6. Nyeri kronis (D.0078) didefinisikan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
sebagai pengalaman sensorik atau keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Observasi
emosional yang berkaitan dengan tingkat nyeri menurun, dengan kriteria 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
kerusakan jaringan aktual atau hasil: durasi, frekuensi, kualitas,
fungsional, dengan onset mendadak Tingkat Nyeri (L.08066) intensitas nyeri
atau lambat dan berintensitas ringan 1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
hingga berat dan konstan, yang 2. Perasaan depresi menurun 3. Idenfitikasi respon nyeri non
berlangsung lebih dari 3 bulan. 3. Meringis menurun verbal
4. Gelisah menurun 4. Identifikasi faktor yang
Penyebab (etiologi) untuk masalah 5. Kemampuan menuntaskan memperberat dan memperingan
nyeri kronis adalah: aktivitas meningkat nyeri
1. Kondisi muskuloskeletal 5. Identifikasi pengetahuan dan
kronis keyakinan tentang nyeri
2. Kerusakan sistem saraf 6. Identifikasi pengaruh budaya
3. Penekanan saraf terhadap respon nyeri
4. Infiltrasi tumor 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
5. Ketidakseimbangan kualitas hidup
neurotransmiter, 8. Monitor keberhasilan terapi
neuromodulator, dan reseptor komplementer yang sudah
6. Gangguan imunitas (mis: diberikan
neuropati terkait HIV, virus 9. Monitor efek samping
varicella-zoster) penggunaan analgetik
7. Gangguan fungsi metabolik Terapeutik
8. Riwayat posisi kerja statis 1. Berikan Teknik
9. Peningkatan indeks massa nonfarmakologis untuk
tubuh mengurangi nyeri (mis: TENS,
10. Kondisi pasca trauma hypnosis, akupresur, terapi
11. Tekanan emosional music, biofeedback, terapi pijat,
12. Riwayat penganiayaan (mis: aromaterapi, Teknik imajinasi
fisik, psikologis, seksual) terbimbing, kompres
13. Riwayat penyalahgunaan hangat/dingin, terapi bermain)
obat/zat 2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis:
Tanda gejala mayor: suhu ruangan, pencahayaan,
DS: kebisingan)
Mengeluh nyeri 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Merasa depresi (tertekan) 4. Pertimbangkan jenis dan
DO: sumber nyeri dalam pemilihan
Tampak meringis strategi meredakan nyeri
Gelisah Edukasi
Tidak mampu menuntaskan 1. Jelaskan penyebab, periode, dan
aktivitas pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
7. Resiko defisit nutrisi (D.0032) Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Manajemen nutrisi (I.03119)
didefinisikan sebagai berisiko diharapkan kebutuhan nutrisi pasien Observasi
mengalami asupan nutrisi tidak tercukupi, dengan kriteria hasil: Identifikasi status nutrisi
cukup untuk memenuhi kebutuhan Status nutrisi (L.03030) Identifikasi alergi dan
metabolisme. 1. Porsi makan yang dihabiskan intoleransi makanan
meningkat Identifikasi makanan yang
Faktor resiko 2. Berat badan membaik disukai
1. Ketidakmampuan menelan 3. Indeks massa tubuh (IMT) Identifikasi kebutuhan kalori
makanan membaik dan jenis nutrien
2. Ketidakmampuan mencerna Identifikasi perlunya
makanan penggunaan selang nasogastrik
3. Ketidakmampuan Monitor asupan makanan
mengabsorbsi nutrien Monitor berat badan
4. Peningkatan kebutuhan Monitor hasil pemeriksaan
metabolisme laboratorium
5. Faktor ekonomi (mis: finansial Terapeutik
tidak mencukupi) Lakukan oral hygiene sebelum
6. Faktor psikologis (mis: stres, makan, jika perlu
keengganan untuk makan) Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis: piramida makanan)
Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogastik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Ajarkan posisi duduk, jika
mampu
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis: Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
8. Pola napas tidak efektif (D.0005) Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam Manajemen jalan napas (I.01011)
adalah inspirasi dan/atau ekspirasi diharapkan pola napas pasien Observasi
yang tidak memberikan ventilasi membaik, dengan kriteria hasil: 1. Monitor pola napas (frekuensi,
adekuat. Pola napas (L.01004) kedalaman, usaha napas)
Penyebab (etiologi) untuk masalah 1. Dispnea menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan
pola napas tidak efektif adalah: 2. Penggunaan otot bantu napas (misalnya: gurgling, mengi,
1. Depresi pusat pernapasan menurun wheezing, ronchi kering)
2. Hambatan upaya napas (mis. 3. Pemanjangan fase ekspirasi 3. Monitor sputum (jumlah,
nyeri saat bernapas, kelemahan menurun warna, aroma)
otot pernapasan) 4. Frekuensi napas membaik Terapeutik
3. Deformitas dinding dada 5. Kedalaman napas membaik 1. Pertahankan kepatenan jalan
4. Deformitas tulang dada napas dengan head-tilt dan chin-
5. Gangguan neuromuskular lift (jaw thrust jika curiga
6. Gangguan neurologis (mis. trauma fraktur servikal)
elektroensefalogram [EEG] 2. Posisikan semi-fowler atau
positif, cidera kepala, fowler
gangguan kejang) 3. Berikan minum hangat
7. Imaturitas neurologis 4. Lakukan penghisapan lendir
8. Penurunan energi kurang dari 15 detik
9. Obesitas 5. Lakukan hiperoksigenasi
10. Posisi tubuh yang menghambat sebelum penghisapan
ekspansi paru endotrakeal
11. Sindrom hipoventilasi 6. Keluarkan sumbatan benda
12. Kerusakan inervasi diafragma padat dengan forsep McGill
(kerusakan saraf C5 keatas) 7. Berikan oksigen, jika perlu
13. Cidera pada medula spinalis Edukasi
14. Efek agen farmakologis 1. Anjurkan asupan cairan 2000
15. Kecemasan ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
Tanda Mayor 2.
DS: Kolaborasi
Mengeluh sesak (dispnea) 1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
DO: mukolitik, jika perlu.
Penggunaan otot bantu
pernapasan Pemantauan respirasi (I.01014)
Fase ekspirasi memanjang Observasi
Pola napas abnormal (mis. 1. Monitor frekuensi, irama,
takipnea, bradipnea, kedalaman dan upaya napas
hiperventilasi, kussmaul, 2. Monitor pola napas (seperti
cheyne-stokes) bradypnea, takipnea,
Adanya bunyi napas tambahan hiperventilasi, kussmaul,
(mis. wheezing, rales) Cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Monitor kemampuan batuk
efektif
4. Monitor adanya produksi
sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan
napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai analisa gas darah
10. Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
9. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Setelah dilakukan intervensi Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
(D.0129) keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Observasi
Kerusakan kulit (dermis dan/atau integritas kulit meningkat, dengan 1. Identifikasi penyebab gangguan
epidermis) atau jaringan (membran kriteria hasil: (L.14125) integritas kulit (mis: perubahan
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, 1. Kerusakan jaringan menurun sirkulasi, perubahan status
tulang, kartilago, kapsul sendi, 2. Kerusakan lapisan kulit nutrisi, penurunan kelembaban,
dan/atau ligamen). Penyebab (etiologi) menurun suhu lingkungan ekstrim,
untuk masalah gangguan integritas 3. Elastisitas meningkat penurunan mobilitas)
kulit/jaringan adalah: 4. Hidrasi meningkat Terapeutik
1. Perubahan sirkulasi 5. Perfusi jaringan membaik 1. Gunakan produk berbahan
2. Perubahan status nutrisi petroleum atau minyak pada
(kelebihan atau kekurangan) kulit kering
3. Kekurangan/kelebihan volume 2. Gunakan produk berbahan
cairan ringan/alami dan hipoalergik
4. Penurunan mobilitas pada kulit sensitive
5. Bahan kimia iritatif 3. Hindari produk berbahan dasar
6. Suhu lingkungan yang ekstrim alkohol pada kulit kering
7. Faktor mekanis (mis: Edukasi
penekanan pada tonjolan 1. Anjurkan menggunakan
tulang, gesekan) atau faktor pelembab (mis: lotion, serum)
elektris (elektrodiatermi, energi 2. Anjurkan minum air yang
listrik bertegangan tinggi) cukup
8. Efek samping terapi radiasi 3. Anjurkan meningkatkan asupan
9. Kelembaban nutrisi
10. Proses penuaan 4. Anjurkan meningkatkan asupan
11. Neuropati perifer buah dan sayur
12. Perubahan pigmentasi 5. Anjurkan menghindari terpapar
13. Perubahan hormonal suhu ekstrim
14. Kurang terpapar informasi 6. Anjurkan menggunakan tabir
tentang upaya surya SPF minimal 30 saat
mempertahankan/melindungi berada diluar rumah
integritas jaringan 7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
10. Resiko perfusi renal tidak efektif Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Syok (I.02068)
(D.0016) adalah diagnosis
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Observasi
keperawatan yang didefinisikan perfusi renal meningkat, dengan 1. Monitor status kardiopulmonal
sebagai berisiko mengalamikriteria hasil: (frekuensi dan kekuatan nadi,
penurunan sirkulasi darah ke ginjal.
Perfusi Renal (L.02012) frekuensi napas, TD, MAP)
1. Jumlah urin meningkat 2. Monitor status oksigenasi
Faktor resiko 2. Tekanan arteri rata-rata (mean (oksimetri nadi, AGD)
1. Kekurangan volume cairan arterial pressure/MAP) 3. Monitor status cairan (masukan
2. Embolisme vaskuler membaik dan haluaran, turgor kulit, CRT)
3. Vaskulitis 3. Kadar urea nitrogen darah 4. Monitor tingkat kesadaran dan
4. Hipertensi membaik respon pupil
5. Disfungsi ginjal 4. Kadar kreatinin plasma 5. Periksa Riwayat alergi
6. Hiperglikemia membaik Terapeutik
7. Keganasan 1. Berikan oksigen untuk
8. Pembedahan jantung mempertahankan saturasi
9. Bypass kardiopulmonal oksigen > 94%
10. Hipoksemia 2. Persiapkan intubasi dan
11. Hipoksia ventilasi mekanis, jika perlu
12. Asidosis metabolik 3. Pasang jalur IV, jika perlu
13. Trauma 4. Pasang kateter urin untuk
14. Sindrom kompartemen menilai produksi urin, jika perlu
abdomen 5. Lakukan skin test untuk
15. Luka bakar mencegah reaksi alergi
16. Sepsis Edukasi
17. Sindrom respon inflamasi 1. Jelaskan penyebab/faktor risiko
sistemik syok
18. Lanjut usia 2. Jelaskan tanda dan gejala awal
19. Merokok syok
20. Penyalahgunaan zat 3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
DAFTAR REFERENSI
Christie, J. O., Wibowo, A. A., Noor, M. S., Tedjowiono, B. (2021). Literature review:
Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Apendisitis Akut.
Homeostasis, 4(1), hal 59-68.
Nuari, N. A., & Widayati, D. (2017). Gangguan pada Sistem Perkemihan & Penatalksanaan
Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Indikator Diagnostik
(Edisi Pertama Cetakan Ke Tiga). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Indikator
Diagnostik (Edisi Pertama Cetakan Ke Dua). DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Indikator Diagnostik
(Edisi Pertama Cetakan Ke Dua). DPP PPNI.