A.Kasus
Ny. B seorang janda 86 tahun datang ke unit hemodialisa (HD) untuk melakukan HD rutinnya yang
biasa dia lakukan 2 minggu sekali, saat datang muka klien Nampak pucat, dema anarsaka dan
mengeluh lemas. Saat dikaji oleh perawat: klien mengeluh cepat cape dan nafasnya terasa sesak saat
aktivitas dan diikuti dengan tremor, gatal gatal diseluruh tubuhnya, kadang kadang suka keluar
darah dari hidungnya, kulit tampak kering dan banyak yang mengelupas, rambut Nampak kusan dan
kemerahan. Dari pemeriksaan didapatkan hasil: BB 56 Kg, TB 152 cm, BP 160/100mmHg, HR
96x/menit, lab: Hb 8.00 gr%, ureum 312, kreatinin 3,1. Ny.B mempunyai riwayat penyakit hipertensi
15 tahun yang lalu dan tidak terkontrol dan dia telah melakuka HD sejak 2 tahun yang lalu.
Saat akan dilakukan HD Ny B mengatakan kepada dokter, perawat bahwa ini HD terakhir yang akan
dia lakukan karena merasa benci dengan proses HD dan tidak
ingin hidup seperti it uterus menerus. Dia juga mengatakan bahwa dia mengerti bahwa hidupnya
tergantung pada dialysis
terapi: direncanakan transfuse WB 2 labu, diet rendah garam, rendah protein, dan rendah kolesterol.
B,Pengkajian
1. Keadaan Umum : keadaan klien saat pertama kali bertemu meliputi status gizi, kebersihan,
tingkat kesadaran dan mobilisasi.
Pada kasus, klien tampak pucat dan edema anasarka.
2. Anamnesa :
Nama : Ny. B
Usia : 86 Tahun
3. Riwayat Penyakit Saat ini :
Keluhan Utama : Klien mengeluh lemas dan nafas terasa sesak.
Provokatif (P) : Hal-hal yang memperberat keluhan. Pada kasus Klien mengeluh cepat capek dan
nafas terasa sesak saat melakukan aktifitas yang diikuti dengan tremor.
Quality (Q) : Tanyakan pada klien bagaimana gejala yang dirasakan? lebih parah atau lebih
ringan? apakah sampai mengganggu aktifitas? (tidak teridentifikasi).
Region (R) : Tanyakan dimana gejala dirasakan? (tidak teridentifikasi).
Scale (S) : Tanyakan seberapa keparahan yang dirasakan oleh klien? skala 1-10. (tidak
teridentifikasi).
Time (T) : Tanyakan pada klien sejak kapan gejala dirasakan? berapa lama? (tidak teridentifikasi)
pada kasus gejala bertambah berat saat melakukan aktifitas.
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya : Biasanya terdapat penyakit faringitis, hipertensi, DM, TBC, SLE,
dsb. Pada kasus, Ny. B mempunyai riwayat hipertensi 15 tahun yang lalu yan tidak terkontrol dan
telah melakukan HD sejak 2 tahun yang lalu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tanyakan apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit yang
sama.
6. Riwayat Obat : Tanyakan apakah kalien mengkonsumsi obat nefrotoksik.
7. Gaya Hidup : Kaji mengenai kebiasaan minum per hari, diet (konsumsi protein atau purin yang
berlebihan).
8. Psiko-sosial : Faktor stress yang dihadapi oleh klien, misalnya masalah finansial, hubungan dengan
orang lain, Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, persepsi terhadap penyakit, pengetahuan klien
mengenai penyakit, pemahaman mengenai pencegahan, perawatan dan terapi. Yang ditandai,
Menolak, ansietas, takut, marah, perubahan kepribadian, mudah tersinggung.
9. Pengkajian Fisik :
Data (TTV)
Normal
Hasil
Interpretasi
Kelebihan BB (edema)
Kg
Tekanan Darah
S: 100-120, D: 80-100
160/100 mmHg
Hipertensi
HR
60-80 x/menit
96 x/menit
Takikardi
RR
16-20 x/menit
24 x/menit
Edema periorbital
Anemia
Perikardittis
CHF
Perdarahan Abnormal
Pada Kasus : HR 96x/mnt, TD 160/100 mmHg dan 15 tahun yang lalu ada riwayat hipertensi,
dan juga kadang-kadang keluar darah dari hidungnya.
b. Sistem Pernafasan
Nafas dangkal
Kusmaull
Sputum kental dan liat
Edema paru
Pada Kasus : Klien mengeluh nafas sesak saat melakukan aktifitas dan RR24x/mnt.
c. Sistem Gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah
Perdarahan saluran GI
Ulserasi dan pardarahan mulut
Nafas berbau ammonia
Konstipasi
Peningkatan BB
Pada kasus : (tidak teridentifikasi)
d. Sistem Urinary
Perubahan frekwensi urine
Hematuria
Perubahan urine
Proteinuria
Oliguri
Pada Kasus :
e. Sistem Musculoskeletal
Kram otot
Nyeri sendi
Kejang
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
Pada Kasus : klien mengeluh tremor saat melakukan aktifitas.
f.
Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat
Pruritis
Kulit kering bersisik
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis, kusam dan kasar
Pada Kasus : Klien tampak pucat, mengeluh gatal-gatal di seluruh tubuh, kulit tampak kering,
dan bayak yang mengelupas, dan rambut tampak kusam dan kemerahan.
g. Sistem Reproduksi
Amenore
Penurunan Libido
Infertilitas
Atrofi testis
Gangguan ereksi
Pada Kasus : (tidak teridentifikasi)
h. Sistem Neurosensori
Sakit kepala
Lemah
Mengantuk
Insomnia
Neuropati periferal.
Pada kasus : Klien mengeluh lemas dan mudah capek.
Pemeliksaan laboratorium
a.Pemeriksaan darah
Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit penting untuk mengetahui
penurunan
klien : 8gr/dl
Ht normal : 35-45gr/dl
b.
Urinalisis
Pemeriksaan meliputi
c.
Data urine
Normal
Kasus
Interpretasi
BJ urine
1.001-1.025
pH
5-6.5
Volume urine
350-800ml/24jam
Uji bersihan kreatinin dilakukan untuk meentukan stadium gagal ginjal dari perkiraan GFR. Caranya
dengan mengumpulkan specimen urine 24 jam dan satu specimen darah yang diambil dalam waktu
24 jam yang sama.bersihan kreatini dihitung dengan menggunakan rumus :
Ccr = bersihan kreatinin
Ucr = kadar kreatinin urine
Ccr = Ucr x V
PCR
Tes konservasi natrium untuk menentukan berapa banyak natrium yang diperlukan untuk
Silinder granular menyatakan adanya sel-sel yang sudah mati untuk menyatakan gagal
ULTRASONOGRAFI (USG)
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
pelviskalises, ureter, kandung kemih dan prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya
factor reversible seperti obstruksi oleh karena batu atau massa tumor, kuga untuk menilai apakah
proses sudah lanjut. USG sering dipakai karena non-invasif dan tidak memerlukan persiapan apapun
b.
MRI
MRI (magnetic resonance imaging) adalah pemeriksaan yang menggunakan medan magnetic dengan
bantuan gelombang frekuensi radio yntuk mendapatkan gambaran tubuh. Dipertimbangkan untuk
kasus- kasus tertentu, misal pemeriksaan pada anak-anak atau ibu hamil atau pasien dengan alergi
kontras media dan tidak ada resiko radiasi. MRI sensitive untuk mendeteksi edema, bekuan darah,
nekrosis tubulus ginjal dan mengidentifikasi struktur internal suatu organ.
Prosedur : tidak perlu pembatasan makanan dan cairan. Pasien harus berbaring tenang diatas meja
sempit dengan skaner tipe silinder mengitari tubuh yang akan di skan. Lepaskan semua perhiasan
dan alat-alat dari logam yang ada di tubuh klien. Tidak di anjurkan untuk klien yang menggunakan
alat pacu jantung.
c.
CT UROGRAFI
Pemeriksaan CT Urografi adalah pemeriksaan CT scan pada saluran kencing (traktus urinarius)
sebelum dan sesudah pemberian media kontras intravena untuk mendeteksi berbagai kelainan yang
ada di daerah saluran kencing (traktus urinarius). Pemeriksaan CT Urografi ini dapat menilai fungsi
ginjal, ureter, dan vesika urinaria untuk evaluasi kasus kolik ginjal/ ureter, hematuria, deteksi adanya
batu ataupun tumor pada traktus urinarius. Selain itu juga berguna pada kasus kasus Low Back Pain
(LBP), infeksi saluran kencing berulang, trauma dan evaluasi kelainan-kelainan congenital serta
persiapan transplantasi ginjal (calon donor ginjal).
Persiapan Pasien :
- pasien disarankan puasa tidak makan padat 4 jam sebelum pemeriksaan CT dilakukan.
- setengah jam atau 1 jam sebelum pemeriksaan, pasien minum air putih sebanyak 500 600
cc, untuk menjaga keadaan hidrasi yang baik .
- 3 menit sebelum penyuntikan kontras media, diberikan suntikan 10 mg furosemide (Lasix)
intra vena, untuk mendapatkan opasitas maksimal pada pelvicokalises dan ureter.
b. PEMERIKSAAN EKG
untuk menihat kemungkinan hipertrofi ventikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit misalnya hiperkalemia dan hipokalsemia
e.
Untuk melihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air( fluid overload) akibat oedema,
efusi pleura, kardiomegali dan efusi pericardial.
Hipertensi lama
Patofisiologi
Angiotensin
Vasokonstriksi vaskuler
Stimulasi kel. Adrenal
Nefrosklerosis
Reabsorpsi
Na
Penumpukan cairan IV
Nefron rusak
edema
Angiotensin II
Beban kerja ginjal
Fungsi ginjal
*
Vasokonstriksi
perifer
Resistensi perifer
TD
afterload
beban kerja jantung
SV
CO
HR
Merangsang hipofise
posterior
Sekresi ADH
Angiotensin I
Hipertrofi nefron
Na dalam darah
angoitensinogen
hiperfiltrasi
Retensi Na
* Fungsi ginjal
Vit.D tidak dapat diubah
menjadi 1,25
dihidroksikolekalsiferol
usia
Produksi eritrosit (hemopoesis)
Vit.D aktif
<< Ca 2+
Oliguri
Hb <<
anemia
Pengikatan O2
Merangsang s.parasimpatis
GFR
Eritrosit <<
fungsi tubulus
Filtrasi
glomerulus
Kreatinin tertahan
Cairan pada
tubulus lebih
lambat
Kreatinin serum
Reabsorpsi >>
HCO3
gg.transport imbangan
+
+
+
(Na , K , H )
PCO2
gg.reabsorpsi
Dyspnea saat aktivitas
Cepat lelah
Ureum diabsorpsi
pucat
Ureum >>
fatique
uremia **
Merangsang sekresi
hormone paratiroid
Paratiroid aktif
tubulus tidak
mampu
+
mereabsorpsi Na
risiko hiponatremia
gg.sekresi
Intoleransi aktivitas
Demineralisasi tulang
tubulus tidak mampu
+
mensekresi H
osteodistrofi
+
H kembali ke vaskuler
+
H di vaskuler
CO2 >>
pH
asidosis metabolik
pernafasan kussmaul
letargi
hiperkalemia
kelemahan otot
ekstabilitas otot
tremor
K serum
gg. keseimbangan
asam basa
**uremia
Mengiritasi lambung
Terbentuk ulkus pada lambung
Ris.perdarahan
Mual, muntah
anorexia
Risiko Gg.Nutrisi
Trombositopenia
(gg. agregasi platelet factor III)
gg.adhesi
Tidak dapat membentuk bekuan
Perdarahan hidung
2.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit :
kelebihan volume cairan
b.d gangguan filtrasi
ginjal/penurunan fungsi
ginjal
Karakteristik :
Edema
palpebra
/
tungkai
Edema
anasarka
Penambahan
BB > 5 % DW
Peningkatan
tekanan darah
Peningkatan
tekanan vena
jugularis
Output
urine
yang berkurang
Pada kasus:
DS: DO: terdapat edema
anasarka
Penurunan curah jantung
berhubungan
dengan
beban
jantung
yang
meningkat
Pada kasus:
DS:DO:
TD:160/100 mmHg
HR:96 x/ menit
Hb: 8,00 gr %
TUJUAN
INTERVENSI
Tupan :
Filtrasi ginjal/fungsi ginjal
baik
Mandiri:
1. Atur posisi
(semi fowler) dan 1.
istirahatkan klien
2. Observasi tanda-tanda vital dan 2.
peningkatan vena jugularis.
Tupen :
Tidak terjadi kelebihan
volume cairan:
Kriteria Hasil:
Edema (-)
Sesak (-)
TTV dalam batas
normal
Ronchi (-)
Balance
cairan
seimbang
Distensi
vena
jugularis (-)
3.
3.
4.
4.
5.
Tupen:
frekuensi
jantung
dalam batas normal()
5.
6.
Mengatur istirahat klien dengan posisi semi fowler dapat menurunkan kerja jantung
Takikardi dan hipertensi terjadi karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine dan
perubahan pada sistem renin angiotensin. Catatan: pengawasan invasif diperlukan untuk
mengkaji volume intravaskuler, khususnya pada klien.
Diperlukan untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan, dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
Kelebihan cairan dapat menimbulkan resiko gagal jantung kronis dibuktikan oleh adanya
bunyi jantung ekstra.
Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
7.
Edema terjadi pada jaringan yang tergantung pada tubuh, contonhya tangan, kaki, dan
area lumbosakral.
Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
8.
a.
Diberikan dini pada fase oliguri dengan tujuan untuk upaya mengubah fase nonliguri,
untuk melebarkan lumen dari debris, menurunkan hiperkalemi, dan meningkatkan
volume urine.
Diberikan untuk mengatasi hipertensi dengan efek berbalikan dari penurunan aliran darah
ke ginjal dan kelebihan volume sirkulasi
Tupan:
Mempertahankan
curah
jantung
dalam
batas
normal/ penurunan curah
jantung tidak terjadi
RASIONAL
S3/S4 dengan tonus muffled, takikardia, frekuensi jantung tidak teratur takipnea,
dispnea, gemerisik, mengi, dan edema/distensi jugular menunjukan GGK
5.
6.
7.
Kolaborasi:
a.
a. Awasi hasil laboratorium , contoh:
Foto dada
b. Berikan obat antihipertensi sesuai
indikasi seperti prazozin, kaptopril,
klonodin, hidralazin.
3.
Tupan:
Tidak terjadi
pola nafas
Mandiri:
perubahan 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
Crakles
2. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas
Tupen:
dalam
Pola nafas kembali normal / 3. Atur posisi senyaman mungkin
stabil
4. Atur waktu istirahat dan Batasi untuk
Kriteria Hasil:
beraktivitas
Frekwensi nafas 5. Monitor pola nafas, kedalaman,
normal
frekwensi, irama nafas, bunyi sebelum
Tanda tanda
dan sesudah aktivitas
vital normal
6. Observasi adanya sianosis, cuping
PO2 dan PCO 2
hidung dan retraksi dinding dada
normal
Ronchi (-)
Kolaborasi:
Sianosis (-)
a. Kaji ulang AGD/nadi oksimetri dan foto
Ekspansi
paru
seri dada.
maksimal
b. Berikan analgesic sesuai indikasi
Adanya hipotensi tiba-tiba, nadi paradoksik, penempitan tekanan nadi, pemurunan/ tak
adanya nadi perifer, distensi jugular nyata, pucat, dan penyimpangan mental secara
cepat menunjukan temponade, yang merupakan kedaruratan medik.
Perubahan pada fungsi elektromekanis dapat menjadi bukti pada respon terhadap
berlanjutnya gagal ginjal/akumulasi toksin dan keseimbangan elektrolit.
Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia
Pucat mungkin menujukkan vasokonstriksi atau anemia. Sianosis mungkin berhubungan
dengan kongesti paru atau gagal jantung.
1.
2.
3.
4.
5.
Takipnea, dispnea, napas pendek dan napas dangkal selama dialisa diduga tekanan
diafragmatik dari distensi rongga peritoneal atau menunjukkan terjadinya komplikasi.
6.
a.
b.
4.
5.
Kadar Hb normal
Gangguan
pemenuhan Tupan:
nutrisi : kurang dari Mempertahankan masukan
kebutuhan tubuh b.d nutrisi yang adekuat
pembatasan intake (Diit)
dan effect uremia yang
Tupen:
mengakibatkan malnutrisi
Berat badan stabil
protein calori.
Mandiri:
Kaji terhadap adanya Mual, muntah
dan anorexia.
2. Monitor intake makanan dan
perubahan berat badan ; Monitor data
laboratorium : Serum protein, Lemak,
Kalium dan natrium
3. Berikan makanan sesuai diet yang
dianjurkan dan modifikasi sesuai
kesukaan Klien.
4. Bantu atau anjurkan pasien untuk
melakukan oral hygiene sebelum
makan.
1.
a.
b.
Kolaborasi
Berikan antiemetik dan monitor
responya.
Kolaborasi denga ahli diet untuk
pemberian diit yang tepat bagi pasien.
Tupan:
Mandiri:
Pasien dapat meningkatkan a. Pantau pasien untuk melakukan
aktivitas
yang
dapat
aktivitas
ditoleransi
b. Kaji fektor yang menyebabkan
1.
2.
3.
4.
a.
b.
Kerjasama dengan profesi lain akan meningkatan hasil kerja yang baik. Pasien
dengan GGK butuh diit yang tepat untuk perbaikan keadaan dan fungsi ginjalnya.
Pada kasus:
Tupen:
DS:
f.
c. Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas batas yang dapat ditoleransi dan istirahat
yang cukup.
6.
Rambut
tampak
kering
dan
kemerahan
DO:-
Kolaborasi:
a. Awasi kadar elektrolit termasuk
kalsium, magnesium, dan kalium.
Tupan :
Mandiri:
Intregritas kulit baik.
1. Observasi kondisi kulit terhadap turgor
kulit, kemerahan, eksoriasi. Observasi
Tupen :
terhadap ekimosis, purpura
Integritas kulit baik.
2. Panatu masukan cairan dan hidrasi
Permukaan kulit
kulit dan membran mukosa
lembab
3. Inspeksi area tergantung terhadap
Tidak ada tanda
edema
tanda infeksi
4. Ubah posisi dengan sering; gerakan
Tidak ada tanda
pasien dengan perlahan; beri bantalan
iritasi pada kulit
pada tonjilan tulang dengan bantal,
atau pelindung sikut/tumit.
5. Pertahankan permukaan kulit tetap
bersih
6. Pertahankan kuku pendek kalau perlu
beri sarung tangan
7. batasi penggunaan sabun, berikan
salep/krim
8. Anjurkan pasien untuk memamkai baju
yang longgar berbahan katun
9. Gunakan lotion atau pelembab pada
kulit yang kering
2.
3.
4.
Menurunkan tekanan pada edema, haringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan
iskemia. Peninggian meningkatkan aliran balik statis vena
5.
6.
7.
8.
Untuk mencegah iritasi dermal langsung dan meningktkan avaporasi lembab pada kulit.
9.
Kolaborasi
a. kolaborasi untuk pemberian terapi a.
pengobatan antipruritis
Mengurangi pruritis.
7.
Tupan :
Mandiri
Pasien mengerti informasi 1. Kaji tingkat kecemasan pasien dengan
yang dijelaskan
mendengarkan dan mengobservasi
reaksi pasien
Tupen :
2. Jelaskan
prosedur/asuhan
yang
Gelisah (-)
diberikan. Ulangi penjelasan dengan
Pusing (-)
sering/sesuai kebutuhan.
Pasien
dapat 3. Akui kenormlan perasaan pada situasi
menyatakan rasa
ini
cemas berkurang 4. Berikan kesempatan untuk pasien atau
atau hilang
orang
terdekat
mengajukan
Proses tindakan
pertanyaaan
dan
menyatakan
/intervensi
masalah.
keperawatan
berjalan dengan Kolaborasi:
baik
a. Tunjukkan
indicator
posiif
Hemodialisis
pengobatan,contoh perbaikan dalam
berjalan dengan
nilai
laboratorium,
TD
stabil,
baik
berkurangnya kelelahan
1.
2.
Rasa takut akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi dan dapat meningkatkan
penerimaan pengobatan.
3.
4.
Membuat perasaan terbuka dan kerja sama dan memberikan informasi yang akan
mmbantu dalam identifikasi/mengatasi masalah.
a.