Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gagal Ginjal Kronis

A.Kasus
Ny. B seorang janda 86 tahun datang ke unit hemodialisa (HD) untuk melakukan HD rutinnya yang
biasa dia lakukan 2 minggu sekali, saat datang muka klien Nampak pucat, dema anarsaka dan
mengeluh lemas. Saat dikaji oleh perawat: klien mengeluh cepat cape dan nafasnya terasa sesak saat
aktivitas dan diikuti dengan tremor, gatal gatal diseluruh tubuhnya, kadang kadang suka keluar
darah dari hidungnya, kulit tampak kering dan banyak yang mengelupas, rambut Nampak kusan dan
kemerahan. Dari pemeriksaan didapatkan hasil: BB 56 Kg, TB 152 cm, BP 160/100mmHg, HR
96x/menit, lab: Hb 8.00 gr%, ureum 312, kreatinin 3,1. Ny.B mempunyai riwayat penyakit hipertensi
15 tahun yang lalu dan tidak terkontrol dan dia telah melakuka HD sejak 2 tahun yang lalu.
Saat akan dilakukan HD Ny B mengatakan kepada dokter, perawat bahwa ini HD terakhir yang akan
dia lakukan karena merasa benci dengan proses HD dan tidak
ingin hidup seperti it uterus menerus. Dia juga mengatakan bahwa dia mengerti bahwa hidupnya
tergantung pada dialysis
terapi: direncanakan transfuse WB 2 labu, diet rendah garam, rendah protein, dan rendah kolesterol.
B,Pengkajian
1. Keadaan Umum : keadaan klien saat pertama kali bertemu meliputi status gizi, kebersihan,
tingkat kesadaran dan mobilisasi.
Pada kasus, klien tampak pucat dan edema anasarka.
2. Anamnesa :
Nama : Ny. B
Usia : 86 Tahun
3. Riwayat Penyakit Saat ini :
Keluhan Utama : Klien mengeluh lemas dan nafas terasa sesak.
Provokatif (P) : Hal-hal yang memperberat keluhan. Pada kasus Klien mengeluh cepat capek dan
nafas terasa sesak saat melakukan aktifitas yang diikuti dengan tremor.
Quality (Q) : Tanyakan pada klien bagaimana gejala yang dirasakan? lebih parah atau lebih
ringan? apakah sampai mengganggu aktifitas? (tidak teridentifikasi).
Region (R) : Tanyakan dimana gejala dirasakan? (tidak teridentifikasi).

Scale (S) : Tanyakan seberapa keparahan yang dirasakan oleh klien? skala 1-10. (tidak
teridentifikasi).
Time (T) : Tanyakan pada klien sejak kapan gejala dirasakan? berapa lama? (tidak teridentifikasi)
pada kasus gejala bertambah berat saat melakukan aktifitas.
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya : Biasanya terdapat penyakit faringitis, hipertensi, DM, TBC, SLE,
dsb. Pada kasus, Ny. B mempunyai riwayat hipertensi 15 tahun yang lalu yan tidak terkontrol dan
telah melakukan HD sejak 2 tahun yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tanyakan apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit yang
sama.
6. Riwayat Obat : Tanyakan apakah kalien mengkonsumsi obat nefrotoksik.
7. Gaya Hidup : Kaji mengenai kebiasaan minum per hari, diet (konsumsi protein atau purin yang
berlebihan).
8. Psiko-sosial : Faktor stress yang dihadapi oleh klien, misalnya masalah finansial, hubungan dengan
orang lain, Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, persepsi terhadap penyakit, pengetahuan klien
mengenai penyakit, pemahaman mengenai pencegahan, perawatan dan terapi. Yang ditandai,
Menolak, ansietas, takut, marah, perubahan kepribadian, mudah tersinggung.
9. Pengkajian Fisik :
Data (TTV)

Normal

Hasil

Berat Badan (BB)

(152-100) x 0.9 = 46.8 56 Kg

Interpretasi
Kelebihan BB (edema)

Kg
Tekanan Darah

S: 100-120, D: 80-100

160/100 mmHg

Hipertensi

HR

60-80 x/menit

96 x/menit

Takikardi

RR

16-20 x/menit

24 x/menit

Kusmaull (nafas berat


dan dalam)

10. Pengkajian Fungsi Kesehatan :


a. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi
Pitting Edema

Edema periorbital
Anemia
Perikardittis
CHF
Perdarahan Abnormal
Pada Kasus : HR 96x/mnt, TD 160/100 mmHg dan 15 tahun yang lalu ada riwayat hipertensi,
dan juga kadang-kadang keluar darah dari hidungnya.
b. Sistem Pernafasan
Nafas dangkal
Kusmaull
Sputum kental dan liat
Edema paru
Pada Kasus : Klien mengeluh nafas sesak saat melakukan aktifitas dan RR24x/mnt.

c. Sistem Gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah
Perdarahan saluran GI
Ulserasi dan pardarahan mulut
Nafas berbau ammonia
Konstipasi
Peningkatan BB
Pada kasus : (tidak teridentifikasi)
d. Sistem Urinary
Perubahan frekwensi urine
Hematuria
Perubahan urine
Proteinuria

Oliguri
Pada Kasus :
e. Sistem Musculoskeletal
Kram otot
Nyeri sendi
Kejang
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
Pada Kasus : klien mengeluh tremor saat melakukan aktifitas.
f.

Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat
Pruritis
Kulit kering bersisik
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis, kusam dan kasar
Pada Kasus : Klien tampak pucat, mengeluh gatal-gatal di seluruh tubuh, kulit tampak kering,
dan bayak yang mengelupas, dan rambut tampak kusam dan kemerahan.

g. Sistem Reproduksi
Amenore
Penurunan Libido
Infertilitas
Atrofi testis
Gangguan ereksi
Pada Kasus : (tidak teridentifikasi)
h. Sistem Neurosensori
Sakit kepala

Lemah
Mengantuk
Insomnia
Neuropati periferal.
Pada kasus : Klien mengeluh lemas dan mudah capek.
Pemeliksaan laboratorium
a.Pemeriksaan darah
Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit penting untuk mengetahui

penurunan

pembentukan eritropoetin yang mengakibatkan anemia yang dapat mengakibatkan keletihan,


hipoksia dan gagal jantung kongestif.
Hb normal : 11-16 gr/dl

klien : 8gr/dl

Ht normal : 35-45gr/dl
b.

Urinalisis

Pemeriksaan meliputi

c.

Data urine

Normal

Kasus

Interpretasi

BJ urine

1.001-1.025

pH

5-6.5

Volume urine

350-800ml/24jam

Uji bersihan kreatinin

Uji bersihan kreatinin dilakukan untuk meentukan stadium gagal ginjal dari perkiraan GFR. Caranya
dengan mengumpulkan specimen urine 24 jam dan satu specimen darah yang diambil dalam waktu
24 jam yang sama.bersihan kreatini dihitung dengan menggunakan rumus :
Ccr = bersihan kreatinin
Ucr = kadar kreatinin urine

Ccr = Ucr x V
PCR

Pcr = kadar kreatinin urine


V = volume urine 24 jam
d.

Tes konservasi natrium untuk menentukan berapa banyak natrium yang diperlukan untuk

pengaturan diet klien.


e.

Pemeriksaan mikroskopik urine


Unsur-unsur normal yang terdapat di urine adalah sel epitel dari lapisan saluran kemih dan
vagina pada awanita, spermatozoa, lender, 2 eritrosit /LPB dan 4 leukosit /LPB.
Unsur-unsur abnormal yang terdapat pada urine yaitu eritrosit, leukosit yang jumlahnya
melebihi normal, bakteri dan silinder. Silinder adalah matriks mukoprotein yang menyatakan
keadaan khusus ginjal. Jika terdapat silinder pada urin disebut silindruria
-

Silinder eritrosit menyatakan Glomerulus aktif

Silinder leukosit menyatakan pielonefritis

Silinder lemak menyatakan sindrom nefrotik

Silinder granular menyatakan adanya sel-sel yang sudah mati untuk menyatakan gagal

ginjal sering juga disebut silinder gagal ginjal.


Pemeriksaan diagnostic
a.

ULTRASONOGRAFI (USG)

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
pelviskalises, ureter, kandung kemih dan prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya
factor reversible seperti obstruksi oleh karena batu atau massa tumor, kuga untuk menilai apakah
proses sudah lanjut. USG sering dipakai karena non-invasif dan tidak memerlukan persiapan apapun
b.

MRI

MRI (magnetic resonance imaging) adalah pemeriksaan yang menggunakan medan magnetic dengan
bantuan gelombang frekuensi radio yntuk mendapatkan gambaran tubuh. Dipertimbangkan untuk
kasus- kasus tertentu, misal pemeriksaan pada anak-anak atau ibu hamil atau pasien dengan alergi

kontras media dan tidak ada resiko radiasi. MRI sensitive untuk mendeteksi edema, bekuan darah,
nekrosis tubulus ginjal dan mengidentifikasi struktur internal suatu organ.
Prosedur : tidak perlu pembatasan makanan dan cairan. Pasien harus berbaring tenang diatas meja
sempit dengan skaner tipe silinder mengitari tubuh yang akan di skan. Lepaskan semua perhiasan
dan alat-alat dari logam yang ada di tubuh klien. Tidak di anjurkan untuk klien yang menggunakan
alat pacu jantung.
c.

CT UROGRAFI

Pemeriksaan CT Urografi adalah pemeriksaan CT scan pada saluran kencing (traktus urinarius)
sebelum dan sesudah pemberian media kontras intravena untuk mendeteksi berbagai kelainan yang
ada di daerah saluran kencing (traktus urinarius). Pemeriksaan CT Urografi ini dapat menilai fungsi
ginjal, ureter, dan vesika urinaria untuk evaluasi kasus kolik ginjal/ ureter, hematuria, deteksi adanya
batu ataupun tumor pada traktus urinarius. Selain itu juga berguna pada kasus kasus Low Back Pain
(LBP), infeksi saluran kencing berulang, trauma dan evaluasi kelainan-kelainan congenital serta
persiapan transplantasi ginjal (calon donor ginjal).
Persiapan Pasien :
- pasien disarankan puasa tidak makan padat 4 jam sebelum pemeriksaan CT dilakukan.
- setengah jam atau 1 jam sebelum pemeriksaan, pasien minum air putih sebanyak 500 600
cc, untuk menjaga keadaan hidrasi yang baik .
- 3 menit sebelum penyuntikan kontras media, diberikan suntikan 10 mg furosemide (Lasix)
intra vena, untuk mendapatkan opasitas maksimal pada pelvicokalises dan ureter.
b. PEMERIKSAAN EKG
untuk menihat kemungkinan hipertrofi ventikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit misalnya hiperkalemia dan hipokalsemia
e.

PEMERIKSAAN FOTO DADA

Untuk melihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air( fluid overload) akibat oedema,
efusi pleura, kardiomegali dan efusi pericardial.

Penkes dan Aspek Legal Etik


Pendidikan kesehatan yang diberikan pada klien dengan gagal ginjal kronis:
1. Diet rendah protein (0,4-0,8 gram/kg BB) bisa memperlambat perkembangan gagal ginjal
kronis.
2. Pada penderita gagal ginjal kronis biasanya kadar trigliserida dalam darah tinggi. Hal ini akan
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi, seperti stroke dan serangan jantung. Untuk
menurunkan kadar trigliserida, diberikan gemfibrozil.
3. Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet ketat atau menjalani
dialisa.
4. Kadar fosfat dalam darah dikendalikan dengan membatasi asupan makanan kaya fosfat
(misalnya produk olahan susu, hati, polong, kacang-kacangan dan minuman ringan).
Bisa diberikan obat-obatan yang bisa mengikat fosfat, seperti kalsium karbonat, kalsium
asetat dan alumunium hidroksida.
5. Kecenderungan mudahnya terjadi perdarahan untuk sementara waktu bisa diatasi dengan
transfusi sel darah merah atau platelet atau dengan obat-obatan (misalnya desmopresin atau
estrogen).dan pemberian hormon testosteron.
Namun pengulangan transfusi menimbulkan berbagai masalah baru, termasuk
menumpuknya zat besi, berkembangnya antibodi tertentu, dan terbukanya kemungkinan
infeksi virus. Testosteron juga mampu menstimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum
tulang belakang, namun efeknya cenderung tidak dramatis bahkan penggunaan hormon ini
sering menibulkan efek samping yang berkaitan dengan kejantanan.
Recombinant human erythropoietin (EPO) untuk terapi anemia pada pasien gagal ginjal
kronis yang harus menjalani hemodialisis. EPO tergolong hormon glikoprotein yang
merupakan sitokin eritrosit, atau bentuk awal sel darah merah di sumsum tulang belakang.
Sebagai agen terapi, EPO pertama kali diisolasi dan dimurnikan dari urin di tahun 1977.
Tahuan 1983, gen eritropoietin diisolasi dan dikloning. Hal ini mendorong produksi hormon
ini dalam jumlah besar hingga akhirnya berujung pada penggunaan untuk pasien gagal ginjal
di tahun 1990. Untuk kondisi ini, EPO diberikan baik melalui intravena saat proses dialisis
maupun diberikan secara subkutan.
Terapi dengan EPO saat ini merupakan hal yang paling mungkin dilakukan sebagai alternatif
pengganti transfusi. EPO terbukti menguntungkan dan bisa ditolerir dengan baik tanpa ada
efek terhadap progresivitas gagal ginjal.
6. Gejala gagal jantung biasanya terjadi akibat penimbunan cairan dan natrium.
Pada keadaan ini dilakukan pembatasan asupan natrium atau diberikan diuretik (misalnya
furosemid, bumetanid dan torsemid).
7. Hipertensi sedang maupun hipertensi berat diatasi dengan obat hipertensi standar

Hipertensi lama

lifestyle dan nutrisi

Patofisiologi
Angiotensin
Vasokonstriksi vaskuler
Stimulasi kel. Adrenal

Flow darah ginjal

Merangsang pelepasan aldosteron

Nefrosklerosis

Reabsorpsi
Na

fibrosis dan hialinisasi (sclerosis) dinding vaskuler


Retensi Na dan air

Penyempitan lumen arteri renalis

Penumpukan cairan IV

Perfusi darah ke ginjal


iskemia
Atrofi tubulus dan kerusakan glomerulus

Nefron rusak

edema

Stimulasi juxta glomerulus

Permeabilitastubulus distal dan


koligentes

Angiotensin II
Beban kerja ginjal

Fungsi ginjal
*

Vasokonstriksi
perifer
Resistensi perifer
TD
afterload
beban kerja jantung
SV
CO
HR

Merangsang hipofise
posterior
Sekresi ADH

Angiotensin I

Hipertrofi nefron

Na dalam darah

Kelebihan Vol. Cairan

angoitensinogen

hiperfiltrasi

Retensi Na

Hipertrofi ventrikel kiri


CHF

* Fungsi ginjal
Vit.D tidak dapat diubah
menjadi 1,25
dihidroksikolekalsiferol

usia
Produksi eritrosit (hemopoesis)

Vit.D aktif

<< Ca 2+

Oliguri

Hb <<
anemia

Pengikatan O2

Merangsang s.parasimpatis

mek.buffer tidak berfungsi (ammonia,fosfat)

GFR

Eritrosit <<

Absorpsi Ca2+ di usus

fungsi tubulus

Filtrasi
glomerulus

<< sekresi eritropotein

Kreatinin tertahan

Cairan pada
tubulus lebih
lambat

Kreatinin serum

Reabsorpsi >>

HCO3

gg.transport imbangan
+
+
+
(Na , K , H )

PCO2

gg.reabsorpsi
Dyspnea saat aktivitas

Cepat lelah

Ureum diabsorpsi

pucat

Ureum >>

fatique

uremia **

Merangsang sekresi
hormone paratiroid
Paratiroid aktif

tubulus tidak
mampu
+
mereabsorpsi Na
risiko hiponatremia

Reabsorpsi Ca 2+ dari tulang

gg.sekresi

Intoleransi aktivitas

Demineralisasi tulang
tubulus tidak mampu
+
mensekresi H

osteodistrofi
+

H kembali ke vaskuler
+

H di vaskuler
CO2 >>

pH
asidosis metabolik

pernafasan kussmaul

tubulus tidak mampu


+
mensekresi K
gg.
keseimbangan
elektrolit

letargi

hiperkalemia

disritmia dan henti


jantung

kelemahan otot

ekstabilitas otot
tremor

CO2 di pemb. darah otak


gg. pola nafas

K serum

gg. keseimbangan
asam basa

**uremia

Terbawa aliran darah ke kulit


Akumulasi ureum di bawah kulit
berkeringat
timbul kristal urea halus
pruritus
Gg. Integritas Kulit

Mengiritasi lambung
Terbentuk ulkus pada lambung
Ris.perdarahan

Mual, muntah
anorexia
Risiko Gg.Nutrisi

Trombositopenia
(gg. agregasi platelet factor III)
gg.adhesi
Tidak dapat membentuk bekuan
Perdarahan hidung

Menyebar ke pembuluh darah otak


letargi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No.
1.

2.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit :
kelebihan volume cairan
b.d gangguan filtrasi
ginjal/penurunan fungsi
ginjal
Karakteristik :
Edema
palpebra
/
tungkai
Edema
anasarka
Penambahan
BB > 5 % DW
Peningkatan
tekanan darah
Peningkatan
tekanan vena
jugularis
Output
urine
yang berkurang
Pada kasus:
DS: DO: terdapat edema
anasarka
Penurunan curah jantung
berhubungan
dengan
beban
jantung
yang
meningkat
Pada kasus:
DS:DO:
TD:160/100 mmHg
HR:96 x/ menit
Hb: 8,00 gr %

TUJUAN

INTERVENSI

Tupan :
Filtrasi ginjal/fungsi ginjal
baik

Mandiri:
1. Atur posisi
(semi fowler) dan 1.
istirahatkan klien
2. Observasi tanda-tanda vital dan 2.
peningkatan vena jugularis.

Tupen :
Tidak terjadi kelebihan
volume cairan:
Kriteria Hasil:
Edema (-)
Sesak (-)
TTV dalam batas
normal
Ronchi (-)
Balance
cairan
seimbang
Distensi
vena
jugularis (-)

3.

Catat intake dan out put cairan

3.

4.

Auskultasi bunyi jantung

4.

5.

Batasi intake cairan dan Timbang BB


tiap hari
6. Pantau edema dan evaluasi derajat
edema (+1 sampai +4)
7. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk
mencatat
penggunaan
cairan
terutama pemasukan dan haluaran
8. Edukasi tentang pengaturan cairan
Kolaborasi:
pemberian terapi:
a. Diuretik, contohnya Furosemik dan
Manitol

Tupen:

Tekanan Darah dalam


batas normal()

frekuensi
jantung
dalam batas normal()

nadi perifer kuat dan

5.
6.

Mengatur istirahat klien dengan posisi semi fowler dapat menurunkan kerja jantung
Takikardi dan hipertensi terjadi karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine dan
perubahan pada sistem renin angiotensin. Catatan: pengawasan invasif diperlukan untuk
mengkaji volume intravaskuler, khususnya pada klien.
Diperlukan untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan, dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
Kelebihan cairan dapat menimbulkan resiko gagal jantung kronis dibuktikan oleh adanya
bunyi jantung ekstra.
Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi

7.

Edema terjadi pada jaringan yang tergantung pada tubuh, contonhya tangan, kaki, dan
area lumbosakral.
Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

8.

Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan

a.

Diberikan dini pada fase oliguri dengan tujuan untuk upaya mengubah fase nonliguri,
untuk melebarkan lumen dari debris, menurunkan hiperkalemi, dan meningkatkan
volume urine.
Diberikan untuk mengatasi hipertensi dengan efek berbalikan dari penurunan aliran darah
ke ginjal dan kelebihan volume sirkulasi

Antihipertensi, contohnya Klonidin, b.


Metildopa, Prazosin.
Mandiri
1. Auskultasi bunyi jantung dan paru. 1.
Evaluasi
adanya,
edema
perifer/kongesti vaskuler, dan keluhan
dispnea.
2. Kaji adanya hipertensi: awasi TD; 2.
perhatikan
perubahan
postural,
contoh saat berbaring, duduk dan
berdiri.
3.
3. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan
lokasi, radiasi, beratnya (skala 0-10)
b.

Tupan:
Mempertahankan
curah
jantung
dalam
batas
normal/ penurunan curah
jantung tidak terjadi

RASIONAL

S3/S4 dengan tonus muffled, takikardia, frekuensi jantung tidak teratur takipnea,
dispnea, gemerisik, mengi, dan edema/distensi jugular menunjukan GGK

Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron renin-angiotensin


(disebabkan oleh disfungsi ginjal). Meskipun hipertensi umum, hipotensi ortostatik dapat
terjadi sehubungan dengan deficit cairan, respon terhadap obat antihipertensi, atau
temponade perikardial uremik.
Hipertensi dan GJK kronis dapat menyebabkan IM, kyang lebih pasien GGK dengan
dialisis mengalami perkardiris, resiko efusi perikardial/ temponade.

sama dengan waktu


pengisian kapiler
4.

5.
6.
7.

dan apakah tidak menetap dengan


inspirasi dalam posisi terlentang.
4.
Evaluasi bunyi jantung (perhatikan
friction rub), TD, nadi perifer,
pengisian kapiler, kongesti vaskular,
suhu, dan sensori/ mental
5.
Observasi EKG
6.
Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap
aktivitas
7.
Observasi warna kulit, membrane
mukosa dan dasar kuku

Kolaborasi:
a.
a. Awasi hasil laboratorium , contoh:

Elektrolit (Na, K, Ca, Mg), BUN,


creatinin
b.

Foto dada
b. Berikan obat antihipertensi sesuai
indikasi seperti prazozin, kaptopril,
klonodin, hidralazin.

3.

Perubahan pola nafas


berhubungan
dengan
hiperventilasi sekunder:
kompensasi
melalui
alkalosis respiratorik
Karakteristik :
Sesak nafas
RR meningkat
Ronchi (+)
Kadar
Hb
menurun
Tachicardi
Pada kasus:
DS: nafas terasa sesak
saat beraktivitas
DO: RR: 24x/menit

Tupan:
Tidak terjadi
pola nafas

Mandiri:
perubahan 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
Crakles
2. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas
Tupen:
dalam
Pola nafas kembali normal / 3. Atur posisi senyaman mungkin
stabil
4. Atur waktu istirahat dan Batasi untuk
Kriteria Hasil:
beraktivitas
Frekwensi nafas 5. Monitor pola nafas, kedalaman,
normal
frekwensi, irama nafas, bunyi sebelum
Tanda tanda
dan sesudah aktivitas
vital normal
6. Observasi adanya sianosis, cuping
PO2 dan PCO 2
hidung dan retraksi dinding dada
normal
Ronchi (-)
Kolaborasi:
Sianosis (-)
a. Kaji ulang AGD/nadi oksimetri dan foto
Ekspansi
paru
seri dada.
maksimal
b. Berikan analgesic sesuai indikasi

Adanya hipotensi tiba-tiba, nadi paradoksik, penempitan tekanan nadi, pemurunan/ tak
adanya nadi perifer, distensi jugular nyata, pucat, dan penyimpangan mental secara
cepat menunjukan temponade, yang merupakan kedaruratan medik.
Perubahan pada fungsi elektromekanis dapat menjadi bukti pada respon terhadap
berlanjutnya gagal ginjal/akumulasi toksin dan keseimbangan elektrolit.
Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
Pucat mungkin menujukkan vasokonstriksi atau anemia. Sianosis mungkin berhubungan
dengan kongesti paru atau gagal jantung.

Ketidakseimbangan dapat mengganggu konduk sielektrikal dan fungsi ginjal.


Berguna dalam mengidentifikasi gagal jantung atau klasifikasi jaringan lunak

Menurunkan tahanan vasukular sistemik dan atau pengeluaran rennin untuk


menurunkan kerja miokardial dam membantu mencegah GJK.//

1.

Menyatakan adanya pengumpulan secret

2.

Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2

3.
4.

Mencegah terjadinya sesak nafas


Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

5.

Takipnea, dispnea, napas pendek dan napas dangkal selama dialisa diduga tekanan
diafragmatik dari distensi rongga peritoneal atau menunjukkan terjadinya komplikasi.

6.

Menunjukan adanya gangguan pada pernafasan

a.

Perubahan pada PaO2/PaCO2 dan penampilan infiltrasi/kongesti pada foto dada


menunjukkan terjadi masalah paru.
Menghilangkan nyeri, meningkatkan pernapasan nyaman, upaya batuk maksimal.

b.

4.

5.

Kadar Hb normal

Gangguan
pemenuhan Tupan:
nutrisi : kurang dari Mempertahankan masukan
kebutuhan tubuh b.d nutrisi yang adekuat
pembatasan intake (Diit)
dan effect uremia yang
Tupen:
mengakibatkan malnutrisi
Berat badan stabil
protein calori.

Mual muntah tidak


Karakteristik :
terjadi
Mual
Muntah
BB turun 10 %
atau lebih dari
berat
badan
kering
Kadar
Hb
rendah
Tonus
otot
lemah
Protein serum :
Albumin,
globulin rendah
Jumlah asupan
makan kurang
( makanan yang
disajikan tidak
dihabiskan
)
Tidak
selera
makan
Pada kasus:
DS:DO:BB 56 kg dengan TB
152 cm
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
oksigenasi jaringan yang
tidak adekuat, keletihan

Mandiri:
Kaji terhadap adanya Mual, muntah
dan anorexia.
2. Monitor intake makanan dan
perubahan berat badan ; Monitor data
laboratorium : Serum protein, Lemak,
Kalium dan natrium
3. Berikan makanan sesuai diet yang
dianjurkan dan modifikasi sesuai
kesukaan Klien.
4. Bantu atau anjurkan pasien untuk
melakukan oral hygiene sebelum
makan.

1.

a.
b.

Kolaborasi
Berikan antiemetik dan monitor
responya.
Kolaborasi denga ahli diet untuk
pemberian diit yang tepat bagi pasien.

Tupan:
Mandiri:
Pasien dapat meningkatkan a. Pantau pasien untuk melakukan
aktivitas
yang
dapat
aktivitas
ditoleransi
b. Kaji fektor yang menyebabkan

1.

Keadaan keadaan seperti ini akan meningkat kehilangan kebutuhan nutrisi.

2.

Untuk menentukkan diet yang tepat bagi pasien.

3.

Meningkatkan kebuthan Nutrisi klien sesuai diet .

4.

Menghilangkan rasa tidak enak dalam mulut sebelum makan.

a.

Untuk mengevaluasi kemungkinan efek sampingnya.

b.

Kerjasama dengan profesi lain akan meningkatan hasil kerja yang baik. Pasien
dengan GGK butuh diit yang tepat untuk perbaikan keadaan dan fungsi ginjalnya.

a. Menentukan derajat (berlanjutnya/perbaikan) dari efek ketidakmampuan.


b. Menyediakan informasi mengenai indikasi tingkat keletihan.

Pada kasus:
Tupen:
DS:

RR dalam batas normal


Klien mengeluh cepat
(16-20 x/ menit)
c.
capek
dan
nafasnya
Tidak capek
terasa sesak saat aktivitas
d.
DO: RR: 24 x/ menit
e.

f.

keletihan; anemia, ketidakseimbangan


cairan dan elektrolit retensi produk
sampah, depresi.
Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat
Kaji kemampuan toleransi aktivitas
Rencanakan periode istirahat adekual
Berikan bantuan ADL dan ambulasi

c. Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas batas yang dapat ditoleransi dan istirahat
yang cukup.

d. Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.


e. Mencegah kelelahan berlebihan dan menyimpan energy
f. Mengubah energy memungkinkan berlanjutnya aktivitas yang dibutuhkan/normal,
memberikan keamanan pada pasien.

6.

Gangguan integritas kulit


b.d akumulasi toksin
dalam darah
Karakteristik:
Kulit kering dan
bersisik
Gatal-gatal
seluruh tubuh
Kemerahan
Ada tanda luka
bekas garukan
Pada kasus:
DS:

Klien mengeluh gatalgatal


di
seluruh
tubuhnya

Kulit tampak kering


dan banyak yang
mengelupas

Rambut
tampak
kering
dan
kemerahan
DO:-

Kolaborasi:
a. Awasi kadar elektrolit termasuk
kalsium, magnesium, dan kalium.
Tupan :
Mandiri:
Intregritas kulit baik.
1. Observasi kondisi kulit terhadap turgor
kulit, kemerahan, eksoriasi. Observasi
Tupen :
terhadap ekimosis, purpura
Integritas kulit baik.
2. Panatu masukan cairan dan hidrasi
Permukaan kulit
kulit dan membran mukosa
lembab
3. Inspeksi area tergantung terhadap
Tidak ada tanda
edema
tanda infeksi
4. Ubah posisi dengan sering; gerakan
Tidak ada tanda
pasien dengan perlahan; beri bantalan
iritasi pada kulit
pada tonjilan tulang dengan bantal,
atau pelindung sikut/tumit.
5. Pertahankan permukaan kulit tetap
bersih
6. Pertahankan kuku pendek kalau perlu
beri sarung tangan
7. batasi penggunaan sabun, berikan
salep/krim
8. Anjurkan pasien untuk memamkai baju
yang longgar berbahan katun
9. Gunakan lotion atau pelembab pada
kulit yang kering

a. Ketidakseimbangan dapat mengganggu fungsi neuromuscular yang memerlukan


peningkatan penggunaan energy untuk menyelesaikan tugas dan potensial perasaan lelah.
1.

2.
3.

Menandakan area sirkulasi buruk. Kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan


dekubitus/ infeksi. Perdarahan yang abnormal sering dihubungkan dengan penurunan
jumlah dan fungsi platelet akibat uremia
Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan
integritas jaringan pada tngkat selular
Jaringan dema lebih cenderung rusak/robek.

4.

Menurunkan tekanan pada edema, haringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan
iskemia. Peninggian meningkatkan aliran balik statis vena

5.

Mencegah timbulnya infeksi

6.

Untuk mencegah injuri akibat garukan dan infeksi

7.

Menurunkan gatal dan megurangi pengeringan daripada sabun

8.

Untuk mencegah iritasi dermal langsung dan meningktkan avaporasi lembab pada kulit.

9.

Dapat mengurangi kekeringan, robekan pada kulit

Kolaborasi
a. kolaborasi untuk pemberian terapi a.
pengobatan antipruritis

Mengurangi pruritis.

7.

Kecemasan b.d kurang


pengetahuan
Karakteristik:
Gelisah/tidak
rileks
Sakit kepala
Wajah tegang
Banyak
bertanya
Pada kasus:
DS:
Klien
merasa
benci
dengan proses HD dan
tidak ingin hidup seperti
itu terus menerus
DO:-

Tupan :
Mandiri
Pasien mengerti informasi 1. Kaji tingkat kecemasan pasien dengan
yang dijelaskan
mendengarkan dan mengobservasi
reaksi pasien
Tupen :
2. Jelaskan
prosedur/asuhan
yang
Gelisah (-)
diberikan. Ulangi penjelasan dengan
Pusing (-)
sering/sesuai kebutuhan.
Pasien
dapat 3. Akui kenormlan perasaan pada situasi
menyatakan rasa
ini
cemas berkurang 4. Berikan kesempatan untuk pasien atau
atau hilang
orang
terdekat
mengajukan
Proses tindakan
pertanyaaan
dan
menyatakan
/intervensi
masalah.
keperawatan
berjalan dengan Kolaborasi:
baik
a. Tunjukkan
indicator
posiif
Hemodialisis
pengobatan,contoh perbaikan dalam
berjalan dengan
nilai
laboratorium,
TD
stabil,
baik
berkurangnya kelelahan

1.

membantu menentukan jenis intervensi yang tepat.

2.

Rasa takut akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi dan dapat meningkatkan
penerimaan pengobatan.

3.

Mengetahui perasaan normal dapat menghilangkan takut bahea pasien kehilangan


control

4.

Membuat perasaan terbuka dan kerja sama dan memberikan informasi yang akan
mmbantu dalam identifikasi/mengatasi masalah.

a.

Meningkatkan perasaan behasil/maju

Anda mungkin juga menyukai