Anda di halaman 1dari 24

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen: Variabel Dependen:

Tingkat pengetahuan ibu Tindakan ibu terhadap


mengenai diare pada balita kejadian diare pada balita

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, dan Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur

1. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Angket 1. Baik Ordinal


ibu tentang yang diketahui 2. Sedang
diare pada ibu mengenai 3. Kurang
balita diare pada
balita meliputi:
pengertian,
penyebab,
gejala klinis,
pengobatan,
komplikasi,
dan
pencegahan

2. Tindakan Segala sesuatu Kuesioner Angket 1. Baik Ordinal


ibu terhadap yang telah 2. Sedang
kejadian dilakukan ibu 3. Kurang
diare pada sehubungan
balita dengan
kejadian diare

pada balita

3.3. Hipotesis alternatif (Ha)


Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap
kejadian diare pada balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain penelitian
cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari
adanya suatu dinamika korelasi (hubungan) antara faktor resiko dan efek. Dilakukan
dengan menggunakan pendekatan observasi dan pengumpulan data sekaligus pada
satu saat. Tiap subyek penelitian hanya satu kali saja dilakukan observasi (Imron,
2010).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari. Alasan
pemilihan tempat penelitian adalah karena diare merupakan penyakit urutan keempat
dalam sepuluh penyakit terbesar yang menyebabkan masyarakat mendatangi
puskesmas pembantu Tanjung Sari pada tahun 2010, dan juga belum pernah
dilakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan tindakan ibu disana
sebelumnya. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Oktober-November tahun
2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita yang
tinggal di Kelurahan Tanjung Sari.
4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling, yaitu metode
penarikan sampel dimana masing-masing subyek atau unit populasi memiliki peluang
yang sama untuk terpilih menjadi sampel (Wahyuni, 2011).

Universitas Sumatera Utara


Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita dan
tinggal di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Sedangkan kriteria
eksklusinya adalah jika tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian ini.
4.3.3. Besar sampel
Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Uji Hipotesis Satu
Populasi, sebagai berikut:

Keterangan:
n = besar sampel minimum
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (1.96)
Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (0.84)
P0 = proporsi di populasi (0.5)
Pa = perkiraan proporsi di populasi (0.65)
Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi (0,15)

Maka besar sampel pada penelitian ini adalah :

(dibulatkan)

4.4. Instrumen Penelitian


4.4.1. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran tingkat pengetahuan ibu mengenai diare pada balita berdasarkan jawaban
dari pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrument yang digunakan berupa

Universitas Sumatera Utara


kuesioner. Setiap jawaban benar dari responden akan diberi nilai 1, dan jika jawaban
responden salah akan diberikan nilai 0.
Selanjutnya tingkat pengetahuan responden diukur dengan menggunakan skala
pengukuran sebagai berikut:
1. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner
pengetahuan.
2. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner
pengetahuan.
3. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner
pengetahuan.
4.4.2 Pengukuran tindakan
Pengukuran tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita berdasarkan jawaban
dari pernyataan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa
kuesioner. Setiap jawaban benar dari responden akan diberi nilai 1, dan jika jawaban
responden salah akan diberikan nilai 0.
Selanjutnya tindakan responden diukur dengan menggunakan skala pengukuran
sebagai berikut:
1. Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai kuesioner tindakan.
2. Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai kuesioner
tindakan.
3. Kurang, bila jawaban responden benar < 40% dari total nilai kuesioner tindakan
4.5 Teknik Pengumpulan Data
4.5.1. Data Primer
Data primer adalah data dari jawaban kuesioner yang diisi oleh sampel penelitian dan
pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.

Universitas Sumatera Utara


4.5.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari Kantor Kelurahan Tanjung Sari dan
Kantor Puskesmas Pembantu Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang yang
berhubungan dengan data ibu yang memiliki balita di daerah penelitian.

4.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas


Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur
apa yang diukur. Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-
tiap item pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi
yang biasa dipakai adalah teknik korelasi product moment. Pertanyaan disebut valid
apabila nilai dari r hitung lebih besar daripada r tabel.
Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Pertanyaan yang telah diuji
validitasnya, akan dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pada uji reabilitas pertanyaan
disebut reliabel jika nilai r>0.60.
Pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan kuesioner yang
dipakai akan menggunakan aplikasi SPSS 17.0.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data


Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama editing yaitu
mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan
bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap kedua coding yaitu memberi
kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan
tabulasi dan analisa. Tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke
dalam program computer dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Tahap
keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry
untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Tahap kelima saving yaitu menyimpan
data yang sudah di cek untuk kemudian dianalisa.

Universitas Sumatera Utara


Data selanjutnya dianalisa secara bertahap yaitu:
1) Analisa Univariat
Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi tiap
variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan persentasinya.
2) Analisa Bivariat (Uji Hipotesis)
Uji Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi square, yaitu
membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan (Wahyuni,
2011). Berikut adalah tabel chi square pada penelitian ini:

Tabel 4.1. Chi square Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Tindakan Ibu terhadap Kejadian Diare pada
Balita

Pengetahuan Tindakan Total


Baik Sedang Kurang

Baik a b c a+b+c
Sedang d e f d+e+f
Kurang g h i g+h+i
Total a+d+g b+e+h c+f+i a+b+c+d+
e+f+g+h+i

Rumus yang digunakan adalah:


=
Keterangan:
O = frekuensi observasi
E = frekuensi harapan
Ʃ = sigma
X2 = chi square
Dengan Df = (b-1)(k-1)

Universitas Sumatera Utara


Keterangan :
b = baris
k = kolom
Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel pada derajat
kemaknaan 95% (α=0.05). Apabila p value <0.05 maka Ho ditolak dan apabila p
value>0.05 maka Ho gagal ditolak.

Analisa univariat dan bivariat akan menggunakan aplikasi SPSS 17.0.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang


selama bulan Oktober hingga November tahun 2011. Responden pada penelitian ini
adalah ibu yang memiliki anak balita dan bertempat tinggal di kelurahan Tanjung
Sari. Penelitian ini diikuti oleh 100 orang ibu yang telah bersedia mengikuti
penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan dan pernyataan yang
tertuang di kuesioner. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jenis
penelitian analitik. Proses pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden di tempat, tanpa dibawa
pulang ke rumah. Kemudian kuesioner dikumpulkan dan selanjutnya dianalisa,
sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Ditinjau dari letak geografisnya, Kelurahan Tanjung Sari termasuk di dalam
2
Kecamatan Medan Selayang Kota Medan dengan luas wilayah ±520 km dan
memiliki 14 lingkungan. Secara geografis kelurahan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah
sebagai berikut:
a. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Asam Kumbang Tanjung Selamat.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Medan Selayang I dan Medan
Selayang II.
c. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Rejo.
d. Sebelah selatan berbatasan dengan Simpang Selayang dan Sempakata.
Sebagian besar tanah di Kelurahan Tanjung Sari digunakan untuk lahan pemukiman,
yaitu sekitar 50% dari seluruh luas lahannya. Selain itu lahannya dipergunakan
sebagai area perkantoran, area perumahan, sekolah, dan area perladangan/pertanian.

Universitas Sumatera Utara


Jumlah penduduk Kelurahan Tanjung Sari pada tahun 2009 adalah 10.864 jiwa,
dimana sebagian besar adalah warga berusia 13-18 tahun dan usia 19 tahun keatas.
Ditinjau dari tingkat pendidikannya, warga Kelurahan Tanjung Sari termasuk
berpendidikan sedang, dimana rata-rata warganya berpendidikan SMP, SMA, dan
sarjana. Sebagian besar penduduk Kelurahan Tanjung Sari bekerja sebagai karyawan
atau pegawai negeri sipil, dan hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai petani.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden


Karakteristik dapat dibagi menurut usia, pendidikan, dan pekerjaan ibu. Data
lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang
ada di bawah ini.
Tabel 5.1. Distribusi Responden berdasarkan Umur
Umur Responden (tahun) Frekuensi (orang) %
<21 4 4
21-25 11 11
26-30 37 37
31-35 28 28
>35 20 20
Total 100 100

Dari tabel 5.1. tentang distribusi responden berdasarkan umur diketahui bahwa
responden dengan kelompok usia <21 tahun adalah sebanyak 4 orang (4%), kelompok
usia 21-25 tahun adalah sebanyak 11 orang (11%), kelompok usia 26-30 tahun
sebanyak 37 orang (37%), kelompok usia 31-35 tahun sebanyak 28 orang (28%), dan
kelompok usia >35 tahun adalah sebanyak 20 orang (20%). Dari data ini didapati
mayoritas kelompok usia pada penelitian ini adalah kelompok usia 26-30 tahun dan
minoritas adalah kelompok usia <21 tahun.

Tabel 5.2. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Universitas Sumatera Utara


Tingkat Pendidikan Frekuensi (orang) %
SD 4 4
SMP/sederajat 30 30
SMA/sederajat 48 48
PT 18 18
Total 100 100

Dari tabel 5.2. tentang distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan diketahui
bahwa responden dengan pendidikan SD adalah sebanyak 4 orang (4%), pendidikan
SMP/sederajat adalah sebanyak 30 orang (30%), pendidikan SMA/sederajat adalah
sebanyak 48 orang (48%), dan pendidikan Perguruan Tinggi (PT) adalah sebanyak 18
orang (18%). Dari data ini didapati mayoritas tingkat pendidikan responden pada
penelitian ini SMA/sederajat dan minoritas adalah tingkat pendidikan SD.

Tabel 5.3. Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan n (orang) %
IRT 86 86
Swasta 5 5
Wirausaha 3 3
PNS 2 2
Lain-lain 4 4
Total 100 100

Dari tabel 5.3. tentang distribusi responden berdasarkan pekerjaan diketahui sebanyak
86 orang (86%) responden adalah ibu rumah tangga. Responden yang bekerja sebagai
wiraswasta sebanyak 5 orang (5%). Responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sebanyak 2 orang (2%), dan pekerjaan lainnya sebanyak 4 orang (4%).

5.1.3. Pengetahuan Responden


Pada penelitian ini, pengetahuan ibu dinilai berdasarkan 10 pertanyaan yang
mencakup pengetahuan mengenai diare pada balita. Sebelumnya telah dilakukan uji

Universitas Sumatera Utara


validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner pengetahuan dimana dari 14 pertanyaan,
didapati 10 pertanyaan yang valid dan reliabel. Data lengkap distribusi frekuensi
jawaban angket responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada table 5.4. di
bawah ini.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden Tiap
Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Diare pada Balita

Benar Salah
No Pertanyaan Pengetahuan (skor 1) (skor 0)

n % n %
1. Definisi diare 60 60 40 40
2. Etiologi diare 43 43 57 57
3. Faktor resiko penularan diare 57 57 43 43
4. Gejala klinis pada anak diare 90 90 10 10
5. Penanganan awal diare 27 27 73 73
6. Cara pemberian makanan pada anak diare 71 71 29 29
7. Cairan atau makanan yang paling baik 85 85 15 15
diberikan pada anak diare
8. Pemberian cairan pada anak yang muntah 71 71 29 29
9. Pemberian obat penghenti diare pada anak 33 33 67 67
10. Komplikasi diare pada anak 74 74 26 26

Berdasarkan tabel 5.4. pertanyaan yang paling banyak dijawab responden dengan
jawaban benar adalah pertanyaan nomor 4 dan 6, yaitu apakah gejala klinis
anak/balita yang menderita diare sebanyak 90 responden (90%) dan apakah
makanan/cairan yang paling baik diberikan pada anak yang sedang diare sebanyak 85
responden (85%). Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh
reponden adalah pertanyaan nomor 5 yaitu: apakah tindakan awal yang dilakukan
pada balita yang diare, dimana pertanyaan tersebut dijawab salah oleh 73 responden
(73%).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil diatas maka tingkat pengetahuan ibu di Kelurahan Tanjung Sari
dapat dikategorikan pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden


Mengenai Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari

Pengetahuan n (orang) Persen (%)


Baik 34 34
Sedang 48 48
Kurang 18 18
Total 100 100

Berdasarkan tabel 5.5. dapat diketahui bahwa pengetahuan responden mengenai diare
pada balita sebagian besar memiliki pengetahuan sedang dengan jumlah responden 48
orang (48%), lalu diikuti pengetahuan baik sebanyak 34 orang (34%), dan yang
terkecil adalah responden dengan pengetahuan kurang yaitu 18 orang (18%).

5.1.4. Tindakan Responden


Pada penelitian ini, tindakan ibu dinilai berdasarkan 10 pernyataan yang mencakup
tindakan mengenai diare pada balita. Sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas terhadap kuesioner pengetahuan dimana dari 12 pernyataan, didapati 10
pernyataan yang valid dan reliabel. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket
responden pada variabel tindakan dapat dilihat pada table 5.6. di bawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Responden Tiap Pernyataan
Tindakan Mengenai Diare pada Balita

Benar Salah
No Pernyataan Tindakan (skor 1) (skor 0)

n % n %

Universitas Sumatera Utara


1. Pemberian oralit pada balita diare 77 77 23 23
2. Pemberian cairan tambahan lainnya 83 83 17 17
3. Tidak memberikan obat-obatan penghenti 44 44 56 56
diare
4. Tidak mengurangi porsi makanan pada 61 61 39 39
balita yang sedang diare
5. Pemberian air putih yang lebih banyak 76 76 24 24
6. Tidak memberikan antibiotika pada balita 66 66 34 34
tanpa resep dokter
7. Mengunjungi pusat kesehatan jika anak 79 79 21 21
terlihat dehidrasi
8. Tindakan ibu mencuci botol susu/dot 80 80 20 20
sebelum digunakan
9. Tindakan ibu mencuci tangan sebelum 81 81 19 19
menyuapi balita
10. Pemberian makanan kaya kalsium untuk 80 80 20 20
mempercepat penyembuhan

Berdasarkan tabel 5.6. pernyataan tindakan yang paling banyak dijawab responden
dengan jawaban benar adalah pernyataan nomor 2 dan 9, yaitu tindakan memberi
cairan tambahan lain seperti larutan gula-garam pada balita yang diare sebanyak 83
responden (83%) dan tindakan ibu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
sebelum menyuapi anak sebanyak 81 responden (81%). Sedangkan pernyataan yang
paling banyak dijawab salah oleh reponden adalah pertanyaan nomor 3 yaitu tindakan
memberikan obat penghenti diare pada balita, dimana pertanyaan tersebut dijawab
salah oleh 56 responden (56%).

Universitas Sumatera Utara


Penilaian tindakan dibagi atas 3 kategori, yaitu baik, kurang, dan sedang. Berdasarkan
hasil diatas maka sikap responden ibu di kelurahan Tanjung Sari dapat dikategorikan
dalam tabel 5.7. dibawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Tindakan Responden Mengenai
Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari

Tindakan n (orang) Persen (%)


Baik 58 58
Sedang 30 30
Kurang 12 12
Total 100 100

Dari tabel 5.7. diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan tindakan yang
dikategorikan baik yaitu sebanyak 58 responden (58%), diikuti responden dengan
kategori tindakan sedang, yaitu sebanyak 30%.

5.1.5. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan


Data hubungan pengetahuan dengan tindakan ibu terhadap diare pada balita di
Kelurahan Tanjung Sari dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.8. Data Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Ibu terhadap Diare pada Balita di Kelurahan
Tanjung Sari tahun 2011

Tindakan Total
Pengetahuan Baik Sedang &
Kurang
n % n % n %
Baik 23 67.6 11 32.4 34 100
Sedang 32 66.7 16 33.3 48 100
Kurang 3 16.7 15 83.3 18 100
Total 58 58 42 42 100 100
2 df= 2 p value= 0.0001
X = 15,4

Pada awal penelitian, variabel pengetahuan dan tindakan masing-masing


dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu kategori baik, sedang, dan kurang. Setelah
dilakukan input data, didapati tabel chi square 3x3 tidak memenuhi syarat, dimana
terdapat lebih dari 20% cell (2 cell) yang memiliki nilai ekspektasi <5. Sehingga
dilakukan penggabungan kategori pada variabel tindakan menjadi 2 kategori, yaitu
kategori baik dan kategori sedang & kurang. Setelah dilakukan penggabungan
kategori, tidak didapati lagi cell yang tidak memenuhi syarat chi square. Oleh sebab
itu, untuk keperluan analisis data seterusnya, variabel tindakan yang digunakan pada
penelitian ini diubah menjadi 2 kategori, yaitu kategori baik, dan kategori sedang &
kurang.
Berdasarkan tabel 5.8. terlihat bahwa responden dengan kategori pengetahuan baik
sebagian besar diantaranya yaitu 23 orang memiliki tindakan kategori baik, dan 11
orang memiliki tindakan kategori sedang & kurang. Sementara kategori pengetahuan
sedang, sebagian besar yaitu 32 orang diantaranya memiliki tindakan yang baik, dan
16 orang memiliki tindakan kategori sedang & kurang. Untuk kategori pengetahuan
kurang, sebagian besar memiliki tindakan kategori sedang & kurang yaitu 15 orang,
dan 3 orang memiliki tindakan kategori baik.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan perhitungan sebelumnya, hasil analisis lebih lanjut ditemukan p value
<0.05. Dengan membandingkan antara p value dengan 0.05 maka diketahui bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tindakan ibu terhadap
Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari tahun 2011.

5.2. Pembahasan
5.2.1. Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian seperti yang ditunjukkan pada table 5.1. diketahui bahwa
responden yang mengikuti penelitian ini mayoritas berusia 26-30 tahun, yaitu
sebanyak 37%. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Assiddiqi
(2009) mengenai tingkat pengetahuan ibu terhadap penanganan awal diare di
kelurahan Padang Bulan, dimana mayoritas respondennya adalah kelompok usia 21-
25 (47.9%). Dari tabel 5.2. terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (86%). Hal ini sejalan dengan penelitian
Assiddiqi (2009) dimana mayoritas respondennya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Namun hal ini berbeda dengan penelitian Pujiastuti (2003) di Kabupaten
Karanganyar, dimana 62.7% responden bekerja sebagai buruh tani. Menurut asumsi
peneliti, hal ini terjadi karena perbedaan letak geografis dan perbedaan budaya di
masing-masing daerah.
Untuk karakteristik pendidikan responden, pada penelitian ini didapati mayoritas ibu
berpendidikan SMA/sederajat. Hal ini berbeda dari penelitian Nurrokhim (2007) di
kabupaten Sukoharjo dimana sebanyak 63.7% respondennya berpendidikan
SMP/sederajat.
Adapun pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan
seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon
terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan
berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka dapatkan (Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara


5.2.2. Pengetahuan
Dari hasil pengetahuan diperoleh sebanyak 60 responden (60%) telah memiliki
pengetahuan yang baik bahwa batasan pengertian diare adalah pengeluaran tinja
dengan konsistensi yang lebih cair dari biasanya dan terjadi lebih dari 3 kali dalam 24
jam (Juffrie, 2010). Dari 100 responden, didapati hanya 43 responden (43%) yang
mengetahui etiologi diare secara tepat, dimana diare dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus, parasit, dan penyebab non infeksi seperti alergi, makanan yang
mengiritasi usus, dan imunodefisiensi (Simadibrata, 2006). Sementara 57% sisanya
menjawab tidak tepat mengenai etiologi diare, antara lain masuk angin dan terlambat
makan.
Faktor resiko penularan diare diantaranya adalah melalui fluid atau kontaminasi
mikroorganisme dalam air minum yang tidak bersih/tidak dimasak, dan melalui
finger atau jari tangan dan kuku yang kotor (Kemenkes RI, 2011). Sebanyak 57%
responden mengetahui faktor resiko diare dengan baik. Disamping itu 90% responden
mengetahui gejala awal balita yang menderita diare dengan benar. Adapun gejala
awal diare adalah rasa sakit di bagian perut, kadang-kadang mual atau muntah, dan
tinjanya lebih cair dari biasa (Juffrie, 2010).
Penanganan awal diare terdiri dari Lintas Diare, dimana langkah pertama adalah
melakukan rehidrasi dengan oralit atau cairan tambahan (Kemenkes, 2011). Dari 100
responden, hanya 27 responden (27%) yang mengetahui penanganan awal dengan
benar. Selain itu langkah ketiga pada Lintas Diare adalah melanjutkan ASI dan
makanan pada balita yang diare. Beri makanan yang lebih lunak secara perlahan
dengan frekuensi yang lebih sering (Kemenkes, 2011). Sebanyak 71 responden (71%)
mengetahui cara pemberian makanan dengan baik.
Sebanyak 85% responden mengetahui cairan yang paling baik digunakan adalah
oralit. Disamping itu 71 responden (71%) mengetahui bahwa cara pemberian cairan
oralit pada balita yang muntah adalah dihentikan sejenak, kemudian pemberian
dilanjutkan secara perlahan (Depkes RI, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil pengetahuan didapati hanya 33% responden mengetahui bahwa tidak perlu
dilakukan pemberian obat anti diare pada balita. Obat-obatan anti diare tidak boleh
diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat bahkan
sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal
(Kemenkes, 2011). Disamping itu meskipun angka kematian akibat diare makin
menurun, namun komplikasi diare yang dapat menimbulkan kematian masih sering
terjadi. Adapun komplikasi yang berbahaya bagi balita adalah dehidrasi. Dehidrasi
yang berat merupakan penyebab utama kematian pada balita penderita diare (Depkes
RI, 2006). Sebanyak 74 responden (74%) mengetahui komplikasi diare adalah
dehidrasi/kekurangan cairan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu mengenai diare pada balita
di Kelurahan Tanjung Sari sebagian besar memiliki pengetahuan sedang sebanyak 48
orang (48%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Assiddiqi (2009)
di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru tentang penanganan awal diare
pada balita yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu mayoritas berpengetahuan
sedang. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Nurrokhim (2007) di Kabupaten
Sukoharjo dimana 47.80% respondennya berpengetahuan cukup. Menurut
Notoadmodjo (2003), bahwa pengetahuan seseorang biasanya dipengaruhi berbagai
faktor, antara lain pengalaman, pendidikan, keyakinan, dan penghasilan. Menurut
asumsi peneliti, pengetahuan ibu dalam penelitian ini dikategorikan cukup salah
satunya dipengaruhi faktor pendidikan, dimana sebagian besar responden adalah
berpendidikan SMA.

5.2.3. Tindakan
Dari hasil penelitian, sebanyak 77 responden (77%) melakukan pemberian oralit pada
balita yang sedang diare. Oralit merupakan cairan terbaik bagi penderitadiare untuk
mengganti cairan yang hilang (Kemenkes RI, 2011). Adapun 83% responden
melakukan pemberian cairan tambahan lainnya jika oralit tidak tersedia, antara lain
larutan gula-garam, air tajin, dan kuah sayur.

Universitas Sumatera Utara


Tindakan yang masih salah dalam masyarakat salah satunya adalah pemberian obat-
obatan anti diare. Pemberian obat anti diare tidak dianjurkan, karena terbukti tidak
bermanfaat bahkan memiliki efek samping yang berbahaya (Kemenkes RI, 2011).
Dalam penelitian ini sebanyak 44% responden tidak memberikan obat anti diare pada
balita, sementara sebagian lainnya (56%) memberikan obat anti diare.
Sebagian besar responden melakukan tindakan yang benar mengenai pemberian
makanan dan minuman pada balita yang mengalami diare. Pemberian makanan
selama diare tidak boleh dikurangi, bahkan diberi lebih banyak dalam porsi yang
kecil namun sering, yang bertujuan mempercepat penyembuhan (Kemenkes RI,
2011). Sebanyak 66% responden tidak mengurangi porsi makanan pada balita.
Adapun pemberian cairan termasuk air putih yang telah dimasak diperlukan dalam
jumlah yang banyak untuk mengganti cairan yang hilang. Sebanyak 79% responden
melakukan tindakan yang benar mengenai pemberian air putih yang lebih banyak.
Langkah keempat dalam program Lintas Diare adalah pemberian antibiotika hanya
atas indikasi. Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (Kemenkes RI, 2011). Sebanyak 66% responden
melakukan tindakan yang benar, yaitu tidak memberikan antibiotika tanpa resep
dokter.
Sebanyak 79% responden melakukan tindakan yang benar yaitu mendatangi pusat
kesehatan jika anak menunjukkan gejala dehidrasi antara lain terlihat lesu dan tidak
mau minum. Bila balita tidak bisa minum, harus segera dibawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui infuse (Kemenkes RI, 2011). Sementara
itu sebanyak 80% responden melakukan tindakan pencegahan diare, yaitu mencuci
botol susu/dot dengan air sabun sebelum digunakan, dan 81% responden mencuci
tangan sebelum memberi makan balita. Kebiasaan mencuci tangan memiliki peranan
penting dalam pemutusan penularan diare (Depkes RI, 2006).
Pemberian makanan kaya kalsium misalnya pisang, buah segar, atau air kelapa hijau
dapat membantu mempercepat proses penyembuhan balita saat diare. Sebanyak 80%

Universitas Sumatera Utara


responden melakukan tindakan yang benar dalam memberikan makanan kaya kalsium
pada balita yang mengalami diare.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan ibu mengenai diare pada balita di
Kelurahan Tanjung Sari sebagian besar memiliki tindakan baik. Hal ini dapat dilihat
di tabel 5.7. dimana jumlah responden dengan kategori tindakan baik sebanyak 58
orang (58%). Hal ini berbeda dengan penelitian Pujiastuti (2003) dimana mayoritas
tindakan responden pada penelitian tersebut adalah kurang yaitu sebanyak 49.8%.

5.2.4. Hubungan Pengetahuan dan Tindakan


Dari tabel 5.8. terlihat dari 34 responden yang memiliki pengetahuan baik, 67.6% nya
memiliki tindakan yang baik terhadap diare. Untuk responden dengan tingkat
pengetahuan sedang yaitu 48 orang, sebagian besar memiliki tindakan yang baik
terhadap diare pada balita (66.7%). Sementara responden dengan pengetahuan yang
kurang, sebagian besar memiliki tindakan yang sedang & kurang terhadap diare pada
balita (83.3%). Dari data ini dapat terlihat bahwa semakin baik pengetahuan ibu
terhadap diare, semakin baik tindakannya tehadap diare. Sebaliknya semakin rendah
tingkat pengetahuan ibu mengenai diare, semakin kurang tindakannya.
Hasil uji statistik Chi-Square pada α 0.05 menunjukkan p value <0.05 yang berarti
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare
pada balita.
Hasil ini sejalan dengan yang dikemukakan Notoatmodjo (2003) dimana pengetahuan
merupakan komponen penting yang menentukan perilaku seseorang. Pengetahuan
dapat terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Hal ini juga sesuai dengan teori Lawrence Green
dalam Notoadmodjo (2007) dimana ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku individu maupun kelompok. Adapun pengetahuan termasuk dalam faktor
yang mempermudah (predisposing factor).

Universitas Sumatera Utara


Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Pujiastuti (2003) dimana terdapat hubungan
antara pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap pencegahan diare pada balita di
Karanganyar.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat
disimpulkan, yaitu :
a) Pengetahuan responden terhadap diare pada balita yang terbanyak pada kategori
sedang, yaitu sebanyak 48 responden (48%), sedangkan pada kategori baik
adalah sebanyak 34 responden (34%), dan pada kategori kurang hanya sebanyak
18 responden (18%).
b) Tindakan responden terhadap diare pada balita yang terbanyak pada kategori
baik, yaitu sebanyak 58 responden (58%), sedangkan pada kategori sedang &
kurang sebanyak 42 responden (42%).
c) Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
tindakan ibu terhadap diare pada balita dengan uji chi-square dengan derajat
kemaknaan (α = 0.05) diperoleh p value <0.05.

6.2. Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

a) Masukan kepada puskesmas pembantu Tanjung Sari, agar melakukan kegiatan-


kegiatan di lingkungan kerja puskesmas yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai diare terutama pada balita sehingga tindakan
terhadap diare bisa terstimulus dengan baik dalam penanganannya maupun
pencegahan terhadap diare. Metode yang digunakan mungkin bisa dari
pemberian penyuluhan melalui film pendek, pemasangan poster, pembagian
leaflet, atau perlombaan dengan tema diare. Dengan pengetahuan yang baik,
tindakan yang terbentuk pun akan baik dan lebih langgeng.

Universitas Sumatera Utara


b) Saran kepada masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk
lebih menambah wawasan mengenai diare, terutama mengenai pencegahan diare
dan pola hidup bersih dan sehat, agar terhindar dari penyakit diare dan malnutrisi
yang disebabkan diare.

c) Saran kepada peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian tentang peran ibu
terhadap diare pada balita secara lebih mendalam, antara lain faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi perilaku ibu terhadap diare misalnya faktor norma sosial,
status sosial ekonomi, dan unsur lain dalam individu atau. Dengan diketahuinya
pengaruh berbagai faktor tersebut terhadap tindakan ibu, diharapkan perilaku
kesehatan dalam masyarakat mengenai diare dapat semakin baik dan dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat diare pada balita.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai