pola fungsi kesehatan
1. Pola Persepsi kesehatan
Biasanya klien dengan gangguan sistem perkemihan memiliki kebiasaan kebiasaan
yang bertentangan dengan kesehatan, misal : kurang minum ,merokok, alkohol, obat
obatan,personal hygine yang kurang.
2. Pola Nutrisi
Pola Makan
Klien mengatakan biasanya nafsu makan Menurun, biasanya merasakan Mual,
muntah
Pola Minum
Klien mengatakan biasanya kurang dari 8 gelas/ intake minum yang kurang.
3. Pola Eliminasi
Klien mengatakan biasanya sering BAK, warna urine keruh, ketidak mampuan
mengosongkan kandung kemih, Hematuri ( Urine bercampur darah).
4. Pola Aktivitas / Latihan
Biasanya klien dengan penyakit perkemihan di batasi aktivitas dan latihannya.
5. Pola Istirahat Tidur
Klien mengatakan biasanya pola Tidur akan terganggu karena merasakan Nyeri dan
sering BAK
6. Pola Kognitif-Persepsi
Biasanya klien dengan penyakit perkemihan tidak mengalami gangguan dalam pola
kognitif persepsi.
7. Pola konsep diri
Biasanya klien dengan penyakit perkemihan dapat juga mengalami gangguan
mengenai harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri dan peran diri. Misalnya
dengan gangguan ginjal, akan adanya edema di bagian ekstermitas tubuh, yang dapat
membuat pasien terganggu konsep dirinya.
8. Pola seksual reproduksi
Biasanya klien dengan gangguan sistem perkemihan mengalami gangguan mengenai
pola seksual dan reproduksi. Misalnya pada pasien ISK, atau penyakit kelamin.
9. Pola Peran Hubungan
Biasanya klien dengan penyakit perkemihan kadang mengalami gangguan.

5
10. Pola koping
Biasanya klien dengan penyakit perkemihan mengalami gangguan mengenai respon
pasien dalam menghadapi suatu masalah.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Biasanya klien dengan penyakit perkemihan Tidak mengalami gangguan

4. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda Vital
TD : Biasanya menigkat (105/80mmHg)
Nadi : Biasanya meningkat ( 140)
Suhu : Biasanya Meningkat (38-400c)
RR : Biasanya meningkat (35)
2. Ukuran
Berat Badan : Biasanya Menurun
3. Head to toe
1) Kulit Kepala
Rambut : Bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak
ada nyeri tekan.
2) Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik.
3) Hidung : Bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan
kelainan pada hidung.
4) Mulut : Bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan
dan pembengkakan gusi.
5) Telinga : Bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
6) Wajah : Bentuk wajah simetris, tidak ada luka, tidak ada edema.
7) Leher : tidak ada pembesaran kalenjer tiroid dan getah bening.
8) Dada dan Thorak
Inspeksi : Bentuk Simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan nyeri tekan
Perkusi : Suara jantung Pekak, suara Paru Sonor
Auskultasi : Bunyi paru vesikuler, bunyi jantung normal (1 dan 2)
9) Abdomen
Inspeksi : Simetris datar
Auskultasi : Biasanya ada bising usus lebih kurang 4 kali/menit

6
Palpasi : Biasanya ada nyeri tekan terhadap abdomen (ulu Hati)
Perkusi : Biasanya pekak
10) Pemeriksaan Ginjal
Inspeksi : Biasanya adanya pembesaran pada daerah pinggang atau
abdomean.Pembesaran ini dapat disebabkan oleh hidronefrosis atau tumor pada
daerah retroperitonial.
Palpasi : dilakukan secara bimanual (dengan dua tangan). Tangan kiri
diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas, sedangkan
tangan kanan meraba ginjal dari depan.
Perkusi : yaitu dengan pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan
memberikan ketokan pada sudut kostovertebra.
11) Pemeriksaan genetalia eksterna
Inspeksi genetalia eksterna diperhatikan ada kelainan penis seperti mikropenis,
makropensi, hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna,
fimosis, fistel uretro kutan, dan tumor penis.
Palpasi Striktura uretra anterior yang berat dapat menyebabkan fibrosis korpus
spongiosum yang teraba di sebelah ventral penis, berupa jaringan keras yang
dikenal sebagai spongiofibrosis.

5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium

(a) Urine
(1) Volume biasanya oliguri dan anuri
(2) Warna urine keruh, sedimen kotor atau kecokelatan
(3) Berat jenis menurun
(4) Osmolalitas menurun
(5) Klirens kreatinin menurun
(6) Natrium meningkat
(7) Protein meningkat
(b) Darah
(1) Serum kreatinin meningkat
(2) Blood urea nitrogen meningkat
(3) Kadar kalium meningkat
(4) Hematokrit menurun

7
(5) Hemoglobin menurun
(6) Natrium, kalsium menurun
(7) Magnesium/posfat meningkat
(8) Protein (khususnya albumin menurun)
b. Radiologi
1. Ultrasound
Ultrasound adalah pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara yang
dipancarkan kedalam tubuh untuk mendeteksi abnormalitas. Organ-organ dalam
sistem perkemihan akan menghasilkan gambar gambar ultrasound yang khas.
Abnormalitas seperti akumulasi cairan, massa, malforasi, perubahan ukuran organ
maupun obstruksi dapat diidentifikasi. Pemeriksaan USG merupakan teknik
noninfasif yang tidak memerlukan persiapan khusus kecuali menjelaskan prosedur
dan tujuan kepada pasien. Karena sensitifitasnya, pemeriksaan USG talah
menggantikan banyak prosedur pemeriksaan diagnostik lainnya sebagai tindakan
diagnostik pendahuluan.
2. Pemeriksaan Sinar-X dan Pencitraan Lainnya
Kidney, Ureter, and Bladder (KUB).
Pemeriksaan radologi abdomen yang dikenal dengan istilah KUB dapat dilaksanakan
untuk melihat ukuran, bentuk serta posisi ginjal dan mengidentifikasi semua
kelainan seperti batu dalam ginjal atau traktus urinarius, hidronefrosis (dstensi
pelvis ginjal), kista, tumor, atau pergeseran ginjal akibat abnormalitas pada jaringan
sekitarnya.
Pemindaian CT dan Mangnetic Resonance Imaging (MRI).
Pemeriksaan pemindaian CT dan MRI merupakan teknik noninvasif yang
akan memberikan gambar penampang ginjal serta saluran kemih yang sangat jelas.
Kedua pemeriksaan ini akan memberikan informasi tentang luasnya lesi invasif pada
ginjal.
Urografi Intravena (Ekskretori Unogram atau Intravenous Pyelogram).
Pemeriksaan urografi intavena yang juga dikenal dengan nama intravenous
pyelogram (IVP) memungknkan visualisasi ginjal, ureter, dan kandung kemih. Media
kontras radiopaque disuntikan secar intravena dan kemudian dibersihkan dari dalam
darah serta dipekatkan oleh ginjal.Nefrotomogram dapat dilaksanakan sebagai
bagian dari pemeriksaan untuk melihat berbagi lapisan ginjal serta struktur difus

8
dalam setiap lapisan dan untuk membedakan massa atau lesi yang padat dari kista
didalam ginjal atau traktus urinarius.
Pielografi Retrograd
Dalam Pielografi retrograd kateter utama dimasukkan lewat ureter kedalam pelvis
ginjal dengan bantuan sistoskopi. Kemudian media kontras dimasukkan dengan
grafitasi atau penyuntikan melalui kateter. Pielografi retrograd biasanya dilakukan
jika pemeriksaan IVP kurang memperlihatkan dengan jelas sistem pengumpul.
Pemeriksaan Pielografi retrograd jarang dilakukan dengan semakin majunya teknik
teknik yang digunakan dalam urografi ekskretonik.
Infusion Drif Pyelography
Infusion Drif pyelography merupakan pemberian lewat infus larutan encer media
kontras dengan volume yang besar untuk menghasilkan opasitas parenkim ginjal dan
mengisi seluruh traktus urinarius. Metode pemeriksaan ini berguna apabila teknik
urografi yang biasa dikerjakan tidak memperlihatkan struktur drainase yang
memuaskan (misalnya pada pasien dengan kadar nitrogen uretra yang tinggi dalam
darah) atau bila diperlukan opasitas struktur drainase untuk waktu yang lama
sehingga dapat dibuat tomogram (radiografi potongan tubuh). Gambar pielografi
diperoleh dengan interval yang dikehendaki setelah pemberian media kontras per
infus dimulai untuk memeriksa sistem pengumpul yang terisi dan mengalami
distensi. Persiapan pasien sama seperti persiapan untuk urografi ekskretorik, kecuali
pemberian cairan tidak dibatasi.
Sistogram
Sebuah kateter dimasukkan ke dalam kandung kemih, dan kemudian media kontras
disemprotkan untuk melihat garis besar dinding kandung kemih serta membantu
dalam mengevaluasi refluks vesikouretral (aliran balik urin dari kandung kemih
kedalam salah satu atau kedua ureter). Sistogram juga dilakukan bersama dengan
perekaman tekanan yang dikerjakan bersamaan dengan didalam kandung kemih.
Sistouretrogram
Sistouretrogram menghasilkan visualisasi uretra dan kandung kemih yang bisa
dilakukan melalui penyuntikan retrograd media kontras ke dalam uretra serta
kandung serata kandug kemih atau pemeriksaan dengan sinar X sementara pasien
mengekskresikan media kontras.
Angiografi renal

9
Prosedur ini memungkinkan visualisasi arteri renalis. Arteri femoralis (atau aksilaris)
ditusuk dengan jarum khusus dan kemudian sebuah kateter disisipkan melalui arteri
femoralis serta iliaka ke dalam aorta atau arteri renalis. Media kontras disuntikan
untuk menghasilkan opositas suplai arteri rennalis angiografi memungkinkan
evaluasi dinamika alira darah, memperlihatkan vaskulatur yang abnormal dan
membantu membedakan kista renal dengan tumor renal.

6. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agens cedera biologis
2. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
3. Kelebihan volume cairan b.d kelebihan asupan cairan
4. Risiko infeksi
5. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
6. Gangguan eliminasi urine b.d infeksi saluran kemih
7. Kekurangan volume cairan b.d kegaglan mekanisme regulasi

10
7. Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Noc Nic

1. Nyeri Akut b.d Agen Kontrol nyeri Manajemen nyeri


Cidera Biologis Indikator : Aktivitas :
Mengenali kapan Lakukan pengkajian nyeri
nyeri terjadi komprehensif yang meleiputi
Menggambarkan lokasi,karakteristik,onset/durasi,fr
faktor penyebab ekunsi,kualitas,intensintas atau
Menggunakan beratnya adanya dan faktor
tindakan pencentus
penguranggan (nyeri) Pastikan perawatan anelgestik
tanpa analgestik bagi pasien dilakukan dengan
Menggunakan pemantuan yang ketat
analgestik yang Gunakan strategi komunikasi
direkomendasikan terapeutik untuk mengetahui
Melaporkan pengalaman nyeri dan sampaikan
perubahan terhadap penerimaan pasien terhadap nyeri
gejala nyeri pada Gunakan metode penelitian yang
profesional sesuai dengan perkrmbangan yang
kesehatan memungkinkan untuk memonitor
Menggunakan untuk perubahan nyeri dan akan
sumber daya yang dapat membantu
tesedia mengindentifikasi faktor dan
Mengenali apa yang pencentus aktual dan potensial
terkait dengan gejala Berikan informasi mengenai nyeri
nyeri seperti penyebab nyeri berapa
Melaporkan nyeri lama nyeri akan dirasakan,dan
yang kontrol antisipasi dari ketidak nyamanan
akibat prosedur
Tingkat nyeri Ajarkan prinsip-prinsip nyeri
Indikator : Dorong pasien untuk
Mengerang dan menggunakan oabt-obatan
menangis penurun nyeri yang adekuat

11
Ekspersi nyeri Kolaborasi dengan pasien,orang
wajah yang terdekat dan tim kesehatan
Tidak bisa Gunakan tindakan pengontrol
beristirahat nyeri sebelum nyeri bertambah
Mengerinyit berat
Kehilangan nafsu Periksa tingkat ketidaknyamnan
makan bersama pasien,catat perubahan
Mual dalam catatan mesdis
pasien,informasikan petugas
Keparahan mual dan pasien kesahatan lain yang
muntah merawat pasien
Indikator : Dukung istirahat/tidur yang
Frekuensi mual adekuat untuk membantu
Intensitas mual penurunan nyeri

Frekuensi muntah Beritahu dokter jika tindakan tidak

Intensintas berhasil atau jika keluhan pasien

muntah saat ini berubah signifikan dan

Disters muntah pengalaman nyeri sebelumnya

Nyeri lambung Gunakan pendektan multi disiplin

Ketidakseimbangan untuk manajemen nyeri, jika

elektrolit sesuai
Monitor tekanan darah,nadi,suhu,
dan status pernafasan dengan
cepat
Monitor tekanan darah setelah
pasien minum obat jika
mengingikan
Monitor dan laporkan tanda dan
gejala hiportemia dan hipertemia
Monitor warna kulit,suhu dan
kelembahan
Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-tanda
vital

12
Ciptakan lingkungan yang nyaman
tanpa distraksi
Nasehatkan pasien untuk
menanyakan pertanyaan
kapanpun mereka punya
pertanyaan
Tempatkan pasien pada tempat
duduk yang nyaman atau posisi
terlentang
Fokus pada niat untuk
memfasilitasi keseluruhan dan
kesembuhan pada tingat kesadran
yang berbeda
Tempatkan tangan dengan telapak
tangan menghadap pasien 3-5
inchi dari tubuh
Dukung pasien untuk beristirahat
selama 20 minit atau lebih setelah
pengananan
Catat apakah pasien telah
mengalami respon reklaksasi dan
perubahan yang terkait.

2. Ketidak Seimbangan Status nutrisi: Asupan Manajemen elektrolit/cairan


Nutrisi Kurang dari nutrisi Aktivitas :
Kebutuhan Tubuh b.d Indikator : Dapatkan spesimen
faktor biologis Asupan protein laboratorium untuk
Asupan pemantauan perubahan cairan
karbohidrat atau elektrolit yang sesuai.
Asupan serat Timbang berat badan harian
Asupan vitamin dan pantau gejala.
Asupan mineral Berikan cairan yang sesuai.
Asupan zat besi Tingkatkan intake / asupan
Asupan kalsium cairan per oral yang sesuai.

13
Asupan natrium Berikan pengganti nasogastrik
yang diresepkan berdasarkan
Status nutrisi: Asupan output, yang sesuai.
makanan dan cairan Minimalkan asupan makanan
Indikator : dan minuman dengan diuretik
Asupan makanan atau pencahar.
secara oral Pastikan bahwa larutan
Asupan makan intravena yang mengandung
secara tube elektrolit diberikan dengan
feeding aliran yang konstan dan sesuai.
Asupan cairan Monitor hasil laboratorium
secara oral yang relevan dangan
Asupan nutrisi keseimbangan cairan.
parenteral Jaga pencatatan intake / asupan
output yang akurat.
Keparahan mual dan Monitor tanda-tanda vital, yang
muntah sesuai.
Indikator : Monitor respon pasien
Frekuensi mual terhadap terapi elektrolit yang
Intensitas mual diresepkan.
Frekuensi muntah Berikan resep diet yang tepat
Intensitas muntah untuk caairan tertentu atau
Distres muntah pada ketikseimbangan
Nyeri lambunng elektrolit.

Ketidakseimbangan Monitor efek samping dari


elektrolit suplemen elektrolit yang
diresepkan.
Monitor kehilangan cairan.
Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai alasan untuk
pembatasan cairan, tindakan
hidrasi, atau administrasi
elektrolit tambahan, seperti
yang ditunjukkan.

14
Manajemen Nutrisi
Aktivitas :
Tentukan status gizi pasien dan
kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
Atur diet yang diperlukan.
Anjurkan pasien mengenal
modifikasi diet yang diperlukan.
Tawarkan makanan ringan yang
padat gizi.
Pastikan diet mencakup
makanan tinggi kandungan
serat untuk mencegah
konstipasi.
Monitor kalori dan asupan
makanan.
Anjurkan pasien untuk
memantau
kalori dan intake makanan.

Manajemen Kemoterapi
Aktivitas :
Berikan informasi kepada
pasien dan keluarga tentang
efek obat-obatan kemoterapi
pada sel kanker / ganas.
Instruksikan pasien agar segera
melaporkan gejala demam,
menggigil, perdarahan hidung,
memar yang sangat besar, dan
BAB berdarah.
Instruksikan pasien dan
keluarga untuk menghindari

15
konsumsi produk yang
mengandung aspirin.
Telusuri pengalaman pasien
sebelumnya sehubungan
dengan mual muntah terkait
kemoterapi.
Berikan obt-obatan untuk
mengontrol efek samping
kemoterapi, jika dibutuhkan.
Yakinkan asupan cairan yang
cukup untuk mencegah
dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit.
Monitor keefektifan
pengukuran tanda vital ntuk
mencegah mual dan muntah.
Tawarkan porsi makan sedikit
tapi sering, 6 kali / perhar,
sesuai dengan kemampuan
pasien.
Monitor status nutrisi dan
berat badan
Monitor tingkat kelelahan
dengan terlebih dahulu
mengkaji arti kelelahan bagi
pasien.
Ajarkan pasien dan keluarga
cara untuk manajemen energi
dengan cara yang tepat.
Berikan informasi yang konkrit
terkait efek dari terapi untuk
mengurangi ketidakyakinan,
ketakutan, dan kecemasan
terkait gejala akibat akibat

16
terapi.
Ikuti petunjuk panduan
pemberian obat antineoplastik
dengan aman mulai dari
persiapan sampai pemberian
obat.

3. Kelebihan volume Electrolit and acid base NIC :


cairan berhubungan balance Fluid management
dengan kelebihan Fluid balance Timbang popok/pembalut jika
asupan cairan Hydration diperlukan
Pertahankan catatan intake dan
Indikator output yang akurat
1. Terbebas dari edema, Pasang urin kateter jika diperlukan
efusi, anaskara Monitor hasil lAb yang sesuai
2. Bunyi nafas bersih, dengan retensi cairan (BUN , Hmt
tidak ada , osmolalitas urin )
dyspneu/ortopneu Monitor status hemodinamik
3. Terbebas dari distensi termasuk CVP, MAP, PAP, dan
vena jugularis, reflek PCWP
hepatojugular (+) Monitor vital sign
4. Memelihara tekanan Monitor indikasi retensi /
vena sentral, tekanan kelebihan cairan (cracles, CVP ,
kapiler paru, output edema, distensi vena leher,
jantung dan vital sign asites)
dalam batas normal Kaji lokasi dan luas edema
5. Terbebas dari Monitor masukan makanan /
kelelahan, kecemasan cairan dan hitung intake kalori
atau kebingungan harian
6. Menjelaskanindikator
Monitor status nutrisi
kelebihan cairan
Berikan diuretik sesuai interuksi
Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130 mEq/l

17
Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk

Fluid Monitoring
Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati,
dll )
Monitor berat badan
Monitor serum dan elektrolit urine
Monitor serum dan osmilalitas
urine
Monitor BP, HR, dan RR
Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung
Monitor parameter hemodinamik
infasif
Catat secara akutar intake dan
output
Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
Monitor tanda dan gejala dari
odema
Beri obat yang dapat meningkatkan
output urin

4. Risiko infeksi Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)


Knowledge : Infection Bersihkan lingkungan setelah
control dipakai pasien lain

18
Risk control Pertahankan teknik isolasi
Batasi pengunjung bila perlu
Indikator : Instruksikan pada pengunjung
1. Klien bebas dari tanda untuk mencuci tangan saat
dan gejala infeksi berkunjung dan setelah
2. Mendeskripsikan berkunjung meninggalkan pasien
proses penularan Gunakan sabun antimikrobia untuk
penyakit, factor yang cuci tangan
mempengaruhi Cuci tangan setiap sebelum dan
penularan serta sesudah tindakan kperawtan
penatalaksanaannya. Gunakan baju, sarung tangan
3. Menunjukkan sebagai alat pelindung
kemampuan untuk Pertahankan lingkungan aseptik
mencegah timbulnya selama pemasangan alat
infeksi Ganti letak IV perifer dan line
4. Jumlah leukosit dalam central dan dressing sesuai
batas normal dengan petunjuk umum
5. Menunjukkan perilaku Gunakan kateter intermiten untuk
hidup sehat menurunkan infeksi kandung
kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap


infeksi)
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada

19
pasien yang beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif

5. Hipertermi b.d penyakit Thermoregulation Fever treatment

Monitor suhu sesering mungkin


Indikator Monitor IWL
1. Suhu tubuh dalam Monitor warna dan suhu kulit
rentang normal Monitor tekanan darah, nadi dan
2. Nadi dan RR dalam RR
rentang normal Monitor penurunan tingkat
3. Tidak ada kesadaran
perubahan warna Monitor WBC, Hb, dan Hct
kulit dan tidak ada Monitor intake dan output

20
pusing, merasa Berikan anti piretik
nyaman Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
Selimuti pasien
Lakukan tapid sponge
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha
dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil

Temperature regulation

Monitor suhu minimal tiap 2 jam


Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat panas
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan

21
penanganan emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan
Berikan anti piretik jika perlu

Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

22
6. Gangguan eliminasi Urinary elimination Urinary Retention Care
urine b.d infeksi Urinary Contiunence
Lakukan penilaian kemih yang
saluran kemih
Indikator : komprehensif berfokus pada
inkontinensia (misalnya, output
Kandung kemih kosong
urin, pola berkemih kemih,
secara penuh
fungsi kognitif, dan masalah
Tidak ada residu urine >
kencing praeksisten)
100-200 cc
Memantau penggunaan obat
Intake cairan dalam
dengan sifat antikolinergik atau
rentang normal
properti alpha agonis
Bebas dari ISK
Memonitor efek dari obat-
Tidak ada spasme
obatan yang diresepkan, seperti
bladder
calcium channel blockers dan
Balance cairan seimbang
antikolinergik
Menyediakan penghapusan
privasi
Gunakan kekuatan sugesti
dengan menjalankan air atau
disiram toilet
Merangsang refleks kandung
kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut, membelai
tinggi batin, atau air
Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan kandung
kemih (10 menit)
Gunakan spirit wintergreen di
pispot atau urinal
Menyediakan manuver Crede,
yang diperlukan
Gunakan double-void teknik
Masukkan kateter kemih, sesuai
Anjurkan pasien / keluarga

23
untuk merekam output urin,
sesuai
Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau
impaksi tinja
Memantau asupan dan keluaran
Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan palpasi
dan perkusi
Membantu dengan toilet secara
berkala
Memasukkan pipa ke dalam
lubang tubuh untuk sisa
Menerapkan kateterisasi
intermiten
Merujuk ke spesialis kontinensia
kemih

7. Kekurangan volume
KESEIMBANGAN CAIRAN MANAJEMEN CAIRAN
cairan b.d kegagalan
aktivitas:
mekanisme regulasi Indikator:
Pantau warna, jumlah dan
Mempertahankan
frekuensi kehilangan cairan
urine
output sesuai dengan Observasi khususna terhadap
usia dan BB, BJ urine kehilangan cairan yang tinggi
normal, elektrolit
Tekanan darah, nadi,
Pantau perdarahan
suhu tubuh dalam
batas normal Identifikasi factor pengaruh
Tidak ada tanda terhadap bertambah buruknya
tanda dehidrasi, dehidrasi
Elastisitas turgor kulit
Pantau hasil laboratorium yang

24
baik, membran relevan dengan keseimbangan
mukosa lembab, tidak cairan
ada rasa haus yang
Kaji adanya vertigo atau hipotensi
berlebihan
postural
Orientasi terhadap
waktu dan tempat Kaji orientasi terhadap orang,
baik tempat dan waktu
Jumlah dan
Cek arahan lanjut klien untuk
iramapernapasan
menentukan apakah penggantian
dalam batas normal
cairan pada pasien sakit terminal
Elektrolit, Hb, Hmt
tepat dilakukan
dalam batas normal
pH urin dalam batas Pantau status hidrasi
normal
Intake oral dan intravena Timbang berat badan setiap hari

adekuat dan pantau kecenderungannya

Pertaruhkan keakuratan catatan


asupan dan haluaran

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin.
Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan
uretra.

Sistem urinaria terdiri atas:

Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.


Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

26
DAFTAR PUSTAKA

Nanda Internasional.2015.Diagnosis Keperawatan 2015-2017. Egc : Jakarta.


Bulechek G, Dkk.2013.Nursing Interventions Clarification (Nic).Edition 5. Mosby : Lowa City.
Moorhead S, Dkk.2013.Nursing Outcames Clasification (Noc).Edition 6.Mosby : Lowa City
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, Jakarta:Egc

27

Anda mungkin juga menyukai