Anda di halaman 1dari 10

TAUSIAH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Rabu, 23 Agustus 2023, pukul 06.30


Thema : IMPLEMENTASI KEIMANAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sub Thema : Sopan-santun Berpergian

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in. Bapak-bapak dan
ibu-ibu serta saudara-saudara sekalian, alhamdulillah kita bisa dipertemukan di pengajian
yang kita maksudkan untuk memahami tentang keimanan dan kita terapkan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Kita membahas hal-hal yang kita lakukan sehari-hari ini
dengan maksud supaya apa yang kita lakukan dalam kehidupan ini tidak sia-sia,
maksudnya sia-sia adalah kita sudah capek melakukan sesuatu tetapi tidak ada bobotnya
di akherat, kalau kita gunakan istilah business itu tidak bisa kita jual yang dapet
digunakan untuk memperoleh Surga. Kita menggunakan istilah jual karena Allah juga
menyebut bahwa Allah akan membeli apa yang kita lakukan dan apa yang kita
sedekahkan untuk ditukar dengan Surga. Jadi modal kita adalah kegiatan kita dan
pikiran kita untuk kita tawarkan kepada Allah supaya nanti dibeli dengan Surga. Jadi kita
harus memikirkan bagaimana kita beraktivitas sehari-hari tetapi ada bobotnya sehingga
nanti bisa kita suguhkan kepada Allah dan memohon untuk ditukar dengan Surga. Pagi
ini kita bahas salah satu kegiatan kita sehari-hari yaitu tentang sopan santun bepergian.
Agar kegiatan kita itu bernilai akherat maka:
1. Sebelum bepergian kita pastikan bahwa tujuan bepergian kita itu bukan untuk
melakukan maksiat yaitu semua kegiatan-kegiatan yang dilarang oleh Allah. Misalnya
pergi ke luar negeri dengan tujuan mau main judi, pergi keluar kota dengan tujuan
mau kencan dengan selingkuhan, ini semua maksiat. Jadi jangan sampai diantara kita
mempunyai tujuan pergi untuk maksiat, karena kita tidak tahu umur kita itu sampai
kapan, karena kematian itu tidak mengenal tua-muda, sakit atau sehat, bisa saja masih
muda sehat dan tiba-tiba meninggal. Kalau kita berangkat mendatangi tempat
maksiat maka seluruh usaha kita di dalam perjalanan itu semuanya maksiat, jadi
ketika kita beli tiket sudah dosa, ketika kita menuju bandara sudah dosa dan
seterusnya sampai menginap di hotel disana juga sudah dosa. Jadi semua uang yang
kita keluarkan untuk perjalanan kita ke tempat maksiat itu sudah dosa jadi dosanya
makin banyak. Rasulullah S.A.W bersabda :

...maka, demi Allah sesungguhnya ada seorang diantara kalian atau seorang lelaki
berperilaku dengan perilaku calon penghuni neraka sehingga antara dia dan neraka
hanya berjarak sedepa atau sehasta, lalu terjadilah ketentuan bagi dia sehingga dia
berperilaku dengan perilaku calon penghuni surga. Maka (yang terjadi) masuklah dia
ke surga. Dan ada seorang diantara kalian atau seorang lelaki berperilaku dengan
perilaku calon penghuni surga sehingga antara dia dan surga hanya berjarak sehasta
atau dua hasta, lalu terjadilah ketentuan bagi dia sehingga dia berperilaku dengan
perilaku calon penghuni neraka. Maka (yang terjadi) masuklaah dia ke neraka. {HR
Bukhari dari Ibu Mas’ud}

Jadi dalam hadits ini kita harus memahami bahwa kita harus berhati-hati karena kita
tidak tahu umur kita sampai kapan, jangan sampai kita itu melakukan maksiat yang
kemudian ditengah kita melakkukan maksiat itu kita mati, maka nasib kita ditentukan
oleh perilaku kita yang terakhir tersebut sehingga masuk neraka. Kita pastikan bahwa
kita bepergian kemanapun tujuannya untuk engabdi kepada Allah, jadi kita pastikan
bahwa kegiatan yang akan kita lakukan di tempat tujuan itu merupakan suatu
kebaikan yang diridhoi oleh Allah, bukan baik menurut ukuran kita sendiri.
2. Kita niatkan bahwa kita melakukan semua itu dalam rangka melaksanakan perintah
Allah. Misalnya kita pergi ke Surabaya, mungkin maksudnya untuk menagih hutang,
tetapi kita niatkan bahwa kita kesana itu untuk melaksanakan perintah Allah yaitu
Allah memerintahkan kita untuk tetap menjaga hubungan baik dengan saudara-
saudara kita meskipun saudara kita itu mempunyai kecenderungan tidak melakukan
kebaikan, tetapi kita jaga silaturahimnya. Pada dasarnya kalau dia tidak membayar
hutang kemudian kita musuhi maka dia semakin tidak membayar hutangnya.
Demikian juga kalau sampai dia mati belum membayar hutangnya, maka dia akan
merasakan siksaan dosa hutang yang tidak dibayar. Jadi niat kita ke surabaya itu
untuk menyelamatkan dia agar dia tidak terjerumus ke neraka karena gara-gara
hutang, jadi niatnya baik yaitu mencari Ridho Allah. Selain itu bisa juga kita niatkan
datang ke Surabaya itu untuk menolong kesulitan dia karena sudah waktunya
membayar tetapi kok belum membayar pasti ada kesulitan dan siapa tahu kita bisa
membantu memecahkan kesulitan tersebut. Jadi kita niatkan untuk menolong dia
dalam mengentaskan kesulitan sehingga kesulitan dia bisa teratasi sehingga
kemungkinan bisa membayar hutangnya lebih besar. Jadi yang semuala niatnya
menagih hutang tetapi setidaknya ada 3 niat yang bisa kita konversikan menjadi niat
yang Diridhoi Allah, yaitu niat silaturahim, niat menyelamatkan dia dari neraka dan
niat menolong dia dari kesulitan. Jadi pergi kita ke Surabaya mungkin pulang tidak
mendapatkan bayaran itu tetapi sudah dapat pahala. Jadi kuncinya di mengatur niat,
maka sebelum berangkat pikiran kita bisa kita ubah sehingga kita bisa pasang niat
yang bisa Diridhoi oleh Allah. Rasulullah S.A.W bersabda:

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kegiatan-kegiatan itu [nilainya] bergantung


pada niat (tujuan) dan setiap orang akan memperoleh apa yang diniatkannya.
Barangsiapa berhijrah dengan niat (mengikuti perintah) Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya itu (menuju) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya
karena keduniaan yang akan diraihnya atau karena wanita yang akan dinikahinya,
maka hijrahnya itu [nilainya] sesuai dengan niat hijrahnya. {HR Bukhari dan Muslim
dari Umar bin Khatthab}

Misalnya yang mudah sebagai contoh adalah menyelenggarakan pengajian, kalau


niatnya supaya populer, maka kepopuleran akan dapat tetapi tidak mendapatkan
pahala, tetapi kalau menyelenggarakan pengajian dengan niat untuk mengajak orang
lain memahami Islam supaya mendapat Ridho Allah maka yang menyelenggarakan
juga mendapat pahala. Begitu juga peserta pengajian kalau jiatnya ikut karena supaya
dapat relasi business mungkin relasinya dapat, tetapi tidak dapat pahala, sebaliknya
kalau niatnya mencari ilmu agama supaya mendapat Ridho Allah maka dia mendapat
pahala dan kemungkinan juga mendapat relasi juga.
Jadi kalau bepergian disini tidak selalu pergi jauh, pergi kepasar atau pergi ke kantor
itu juga bepergian, maka setiap mau pergi kita pasang niat dengan niat yang mencari
Ridho Allah, maka in syaa Allah bepergiannya itu setiap langkah ada pahalanya.
3. Kalau perginya jauh dan lama kita pastikan keluarga yang ditinggalkan tidak ada
kesulitan konsumsi. Jadi kebutuhan keluarga kita cukupi dahulu baru kita pergi
meskipun perginya itu dalam rangka berdakwah, sehingga keluarga dirumah tidak
mengalami kesulitan. Allah Berfirman dalam surat An Nisa’ (4) ayat 9:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di


belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

Membekali keluarga kita ketika kita akan pergi penting karena kita tidak tahu apakah
kita masih bisa kembali atau bahkan ditengah jalan dipanggil menghadap Allah.
4. Kita yakinkan kita mempunyai bekal yang cukup ketika bepergian. Bekal tersebut
mencakup seluruh biaya akomodasi dan perjalanan serta konsumsi kita sendiri selama
kita bepergian sampai kita kembali. Berkaitan dengan hal tersebut Allah Berfirman
dalam surat Al Baqarah (2) ayat 197:

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah


kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”.
Jika ayat tersebut dipahami secara dangkal maka seolah-olah yang dimaksud
ketakwaan itu hanya sholat, nanti kalau makan minta dibayarin teman dsb, padahal
ketakwaan itu untuk segala bidang dan segala masalah, jadi kalau ayat tersebut
menyebut bekal ketakwaan maka uang atau dana yang kita pakai sebagai bekal
bepergian itu dipastikan didapat dari hasil ketakwaan. Jadi harta atau uangnya
diperoleh dengan cara yang halal dan kita menggunakannya juga untuk kegiatan-
kegiatan yang halal.
5. Ketika kita akan pergi, kita meninggalkan pesan atau wasiat. Karena kita tidak tahu
apakah ketika pergi bisa pulang dalam keadaan masih hidup karena bisa saja ditengah
jalan dipanggil Allah, maka sebaiknya kita berpesan dengan sungguh-sungguh kepada
keluarga agar tetap mempertahankan iman kepada Allah dan jangan melakukan
pelanggaran. Contohnya Nabi Ibrahim dan Nabi Yakub itu pesannya selalu
keimanan. Ini dikisahkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah (2) ayat 133:

“Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab:
"Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan
Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."

6. Kita pergi itu sebaiknya ada yang menemani karena bepergian jauh itu seringkali
banyak hal yang membahayakan, dan kita sering membutuhkan bantuan teman,
Rasulullah S.A.W bersabda :

Rasulullah saw bersabda: “Ketika tiga orang keluar untuk bepergian, maka hendaklah
mereka menjadikan salah satu dari mereka (sebagai) amir/pemimpin. {HR Abu Daud
dari Abu Said Al Khudri}
Dalam perjalanan rombongan harus ada pemimpinnya agar ada yang mengatur
program perjalanan, yang memperhatikan kelengkapan anggautanya, menagani jika
ada masalah, dsb. pemimpin rombongan biasanya kita pilih orang yang paling tahu
seluk beluk perjalanan dan mempunyai komitmen tentang keimanan sehingga dia bisa
memberikan pengarahan, misalnya dimana kita harus makan, dimana kita
melaksanakan sholat, dll.
7. Sebelum berangkat kita kuatkan komitmen kita untuk tetap mengesakan Allah dan
tetap mengabdi kepada Allah. Karena di jalan itu godaannya banyak jadi kita harus
bertekad untuk menjaga keimanan, jadi biasanya sebelum menaiki kendaraan kita
baca ayat sebagai komitmen yaitu:” Subkhaanalladzii sakhkhara lanaa haadzaa wa
maa kunnaa lahuu muqriniin, wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun” yang ada pada
surat Al Zukhruf (43) ayat 13:

“Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu
apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci
Allah yang telah memberi kita kendaraan ini bagi kami padahal kami sebelumnya
tidak mampu menguasainya, dan kami tidak akan menyekutukan Allah sesungguhnya
kami akan kembali kepada Allah."

Jadi komitmennya adalah kita tetap mengesakan Allah tiak mendua dan tidak
menyembah yang lain kita tunduk dan patuh hanya kepada Allah dan tidak patuh
kepada siapapun yang mengajak bertentangan dengan Allah. Selain itu kita
komitmen akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita kepada Allah jika
suatu saat dalam perjalanan dipanggil Allah. Setelah komitmen ini diikuti dengan
do’a, do’anya bisa panjang bisa pendek. Kalau do’a yang pendek misalnya:” ya Allah
kami mohon keselamatan ya Allah, lindungi kami dari berbagai bahaya dalam
perjalanan ini, berilah kami rahmat dan kasih sayang-Mu”, rahmat itu misalnya dalam
perjalanan mendapatkan rizki, mendapatkan teman baru, dsb. jadi do’a itu bisa
panjang bisa pendek, makin panjang makin bagus, kalau tidak bisa bahasa Arab boleh
kita menggunakan bahasa Indonesia. Kalau yang bahasa Arab Rasulullah S.A.W
mengajarkan kepada kita sbb:

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu kebaikan, ketakwaan dan amal yang Engkau
ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini,
dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam
perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, dari tempat kembali yang menyedihkan, dan
dari pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga. {Berdasarkan hadits riwayat
Muslim dari Abdullah bin Umar}

Do’anya memang panjang, karena itu kalau sulit menghafalkan boleh diutarakan
dalam bahasa Indonesia saja dan formulanya tidak harus persis seperti yang diajarkan
yang penting do’anya adalah untuk kebaikan dan tidak menyimpang.
8. Kita juga harus menjaga komitmen untuk meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh
Allah. Dalam bepergian kita biasanya banyak godaan untuk berbuat maksiat, namun
kita harus komitmen untuk meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah, terutama jika
bepergian yang jauh dimana tidak banyak bahkan tidak ada orang lain yang kenal
kita, misalnya ke luar negeri biasanya godaannya lebih besar, maka kita harus kuatkan
komitmen supaya tidak hanyut ke perbuatan yang dilarang Allah. Rasulullah
bersabda dalam haditsnya sbb:
Rasulullah SAW bersabda: "Tidaklah berzina orang yang berzina ketika ia berzina
dalam keadaan beriman, dan tidaklah mencuri orang yang mencuri ketika ia mencuri
dalam keadaan beriman, tidaklah ia meminum khamr ketika meminumnya ia dalam
keadaan beriman, dan tidaklah ia merampas suatu rampasan yang berharga dan
menjadi daya tarik manusia dalam keadaan beriman." {HR Muslim dari Abu Hurairah}

Dari hadits tersebut logikanya adalah sbb: jika orang beriman kepada Allah maka dia
akan sadar bahwa jika kita melakukan pelanggaran maka Allah akan menghukum kita
karena Allah melihat apapun yang kita lakukan. Kalau kita mempunyai keimanan
semacam itu maka kita tidak akan berani melanggar. Sebaliknya kalau ada orang
yang berani menerjang larangan itu berarti dia sedang melupakan Allah, karena itu
orang yang sedang berbuat maksiat dia imannya sedang hilang. Karena itu kalau kita
bepergian kita berkomitmen untuk tetap menjaga keimanan kita bersamayam di dada
sehingga perilaku kita bisa terkendali.
9. Kita juga harus mempunyai komitmen melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Allah
meskipun sulit. Misalnya sholat jangan pernah ditinggalkan walau dimanapun dan
dalam keadaan apapun, misalnya takut kepada musuh juga tetap dulakukan sholat
meskipun sholatnya dikerjakan dengan lebih pendek ( di qashar), Allah Berfirman
dalam surat An Nisaa (4) ayat 101:

“Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kalian men-
qashar sholat(mu), jika kalian takut diserang orang-orang kafir”.

Ayat tersebut konteksnya jaman dahulu orang-orang Islam itu dimusuhi oleh orang-
orang kafir, namun ayat tersebut berlaku juga pada jaman sekarang dalam koteks
kesulitan yang berbeda.
10. Kita hindari dalam bepergian tersebut menyakiti orang lain baik secara mental
maupun secara fisik. Misalnya kita berkunjung ke rumah saudara kemudian
mengobrol dengan mereka maka dijaga jangan sampai ngobrolnya itu sampai
menyakiti yang kita kunjungi, atau kita pamer kesuksesan atau kekayaan dengan
sombong, ini juga termasuk menyakiti hati mereka, karena kalau kita memamerkan
kesuksesan berarti kita merasa lebih tinggi dari orang lain, dan itu sekaligus orang lain
merasa direndahkan, maka hal itu bisa melukai hatinya. Ada sahabat yang bertanya
kepada Rasulullah sbb:

Para sahabat berkata: 'Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Siapa yang Kaum Muslimin selamat
dari lisan dan tangannya". {HR Bukhari dari Abu Musa}

11. Janga lupa kita memperbanyak do’a, dan insentiv bagi orang yang bepergian itu
do’anya lebih mungkin dikabulkan oleh Allah. Rasulullah S.A.W bersabda:

Rasululah SAW bersabda: “Tiga doa yang mustajab tanpa diragukan lagi: doa orang
yang terdzholimi, doa orang yang musafir, dan doa orangtua terhadap anaknya. {HR
Tirmidzi dari Abu Hurairah}

Dalam hadits tersebut terkait do’a orang tua di situ menggunakan preposisi “ ‘ala” ini
artinya do’a yang buruk, misalnya do’a orangtua yang disakiti anaknya kemudian
orangtua tersebut berdo’a buruk maka do’anya mustajab. Maka kita sebagai anak
jangan sampai menyakiti orang tua, karena kalau orangtua mendo’akan buruk maka
do’anya dikabulkan oleh Allah, dan kita sebagai orangtua jangan juga mendo’akan
buruk kepada anak, kasihan dia.
12. Kalau sudah selesai urusannya jangan lama-lama harus segera pulang karena ditunggu
keluarga di rumah, jangan kemudian pergi ke tempat lain yang tidak direncanakan
semata-mata hanya untuk menyenangkan diri sendiri. Rasulullah S.A.W bersabda :
Nabi SAW bersabda: "Bepergian (safar) adalah sebagian dari siksaan, yang
menghalangi seseorang dari kalian dari makan, minum dan tidurnya. Maka apabila
dia telah menyelesaikan dari urusannya, hendaklah dia segera kembali kepada
keluarganya.” {HR Tirmidzi dari Abu Hurairah}

13. Jika sudah pulang dari bepergian maka yang dilakukan Rasulullah S.A.W pergi ke
Masjid sholat 2 rokaat baru pulang ke rumah. Hadits Rasulullah S.A.W sbb:

Apabila Nabi SAW tiba kembali dari bepergian di waktu dluha, beliau memasuki
masjid lalu shalat dua raka’at sebelum duduk.” {HR Bukhari, Muslim dan Ahmad dari
Ka’b bin Malik}

RINGKASANNYA :

 Sebelum berangkat, kita pastikan bepergian untuk ibadah, bukan maksiat.


 Kita cukupi kebutuhan keluarga yang ditinggalkan dan pesan agar tetap beriman.
 Kita membawa bekal yang cukup dan halal.
 Selama bepergian, kita tetap melaksanakan kewajiban dan meninggalkan
larangan.
 Kita hindari hal-hal yang bisa menyakiti orang lain.
 Kita memperbanyak berdoa dan segera pulang kembali.

Semoga Allah memberi kita kemudahan untuk menggapai tujuan saat bepergian.
.......Aamiin......

~Semoga bermanfaat, mari kita implementasikan di kehidupan kita~

Anda mungkin juga menyukai