Anda di halaman 1dari 13

TAUSIAH OLEH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Ahad, 2 Januari 2022. Pukul 05.30


Thema : MENGGAPAI HIDUP BAHAGIA BERSAMA AL-QUR‟AN.
Topik : Al Qur’an Sarana Dzikir Dengan Fungsi Lengkap.

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Alhamdulillah
bapak-bapak, Ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian, in sya Allah pagi ini kita akan
membahas lagi tentang dzikir yang in sya Allah mengenai dzikir dengan Al Qur’an yang
merupakan sarana dzikir dengan fungsi lengkap. Kita berdzikir atau mengingat Allah itu
bisa dengan cara bermacam-macam antara lain dengan sholat, dengan membaca Al
Qur’an, dengan cara memuji-muji Allah, dengan cara berdo’a dan bisa juga dengan cara
kita berbuat atau melakukan sesuatu dalam rangka melaksanakan perintah Allah, jadi
menggunakan body language kita melakukan sesuatu semata-mata hanya karena Allah
dan kita berfikir yang fikiran kita ke arah Allah. Kita mengingat atau brdzikir kepada
Allah dengan berbagai cara itu mudah-mudahan kita selalu tersambung dengan Allah
secara nonstop, jadi komunikasi kita dengan Allah itu tidak terputus. Bahkan sampai kita
menjelang tidur kita berdo’a dengan harapan sebelum kita hilang kesadarannya kita
kontak dengan Allah, nanti begitu bangun kita kontak lagi dengan Allah alhamdulillah
segala puji bagi Allah Yang telah menghidupkan kembali kita setelah tidur (tidur dianggap
mati sementara). Mari kita bahas kali ini tentang dzikir dengan Al Qur’an yang
merupakan cara dzikir yang paling comprehensive karena cakupannya mencakup
berbagai sektor dan Al Qur’an itu termasuk dzikir seperti Firman Allah dalam surat Al Hijr
(15) ayat 9:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Dzikr (Al Qur'an), dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya”.

Al dzikr artinya pengingat, berbeda dengan peringatan, kalau peringatan itu misalnya
ketika kita menghadapi bahaya kemudian kita diberi peringatan, atau kalau kita akan
melakukan sesuatu kemudian diingatkan jangan sampai lupa itu peringatan, kalau Al
Dzikr atau pengingat adalah sarana untuk mengungat Allah. Dari ayat tersebut terbukti
bahwa keaslian atau keautentikan Al Qur’an itu dijaga oleh Allah dengan berbagai cara,
antara lain Al Qur’an itu mudah dihafal sehingga banyak orang-orang yang menghafal.
Al Qur’an itu berfungsi sebagai pengingat atau bacaan yang mengingatkan kita sebagai
hamba Allah yang diciptakan, dimiliki dan dibimbing oleh Allah dan akan kembali
kepada Allah. Kita bisa dianggap ingat kepada Allah jika kita tidak lupa melaksanakan
kewajiban kewajiban kita dalam mengabdi kepada Allah seperti sholat, puasa romadhan,
dan sebaginya. Kalau kita meninggalkan perintah Allah berarti saat itu kita sedang lupa
kepada Allah. Begitu juga kalau seseorang melakukan pelanggaran misalnya mencuri,
pada saat dia mencuri dia lupa kepada Allah, kalau dia ingat maka dia tidak akan
mencuri, maka ingat itu bukan hanya ingat akan nama Allah saja tetapi yang dimaksud
ingat adalah menyadari bahwa setiap saat Allah mengawasi kita dan Allah akan meminta
pertanggung jawaban kita, itu yang namanya dzikir. Al Qur’an juga berfungsi sebagai
peringatan (tadzkiroh), Allah Berfirman dalam Thaha (20) ayat 2-3:

“Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi
sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah)”.

Jadi dengan Al Qur’an Allah memberi kita peringatan, namun peringatan tersebut bisa
efektif bisa tidak, seperti kita memberi peringatan kepada anak kita walaupun diberi
peringatan berkali-kali juga kadang-kadang efektif dan kadang tidak, dan efektifitasnya
bukan tergantung dari kita yang memberi peringatan tetepai tergantung dari anak itu
sendiri yang diberi peringatan. Misalkan kita memperingati jangan menggunakan harta
orang lain, tetapi dia memanfaatkan kesempatan untuk menggunakan harta orang lain.
Jadi efektif tidaknya peringatan lebih banyak dipengaruhi oleh yang menerima
peringatan. Di ayat ini disebutkan yang bisa mengambil manfaat adalah orang yang
takut kepada Allah, orang yang tidak takut kepada Allah atau bahkan yang suka nantang-
nantang kepada Allah, dikasih peringatan berribu-ribu kali juga tidak akan efektif. Orang
seperti itu disebabkan karena ada kemauan yang mendominasi hawa nafsunya sendiri,
misalnya ingin cepat kaya, kepingin berkuasa, dsb. Sebagai peringatan Al Qur’an antara
lain juga mengandung peringatan agar kita tidak melanggar peraturan-peraturan Allah,
misalnya ketika kita tertimpa musibah, Allah melalui Al Qur’an memperingatkan bahwa
dengan musibah itu Allah memperingatkan kita bahwa kita telah melakukan pelanggaran
suatu peraturan Allah, kita disini bisa sebagai individu maupun kita sebagai masyarakat.
Yang dimaksud peraturan Allah adalah suatu peraturan yang berupa perintah dan
larangan melalui ucapan (Qauliyah) berupa Firman Allah dalam Al Qur’an atau melalui
Rasulullah s.a.w, tetapi ada juga yang bersifat ke-alam-an maksudnya kalau ada hukum
alam maka hukum alam itu adalah peraturan Allah yang sifatnya ke-alam-an yang disebut
Sunatullah. Kalau seseorang tertimpa musibah maka dia perlu ngecek apakah ada sesuatu
yang dia langgar baik oleh dia pribadi atau oleh masyarakat yang dia menjadi bagian dari
masyarakat itu, Allah Berfirman dalam surat An Nisaa (4) ayat 79:

“Apa saja ni'mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi”.

Contoh yang gampang dari ayat ini adalah, kalau kita sehat itu berarti kebaikan
sedangkan kalau kita sakit itu berarti keburukan, sehat itu yang membuat Allah karena
kita sehat kalau semua fungsi organ tubuh berjalan normal, darah beredar dengan
normal, pernafasan berjalan dengan normal, otot-oto kita fleksibel dengan normal maka
kita sehat, yang membuat semua organ-organ tubuh berfungsi normal itu adalah Allah
tetapi kalau ada sebagian bagian tubuh misalnya tangan ada yang tidak normal misalnya
tidak fleksibel, kalau dipakai untuk mengangkat sesuatu kok sakit, coba di cek barang kali
dia menggunakan bagian otot tertentu secara berlebihan atau dia melakukan gerakan itu
tanpa pemanasan terlebih dahulu sehingga dia merasa sakit. Jadi Allah sudah membuat
badan ini normal, semuanya normal, tetapi kalau kita memperlakukannya tidak pas maka
menjadi ada yang sakit, berarti ketika kita sakit berarti diri kita sendiri yang menyebabkan
sakit. Al Qur’an juga berfungsi sebagai bimbingan atau hidayah. Bimbingan yang bisa
kita gunakan sebagai pedoman dalam kita berperilaku sehari-hari. Di Al Qur’an di bagian
awal sudah disebutkan, yaitu disurat Al Baqarah (2) ayat 2:

“Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk/bimbingan bagi mereka
yang bertakwa”.

Jadi dalam ayat ini Al Qur’an bisa jadi petunjuk atau bimbingan bagi orang yang
bertakwa, kalau yang tidak bertakwa tidak berfungsi sebagai bimbingan karena dia
menolak atau tidak mau mempelajarinya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak, misalnya
kita diberi pengarahan, diberi bimbingan kita tidak peduli, contohnya kalau mau pergi
kemonas bagi orang luar jakarta belum tahu arah jalannya, kadang suka ada petunjuk
namun jika orang itu tidak mau mengikuti petunjuk dan hanya pakai intuisi saja maka
bisa nyasar. Ketika berbusiness banyak juga orang yang memakai intuisi, tidak mau
memakai pedoman-pedoman, dalam hidup sehari-hari ini sebetulnya Allah sudah ngasih
bimbingan atau petunjuk pelaksanaan (juklak) atau SOP, tetapi jarang orang melihat SOP
ini kalaupun sudah pernah melihat dan mempelajari sering kali tidak diingat sehingga
akhirnya Al Qur’an tidak bermanfaat bagi dia sebagai bimbingan, yang bisa
memanfaatkan itu adalah orang yang selalu berusaha bertakwa. Bertakwa itu artinya
menjaga diri jangan sampai celaka yaitu jangan sampai masuk ke neraka, caranya adalah
dengan menurut saja kepada Allah. Jadi secara gampangnya para ahli fiqih menyebut
takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah. Saat Allah
memberi kita bimbingan Allah menunjukkan jalan yang harus kita tempuh, bimbingan
atau petunjuk itu bagaikan cahaya yang menyinari jalan yang sedang kita lalui. Jadi Al
Qur’an itu ibaratnya lampu atau senter yang disorotkan didepan kita ketika kita jalan di
kegelapan sehingga kita bisa melihat ada jurang, ada batu jalan belok jalan lurus, dsb.
Karena itu Allah menyebut Al Qur’an sebagai Nur atau cahaya, dengan penerangan
cahaya itu kita bisa melihat jalan yang lurus menuju yang kita ingin capai. Kalau yang
ingin kita capai itu sesuai dengan yang diridhoi oleh Allah maka cahaya itu akan
memancar terus dan kalau kita ikuti maka ujung-ujungnya akan ketemu Allah. Bahwa
Allah menyebut Al Qur’an itu sebagai Nur bisa kita baca di surat Al Syura (42) ayat 52:

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) Ruh (Al Qur’an) dengan
perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan
tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya,
yang dengan cahaya itu Kami tunjuki siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba
Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.

Jadi Al Qur’an itu sebagai bimbingan dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah yang
memberi bimbingan. Jadi hidayah yang langsung tentu dari Allah dan kita mendapatkan
pengarahan dari Nabi Muhammad s.a.w. kalau kita perhatikan di ayat ini di satu sisi
Allah menyebut Al Qur’an itu Ruh, ruh itu berasal dari nur, Allah juga menyebut Al
Qur’an sebagai nur. Di diri kita ini terdiri dari dua komponen utama yaitu
badan/jasad/fisik dan yang satunya ruh, ruh ini cahaya yaitu sesuatu yang kita tidak bisa
melihat, buktinya cahaya-cahaya didepan kita itu tidak bisa kita lihat, yang kita lihat itu
pantulannya, jadi kalau kita bisa melihat tembok karena cahaya tadi mengenai tembok
dan pantulan cahaya dari tembok itu yang menyebabkan kita bisa lihat tembok. Jadi
kalau kita tidak bisa melihat ruh kita itu wajar karena ruh itu dibuat dari cahaya dan
cahaya itu tidak bisa dilihat dengan mata yang bisa kita lihat pantulannya, jadi kalau kita
mau melihat perilaku ruh seseorang maka kita bisa lihat dari perilaku seseorang tersebut
secara fisik. Jadi Al Qur’an itu ruh dan nur dan juga dalam diri kita ada ruh, maka kalau
kita rajin membaca Al Qur’an maka ruh kita diberi konsumsi, kalau badan kita butuh
konsumsi itu berupa makanan, minuman dan benda-benda lain yang sifatnya fisik maka
ruh kita juga membutuhkan konsumsi, kalau kita tidak memberi konsumsi maka kita
menterlantarkan ruh kita sendiri, oleh karena itu dzikir dengan Al Qur’an itu penting
sekali. Coba kalau kita perhatikan, baru membaca saja dengan intonasi yang bagus
belum tahu artinya itu sudah mententeramkan hati, apa lagi kalau kita mengetahui
artinya, kemudian kita bisa mengetahui hikmahnya, masyaAllah itu impaknya luar biasa.
Al Qur’an juga punya peran sebagai nasehat atau saran, yaitu saran agar kita mau
melakukan yang baik untuk kita. Allah Berfirman pada surat Ali Imran (3) ayat 138:

“(Al Qur'an) ini adalah penjelasan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta nasihat bagi
orang-orang yang bertakwa”.

Jadi dalam ayat tersebut juga disebutkan bahwa yang bisa mengambil manfaat adalah
orang yang bertakwa, orang yang banyak melakukan dosa dinasehati itu tidak mempan,
contohnya kaumnya Nabi Hud telah dinasehati bahwa mereka akan mempertanggung
jawabkan perbuatannya di dunia kelak di akherat, tetap saja mereka tidak mau menurut
malah menjawab: “Hud, sama saja kamu menasehati kami atau tidak”, jadi kalau orang
sudah durhaka walaupun dinasehati sampai beribu-ribu kali tidak akan efektif, begitu juga
jaman sekarang orang-orang yang korupsi pasti walaupun dinasehati tidak akan efektif
karena mereka bukan orang yang bertakwa. Yang bisa mengambil manfaat hanya orang
yang bertakwa, karena itu mari kita jaga ketakwaan kita supaya kita bisa mengambil
manfaat dari Al Qur’an itu seoptimal mungkin, sayang kalau kita abaikan karena Al
Qur’an itu nilainya tinggi sekali, firman Allah yang Maha Kuasa, Maha Pencipta, Yang
Menciptakan segala sesuatu maka Firmannya pasti benar, tidak ada keragu-raguan seperti
disebut di awal Al Qur’an yaitu surat Al Baqarah ayat 2 diatas. Misalnya tentang nasehat
mengenai kebenaran informasi, Allah Memberi nasehat agar berhati-hati kalau menerima
informasi yang disampaikan dalam surat Al Hujurat (49) ayat 6:

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu”.
Normalnya memang kita selalu mencari informasi untuk pedoman dalam kita melakukan
kegiatan sehari-hari, misalnya tentang kemacetan lalulintas, dsb, namun kita harus selalu
berhati-hati karena banyak informasi yang menyesatkan. Dalam ayat tersebut dianjurkan
berhati-hati kalau informasi datangnya dari orang fasik, fasik itu adalah orang yang suka
melakukan pelanggaran-pelanggaran atau tidak taat kepada Allah, maka informasi dari
orang seperti ini tidak usah dipercaya. Al Qur’an juga memuat penjelasan terutama
tentang hal-hal yang manusia pada umumnya belum mengetahui, misalnya tentang ruh
kita banyak menyebut tetapi yang sebenarnya kita tidak tahu, bagaimana kelakuannya
kita juga tidak tahu, kita mempelajaripun juga tidak bisa optumal karena kita tidak bisa
melihat ruh, karena itu kalau kita ingin mengetahui hal-hal yang diluar jangkauan kita
rujukannya adalah Al Qur’an. Allah Berfirman dalam surat An Naml (27) ayat 1:

“Thaa Siin (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Qur'an, dan (ayat-ayat) Kitab yang
menjelaskan”,

Menjelaskan dalam ayat ini misalnya Allah menjelaskan tentang langit ada 7 macam, hal
yang begini tentunya bagi kita sulit untuk mempelajari karena diluar jangkauan kita,
tetapi karena Allah yang menciptakan maka pasti Allah Maha Tahu, jadi kita belajarnya
dari Firman Allah dalam Al Qur’an. Begitu juga dengan badan kita dan jiwa kita harus
dioperasikan dengan baik sesuai dengan petunjuk penciptanya yaitu Allah, karena itu
pedoman yang tepat adalah Al Qur’an karena dalam Al Qur’an itu ada penjelasan dari
segala hal tentang kehidupan kita. Sebagai contoh suatu penjelasan dalam Al Qur’an
yang pada saat itu orang belum ada yang mengetahui, misalnya mengenai proses
kejadian manusia, jaman Rasulullah s.a.w ilmu belum sampai disitu tetapi Allah sudah
menjelaskan dalam surat Al Mu’minun (23) ayat 12-14:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”.

Yang dimaksud saripati dari tanah dalam ayat ini adalah, tanah menumbuhkan tanaman
kemudian tanaman itu mengambil saripati dari tanah, kemudian tanaman itu kita makan
lalu diolah dalam badan kita hasil pengolahan itu sebagian ada yang jadi air mani yang
kemudian dimasukkan ke dalam rahim dan menempel dirahim kemudian menjadi
segumpal daging dan ada tulangnya kemudian menjadi bayi.
Al Qur’an juga memuat kabar gembira bagi orang yang mau berbuat baik, Allah
Berfirman dalam surat An Nahl (16) ayat 89:

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
kepada Allah (Muslim)”.

Jadi dari ayat ini disebutkan bahwa yang bisa mengambil manfaat dari kabar gembira
dalam Al Qur’an adalah orang yang tunduk kepada Allah. Yang dimaksud kabar gembira
disini adalah besok pada hari ikhir diijinkan tinggal di sorga. Tinggal di sorga itu
sebetulnya kampung halaman kita, tempat kita mudik, dahulu nenek moyang kita juga
tinggal di sorga kemudian kita diberi kesempatan mengembara di bumi ini sementara dan
akan diijinkan pulang kampung dengan beberapa persiapan yang suatu saat bisa kita
bahas. Kabar gembira tersebut dijelaskan bahwa orang beriman akan memperoleh kebun
di surga, Allah Berfirman dalam surat Al Baqarah (2) ayat 25:

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik,
bahwa bagi mereka disediakan kebun-kebun di sorga yang mengalir sungai-sungai di
dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka
mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-
buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka
kekal di dalamnya”.

Disamping kabar gembira, Al Qur’an juga menaku-nakuti kita agar manusia tidak berbuat
sesuatu yang bisa mencelakakan diri sendiri. Allah Berfirman dalam surat Fushshilat (41)
ayat 3-4:

“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan (menakut-
nakuti), tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya); maka mereka tidak (mau)
mendengarkan”.

Intinya adalah Al Qur’an mencegah kita berbuat yang dapat mencelakakan diri sendiri
dan mendorong mencari perbuatan yang baik dan menyenangkan dan membahagiakan
serta selamat, sesuai aturan Allah. Misalnya agar manusia itu takut akan siksaan di hari
pembalasan seperti orang kafir yang menyesali perbuatannya di dunia. Allah Berfirman
dalam surat An Naba’ (78) ayat 40:
“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat,
pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang
kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah."

Ini sudah di akherat, ada orang kafir masuk neraka dan sudah diberi peringatan saat
didunia namun dia tidak menghiraukan dan menyesal setelah masuk neraka dan berandai
andai menjadi tanah saat didunia sehingga tidak masuk neraka.
Untuk menggambarkan nilai nilai yang diterapkan oleh para Nabi, Allah menceritakan
kisah-kisah mereka dalam Al Qur’an , jadi Al Qur’an itu juga memuat kisah-kisah agar kita
bisa mengambil pelajaran dan meneladani mereka, baik pada saat mereka menghadap
cobaan dan kesulitan maupun ketika mengalami kemenangan. Kisah kisah yang
diceritakan oleh Allah tidak dapat ditandingin oleh karya siapapun karena Allah juga
menceritakan apa yang bergejolak di hati para pelakunya. Hal ini diberikan oleh Allah
karena manusia pada umumnya kalau diberi pelajaran secara normatif susah
menggambarkannya oleh karena itu diberi cerita atau kisah-kisah para Nabi dan kaumnya
secara lengkap apa yang mereka lakukan supaya kita lebih mudah mengambil gambaran.
Allah Berfirman dalam surat Yusuf (12) ayat 3:

“Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur'an
ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah
termasuk orang-orang yang belum mengetahui”.

Dalam Al Qur’an juga dikisahkan tentang kisang orang-orang terdahulu terutama mereka
yang menolak ajakan Nabi mereka untuk menyembah Allah semata dan yang
mengancam kehidupan mereka. Pelajaran semacam ini penting agar generasi sekarang
tidak menantang Allah. Allah Berfirman dalam surat Al Nur (24) ayat 34:
“Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi
penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”.

Kelakuan kelakuan ummat terdahulu itu diceritakan agar kita tidak meniru kelakuan
mereka. Dengan isi yang penuh arti dan pelajaran maka Al Qur’an adalah bacaan yang
inspirativ, yang mendidik membimbing dan sekaligus indah yang disusun dalam bahasa
arab suatu bahasa yang aturan-aturannya atau grammar nya sangat detail membuat kecil
sekali munculnya salah faham. Allah Berfirman dalam surat Yusuf (12) ayat 2;

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa bacaan dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya (menggunakan akal)”.

Dengan kandungan berbagai informasi yang lengkap dalam Al Qur’an, orang-orang yang
beriman diharapkan teguh hatinya dalam mengikuti kebenaran dan melakukan kebaikan
kebaikan. Allah Berfirman dalam surat An Nahl (16) ayat 102:

“Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan
benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."

Jadi fungsi Al Qur’an salah satunya untuk meneguhkan hati sehingga orang yang beriman
tenang hatinya dan tenteram hidupnya sehingga ketenangan dan ketenteraman itu
menjadi obat penyembuhan dari segala macam penyakit hati. Jadi orang Islam mestinya
tidak stress dan kalau tidak stress maka dia akan lebih sehat dibandingkan oleh orang
yang tidak beriman. Allah Berfirman dalam surat Yunus (10) ayat 57:

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman”

Dengan demikian diwahyukannya Al Qur’an kepada Nabi Muhammad s.a.w itu


merupakan bukti kasih sayang Allah kepada ummat manusia. Allah Berfirman dalam
surat An Naml (27) ayat 77:

“Dan sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman”.

Karena Al Qur’an adalah sarana dzikir yang lengkap fungsinya maka kita bisa memahami
jika dikatakan bahwa orang yang sibuk membaca Al Qur’an sehingga tidak sempat
berdo’a maka Allah akan memberinya apa saja yang lebih baik dari pada orang yang
berdo’a. Rasulullah bersabda tentang hadits qudsi:

"Barangsiapa senantiasa mengingat-Ku dan tak sempat minta sesuatu pun dari-Ku, maka
akan Kuberikan kepadanya yang lebih baik daripada yang Kuberikan kepada mereka
yang meminta." {HR Tirmidzi dari Abu Said}.

Jadi justru yang tidak berdo’a akan mendapatkan yang lebih baik dari yang berdo’a
karena sibuk memahami Al Qur’an dan dzikir, tetapi jangan menyepelekan do’a jadi
tidak berdo’anya karena tidak sempat.
RINGKASNYA:
 Al Quran adalah sarana dzikir dengan fungsi yang lengkap.
 Fungsi Al Quran: Pengingat, peringatan, bimbingan, cahaya penerang, nasihat,
penjelasan, kabar gembira, menakut-nakuti, kisah keteladanan para nabi, kisah ummat
terdahulu, bacaan inspiratif, peneguh iman, penyembuh ruhani, dan sumber rahmat
Allah.
 Orang yang sibuk dengan Al Quran keinginannya dipenuhi oleh Allah.

Semoga Allah menanamkan di hati kita rasa cinta kepada Al Quran.........Amin.

~Mudah-mudahan bermanfaat~

Anda mungkin juga menyukai